Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016, ISBN 978-602-14917-2-0

Model Pemberdayaan Masyarakat Di Sekitar


Kawasan Hutan Kabupaten Jember
Endro Sugiartono#1, Wenny Dhamayanthi*2,
Jurusan Manajemen Agribisnis, Politeknik Negeri Jember# dan Jurusan Manajemen Agribisnis, Politeknik Negeri Jember
Sumbersari, Jember
1endro0870@gmail.com

2wennydhamayanthi@gmail.com

Jurusan Manajemen Agribisnis, Politeknik Negeri Jember


Sumbersari, Jember

Abstract
Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama yang telah merumuskan 3 hasil, yaitu : kondisi modal sosial (social capital),
modal manusia (human capital) masyarakat dan modal fisik (physical capital) di sekitar kawasan hutan Kabupaten Jember, tingkat
keterlibatan masyarakat dalam proses pemberdayaan di sekitar kawasan hutan Kabupaten Jember dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
serta sarana yang harus diperbaiki untuk meningkatkan efektivitas program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan Kabupaten
Jember, maka permasalahan penelitian pada tahun kedua ini, mengangkat Model dan strategi pemberdayaan masyarakat seperti apa yang
efektif atau sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat di sekitar kawasan hutan Kabupaten Jember yang berpotensi meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan? Penelitian ini bertujuan untuk Menentukan implementasi model dan strategi
pemberdayaan masyarakat yang efektif bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan Kabupaten Jember sesuai dengan kondisi dan potensi
lokal. Penelitian dilakukan pada masyarakat sekitar kawasan hutan di Kabupaten Jember selama 8 bulan. Hal ini dilakukan karena
mengingat ruang lingkup kajian penelitian yang cukup luas. Metode analisis yang digunakan yaitu Perumusan model dan strategi
pemberdayaan masyarakat yang efektif bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan Kabupaten Jember sesuai dengan kondisi dan potensi
lokal. Data yang digunakan merupakan data primer yang didapatkan dari wawancara dengan responden dan nara sumber yang
kompeten. Selain itu data juga diperoleh dengan pengamatan dan dokumentasi. Data sekunder berupa studi literatur dan data dari
instasi terkait. Output yang diharapkan dalam penelitian ini nantinya akan menjadi masukan untuk pemberdayaan masyarakat
sekitar hutan di Kabupaten Jember.

Keyword: Pemberdayaan masyarakat

merupakan konsep pembangunan ekonomi yang


I. PENDAHULUAN merangkum nilai-nilai social yang meruapakan cermin
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dari pradigma baru pembangunan kehutanan yang
berperan dalam menjaga, mempertahankan dan bersifat “people centered, participatory, empowering,
meningkatkan ketersediaan air dan kesuburan tanah. and sustainable”.
Ketersediaan air dan kesuburan tanah merupakan urat Tujuan akhir dari proses pemberdayaan masyarakat
nadi kehidupan manusia. Agar tata lingkungan hidup adalah untuk memandirikan warga masyarakat agar
terjamin kelestariannya, maka pengurusan hutan yang dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan
berkelanjutan harus menampung dinamika aspirasi dan mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya. Daya,
peran serta masyarakat, adat dan budaya, serta tata nilai kekuatan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat
masyarakat berdasarkan pada norma hukum lokal dan secara memadai akan mendorong masyarakat untuk
nasional agar pendayagunaannya dilakukan seoptimal dapat mengakses sumber-sumber daya produktif,
mungkin bagi kesejahteraan umat manusia. Paradigma mandiri dalam pengambilan keputusan dan percaya diri
baru pembangunan kehutanan saat ini menekankan dalam bertindak.
bahwa hutan harus dipandang sebagai sumber daya secara Strategi pengembangan pemberdayaan masyarakat di
komprehensif dengan menitik beratkan pada sekitar kawasan hutan Kabupaten Jember, yang dapat
pembangunan kehutanan bersama masyarakat dikembangkan adalah : menyempurnakan proses
(community development). Dengan demikian salah satu pemberdayaan dengan meningkatkan keterlibatan
pendekatan pembangunan kehutanan adalah melibatkan masyarakat dalam tahapan proses pemberdayaan,
partisipasi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat meningkatkan kemampuan pelaku pemberdayaan,

