BBDM SKENARIO 3
MODUL 2.1
Disusun oleh:
Azzahra Calista Grania
22010217140048
Dosen Tutor:
drg. Rizky Merdietio B., MscFOdont
Seorang ibu membawa anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun ke klinik pratama. Ibu tersebut
menuturkan bahwa gigi depan anaknya nampak bintik-bintik putih, padahal anak nya rajin sikat
gigi dengan pasta gigi sejak balita. Dari pemeriksaan intraoral diketahui bahwa gigi incisivus
di rahang bawah dan atas anaknya tersebut terdapat bintik-bintik putih pada bagian mahkota
gigi.
Narasumber:
1. Prof. Dr. Oedijani, drg., MS
2. Gunawan Wibisono, drg., M.Si.Med
3. Nadia Hardini, drg., Sp. KG
Referensi :
• Essentials of Oral Histology & Embryology. 2006. A clinical Approach. Author: Avery J
& Chiego D. (3th ed).
• Sadler, T.W., 2015, Embriologi Kedokteran Langman, Ed. 15, Jakarta: EGC.
• Scheid, R.C. dan Weiss, G., 2002, Woelfel Anatomi Gigi Ed. 8, EGC: jakarta.
BELAJAR MANDIRI
1. Mengetahui dan menjelaskan definisi, etiologi, derajat keparahan, dan patofisiologis
dari fluorosis.
DEFINISI
Fluorosis gigi merupakan suatu kelainan struktur email bebercak atau cacat (mottled
enamel) sebagai dampak asupan fluor berlebih pada masa pembentukan gigi.
Gangguan yang terjadi berupa kelainan bentuk gigi (hipoplasia) dan kelainan warna
gigi (hipokalsifikasi) ditandai dengan timbulnya bintik-bintik putih mengkilat, garis
putih menyilang, warna buram, kuning sampai coklat pada permukaan email.1
ETIOLOGI
Fluorosis adalah hipomineralisasi email yang disebabkan retensi protein
amelogenin oleh fluor sehingga email tidak mengalami maturasi menyebabkan
permukaan luar subsurface berporus.2
DERAJAT KEPARAHAN
Keparahan fluorosis gigi tergantung pada waktu dan lamanya pemajanan fluor, respon
individu, berat badan, tingkat aktifitas fisik, faktor gizi, dan pertumbuhan tulang.
Klasifikasi berdasarkan pada indeks TF yang diusulkan oleh Thylstrup dan Fejerskov
pada tahun 1978. Berikut ini klasifikasinya:1
Selain indeks TF diatas, berikut ini juga dikemukakan sistem klasifikasi fluorosis
dari Dean yang direkomendasikan pada tahun 1942:3
1. Normal
Enamel menunjukkan translusensi normal, yaitu strukturnya mirip dengan
kaca, permukaan halus mengkilap, dan warnanya putih krem muda
2. Questionable
Terjadi abrasi sedikit pada enamel, yang berkisar mulai bintik putih yang
kecil sampai terjadinya white spot. Klas ini diperuntukkan pada kasus-kasus
meragukan antara normal dan very mild
3. Very Mild
Terjadi bercak putih kecil, opaque, tidak teratur pada permukaan gigi tetapi
tidak melibatkan lebih dari 25% permukaan gigi. Yang sering dimasukkan
dalam kelompok ini adalah gigi-gigi premolar atau molar kedua yang
menunjukkan adanya opasitas pada puncak cusp yang tidak melebihi 1-2
mm
4. Mild
Terjadi daerah opaque putih pada enamel yang lebih luas, tetapi tidak
melebihi 50% dari permukaan gigi
5. Moderate
Semua permukaan enamel terserang, dan pada permukaan yang biasanya
menjadi subyek atrisi, nampak adanya atrisi yang jelas. Sering terjadi
pewarnaan coklat
6. Severe
Semua permukaan enamel terserang dan hipoplasia sangat jelas, ditandai
dengan perubahan bentuk umum gigi. Terjadi pembentukan pit-pit yang
saling bergabung. Pewarnaan coklat menyebar, dan pada gigi sering terjadi
kerusakan seperti karatan.
