Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Definisi

Keputihan adalah semacam silim yang keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu kental
dan agak kekuning-kuningan. Jika silim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi
persoalan (Handayani, 2008)

Keputihan adalah semua pengeluarancairan alat genetalia yang bukan darah. Keputihan bukan
penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan
(Manuaba, 2009)

Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal pada wanita. Keputihan pada dasarnya


dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan
abnormal (patologis). keputihan fisiologis adalah keputihan yang biasanya terjadi setiap
bulannya, biasanya muncul menjelang menstruasi atau sesudah menstruasi ataupun masa subur.
Keputihan patologis dapat disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam
vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini antara
lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan
peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air
kecil.

Asal fluor

- Vulva : sekret dalam vulva dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar Bartholini dan Skene. Sekret
ini bertambah pada perangsangan misalnya sewaktu coitus.
Kalau kelenjar-kelenjar tsb. di atas meradang misalnya karena infeksi dengan
gonococcus, maka sekret berubah menjadi fluor.
- Vagina : vagina tidak mempunyai kelenjar dan dibasahi oleh cairan transudat dan oleh
lendir dari cervix. PH dalam vagina ± 5 (lima) disebabkan karena kegiatan basil
Doderlein yang mengubah glycogen yang terdapat dalam epitel vagina menjadi acidum
lacticum.
Dalam kehamilan cairan vagina bertambah secara fisiologis.
- Cervix : sekret cervix yang normal bersifat jernih, liat dan alkalis.
Sekret ini dipengaruhi hormon-hormon ovarium baik kwantitas maupun kwalitasnya.
Sekret bertambah juga pada infeksi (cervicitis) yang dipermudah kejadiannya oleh
robekan cervix dan tumor cervix.
- Corpus uteri : hanya menghasilkan sekret pada fase post ovulatoar.
Sekret bertambah pada endometritis akut, kalau ada sisa placenta, polyp, myoma
submucosa dan carcinoma.
- Tuba : walaupun jarang mengeluarkan fluor albus, kadang-kadang terjadi pada
hydrosalpinx profluens.

2.1.2 Diagnosa

Diagnosa sebab fluor albus dapat dicari dengan memperoleh

- Anamnesa : apakah ada pertner dengan gonorrhoe


- Keadaan umum
- Pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan mikrobiologis dan bakteriologis

Cairan yang seperti susu biasanya berasal dari vagina

Cairan yang liat mucopurulent berasal dari cervix

Cairan yang purulent biasanya disebabkan gonococcus

Cairan yang membuih oleh trichomonas

Zat seperti kiju oleh monilia, biasanya disertai gatal yang sangat

Cairan yang jernih terdapat pada astheni

Fluor bercampur darah terdapat pada malignitas, endometritis senilis.


Fluor albus pada anak biasanya disebabkan oleh :

o Gonococcus
o Corpus allienum
o Oxyyuris
o Fluor albus pada pubertas dapat disebabkan :
o Astheni
o Rangsang seksual (onani)

Fluor albus pada orang tua : pada kolpitis dan endometritis senilis, carcinoma.

2.1.3 Faktor Penyebab

Adapun beberapa penyebab Keputihan antara lain :

a. Infeksi vagina oleh jamur (Candida albicans) atau parasit (Tricomonas)


Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni, bacterial vaginosis, trikomonas, dan candidiasis.
Bakterial vaginosis merupakan gangguan vagina yang sering terjadi ditandai dengan keputihan
dan bau tak sdap. Hal ini di sebabkan oleh lactobacillus menurun, bakteri patogen (penyebab
infeksi) meningkat, dan pH vagina meningkat.

b. Faktor Hygiene yang jelek


Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini terjadi
karena kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri patogen penyebab infeksi mudah
menyebar.
c. Pemakaian obat-obatan (Antibiotik, Kortikosteroid, dan Pil KB) dalam waktu lama.
Karena pemakaian obat- obatan khususnya anti biotik yang terlalu lama dapat menimbulkan
sistem imuitas dalam tubuh. Sedangkan penggunaan KB mempengaruhi keseimbangan hormonal
wanita. Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotik timbul keputihan.
d. Stress
Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak mengalami stress maka
hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan
timbulnya keputihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwantyastuti (2004) yang mengatakan
bahwa wanita bisa mengalami gangguan siklus menstruasi / keputihan yang disebabkan oleh
stress.
Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukkan secara sengaja atau
tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan,
benang yang berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti tusukan,
benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama. Karena keputihan, seorang ibu bahkan bisa
kehilangan bayinya (Suryana, 2009)

