HEPATITIS
DISUSUN OLEH :
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan YME, atas limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “PATOFISIOLOGI HEPATITIS”. Makalah ini di
buat sebagai penugasan KMB II. Makalah ini berisi tentang pengertian hepatitis A dan
hepatitis B beserta patofisiologinya.
Demikian semoga makalah ini bisa menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa. Saya
sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah berikutnya saya dapat
memperbaiki kesalahan.
Akhir kata saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Terimakasih.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Lebih lanjut, sistem imun memiliki peranan yang penting dalam penyakit ini, baik
kesembuhan secara spontan maupun terjadinya kerusakan sel hati.1,2,8 Tingginya
prevalensi penyakit hepatitis menggambarkan adanya permasalahan dalam penanganan
penyakit ini, baik dari sisi pencegahan, diagnosis bahkan terapi. Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengetahui patofisiologi penyakit ini, sehingga penulis akan membahas
bagaimana patogenesis dan patofisiologi penyakit hepatitis dalam tinjauan pustaka ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hepatitis A juga merupakan jenis hepatitis yang paling ringan dan paling
mudah penularannya serta tidak menutup kemungkinan akan berubah atau masuk ke tingkat
yang lebih parah seperti hepatitis B atau hepatitis C. Jika tidak dilakukan intervensi
segera, anak-anak yang sehat agar tetap sehat dan anak-anak yang rentan dapat terhindar
dari faktor-faktor penyebab terjangkitnya hepatitis A (Mardhiyah, 2019).
Hepatitis A, yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa, disebabkan oleh virus RNA
dari familyenterovirus. Masa inkubasi virus Hepatitis A diperkirakan berkisar dari 1 hingga
7 minggu dengan rata-rata 30 hari. Perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4
minggu hingga 8 minggu. Virus Hepatitis A hanya terdapat dalam waktu singkat di
dalam serum, pada saat timbul ikterik kemungkinan pasien sudah tidak infeksius lagi
(Smeltzer,2001).
Hepatitis A merupakan penyakit hati serius yang disebabkan oleh virus Hepatitis
A (HAV). HAV ditemukan di tiap tubuh manusia pengidap Hepatitis A. Terkadang penyakit
ini menular melalui kontak personal. Terkadang pula melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi HAV (Sari, 2016).
VHA memiliki masa inkubasi ± 4 minggu. Replikasi virus dominasi terjadi pada
hepatosit, meski VHA juga ditemukan pada empedu, feses, dan darah. Anti gen VHA
dapatditemukan pada feses pada 1-2 minggu sebelum dan 1 minggu setelah awitan
penyakit (ArifA., 2014).
Struktur genom VHB terdiri dari empat open reading frame (ORF), yaitu gen S dan
pre-S (mengode HBsAg), gen pre-C dan gen C (mengode HBeAg dan HBcAg) 2 dan gen P
yang mengode DNA polimerase serta gen X yang mengode HBxAg.Berikut genom
VHB dengan 4 ORF.
Genom VHB dengan 4 ORF
Infeksi VHB dapat terjadi apabila partikel utuh VHB berhasil masuk ke dalam hepatosit,
kemudian kode genetik VHB akan masuk ke dalam inti sel hati dan kode genetik tersebut
akan “memerintahkan” selhati untuk membentuk protein-protein komponen VHB.
Patogenesis penyakit ini dimulai dengan masuknya VHBke dalam tubuh secara
parenteral. Terdapat 6 tahapdalam siklus replikasi VHBdalam hati, yaitu :
Attachment
Virus menempel pada reseptor permukaan sel. Penempelan terjadi dengan
perantaran protein pre-S1, protein pre-S2, dan poly-HSA (polymerized
Human Serum Albumin) serta dengan perantaraan SHBs (small hepatitis B
antigen surface).
Penetration
Virus masuk secara endositosis ke dalam hepatosit. Membran virus menyatu
dengan membran sel pejamu (host) dan kemudian memasukkan partikel
core yang terdiri dari HBcAg, enzim polimerase dan DNA VHBke dalam
sitoplasma sel pejamu.Partikel core selanjutnya ditransportasikan menuju nukleus
hepatosit.
Uncoating
VHB bereplikasi dengan menggunakan RNA. VHB berbentuk partially double
stranded DNAyang harus diubah menjadi fully double stranded DNA terlebih dahulu,
dan membentuk covalently closed circular DNA (cccDNA). cccDNA inilah yang
akan menjadi template transkripsi untuk empat mRNA.
Replication
Pregenom RNA dan mRNA akan keluar dari nukleus.Translasi
akanmenggunakanmRNA yang terbesar sebagai kopi material genetik dan
menghasilkan protein core, HBeAg, dan enzim polimerase. Translasi mRNA
lainnya akan membentuk komponen protein HBsAg.