6
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016, ISBN 978-602-14917-2-0

terutama terkait dengan ketrampilan dan sikap kelestarian kawasan juga menjadi salah satu parameter
keberpihakan pada masyarakat dan penguatan modal yang diukur.
sosial masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan Sebagaimana telah diuraikan pada tujuan penelitian, maka
pelaku pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan penelitian yang diusulkan ini dilaksanaan dalam periode
melalui kegiatan pelatihan, kursus, seminar dan lain waktu selama 8 (delapan) bulan. Perumusan model dan
sebagainya, sedangkan untuk menguatkan modal sosial strategi pemberdayaan masyarakat yang efektif bagi
masyarakat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, masyarakat di sekitar kawasan hutan Kabupaten Jember
pendampingan dan pelibatan masyarakat dalam proses sesuai dengan kondisi dan potensi lokal. Untuk perumusan
pemberdayaan secara optimal dengan tujuan untuk strategi yang lebih tepat digunakan analisis Strenght,
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kerjasama, Weakness, Opportunity and Threat (SWOT). Analisis
saling percaya, mentaati norma, kepedulian terhadap dilakukan untuk membandingkan faktor eksternal peluang
sesama dan keikutsertaan dalam aktivitas organisasi dan tantangan dengan faktor internal kekuatan dan
sosial masyarakat; Materi pemberdayaan masyarakat kelemahan (Rangkuti 2002). Unsur-unsur SWOT diberi
sekitar kawasan hutan yang dapat dikembangkan bobot (nilai) kemudian dihubungkan untuk memperoleh
diantaranya adalah : Peningkatan produktivitas pertanian beberapa alternatif strategi dengan rangking tertinggi
rakyat, Peningkatan produktivitas dan daya saing merupakan alternatif strategi kebijakan peningkatan
perkebunan rakyat, Peningkatan kemampuan masyarakat pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan di
terhadap usaha peternakan rakyat, Peningkatan peran Kabupaten Jember. Setelah dilakukan analisa SWOT
serta masyarakat dalam pengelolaan hutan, Peningkatan kemudian dilanjutkan dengan Analisa Hirarki Proses
kemampuan kerajinan rakyat, Hutan rakyat kemitraan. (AHP) untuk menentukan strategi kebijakan dalam rangka
Oleh karena itu, upaya pemberdayaan masyarakat pemberdayaan masyarakat, dimana variabel-variabel
merupakan salah satu alternatif untuk mengangkat harkat dimasukkan kedalam suatu susunan hierarki, yang
dan martabat masyarakat di sekitar kawasan hutan memberi pertimbangan numerik pada pertimbangan
Kabupaten Jember secara berkelanjutan. Berdasarkan subyektif tentang relatif pentingnya variabel dan
uraian hasil kegiatan penelitian tahap pertama setelah mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan
mengetahui alternatif strategi dan model pemberdayaan variabel yang memiliki prioritas relatif yang tertinggi.
masyarakat di kawasan hutan Kabupaten Jember, maka
permasalahan yang dirumuskan adalah bagaimanakah
implementasi strategi dan model pemberdayaan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
masyarakat yang efektif untuk dikembangkan di kawasan Model dan Bentuk Pemberdayaan Masyarakat
hutan Kabupaten Jember? Tujuan penelitian di tahun Model Efektif Pemberdayaan Masyarakat
kedua ini adalah Menentukan implementasi model dan Perumusan model pemberdayaan masyarakat sekitar
strategi pemberdayaan masyarakat yang efektif bagi kawasan hutan bertujuan untuk menyederhanakan faktor-
masyarakat di sekitar kawasan hutan Kabupaten Jember faktor yang secara konseptual didukung oleh beberapa
sesuai dengan kondisi dan potensi lokal. kajian teori yang relevan dan mampu menjelaskan
keadaan suatu sistem. Faktor-faktor yang menjadi
II. METODE PENELITIAN komponen model pemberdayaan warga masyarakat terdiri
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode dari faktor input, process, output dan outcame. Faktor
penelitian survai (survey research) dengan pendekatan input terdiri dari modal fisik, modal manusia, dan modal
metode kuantitatif dan kualitatif, sedangkan subyek sosial, faktor yang berfungsi sebagai process adalah
penelitian ini adalah masyarakat di sekitar kawasan hutan kemampuan pelaku pemberdayaan dan proses
Kabupaten Jember. Penggunaan metode kuantitatif pemberdayaan, sedangkan faktor output adalah tingkat
bertujuan agar penelitian menjadi lebih luas dan terukur keberdayaan masyarakat dan faktor outcame adalah
sedangkan penggunaan pendekatan kualitatif bertujuan masyarakat sejahtera dan hutan lestari.
agar dapat melihat permasalahan lebih utuh, mendalam Faktor-faktor yang ada dalam model pemberdayaan
dan komperehensif. Kajian empiris ini adalah menilai warga masyarakat yang dibangun berdasarkan teori dan
sejauh mana efektivitas kegiatan pemberdayaan logika, dianalisis berdasarkan data empirik yang
masyarakat di sekitar kawasan hutan. Kajian efektivitas dikumpulkan dari hasil survei, pengamatan, wawancara,
ditunjukkan untuk mempelajari efektivitas pencapaian indepth interview dan Focus Grup Discussion (FGD).
pemberdayaan masyarakat yang selama ini sudah Tingkat keberdayaan masyarakat dapat ditingkatkan
dilakukan khususnya pengaruh dan efektivitas progam- melalui perbaikan proses pemberdayaan warga
program intervensi sosial ekonomi terhadap kelampok masyarakat terutama pelibatan masyarakat dalam proses
masyarakat di sekitar kawasan hutan Kabupaten Jember. perencanaan dan pelaksanaan program dan meningkatkan
Partisipasi masyarakat dalam mendukung keamanan dan kemampuan pelaku pemberdayaan, terutama terkait
peningkatan ketrampilan dan sikap keberpihakan pada