2.1.4 Gejala

- Berwarna putih susu


- Mengumpal seperti susu basi
- Gatal-gatal
- Kemerahan di kemaluan dan sekitarnya
- Terasa panas di kemaluan
- Berbau amis
- Keluar cairan encer (jernih- kekuningan) (Suryana, 2009)

2.1.5 Klasifikasi

Ada dua jenis keputihan yaitu keputihan normal (fisiologis)dan keputihan tidak normal
(patologis).

1. Keputihan normal (fisiologis)

Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang–kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, keputihan fisiologis ditemukan
pada :

 Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
 Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen keputihan
disini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang
tuanya.

 Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

 Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri


menjadi lebih encer.

 Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada


wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan
ektropion porsionis uteri

Keputihan normal ciri-cirinya ialah : warnanya kuning, kadang-kadang putih kental,


tidak berbau tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar, dsb), keluar
pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stres dan kelelahan.

Keputihan tidak selalu mendatangkan kerugian, jika keputihan ini wajar dan tidak
menunjukan bahaya lain. Sebenarnya, cairan yang disebut keputihan ini berfungsi
sebagai sistem pelindung alami saat terjadi gesekan di dinding vagina saat anda
berjalan dan saat anda meakukan hubungan seksual. Keputihan ini merupakan salah
satu mekanisme pertahanan tubuh dari bakteri yang menjaga kadar keasaman pH
wanita. Cairan ini selalu berada di dalam alat genital tersebut. Keasaman pada vagina
wanita harus berkisar antara 3,8 sampai 4,2, maka sebagian besar bakteri yang ada
adalah bakteri menguntungkan. Bakteri menguntungkan ini hampir mencapai 95%
sedangkan yang lain adalah bakteri merugikan dan menimbulkan penyakit (patogen).

Jika keadaan ekosistem seimbang, artinya wanita tidak mengalami keadaan yang
membuat keasaman tersebut bertambah dan berkurang, maka bakteri yang
menimbulkan penyakit tersebut tidak akan mengganggu.

2. Keputihan tidak normal (patologis)


Penyebab paling penting dari keputihan patologi ialah infeksi. Disini cairan mengandung
banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih
kental dan berbau. Keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri :
jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau,
abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri)
serta berbau (apek, amis, dsb).

Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam
vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini
antara lain bakteri, virus, jamur, atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan
menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si
penderita buang air kencing. Hampir semua wanita di Indonesia pernah mengalami
keputihan patologis seumur hidupnya minimal satu sampai dua kali. Wanita perlu
mengenal lebih jauh tentang keputihan tersebut, yaitu :

 Keputihan yang cair dan berbusa, berwarna kuning kehijauan atau keputih-
putihan, berbau busuk dengan rasa gatal. Keputihan semacam ini akan memberi
dampak bagi tubuh wanita, diantaranya wanita akan merasa seperti terbakar di
daerah kemaluan saat buang air kecil. Jika tidak cepat ditangani, lambat laun
kemaluan akan terasa sakit dan membengkak.

 Cairan keputihan yang berwarna putih seperti keju lembut dan berbau seperti
jamur atau ragi roti. Keadaan ini menunjukan adanya infeksi yang disebabkan
jamur atau ragi yang di kemaluan seorang wanita. Penderita akan merasakan efek
gatal yang hebat. Bibir kemaluan sering terlihat merah terang dan terasa sangat
sakit. Selain itu, saat buang air kecil terasa seperti terbakar. Hal yang harus
dicegah adalah menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi ini. Antibiotik
sebenarnya akan membuat infeksi jamur semakin parah. Penderita pun jangan
mamakai pil KB. Jika sedang menggunakan pil KB, hentikan secepatnya.

 Cairan keputihan yang kental seperti susu dengan bau yang amis/anyir. Keadaan
ini dimungkinkan karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri Hemophilus.
Diperlukan pemeriksaan khusus untuk membedakannya dengan infeksi
trichomonas.