PATOFISIOLOGI
Fluorosis gigi merupakan suatu kelainans truktur email yang berbercak atau cacat
(mottled enamel) sebagai dampak asupan fluor berlebih pada masa pembentukan gigi
yang menyebabkan terjadinya gangguan aktifitas ameloblas dalam perlekatan matriks
dan pada tahap maturasi email. Gangguan pada tahap pelekatan matriks dan pada tahap
maturasi email juga menyebabkan gangguan pada mineralisasi berikutnya, seperti
terjadinya kelainan bentuk gigi (hipoplasia) pada masa pembentukan matriks email
oleh ameloblas dan kelainan warna gigi (hipokalsifikasi) pada tahap kalsifikasi
(pengapuran) yang terjadi saat proses perkembangan (maturasi) gigi sehingga
menyebabkan proses klasifikasi terganggu, ditandai dengan timbulnya bintik-bintik
putih mengkilat, garis putih menyilang, atau warna buram, kuning sampai coklat pada
permukaan gigi.1
apabila pH dinetralkan serta terdapat ion Ca2+ dan PO43- yang cukup di lingkungan.
Dissolusi produk apatit dapat mencapai netralitas melalui buffering, sedangkan ion
Ca2+ dan PO43- pada saliva dapat menghambat proses pelarutan melalui common ion
effect. Hal ini mengakibatkan pembangunan kembali partly dissolved apatite crystals
dan disebut dengan remineralisasi. Interaksi ini dapat ditingkatkan dengan keberadaan
ion fluoride pada daerah reaksi.
Beberapa kondisi yang diperlukan dalam remineralisasi gigi adalah tingkat kalsium
dan fosfat yang cukup tinggi, pH yang cukup tinggi, matriks organik dan inorganik
yang tepat untuk pertumbuhan kristal, adanya faktor-faktor salivary nucleating, serta
kontrol terhadap Statherin dan berbagai faktor-faktor penghambat pertumbuhan kristal
lainnya.4
DEMINERALIASI
Demineralisasi merupakan proses hilangnya ion-ion mineral dari email gigi.
Kandungan mineral utama dari email adalah hydroxyapatite (HA) yang terdiri dari
Ca10(PO4)6(OH)2. Sejumlah ion mineral dapat hilang dari hidroksiapatit tanpa
merusak integritas strukturalnya. Email yang terdemineralisasi lebih peka terhadap
panas, dingin, tekanan, serta rasa sakit dibanding email normal.
Pada lingkungan netral, HA seimbang dengan lingkungan saliva yang tersaturasi
dengan ion Ca dan PO4 . HA reaktif terhadap ion hidrogen dengan pH ≤ 5.5 yang
merupakan pH kritis untuk HA. H+ bereaksi dengan kelompok fosfat dalam lingkungan
saliva yang dekat dengan permukaan kristal secara cepat. Proses itu dapat
pada waktu yang sama H+ disangga (mengalami buffering). HPO42- kemudian tidak
dapat berkontribusi terhadap keseimbangan HA normal sehingga kristal HA larut. Hal
ini disebut dengan demineralisasi.5
EKSTRAORAL
Dilakukan untuk melihat kelainan diluar rongga mulut. Pada pemeriksaan ekstra oral,
yang perlu diperhatikan adalah:
• Bentuk bibir
Pada pemeriksaan bibir bertujuan untuk melihat tonus bibir dan katup bibir.
Tonus bibir atau kekuatan otot bibir terbagi atas 3, yaitu normal, hypotonus,
dan hypertonus. Katup bibir untuk melihat apakah bibir dapat terkatup
(competent/positive) atau tidak dapat terkatup (incompetent/negative). Cara
pemeriksaannya adalah dengan mempalpasi otot bibir pada keadaan otot
orbicularis oris dalam keadaan relaksasi.
• TMJ
Pemeriksaan TMJ dilakukan untuk melihat masalah pada sendi rahang.
Masalah yang umum terjadi adalah adanya clicking dan rasa sakit/nyeri pada
sendi rahang. Selain itu juga, masalah lain adalah adanya krepitasi dan
ankilosis.
• Mata
Mata diperiksa untuk melihat pupil apakah sama besar (isokor) atau tidak sama
besar (anisokor), melihat selera apakah ikterik atau tidak ikterik, dan melihat
konjungtiva apakah pucat (anemis) atau tidak.