Assembly
Enkapsidasi pregenom RNA, HBcAg dan enzim polimerase menjadi partikel
core di sitoplasma. Dengan proses tersebut, virion-virion akan terbentuk dan
masuk kembali ke dalam nukleus.
Release
DNA kemudian disintesis melalui reverse transcriptase. Kemudian terjadi proses
coating partikel core yang telah mengalami proses maturasi genom oleh
protein HBsAg di dalam retikulum endoplasmik.Virus baru akan dikeluarkan ke
sitoplasma, kemudian dilepaskan dari membran sel.
2. Faktor Pejamu
Genetik
Rendahnya produksi IFN
Adanya antibodi terhadap antigen nukleokapsid
Kelainan fungsi limfosit
Faktor kelamin atau hormona
A. Kesimpulan
Infeksi hepatitis B dapat terjadi secara akut maupun kronis, hal ini
dipengaruhi oleh faktor virus dan faktor pejamu. Pada infeksi akut hepatitis B, proses
imunitas innatediduga menjadi proses awal yang teraktivasi akibat virus
tersebut. Sedangkan infeksi kronis terjadi akibat adanya imunotoleransi terhadap
VHByang masuk ataupun dapat disebabkan kelelahan pada sel T akibat
konsentrasi partikel virus yang terlalu tinggi. Proses imun spesifik yang
melibatkan sistem imun spesifik memegang peranan dalam infeksi hepatitis B
kronis. Patogenesis dan patofisiologi hepatitis B perlu dimengerti, terutama
untuk mencegah, mendiagnosis dan memberikan terapi yang tepat bagi
penderitapenyakit hepatitis B.
Hepatitis B ini menular kepada orang lain dimana sumber penularannya dapat
melalui darah. Tetapi berdasarkan penilitian yang pernah dilakukan dilaporkan
bahwa sumber penularan hepatitis yang lain dapat juga melalui cairan sekresi dan
saliva dimana dijumpai HbsAg pada saliva penderita hepatitis B. Oleh karena sumber
penularan virus hepatitis B bisa melalui darah dan saliva maka hepatitis B ini erat
kaitannya dengan dokter gigi karena dokter gigi dalam bertugas sehari-hari akan
selalu berkontak dengan darah dan saliva.
Syarat penularan hepatitis yaitu si penular harus dalam keadaan cukup
viremic ,penyedia layanan kesehatan/pasien harus memiliki cedera (luka tusukan) atau
kondisi (kulit yang tidak utuh) yang memungkinkan pajanan /darahnya atau menular
cairan tubuh lainnya dan darah atau cairan infeksi tubuh penyedia harus berkontak
langsung dengan luka, jaringan trauma, selaput lendir, atau portal yang serupa selama
prosedur pajanan rawan.
B. Saran
Masyarakat apabila mengetahui seseorang menderita penyakit menular
misalnya hepatitis, masyarakat akan menstigmasi orang tersebut bahkan
mendiskriminasinya. Dokter gigi tidak perlu takut merawat pasien hepatitis
ataupun khawatir akan menularkan hepatitisnya kepada pasien selama memiliki
pengetahuan yang benar mengenai cara penularan hepatitis, menerapkan
kewaspadaan standar dan prosedur pengendalian infeksi yang benar, serta
menjaga beban virusnya tidak melewati ambang batas 1000 IU/mL (5000 GE/mL).
Upaya menanggulangi diskriminasi terhadap hepatitis ini dengan meningkatkan
pemahaman tentang hepatitis baik di lingkungan belajar maupun dari dokter gigi
kepada pasien. Di Indonesia belum dibuat peraturan yang mengatur tenaga
kesehatan yang terinfeksi hepatitis sehingga perlu dibuat peraturan yang mengatur
tenaga kesehatan khususnya dokter gigi, untuk mengawasi praktik dokter gigi yang
terinfeksi hepatitis B serta menjaga kestabilan beban virus dokter gigi yang terinfeksi
hepatitis B.
Daftar Pustaka
PB PPHI. 2012.Konsensus Penatalaksanaan Hepatitis Bdi Indonesia.Indonesia:
PB PPHI.
PB PAPDI. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Kelima. Jilid
Ketiga. Jakarta: Internal Publishing.
AMN Healthcare Education. 2013. Hepatitis B: Pathophysiology,
Protection, and Patient.
Yamada, Tadataka. 2009. Textbook of Gastroenterology. 5th ed.
Blackwell Publishing.
Kumar, Ashok and Aurelia Busca. Innate immune responses in hepatitis B virus
(HBV) infection. Virology Journ 201411:22
Oakes, Kathyrn. Hepatitis B:prevalence and pathophysiology.
NursTim2014110(7):12-13
Rehermann, Barbara. Pathogenesis of chronic viral hepatitis: differential
roles of T cells and NK cells. Nature Medicine 201319:859-868
Soemoharjo, Soewignjo. 2008. Hepatitis Virus B. Edisi Kedua. Jakarta: ECG