 Cairan keputihan yang encer seperti air, berwarna coklat atau keabu-abuan
dengan bercak-bercak darah, dan berbau busuk. Janganlah bersantai dan tidak
mempedulikan kelainan ini. Hal ini merupakan tanda-tanda infeksi yang lebih
parah, dapat kanker atau penyakit menular seksual lainnya.

Keputihan penyakit, apapun penyebabnya, perlu diobati sebelum hari perkawinan,


agar tidak menulari pasangan hidup nantinya. Selain itu, komplikasi yang mungkin
akan timbul, bisa buruk dampaknya terhadap kesuburan. Bisa jadi infeksi akan
menjalar sampai ke bagian organ reproduksi yang lebih atas, yakni ke rahim dan
saluran telur. Jika masih juga keputihan saat memasuki hari perkawinan, sering lebih
sukar menyembuhkannya sebab kemungkinan akan terjadi apa yang disebut sebagai
“fenomena pingpong”. Artinya setelah diobati, dan pihak istri sembuh, namun bila
suami tak diobati, sewaktu berhubungan seks, suami yang sudah tertular istri akan
menulari kembali istri yang sudah diobati dan sembuh. Dan begitu juga seterusnya
sehingga keputihan istri tak kunjung selesai sembuh.

Maka, jika istri kedapatan keputihan, suami pun sekaligus perlu diobati juga kalu
terbukti positif. Gejala keputihan pada pria tidak senyata pada wanita. Mungkin
hanya titik lendir, dan keluhan gatal di ujung lian kemih saja. Dengan cara
pemeriksaan lendir yang mungkin keluar dari liang kemih kemaluan, dapat dipastikan
apakah memang sudah terjadi penularan keputihan pada pihak suami. Selama istri
dalam pengobatan keputihan, dianjurkan tidak bersetubuh dulu sampai keduanya
betul-betul sudah dinyatakan sembuh. Tandanya keputihan sudah sembuh, keluhan
dan gejala keputihannya sudah mereda dan selain lendirnya sudah kering sama sekali.

Seringnya keputihan kambuh, lantaran pengobatan belum tuntas sama sekali sedang
obat sudah di hentikan. Mestinya obat belum boleh dihentikan selama keputihannya
masih ada sebagaimana mungkin tampak masih keluar lendir abnormalnya yang
mungkin membercak di pakaian dalam, selain masih ada keluhan gatal dan berbau.
Keputihan jenis penyakit yang dibiarkan tanpa pengobatan akan berkembang semakin
hebat. Keputihan membuat vagina lebih masam. Jika dibiarkan dapat menjalar terus
ke organ reproduksi. Pada wanita yang belum pernah menikah, belum pernah
berhubungan seks, obat keputihan hanya dalam bentuk obat minum saja. Sedang
untuk wanita yang sudah menikah, bisa juga diberikan obat yang dimasukan ke liang
vagina (vaginal suppositoria) selain obat minum. Penyakit kelamin kencing nanah
pun gejalanya mirip keputihan juga. Mungkin menyerupai keputihan yang disebabkan
oleh jamur atau parasit, namun tidak gatal, dan tidak pula berbau.

Keputihan kencing nanah muncul pagi hari pada pria. Namun, pada wanita sering
samar-samar, dan baru kelihatan jika dilakukan pemeriksaan dalam oleh dokter.
Apabila merasa punya riwayat pernah berhubungan seks dengan pria lain sebelum
menikah, lalu muncul keputihan beberapa hari kemudian, waspadalah siapa tahu
benar sudah tertular kencing nanah GO (gonorrhoe). Untuk memastikan betul kalau
itu kencing nanah, lendir keputihannya di ambil di laboratorium untuk dibiak. Kalau
hasilnya ternyata positif GO, sebaiknya diobati sampai tuntas sebelum malam
pengantin.

Kencing nanah yang tidak diobati bisa berkomplikasi sampai kedalam kelenjar yang
berada di sekitar vagina (bisul vagina) selain kemungkinan menembus memasuki
organ reproduksi bagian yang lebih atas, memasuki saluran telur, seperti yang sering
menjadi akibat penyakit menular seksual lain (oleh kuman chlamydia). Kedua
penyebab itu sama-sama bisa berakhir dengan kemndulan juga.