7
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016, ISBN 978-602-14917-2-0

masyarakat. Secara empirikal model hubungan dan pemerintah dan pihak swasta agar usaha pertanian
besarnya pengaruh faktor-faktor modal fisik, modal masyarakat dapat maju.
manusia, modal sosial, kemampuan pelaku pemberdayaan Ke depan sasaran pertanian ladang harus diarahkan
dan proses pemberdayaan terhadap keberdayaan warga pada terciptanya sektor pertanian ladang yang maju,
masyarakat. efisien, dan tangguh. Untuk mencapai sasaran tersebut
Agar model efektif pemberdayaan dapat meningkatkan diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, sarana
keberdayaan warga masyarakat, maka dikembangkan dan prasarana yang mendukung serta tersedianya
strategi sebagai berikut; pertama, menyempurnakan teknologi perladangan yang tepat guna agar masyarakat
proses pemberdayaan dengan meningkatkan keterlibatan dapat melakukan kegiatan perladangan dengan efisien,
masyarakat dalam tahapan proses pemberdayaan produktif, dan tidak merusak hutan. Dengan demikian,
meningkatkan kemampuan pelaku pemberdayaan, masyarakat sekitar kawasan hutan yang bermata
terutama terkait dengan ketrampilan dan sikap pencaharian sebagai petani (peladang) akan memiliki
keberpihakan pada masyarakat dan penguatan modal kekuatan ekonomi dari hasil ladangnya dan menjadikan
sosial masyarakat; kedua, untuk meningkatkan ladangnya sebagai investasi ekonomi masa depan yang
kemampuan pelaku pemberdayaan masyarakat dapat menjanjikan.
dilakukan melalui kegiatan pelatihan, kursus, seminar dan b. Peningkatan produktivias dan daya saing perkebunan
lain sebagainya; dan ketiga, untuk menguatkan modal rakyat
sosial masyarakat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, Masyarakat sekitar kawasan hutan di samping
pendampingan dan pelibatan masyarakat dalam proses memiliki ladang/tegalan juga hampir setiap kepala rumah
pemberdayaan secara optimal dengan tujuan untuk tangga memiliki lahan perkebunan.
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kerjasama, c. Peningkatan kemampuan masyarakat terhadap usaha
saling percaya, mentaati norma, kepedulian terhadap peternakan rakyat.
sesama dan keikutsertaan dalam aktivitas organisasi sosial Masyarakat sekitar kawasan hutan memiliki kebiasan
masyarakat dan keempat, perlu disadari bahwa selain memelihara ternak dari turun temurun. Ternak yang
variabel yang diungkapkan dalam modal ini masih ada mereka pelihara umumnya adalah unggas, kambing dan
variabel di luar model dan diduga mempengaruhi sapi. Kendala yang dihadapi masyarakat sekitar kawasan
keberdayaan masyarakat, seperti tingkat pendapatan, hutan dalam mengembangkan ternaknya adalah
dinamika kelompok, penegakan hukum dan sebagainya. ketersediaan pakan dan lahan penggembalaan yang kurang
Bentuk Pemberdayaan Masyarakat memadai. Sasaran pembangunan peternakan rakyat
Model efektif pemberdayaan yang telah dirumuskan sebaiknya diarahkan agar usaha -usaha rakyat dapat maju,
dari perpaduan faktor modal fisik, modal manusia, modal efisien, dan tangguh. Pencapaian sasaran tersebut perlu
sosial, kemampuan pelaku pemberdayaan, dan proses dilakukan langkahlangkah sebagai berikut: (1)
pemberdayaan diharapkan dapat dilaksanakan, sehingga meningkatkan kemampuan dan penguasaan masyarakat
tercipta masyarakat yang berdaya, berkekuatan atau terhadap teknologi peternakan, terutama tentang bibit
berkemampuan dalam menolong dirinya sendiri. Dari unggul, pembuatan kandang, pemberian pakan,
hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut pencegahan penyakit ternak, penyediaan pakan ternak
belum memadai/cenderung menurun. Oleh karena itu, yang berkelanjutan, pemasaran telur dan daging, dan cara
perlu upaya-upaya tertentu untuk merumuskan materi dan pengusahaan ternak untuk meningkatkan pendapatan
bentuk pemberdayaan warga masyarakat yang berpotensi peternak; (2) menyediakan sarana dan prasarana
menguatkan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas transportasi dan pemasaran melalui kerjasama antar
faktor-faktor tersebut, sehingga tujuan terciptanya peternak dalam koperasi ternak serta pengusaha; (3) untuk
masyarakat berdaya dan hutan lestari dapat tercapai. ternak-ternak besar yang memerlukan lapangan
Materi pemberdayaan masyarakat tentunya pengembalaan perlu disediakan lahan pengembalaan
disesuaikan dengan kondisi, potensi dan sumber daya tertentu. Dengan demikian diharapkan para peternak akan
yang dimiliki masyarakat sekitar kawasan hutan. Materi semakin berdaya dan berdampak pada peningkatan
pemberdayaan warga masyarakat ke depan perlu kesejahteraan keluarganya.
diarahkan pada: d. Peningkatan peran serta masyarakat dalam
a. Peningkatan Produktivitas Pertanian Rakyat pengelolaan hutan.
Sistem pertanian yang dilakukan masyarakat sekitar Perencanaan pemanfaatan sumberdaya hutan harus
kawasan hutan pada umum sistem pertanian lahan kering mengikutsertakan masyarakat di lingkungan dalam arti
(berladang/tegalan). Masyarakat terbiasa menanam yang seluas-luasnya. Bentuk pengelolaan hutan di
tanaman pangan berupa jagung, umbi-umbian dan kacang- kawasan hutan dilakukan bersama masyarakat dengan
kacangan. Sistem pertanian yang ada masih tradisional menerapkan sistem kemitraan. Kemitraan yang dimaksud
sehingga perlu adanya campur tangan pihak lain terutama adalah pemerintah, swasta, pemerhati lingkungan, LSM
dan masyarakat merupakan tim kerja yang memiliki

8
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016, ISBN 978-602-14917-2-0

