Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MOHAMMAD FAKTUR EFENDI

NPM : 19.611.100001

HUKUM SORE/SMT 3

UTS ANTROPOLOGI HUKUM

1. A.perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah

Di Amerika Serikat, ilmu antropologi telah memakai dan mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan
metode dari ilmu antropologi dalam fasenya yang pertama, kedua, dan ketiga, ditambah dengan
berbagai spesialitas yang telah dikembangkan secara khusus untuk mencapai pemahaman tentang
dasar-dasar dari keragaman bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia yang tampak pada masa
sekarang ini. Di Inggris dan negara-negara yang ada dibawah pengaruhnya seperti Australia, ilmu
Antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga masih dilakukan, tetapi dengan hilangnya daerah-
daerah jajahan Inggris, maka sifat dari ilmu antropologi tentu juga berubah. Dalam hal ini metode
antropologi yang telah dikembangkan di Amerika Serikat juga sudah mulai mempengaruhi berbagai
lapangan penelitian para ahli antropologi di Inggris. Di Eropa Tengah seperti Jerman, Austria, dan Swiss,
hingga kira-kira awal tahun 1970-an saja ilmu antropologi masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa
diluar eropa untuk memahami tentang sejarah penyeberan kebudayaan seluruh umat manusia dimuka
bumi ini. Jadi sifat antropologinya masih ada pada fase yang kedua. Di Eropa Utara, di negara-negara
Skandinavia, ilmu antropologi sebagian bersifat akademial, seperti Jerman dan Austria. Mereka juga
mempelajari banyak daerah di benua-benua di luar eropa, tetapi keistimewaan mereka terletak dalam
hasil-hasil penelitian tentang kebudayaan suku bangsa Eskimo. Di Uni soviet, perkembangan ilmu
antropologi diluar tidak banyak dikenal karena Uni SovieIlmiah

ga kira-kira sekitar tahun 1960 memang seolah-olah mengisolasikan diri dari dumia lainnya. Sehinggapun
demikian, beberapa tulisan tentang perkembangan ilmu antropologi di Uni Soviet menunjukkan bahwa
aktifitas penelitian antropologi disana sangat besar. Ilmu antropologi di Uni Soviet berdasarkan konsep
Karl Marks dan Fredrich Engels mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat. Di negara-negara bekas
jajahan Inggris, terutama di India, metode antropologi mendapat pengaruh besar dari aliran –aliran di
Inggris, dan ilmu itu mendapat suatu fungsi yang sangat praktis dalam hal mencapai pengetian
keragaman kehidupan masyarakat di India dan guna kepentingan-kepentingan yang praktis dalam
hubungan antara golongan-golongan penduduk itu.
B. Perbedaan-perbedaan Istilah

Sampai sekarang di berbagai negara masih dipakai berbagai istilah, sehingga ada perlunya diterangkan
di manakah istilah-istilah tersebut lizim dipakai dan apakah arti istilah-istilah seperti ethnography,
ethnology, volkerkunde,kulturkunde, anthropology,cultural anthropology, dan social anthropology?
Enhnography berarti “pelukisan tentang bangsa-bangsa”. Istilah ini dipakai umum di Eropa Barat untuk
menyebut bahan keterangan yang termaktub dalam karangan-karangan tentang masyarakat dan
kebudayaan suku bangsa di luar Eropa, serta segala metode untuk mengumpulkan dan mengumumkan
bahan itu.Ethnology yang berarti “ilmu bangsa-bangsa”, adalah juga suatu istilah yang telah lama dipakai
sejak permulaan masa terjadinya antropology.Volkerkunde berarti “ilmu bangsa-bangsa”. Istilah itu
digunakan terutama di Eropa Tengah sampai sekarang.Kulturkunde berarti “ilmu kebudayaan”. Istilah ini
pernah dipakai oleh seorang sarjana antropologi dari Jerman, L.Frobenius, dalam arti yang sama dengan
pemakaian ethnology di Amerika. Pernah juga dipakai oleh seorang guru besar Universitas Indonesia,
G.J. Held. Dalam bahasa Indonesia istilah itu menjadi “ilmu kebudayaan”.Anthtropology berarti “Ilmu
tentang manusia”, dan adalah suatu istilah yang sangat tua. Dahulu istilah itu digunakan sebagai arti
yang lain, yaitu “ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia” (malah pernah juga dalam arti “ilmu
anatomi”).Cultural anthtropology akhir-akhir ini terutama dipakai di Amerika, tetapi kemudian juga di
negara-negara lain sebagai istilah untuk menyebut bagian dari ilmu antropology dalam arti luas yang
tidak mempelajari manusia dari sudut fisiknya, jadi sebagain lawan daripada physical anthropology.
Sekarang dipakai secara resmi oleh Universitas Indonesia menjadi “antropology budaya”, untuk
mengganti istilah G.J Held “ilmu kebudayaan”