2.1.6 Patofisiologi
Trichomonas vaginalis menginfeksi sel epitel (dinding bagian dalam) vagina sehingga
terjadi proses kematian sel hospes (host-cell-deatth). Komponen yang berperan dalam proses
kematian sel tersebut adalah mikrofilamen dari trichomonas vaginalis. Selama proses invasi,
trichomonas vaginalis tidak hanya merusak sel epitel namun juga eritrosit. Eritrosit
mengandung kolestrol dan asam lemak yang diperlukan bagi pembentukan membran
trichomonad. Proses pengikatan dan pengenalan trichomonad dengan sel epitel hospes
melibatkan spesifik dari trichomonas vaginalis, yang dikenal dengan sistein proteinase.
Setelah proses pengikatan, akan timbul reaksi kaskade yang mengakibatkan sitoktosisitas
dan hemolisis pada sel epitel vagina sehingga vagina mengeluarkan cairan putih berbau
tidak sedap, vulva membengkak dan terasa nyeri serta gatal-gatal (keputihan/flour
albus/leucorrhoea), bahan dalam kondisi lebih parah akan terjadi peradangan dan sangat
gatal (vaginitis) (Zulkoni, Akhsin, 2011. Parasitologi, Yogyakarta : Nuha Medika) .

2.1.7 Pencegahan

Pencegahan keputihan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan.