fungsi, peran, hak dan tanggungjawab yang jelas. e. Peningkatan kemampuan kerajinan rakyat.
Pemerintah memberi kesempatan kepada masyarakat yang Masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga dan anak
ada sekitar kawasan hutan sebagai pelaku utama program gadis yang memiliki keterampilan kerajinan dapat
pengelolaan hutan seperti program penghijauan dan memanfaatkan keterampilannya. Masyarakat, terutama
rehabilitasi di kawasan hutan serta penanaman komoditas ibu rumah tangga dengan keterbatasan yang ada tidak
kayu jati di lahan milik masyarakat. Pemerintah menurunkan niat untuk terus menekuni pekerjaan tersebut
menyiapkan sarana dan prasarana, biaya, tenaga ahli dan yang mereka yakini. Tujuan utama pemberdayaan
perangkat hukum yang berpihak pada rakyat dan masyarakat melalui keterampilan kerajinan adalah
kelestarian lingkungan. Salah satu program pemberdayaan menjadikan pengrajin yang memiliki pengetahuan dan
masyarakat di sekitar kawasan hutan yang digagas dan ketrampilan yang memadai agar mereka menjadi
dilaksanakan oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan pengrajin yang tangguh dan memiliki daya saing yang
Kabupaten Jember adalah program rehabilitasi lahan di tinggi, menjadikan kerajinan sebagai salah satu komoditi
luar kawasan hutan yang tidak produktif, hutan rakyat unggulan masyarakat dan kerajinan tenun merupakan
untuk tanaman pangan dan program pemanfaatan sumber pendapatan keluarga alternatif.
sumberdaya lahan di bawah tegakan seperti jahe, tales, Agar sasaran tercapai, maka pemerintah perlu
porang (iles-iles dll). Sedangkan pihak swasta bermitra melakukan langkah- langkah sebagai berikut; (1)
dengan masyarakat dalam hal pemasaran serta penyediaan melakukan promosi tentang hasil kerajinan masyarakat
modal, tenaga ahli dan pembukaan lapangan kerja baru. kepada pihak-pihak lain; (2) mengalokasikan dana melalui
Mekanisme pelaksanaan kemitraan pembangunan APBD untuk penyediaan peralatan dan peningkatan
hutan antara pembangunan kawasan hutan ex pembalakan pengetahuan dan ketrampilan para pengrajin agar hasil
liar atau perambahan (dalam kawasan hutan lindung) dan mereka dapat bersaing di pasaran; (3) menciptakan kondisi
lahan miliki masyarakat harus berbeda. Untuk investasi yang kondusif dan kemudahan birokrasi bagi
pembangunan hutan di dalam kawasan hutan lindung para investor yang ingin menanamkan modalnya di sektor
sebaiknya bertujuan memaksimumkan peranan hutan kerajinan; (4) mendorong instansi dan pihak-pihak terkait
dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, untuk melakukan pembinaan secara intensif kepada
bentuk hutan yang dibangun hendaknya tidak mengarah ke masyarakat pengrajin; dan (5) menjadikan hasil kerjinana
monokultur melainkan ke arah hutan campuran berbagai masyarakat sebagai produk unggulan. Tercapainya