• Ekspresi
Disaat pasien dating berobat, dokter gigi harus dapat melihat ekspresi pasien
apakah pasien tersebut tenang, tampak sakit sedang, atau tampak sakit berat.
Ekspresi pasien dapat membantu kita menilai kondisi psikologis pasien dan
dapat membantu dokter gigi untuk berkomunikasi efektif dengan pasien serta
memilih perawatan yang sesaui sehingga dapat meringankan rasa sakit pasien.7
4. Mengetahui dan menjelaskan macam sediaan fluor, indikasi usia, dan batasan
rekomendasi.
Sediaan fluor, indikasi usia, dan batasan rekomendasi:8
5. Mengetahui dan menjelaskan upaya preventif dan tata laksana dari fluorosis.
PREVENTIF
Mengontrol asupan fluor anak dibawah usia 8 tahun merupakan pencegahan terbaik
untuk fluorosis, akan tetapi apabila telah terjadi fluorosis gigi maka diperlukan
perawatan guna mengembalikan estetika dan rasa percaya diri pada anak.2
TATA LAKSANA
a. Mikroabrasiemail
Teknik mikroabrasi email merupakan suatu cara untuk menghilangkan struktur
email gigi dengan menggunakan bahan kimia yang dapat melarutkan permukaan
email gigi secara selektif menggunakan asam hidroklorit dengan konsentrasi 11%
dan partikel silicone carbide dalam bentuk pasta untuk meningkatkan daya abrasif
b. Bleaching
Bleaching adalah suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai
mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi menggunakan
bahan reduksi atau oksidasi berkekuatan tinggi guna mengembalikan estetik
penderita. Kasus fluorosis (mottled enamel) dapat ditanggulangi menggunakan
metode bleaching ekstrakorona pada gigi yang masih vital. Terdapat 2 teknik
bleaching ekstrakorona yang dapat digunakan untuk perawatan fluorosis yaitu in
office bleaching yang dilaksanakn secara langsung di klinik dokter gigi
menggunakan material pemutih hydrogen peroxide ( 35% yang disebut
juga superoxol dan home bleaching yang umum digunakan untuk perubahan warna
ringan dan pada dasarnya dianjurkan bagi teknik pemutihan yang bisa dilakukan
sendiri oleh pasien di rumah menggunakan carbamide peroxide 10%.
c. Veneer
Veneer merupakan suatu bentuk restorasi berupa suatu lapisan yang ditempelkan
ke bagian labial gigi depan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan veneer dapat
berupa resin komposit atau porselen.
d. Mahkota Jaket
Mahkota jaket adalah restorasi yang mengelilingi seluruh atau sebagian struktur
gigi yang tersisa. Mahkota jaket diindikasikan untuk sisa struktur gigi yang lemah
sehingga tidak dapat menahan tekanan. Jika keadaan hipoplasia parah dan
mengenai permukaan gigi, mahkota jaket merupakan restorasi yang paling tepat.
Untuk anak, dianjurkan preparasi gigi yang minimal, tanpa bahu, untuk
menghindari kerusakan pulpa. Jenisnya meliputi mahkota jaket akrilik untuk gigi
anterior, mahkota stainless steel untuk molar, dan cast veneer untuk premolar.2
DAFTAR PUSTAKA
2. Nugraha PY, Darmi AR. Fluorosis Berdasarkan Indeks Thylstrup Fejerskov. Interdental J
Kedokt Gigi. 2018;14(2).
4. Rahayu YC. Peran Agen Remineralisasi pada Lesi Karies Dini. Stomatogantic (J K G
Unej). 2013;10(1):25–30.
7. Wijaya IC, Gartika M. Penatalaksanaan gigi pasien anak dengan disfungsi sensori
integrasi : laporan kasus. Indones J Paediatr [Internet]. 2018;1(1):1–9. Available from:
http://jurnal.pdgi.or.id/index.php/ijpd/article/view/307
8. Annisa, Ahmad I. Mekanisme fluor sebagai kontrol karies pada gigi anak. J Indones Dent
Assoc. 2018;1(1):63–9.