Sesungguhnya organ kewanitaan mempunyai mekanisme diri untuk mencegah infeksi serta
menjaga agar daerah tersebut tetap sehat dan bersih. Kulit dan selaput organ kewanitaan sangat
sensitif dan ditumbuhi bakteri baik, sebagai penghni tetap (flora normal) yang akan “mengusir”
mikroorganisme lain yang berasal dari tempat atau organ lain. Lendir yang dihasilkan vagia
sebetulnya adalah cairan pembersih alami yang juga berperan dalam pertahanan setempat (Sari,
Wening. 2012. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus. Hal 106)
Berikut beberapa cara menjaga kebersihan organ kewanitaan sebagai upaya pencegahan
keputihan pada wanita:
1. Biasakan menyiram toilet sebelum menggunakannya untuk meminimalkan kontaminasi
mikroorganisme, terlebih di toilet umum. Sebisa mungkin gunakan air mengalir untuk
membersihkan organ kewanitaan.
2. Cara membersihka vagina adalah dengan membersihkan bagian depan terlebih dahulu
setelah itu bagian belakang. Demikian juga setelah buang air besar, bersihkan dulu bagian
saluran kencing dan vagina hingga tuntas, kemudian baru membersihkan anus. Daerah
anus mempunyai banyak kuman dan jika membersihkan anus dan vagina secara bolak
balik akan memudahkan vagina terinfeksi kuman dari anus.
3. Bau pada vagina berasal dari luar vagina sehingga cukup bersihkan dari luar vagina
dengan sabun yang lembut dan air. Buka lipatan bibir vagina dan bersihka daerah lipatan
tersebut yang terlihat. Jangan membersihkan bagian yang tersembunyi. Saat ini telah
tersedia sabun yang mempunyai pH yang sesuai dengan pH vagina.
4. Menyemprotkan sabun ke dalam vagina, selain mengganggu pertahanan setempat, juga
dapat menyebabkan iritasi serta alergi.
5. Gunakan celana dalam berbahan katun karena bahan katun mampu menyerap keringat
dan jangan gunakan celana jeans tanpa memakai celana dalam. Gantilah pakaian dalam
setiap hari. Jangan terlalu sering menggunakan celana yang ketat karena dapat
menyebabkan sirkulasi daerah kewanitaan terganggu, terlebih dari bahan sintetis karena
bagian tubuh akan lembab dan jamur mudah tumbuh.
6. Saat menstruasi, pembalut sebaiknya diganti setiap 3-4 jam sekali untuk menghindari
kelembapan dan pertumbuhan bakteri.
7. Biasakan kencing setelah melakukan hubungan seksual. Cara ini dapat mencegah
terjadinya infeksi saluran kencing.
8. Pemakaian pembalut harian (panty liner) dapat menyebabkan jumlah lendir yang
dihasilkan lebih banyak sebagai respon vagina untuk pertahanan diri. Oleh karena itu,
pakailah panty liner hanya pada saat-saat lendir keluar berlebihan (Sari, Wening. 2012.
Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus. Hal 107).
9. Jangan menggunakan bedak atau bubuk yang bertujuan membuat vagina harum atau
kering. Bedak sangat kecil dan halus, hal ini mudah terselip dan tidak dapat terbersihkan,
sehingga mengundang datangnya jamur pada vagina.
10. Keringkanlah selalu vagina anda setelah mandi, cebok atau mencui vagina sebelum anda
berpakaian.
11. Pakailah selalu pakaian dalam yang kering. Usahakan selalu untuk membawa cadangan
guna berjaga-jaga jika celana dalam anda perlu diganti.
12. Jika anda stress, ambil waktu libur atau cuti anda, rileks kan pikiran anda sejenak. Karena
stress juga dapat memacu keputihan.
13. Kurangi untuk kegiatan yang membuat anda sangat letih, kepanasan dan banyak
mengeluarkan keringat, atau jika sudah melakukan aktivitas tersebut, segera mandi dan
bersihkan tubuh anda khususnya daerah kemaluan.
14. Tradisional , Daun Sirih
Daun sirih memiliki kandungan minyak terbang (batlephenol) dan kandungan kavinol
yang memiliki kegunaan mematikan kuman, kandungan antioksidan dan anti jamur.
Adapun cara yang tepat yaitu dengan mengambil 10 lembar daun sirih yang sudah dicuci
kemudian siapkan kurang lebih 2 liter air ke dalam panci dan merebusnya, sesudah
direbus dinginkan air rebusan tadi dan basuhkan ke seluruh organ bagian kewanitaan.
15. Memperbanyak Konsumsi bawang putih
Selain terkenal dengan bumbu masak. Saat ini bawang putih tidak saja dikenal bahan
penyedap akan tetapi mempunyai khasiat kesehatan . Bawang putih memiliki sifat anti
bakteri, anti jamur, dan anti virus memungkinkan meraka untuk menghambat
perkembangan bakteri, jamur, dan virus. Penelitian menunjukan bahwa bawang putih
memiliiki kekuatan antibakteri. Meningkatkan konsumsi bawang putih akan membantu
anda mengatasi keputihan.
16. Hindari stress , olahraga teratur dan pola makan seimbang
Menghindari diri dari stress dan melakukan olahraga seimbang merupakan solusi tepat
untuk anda. Lakukan olahraga satu minggu dua kali secara teratur . Konsumsi pula
makanan yang sehat seperti minum susu ataupun yogurt karena kandungan di dalam susu
terdapat bakteri baik yang menjaga keseimbangan bakteri candida.
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi fluor albus ialah pruritus, eczema dan condylomata acuminata sekitar vulva.
Pengobatan keputihan disesuaikan dengan penyebabnya. Jika penyebabknya infeksi,
maka dokter akan memberikan anti-infeksi. Jika penyebabnya jamur, maka akan diobati
dengan anti-jamur. Dan jika penyebabnya bakteri, akan diberikan anti-bakteri (Sari,
Wening. 2012. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus. Hal 108).
Berikut pengobatan keputihan sesuai dengan penyebab:
1. Trikomoniasis
Pengobatannya: metronidazol per os, suposutoria vaginal.
2. Candidia albicans
Pengobatannya: Nystatin/Diflucan per os, Mycostatin sup. vaginal
3. PMS (Gonore, Kondiloma, Hemofilus, PID)
Pengobatannya: antibiotic, triconidazol, tinc phodophilin.
4. Lakukan evaluasi seminggu kemudian pasca pengobatan dengan cara:
a. Pemeriksaan laboratorium ulang.
b. Pengobatan ulang.
c. Suami juga memperoleh pengobatan yang sama (Manuaba, Sri Kusuma Dewi
Suryasaputra, dkk. 2009. Buku Ajar Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC. Hal 3).
2.2 Konsep Manajemen

A . Data subjektif

Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas,keluhan, yang diperoleh dari

hasil wawancara langsung kepada pasien/klien (anamneses) atau dari keluarga dan tenaga

kesehatan (alloanamneses) (Hidayat, 2008). Pada data subjektif meliputi :

a)      Biodata pasien

  Nama : untuk mengenal dan mengetahui pasien  (Nursalam, 2009).