.Social anthropology dipakai di Inggris untuk menyebut antropology dalam fase ketiganya, sebagai lawan
ethnology, yang disana dipakai untuk menyebut antropology dari fase-fase sebelumnya

kompasiana.com
2. Dalam pendekatan antropologi hukum, dalam rangka hendak digalinya pranata-pranata yang dihayati
sebagai hukum oleh individu, kelompok atau masyarakat, maka dengan jalan mengungkapkan kasus-
kasus sengketa, maupun kasus-kasus non-sengketa (Ihromi, 2001)[2]. Tulisan ini akan memaparkan
contoh kasus sengketa dan non-sengketa untuk mengetahui hukum yang hidup di masyarakat Desa
Lelobatan, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten TTS, NTT[1]

Sengketa Keluarga: Perebutan Lokasi Pemakaman Anak

Sengketa merupakan fenomena sosial yang menimbulkan ketidakadilan dan kerugian bagi pihak yang
disebut korban, baik individu maupun sekelompok masyarakat. Sengketa diawali oleh (1) tahap
prakonflik, yaitu ketika pihak korban merasakan adanya ketidakadilan; (2) berlanjut pada tahap konflik,
yaitu ketika korban mengeluhkan kerugian yang ia rasakan pada pihak lain; (3) dan akhirnya terjadi
sengketa, yaitu jika konflik telah diumumkan ke publik.Contoh sengketa yang penulis angkat ialah kasus
sengketa keluarga yang terjadi di Desa Lelobatan, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah
Selatan, NTT mengenai perebutan lokasi pemakaman anak. Tahap prakonflik dimulai pada tanggal 20
Juni 2017 ketika sebuah peristiwa yang tidak diinginkan siapapun terjadi, yakni kematian seorang anak
perempuan kelas 1 SD bernama Adolfioa Toto. Adolfioa dikenal sebagai anak yang periang dan baik hati
oleh orang-orang sekitar, termasuk keluarga, guru, dan teman-temannya.Sayangnya, pascakematian
Adolfioa terjadi sebuah perselisihan di dalam keluarga mengenai lokasi tempat Adolfioa akan
dimakamkan. Perselisihan terjadi antara dua fam, yakni keluarga ayah dan keluarga ibu yang sama-sama
menginginkan putrinya itu disemayamkan di pemakaman keluarga masing-masing. Di sinilah tahap
prakonflik terjadi. Sejak awal, sang ayah telah memutuskan bahwa Adolfioa akan disemayamkan di
makam keluarga Toto, mengingat

garis patrilineal yang masih sangat kental di masyarakat Timor. Namun, si ibu merasa mereka punya hak
agar putri mereka Adolfioa bisa disemayamkan di makam keluarga mereka, Baun. Hal ini didukung juga
dengan lebih dekatnya makam keluarga Baun dari rumah duka jika dibandingkan dengan makam
keluarga Toto Perselisihan ini kemudian membesar menjadi konflik yang dianggap serius oleh keluarga
ketika bukan hanya keluarga inti saja yang mempermasalahkan hal ini, tapi juga seluruh fam, baik dari
pihak ayah maupun ibu. Karena baik ayah maupun ibu sama-sama mengeluhkan keresahan mereka
mengenai pemakaman Adolfioa kepada keluarga besar mereka. Bahkan kasus ini menjadi sengketa
ketika kedua belah pihak merasa memiliki hak untuk ‘mendapatkan jasad’ di pemakaman keluarga
mereka masing-masing dan menceritakannya pada publik. Kasus ini pun menjadi bahan pembicaraan
masyarakat desa tak lama setelah itu.Akhirnya, pihak keluarga, baik dari ayah maupun ibu Adolfioa
memutuskan untuk menghadirkan pihak ketiga yang diharapkan mampu membantu menyelesaikan
permasalahan keluarga mereka. Penyelesaian sengketa ini disebut oleh Cecilio (1988) sebagai family
mediation, yaitu mediasi yang dilakukan untuk menangai sengketa keluarga[3]. Bukan seorang saja
pihak ketiga yang dimaksud, tapi beberapa orang tokoh adat. Mereka adalah sosok yang dirasa bijak dan
paham akan duduk permasalahan keluarga Toto-Baun ini. Dua di antara tokoh adat yang dimaksud
adalah Petrus Almet dan Yohannes Almet. Kedua tokoh ini sengaja dipilih oleh kedua belah pihak yang
bersengketa sebagai mediator, selain karena dituakan juga karena jarak tempat tinggal yang tidak terlalu
jauh dari tempat perkara (kediaman Adolfioa Toto), sehingga kedekatan emosi juga sudah terjalin di
antara tokoh adat tersebut dengan keluarga.Tidak butuh waktu lama untuk memutuskan solusi dari
sengketa perebutan lokasi pemakaman Adolfioa, karena ketiga belah pihak (dua pihak yang berperkara
dan satu pihak mediator) sama-sama sepakat bahwa kasus ini perlu penyelesaian secepatnya, agar
jenazah dapat segera disemayamkan dan tenang di alam sana. Hasil musyawarah.

Pendapat saya dari sudut pandang METODE IRAC : seharusnya daripada merebutkan lokasi tempat
pemakanan anak, mending bermusyawarah dulu semua keluarga dari anak itu dan bersama" cari lokasi
tempat pemakanan anak dari situ pasti habis musyawarah cari lokasi tempat pemakanan anak pasti
setuju dan tidak terjadi gesekan antar keluarga

dinayuuhuu.wordpres.com

Anda mungkin juga menyukai