jenis dan bukan hutan seumur. Jenis-jenis kayu utama sasaran tersebut diharapkan mempunyai dampak positif
dalam hutan campuran adalah jenis kayu yang tidak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat,
memiliki produksi kayu ekonomi tinggi tetapi tanaman khususnya masyarakat di kawasan sekitar hutan.
kayu penghasil komoditas perdagangan seperti, pisang, Berdasarkan uraian di atas, maka bentuk
kelapa, nangka, durian dan sebagainya atau tanaman kayu pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan,
yang memiliki fungsi lindung terhadap ketersediaan air khususnya hutan rakyat adalah pendampingan,
dan kesuburan tanah. pembinaan, pelayanan, pelatihan, kursus, bantuan modal
Masyarakat berpartisipasi dalam penanaman, usaha, penyediaan infrastrukur dan penyediaan sarana
pemeliharaan dan pemanfaatan hasilnya (non kayu), produksi yang berhubungan dengan profesi dan kondisi
pemerintah menyediakan sarana dan prasarana, dana, sosial budaya serta potensi yang dimiliki masyarakat.
tenaga ahli dan prangkat hukum yang terkait dengan Beberapa potensi yang dapat dikembangkan adalah tinggi
pengelolaan kawasan hutan lindung yang berpihak pada jumlah penduduk usia produktif, adanya kemauan
kelesetarian hutan dan kesejahteraan masyarakat. Pada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan
lahan masyarakat ditanami hutan campuran berbagai jenis keterampilan terhadap profesinya, lahan pertanian belum
dan bukan hutan seumur. Jenis-jenis kayu utama dalam diolah secara optimal, dan masyarakat masih memiliki
hutan campuran tersebut adalah jati, mahoni dan tanaman modal sosial yang relatif kuat. Pendampingan dan
kayu jenis lokal seperti jabon, (tanaman yang memiliki pembinaan yang dimaksud terkait dengan teknologi
nilai ekonomi tinggi) serta tanaman penghasil komoditas produksi dan inovasi teknologi pengolahan hasil, selain itu
perdagangan seperti pisang, kelapa, nangka, durian dan juga pelatihan teknis pengelolaan dan pengembangan
sebagainya. Pada pengelolaan hutan di lahan masyarakat usaha yang juga termasuk di dalamnya terkait dengan
pemerintah sebaiknya memainkan peran seperti pada pemasaran hasil. Hal ini khususnya terkait dengan potensi
pengolahan hutan di kawasan hutan lindung, sedangkan wilayah dua kecamatan lokasi penelitian yaitu kecamatan
pihak swasta berperan dalam pengolahan pasca panen dan Arjasa dan Ledokombo. Mengingat hutan rakyat di
pemasaran serta penguatan kelembagaan lokal. Jika pola kecamatan ini sangat potensial untuk dikembangkan
pengelolaan hutan di sekitar dan di dalam kawasan hutan budidaya dan pengolahan tanaman porang (iles-iles). Oleh
dilakukan secara baik oleh semua pihak, maka dan jangka karena itu, agar potensi ini dapat dikembangkan maka
panjang tujuan untuk memberdayakan masyarakat dan diperlukan dukungan semua pihak, terutama pemerintah
melestarikan kawasan hutan akan terealisasi. dalam hal penyedian sarana dan prasarana pendukung

9
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016, ISBN 978-602-14917-2-0

yang memadai dan pembiayaan serta bersama-sama pihak http://poverty.worldbank.org/library/subtopic/5038


swasta, LSM, pemerhati lingkungan dan masyarakat untuk Error! Hyperlink reference not valid.
melakukan kegiatan pendampingan, pembinaan, (8) Creswell, J.W. 2008. Educational Research :
pelayanan, pelatihan dan kursus yang berpotensi Planning, Conducting, And Evaluating Quantitative
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan And Qualitative Research. New Jersey Pearsonn.
psikomotorik masyarakat agar mereka kreatif, inovatif, (9) Nurrohmat Dan Dodik, R 2005. Strategi Pengelolaan
optimis, percaya diri, dan bertanggungjawab dalam setiap Hutan : Upaya Menyelamatkan Rimba Yang
tutur dan tindakannya. Tersisa. Penerbit Pustaka Pelajar. Jogjakarta.
(10) Pusat Kajian Hutan Rakyat (PKHR) Fakultas
IV. KESIMPULAN Kehutanan UGM. 2007. Pengelolaan Hutan Bersama
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor modal fisik, Masyarakat (PHBM). Kolaborasi Antara Masyarakat
modal manusia, modal sosial, kemampuan pelaku Desa Hutan Dengan Perum Perhutani. Perhutani
pemberdayaan dan proses pemberdayaan belum dalam pengelolaan sumbedaya hutan di jawa.
memadai/cenderung menurun. Oleh karena itu, perlu (11) Sidu, D. 2007. Pemberdayaan masyarakat sekitar
upaya-upaya tertentu untuk merumuskan materi dan hutan di mamuju. Disertasi. PPS. Institute Pertanian
bentuk pemberdayaan warga masyarakat yang berpotensi Bogor.
menguatkan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas
faktor-faktor tersebut, sehingga tujuan terciptanya
masyarakat berdaya dan hutan lestari dapat tercapai.
Model pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan
hutan, khususnya hutan rakyat adalah pendampingan dan
pembinaan. Pendampingan dan pembinaan yang
dimaksud terkait dengan teknologi produksi dan inovasi
teknologi pengolahan hasil, selain itu juga pelatihan teknis
pengelolaan dan pengembangan usaha yang juga termasuk
di dalamnya terkait dengan pemasaran hasil. Hal ini
khususnya terkait dengan potensi wilayah dua kecamatan
lokasi penelitian yaitu kecamatan Arjasa dan Ledokombo.
Mengingat hutan rakyat di kecamatan ini sangat potensial
untuk dikembangkan budidaya dan pengolahan tanaman
porang (iles-iles).

DAFTAR PUSTAKA

(1) Adi, I.R. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan


Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta:
Lembaga Penerbit FEUI.
(2) Alder, P.S. & W.K. Seok. 20002. ”Social Capital:
Prospect for a New Concept”. Academy of
management Journal. Vol. 27. No. 1: 17
(3) Azwar, S. 2001. Reliabilitas dan Validitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bahtiar, C. 2005.
Investasi Sosial. Jakarta: LaTofi Enterprise.
(4) (BPS) Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten
Jember Dalam Angka.
(5) Bachrach P. Dan M.S. Baratz. 1970. Power and
Poverty: Theory and Parctice. New York: Oxford
University Press.
(6) Budi, R. 2005. “Membincangkan Modal Sosial”.
(Article on-line). Didapat dari http://www.pikiran-
rakyat.Com/cetak/2005/0205
(7) Coleman, J. 1998. ”Social Capital in the Creation of
Human Cpaital”. (Articleon-line).

10

Anda mungkin juga menyukai