   Umur : untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi

belum matang, mental dan psikis belum siap. Ditulis dalam tahun, pada kasus gangguan

sistem reproduksi ibu dengan Flour Albus ini biasanya dialami oleh wanita menarche hinnga

masa menopause (Varney, 2006).

    Agama : untuk memberikan motivasi dan dorongan moril sesuai apa yang dialami (Ety,

2011).

    Suku/bangsa  : untuk mengetahui faktor bawaan atau ras (Nursalam, 2009).

    Pendidikan  : untuk mengetahui latar belakang, tingkat pendidikan dan pengetahuan (Ety,

2011). Pada kasus gangguan sistem reproduksi Flour Albus biasanya ditemukan pada ibu

yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah (Ety, 2011).

     Alamat      :  untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal dan karakteristik masyarakat

(Ety, 2011).

     Pekerjaan   :    untuk mengetahui status social ekonomi (Ety, 2011).

b)      Keluhan utama

Alasan wanita tersebut mengunjungi tenaga kesehatan di klinik, kantor, kamar gawat darurat,

pusat pelayanan persalinan, rumah sakit, atau rumahnya, seperti yang diungkapkan dengan
kata-katanya sendiri (dapat berhubungan dengan sistem tubuh) (Essawibawa, 2011). Pada

kasus Flour Albus keluhan utama ibu merasa tidak nyaman sehubungan pakaian dalamnya

selalu basah dan keluarnya cairan berupa lender yang kental, berwarna kuning hingga keabu-

abuan, gatal dan berbau dari kelaminnya dalam jumlah yang banyak, ruam pada kulit dan

merasa sakit panas saat berkemih (manuaba, 2009).

c)      Riwayat menstruasi

Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi menstruasi, lama menstruasi,

banyaknya darah yang keluar, gangguan sewaktu menstruasi (Essawibawa, 2011).

d)     Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Disajikan dalam bentuk tabel yang berisi tentang berapa kali ibu hamil, umur kehamilan

selama hamil, tanggal atau tahun lahir bayi, jenis persalinan, tempat persalinan, penolong

persalinan dan penyulit. Keadaan anak dan nifas yang lalu berisi mengenai jenis kelamin

putra-putri ibu, berat badan waktu lahir, panjang badan waktu lahir, keadaan anak

sekrang, riwayat laktasi, perdarahan dan lamanya ibu nifas (Essawibawa, 2011).

e)      Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi yang pernah digunakan ibu yang mungkin

berpengaruh terhadap penyakitnya (Imamah, 2012). Pada kasus Flour Albus ini biasanya

terjadi pada ibu yang menggunakan alat kontrasepsi Pil atau IUD (Wi knjosastro, 2006).

f)       Riwayat kesehatan menurut Essawibawa (2011), yang meliputi:

  Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui adakah penyakit lain yang

bisa memperberat keaadan klien seperti batuk, pilek dan demam.

   Riwayat penyakit sistemik


Untuk mengetahui apakah ibu menderita penyakit jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis,

DM, hipertensi, dan epilepsi serta penyakit sistemik lainnya, seperti: penyakit kelain

diantaranya, bacterial vaginosis, trikomonas, candidiasis (Purwantyastuti, 2004).

    Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui apakah ada keluarga yang menderita penyakit menular seperti TBC,

hepatitis, HIV/AIDS, kandiloma akuminata, dan penyakit keturunan seperti jantung,

hipertensi dan diabetes mellitus.

     Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui apakah ada riwayat keturunan kembar dalam keluarga.

    Riwayat operasi

Untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat operasi yang berhubungan dengan

kandungan atau tidak.

g)      Pola kebiasaan sehari-hari

Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan pola

makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Ferer, 2001).

    Pola nutrisi  :

Mengetahui seberapa banyak nya asupan nutrisi pada pasien  dengan mengamati adakah

penurunan berat badan atau tidak pada pasein (Susilawati, 2008)

    Pola eliminasi  :

dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan BAB (varney, 2007). Pada kasusu

Flour Albus terkadang ibu merasa panas pada saat kencing (Abidin, 2009).

     Pola istrirahat  :
untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa lama ibu tidur malam

(Essawibawa, 2011).

   Aktivitas         :    untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari (Ety, 2011).

    Personal hygiene : untuk mengetahui kebersihan tubuh ibu yang meliputi frekuensi

mandi, gosok gigi, ganti baju atau pakaian dalam, keramas dan cara membersihkan alat

genetlianya (Essawibawa, 2011). Pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albus

biasanya sering ditemui pada ibu yang memiliki kebiasaan personal hygiene yang jelek

(Purwantyastuti, 2004).

   Pola hubungan seksual  : untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksual

dalam seminggu dan adfa atau tidaknya keluhan (Essawibawam, 2011). Pada biasanya ibu

merasa tidak nyaman dengan keadaanya karena cairan yang keluar dari vaginanya berlebihan

dan terasa gatal (Abidin, 2009).

h)   Data psikologis

Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu menghadapi gangguan sistem reproduksi dengan

Flour Albus sekarang ini (Nursalam, 2008). Pada kasus gangguan sistem reproduksi Flour

Albus ini biasanya didapatkan data psikologisnya adalah ibu merasa cemas dengan

keadaannya (Abidin, 2009).

B. Data Objektif

Data Objektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,

pemeriksaan khusus kebidanan dan data penunjang (Hidayat, 2008).

a)      Pemeriksaan fisik


   Keadaan umum  : untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang, buruk,

kemudian tingkat kesadaran dan keadaan emosional (Nursalam, 2009). Pada kasus gangguan

sistem reproduksi dengan Flour Albus didapatkan keadaan umum ibu sedang.

   Kesadaran  : untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu yang terdiri dari kesadaran

composmentis (yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya ,dapat menjawab semua pertanyaan

tentang keadaan sekelilingnya), kesadaran apatis (yaitu keadaan keasadarn yang segan untuk

berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya (acuh tak acuh), kesadaran delirium (yaitu gelisah,

disorientasi orang tempat, waktu memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang

berhayal), kesadaran somnolen (yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,

mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi

jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal) (Rizky, 2010). Pada kasus gangguan

sistem reproduksi Flour Albus didapatkan kesadaran ibu Composmentis.

   Tanda-tanda vital

Tekanan darah     :    untuk mengetahui factor risiko hipertensi/hipotensi dengan satuan

mmHg. Tekanan darah normal 110/80 sampai 140/90 mmHg (Saifuddin, 2002).

Suhu  : untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Suhu tubuh

normal 35,6o C sampai 37,6o C (Wiknjosastro, 2006).

Nadi   : untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan menghitung dalam 1 menit adalah

60-100 x/menit (Saifuddin, 2002).

Respirasi    : untuk mengetahui pernafasan pasien dalam waktu 1 menit. Sedangkan

normalnya pernafasan dalam 1 menit adalah 20-24 x/menit (Saifuddin, 2002).

b)     Pemeriksaan Sistematis

  Kepala
Rambut  : untuk mengetahui rambut bersih tidak rontok atau tidak, berketombe tidak

(Ety, 2011).

Muka      : untuk mengetahui ada oedema apa tidak, anemis atau tidak, pucat atau tidak

(Ety, 2011).

Mata       : untuk mengetahui apakah ada konjungtiva warna merah muda atau anemis dan

sclera warna putih atau ikterik (Ety, 2011).

Hidung   : untuk mengetahui ada polip atau tidak, ada lender atau tidak (Ety, 2011).

Telinga   :  untuk mengetahui adanya serumen atau tidak (Ety, 2011).

Mulut dan gigi  : untuk mengetahui lidah bersih atau kotor, ada stomatitis atau tidak,

apakah gigi bersih atau caries (Nursalam, 2009).

   Leher      :  untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid dan pembesaran

kelenjar getah bening (Nursalam, 2008).

   Dada      :  untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan, kiri saat bernafas sama dan

apakah payudara kanan dan kiri simetris atau tidak (Nursalam, 2008).

Mammae menurut Varney (2004),

1.      Pembesaran  : ada pembesaran atau tidak.

2.      Tumor           : ada benjolan tumor atau tidak.

3.      Simetris        : simetris atau tidak.

4.      Areola          : hyperpigmentasi.

5.      Putting susu : menonjol/tidak.

6.      Kolostrum    : sudah keluar atau belum.

  Abdomen  : apakah ada jaringan parut atau bekas operasi, dan adanya nyeri tekan

(Wiknojosastro, 2006).
   Anogenital

Vulva dan vagina  : bentuk genetalia, pengeluaran (warna, bau, jumlah dan karakter) ada

tidaknya varices, ada atau tidaknya kemerahan, nyeri tekan dan pembesaran kelenjar

bartholini (Essawibawa, 2011). Pada kasus Flour Albus didapatkan hasil pemeriksaan terlihat

secret vagina berwarna putih menggumpal, berwarna kuning hingga putih keabu-abuan

(Abidin, 2009).

Inspeculo    : pemeriksaan dalam yang dilakukan untuk mengetahui keadaan portio dan servik

serta pengeluaran pervaginam (Widjanarko, 2011).

Pemeriksaan dalam  : pemeriksaan dalam (Vagina toucher dan inspekulo) dikaji untuk

mengetahui kondisi vagina urethra, dinding vagina, portio, Orifisium urethra, korpus uteri,

pengeluaran dan discharge (Essawibawa, 2011).

   Anus    : untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak (Nursalam, 2008).

   Ekstremitas

Varices     : apakah ada varices atau tidak (Nursalam, 2008).

Oedema   : apakah ada oedema atau tidak (Nursalam, 2008).

Reflek patella  :  pemeriksaan dengan pengetukan pada tendom patella menggunakan

palu reflex (Nazriel, 2011).

c)   Pemeriksaan penunjang :

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan misalnya

pemeriksaan laboratorium dan hasil pap smear (Varney, 2007).

C. Analisa

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan

diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat diidentifikasikan, seperti diagnosa tetapi membutuhkan

penanganan (Ety, 2011).

a)      Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan

dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan (Essawibawa, 2011). Diagnosa

kebidanan sendiri didapat dari data dasr yang terdiri dari data subjektif dan data objektif.

Diagnosa yang ditegakkan adalah Ny.”S” dengan gangguan sistem reproduksi dengan Flour

Albus.

Data dasar :

1.      Data subjektif menurut Manuaba (2009), contoh :

a.       Ibu mengatakan sudah melahirkan sebanyak 3 kali dan tidak pernah keguguran.

b.      Ibu mengatakan umurnya sudah 40 tahun.

c.       Ibu mengatakan adanya cairan yang kental, berwarna putih keruh dan berbau yang

disertai rasa gatal selama 1 minggu yang lalu.

2.      Data objektif :

a.       Keadaan umum  : baik

b.      Kesadaran  : composmentis.

c.       Tanda-tanda vital : biasanya terjadi peningkatan.

d.      Pengeluaran pervaginam berupa cairan kental berwarna putih keruh dan berbau.

D. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan pada ibu tentang penyakit yang dideritanya, Ibu memahami.

2. Mendiskusikan dengan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan selanjutnya, Ibu

memahami.
3. Mengobservasi keadaan umum dan TTV, ibu terpantau keadaannya..

4. Menjelaskan bagaiman cara membersihkan daerah pribadi dan genitalianya agar tetap

bersih dan kering, ibu dapat mengulang penjelasan petugas.

5. Menganjurkan kepada  klien untuk meningkatkan personal higiene, Ibu memahami.

6. Menjelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina, Ibu memahami.

7. Memberi dukungan moral dan spiritual, Ibu termotivasi untuk mengatasi keputihan.

8. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan dirinya ke dokter agar ibu dapat memperoleh

penanganan lebih lanjut secepatnya, ibu memahami.


DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Sri Kusuma Dewi Suryasaputra, dkk. 2009. Buku Ajar Ginekologi untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal 3.
Prawirohardjo, Sarwono. (2005).Ilmu Kandungan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Suranto, Adji. 2010. Dahsyatnya Propolis Untuk Mnggempur Penyakit. Jakarta: Argo Media
Pustaka

Sari, Wening. 2012. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus.
Zulkoni, Akhsin, 2011. Parasitologi, Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai