Askep Hipospadia 3 PDF Free
Askep Hipospadia 3 PDF Free
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu kelainan yang dibawa sejak lahir merupakan hal yang tidak ketahui
sebelumnya oleh siapapun. Kelainan-kelainan yang terjadi terutama pada alat
kelamin merupakan salah satu masalah yang memerlukan perhatian khusus.
Kelainan pada alat genitalia terutama pada penis seperti hipospadia yang
merupakan kelainan kongenital pada anak. Secara fisiologis organ genitalia, yaitu
penis memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai saluran pembuangan urin, selain itu
juga berfungsi sebagai organ seksual. Berdasarkan survey yang telah dilakukan
kelainan kongenital ini banyak terjadi pada laki-laki.
Hipospadia merupakan suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksternus
(lubang kencing) terletak di bagian bawah dari penis dan letaknya lebih kearah
pangkal penis dibandingkan normal. Sehingga lubang penis sebagai saluran
kencing yang seharusnya letaknya lurus tetapi terletak dibawah. Faktor genetic,
hormon dan lingkungan merupakan faktor penyebab yang mempengaruhi
terjadinya hipospadia.
Angka kejadian diperkirakan 1 diantara 500 bayi baru lahir. Berdasarkan data
yang dicatat oleh Metropolitan Atlanta Congenital Defect Program (MACDP) dan
Birth Defect Monitoring Program (BDMP) menyatakan bahwa insidensi
hipospadia mengalami dua kali lipat peningkatan antara 1970-1990. Prevalensi
dilaporkan antara 0,3% menjadi 0,8% sejak tahun 1970an.
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari uretra.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Dan Fisiologi Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli
melalui proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan
cairan sperma. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak
pada perbatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter uretra eksterna yang terletak
3
pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Secara anatomis uretra dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
Uretra pars anterior, yaitu uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum
penis, terdiri dari: pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikulare, dan
meatus uretra eksterna.
Uretra pars posterior, terdiri dari uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra
yang dilengkapi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranasea.
Uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung
kencing ke lubang luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung
dengan membran yang melapisi kandung kencing. Meatus urinarius terdiri
atas serabut otot lingkar yang membentuk sfingter uretra (Pearce, 2006).
Uretra mengalirkan urin dari kandung kencing ke bagian eksterior tubuh.
Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui kalenjar prostat
dan penis. Ada tiga bagian uretra (Sloane, 2003), yaitu
Uretra prostatik
Dikelilingi oleh kalenjar prostat. Uretra ini menerima dua duktus
ejakulator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus
deferen dan duktus kalenjar vesikel seminal, serta menjadi tempat
bermuaranya sejumlah duktus dari kalenjar prostat.
Uretra membranosa
Bagian yang terpendek (1 cm sampai 2 cm). Bagian ini berdinding
tipis dan dikelilingi oleh otot rangka sfingter uretra eksternal.
Uretra kavernous (penile, bersepons)
Merupakan bagian yang terpanjang. Bagian ini menerima duktus
kalenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra
eksternal pada ujung penis. Tepat sebelum mulut penis, uretra
membesar untuk membentuk suatu dilatasi kecil, fosa navicularis.
Uretra kavernous dikelilingi korpus spongiosum, yaitu suatu
kerangka ruang vena yang besar. Uretra terbentuk dari penyatuan
lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis. Glandula uretra
terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui
glands untuk menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu.
Hipospadia terjadi bila penyatuan di garis tengah lipatan uretra
tidak lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral
4
2.2. Definisi
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “dibawah” dan
“spadon” yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia merupakan suatu
kelainan bawaan dimana meatus uretra eksternus (lubang kencing) terletak di
bagian bawah dari penis dan letaknya lebih kearah pangkal penis dibandingkan
normal. Menurut Corwin (2009), Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa
kelainan letak lubang uretra pada pria dari ujung penis ke sisi ventral.
Hipospadia merupakan kelainan kelamin sejak lahir. Keadaan ini dapat
ringan atau ekstrem. Pada kasus paling ringan, meatus uretra bermuara pada
bagian ventral glans penis, terdapat berbagai derajat malformasi glans dan kulup
zakar tidak sempurna pada sisi ventral dengan penampilan suatu kerudung dosal.
Dengan bertambahnya tingkat keparahan, penis berbelok kearah ventral (chordee)
dan uretra penis lebih pendek secara progresif, tetapi jarak antara meatus dan
glans tidak dapat bertambah secara signifikan sampai chordee dikoreksi.
Karenanya, klasifikasi hipospadia semata-mata didasarkan atas dasar meatus.
Pada beberapa kasus, meatus terletak pada sambungan penoskrotal. Pada
kasus ekstrem, uretra bermuara pada perineum, skrotum bifida dan kadang-kadang
meluas ke basis dorsal penis (transposisi skrotum) dan chordee (pita jaringan
fibrosa). Pada 10 % anak laki-laki dengan hipospadia testis tidak turun.
5
2.3. Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
2.3.1. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe
ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat
asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat
dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2.3.2. Tipe penil/ Tipe Middle
Terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal. Pada tipe
ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan
kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga
penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada
kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat
kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak
dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan
bedah selanjutnya.
2.3.3. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini,
umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum
bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.
6
2.4. Etiologi
Menurut Muttaqin (2011;240) faktor yang menyebabkan hipospadia
sampai saat ini masih belum diketahui tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan hipospadia adalah faktor genetik, endokrin dan lingkungan.
1. Faktor genetik
Sebuah kecenderungan genetik telah disarankan oleh peningkatan 8 kali
lipat dalam kejadian hipospadia antara kembar monozigot dibandingkan
dengan tunggal.
2. Faktor endokrin
Penurunan androgen atau ketidakmampuan untuk menggunakan
androgen dapat mengakibatkan hipospadia. Dalam sebuah laporan tahun
1997 oleh Aeronson dkk, 66% dari anak laki-laki dengan hipospadia
ringan dan 40% dengan hipospadia berat ditemukan memiliki cacat
dalam biosentesis testosteron testis.
Mutasi alfa reductase enzim-5, yang mengubah testosteron (T) menjadi
dihidrotestosteron (DHT), secara signifikan telah dihubungkan dengan
kondisi hipospadia.
3. Faktor lingkungan
7
2.6. Patofisiologi
Perkembangan uretra in utero dimulai sekitar usia 8 mingu dan selesai
dalam 15 minggu. Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan uretra sepanjang
permukaan ventral penis. Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi funikulus
ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu dengan lipatan uretra yang
menyatu. Hipospadia terjadi dikarenakan fusi (penyatuan) dari garis tengah dari
lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi
ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan
yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga
akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi
9
yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai
chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
Tidak ada masalah fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi baru
lahir atau pada anak-anak remaja. Namun pada orang dewasa dapat menghalangi
hubungan seksual.
2.7. Komplikasi
Menurut Suriardi (2006;142) Komplikasi dari hipospadia adalah
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin
dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu )
2. Infertility
3. Resiko hernia inguinalis
4. Gangguan psikologis dan psikososial
biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini
perbaikan hipospadia dianjurkan sebelum anak berumur 18 bulan.
Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan
buang air pada anak dan pada saat dewasa, mungkin akan terjadi gangguan
dalam melakukan hubungan seksual. (Muslihatum, 2010:164)
Terapi untuk hipospadia adalah dengan pembedahan, untuk
mengembalikan penampilan dan fungsi normal penis. Pembedahan biasanya
tidak dijadwalkan sampai bayi berusia 1 sampai 2 tahun, ketika ukuran
penis menyetakan sebagai ukuran yang layak dioperasi. (Speer,2007:168)
Koreksi dengan pembedahan dilakukan pada usia 2 tahun sehingga
meatus uretra berada pada ujung penis, ereksi dapat lurus, dan penis terlihat
normal. Pada sebagian besar kasus hipospadia yang hanya mengenai glans
penis, pembedahan tidak diperlukan kecuali kadang-kadang untuk alasan
kosmetik. (Lissauer,2008:125)
Penatalaksanan medis yaitu dengan tindakan pembedahan yang
berfokus pada rekontruksi leher pada bledder, dimana dilakukan dalam 2
tahap yaitu : tahap 1: chordec eksisi (Jaringan Fibrosa), tujuannya adalah
untuk meluruskan penis, tahap II yaitu : Urethroplasty, tujuannya untuk
membuat saluran uretra agar ove verada dipuncak penis sehingga pancaran
urine menjadi normal. Selain itu penatalaksanaan medis lainnya adalah
dengan pemasangan kateter, tujuan pembedahan membuat normal
perkemihan, fungsi seksual dan perbaikan untuk hosmetik pada penis, serta
infus dengan cairan Nacl 0,9 % 30 tetes/menit. Penatalaksanaan
keperawatan yaitu perawatan luka dengan cairan Nacl 0,9 % dengan
campuran garamicin 80 mg, dan betadine 10 %, serta perawatan kateter dan
infus dengan cairan Nacl 0,9 % betadine 10 %.
Untuk penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak biasanya
dilakukan dengan prosedur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini
adalah untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra di
tempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya
kedepan. Keberhasilan pembedahan atau operasi dipengaruhi oleh tipe
hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis dan semakin ke proksimal
tipe hipospadia semakin sukar tehnik dan keberhasilan operasinya.
Langkah – Langkah Pada Operasi Hipospadia
1) Koreksi meatus
13
terbuat dari plastik dan dipergunakan kateter dari kateter yang lunak. Dalam
keadaan dimana terjadi luka yang memburuk sebagai akibat edema pada
luka, ereksi atau hematoma, maka sebaiknya dikompres dengan
mempergunakan bantalan saline steril yang hangat. Diversi urine terus
dilanjutkan sampai daerah yang luka itu sembuh. Bila jaringan tersebut
telah sembuh, maka masalahnya bisa direparasi dalam operasi yang kedua 6
– 12 bulan yang akan datang.
Adanya riwayat keturunan atau genetic dari orang tua atau saudara-
saudara kandung dari pasien yang pernah mengalami hipospadia.
Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nyeri/kenyamanan
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan kenyamanan
dan tidak mengalami nyeri.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit
dalam tubuhnya tidak mengalami gangguan.
c. Pola aktivitas
Aktifitas pasien hipospadia tidak ada masalah.
d. Pola eliminasi
Pada saat BAK ibu mengatakan anak harus jongkok karena
pancaran kencing pada saat BAK tidak lurus dan biasanya kearah
bawah, menyebar dan mengalir melalui batang penis.\
e. Pola tidur dan istirahat
Pada umumnya pasien dengan hipospadia tidak mengalami
gangguan atau tiaak ada masalah dalam istirahat dan tidurnya.
f. Pola sensori dan kognitif
Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya penglihatan
pada pasien hipospadia adalan normal, secara mental kemungkinan
tidak ditemukan adanya gangguan.
g. Pola persepsi diri
Adanya rasa malu pada orang tua kalau anaknya mempunyai
kelainan. Pada pasien sendiri apabila sudah dewasa juga akan merasa
malu dan kurang percaya diri atas kondisi kelainan yang dialaminya.
h. Pola hubungan dan peran
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peraen serta megnalami tmbahan dalam
menjalankan perannya selama sakit.
i. Pola seksual
16
Intervensi Rasional
berkemih dan catat produksi urine tiap pengaruh iritasi kandung kemih
6 jam. dengan frekuensi miksi.
keluhan subjektif pada saat melakukan dalam mengevaluasi intervensi yang
eliminasi urine. telah dilaksanakan.
- Pelebaran uretra baik secara - Intervensi bedah dilakukan untuk
uretrotomi internal atau mengatasi masalah gangguan
pemasangan stent uretra. eliminasi urine
- Bedah rekontruksi.
Intervensi Rasional
pasien dengan tindakan nyeri menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi dan noninvasif. nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
nyeri keperawatan : - Istirahat akan menurunkan
- Istirahatkan pasien.
kebutuhan oksigen jaringan
- Manajemen lingkungan
perifer sehingga akan
tenang dan batasi
meningkatkan suplai darah
pengunjung.
- Beri kompres hangat. ke jaringan.
- Lakukan teknik stimulasi per - Lingkungan tenang akan
kutaneus. menurunkan stimulus nyeri
- Lakukan masase sekitar
eksternal dan menganjurkan
nyeri.
pasien untuk beristirahat dan
- Dekatkan orang terdekat.
- Ajarkan teknik relaksasi pembatasan pengunjung
pernapasa dalam. akan membantu
- Ajarkan teknik distraksi pada
meningkatkan kondisi
saat nyeri.
oksigen ruangan yang akan
- Tingkatkan pengetahuan
bekurang apabila banyak
tentang : sebab-sebab nyeri,
pengunjung yang berada di
dan menghubungkan berapa
ruangan dan menjaga privasi
lama nyeri akan berlangsung.
pasien.
- Vasoliditasi dapat
menurunkan spasme otot
sehingga menurunkan
spasme nyeri.
- Salah satu metode distraksi
untuk menstimulasi
pengeluaran endorfin
enkefalin yang berguna
sebagai analgetik internal
untuk memblok rasa nyeri.
- Meningkatkan kelancaran
suplai darah untuk
19
menurunkan iskemia.
- Eksplorasi stimulus
eksternal untuk menurunkan
stimulus nyeri.
- Meningkatkan asupan
oksigen sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder.
- Distraksi dapat menurunkan
stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan
enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri
untuk tidak di kirimkan ke
korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
- Pengetahuan yang akan di
rasakan membantu
mengurangi nyeri dan dapat
membantu mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik.
dokter untuk pemberian analgetik lintasan nyeri sehingga nyeri
akan berkurang.
Intervensi Rasional
pembedahan, hari pembedahan dan kemajuan atau penyimpangan dari
20
Kriteria evaluasi :
- Pasien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan.
- Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
- Pasien dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi
untuk melakukan aturan atau prosedur prabedah yang telah dijelaskan.
- Pasien dan keluarga memahami tahap-tahap intraoperatif dan
pascaanastesi.
- Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi intervensi
prosedur pascaanastesi atau perencanaan pasien pulang.
- Pasien dan keluarga dapat memahami respons pembedahan secara
fisiologis dan psikologis.
- Secara subjektif pasien merasakan rasa nyaman dan relaksasi emosional.
Intervensi Rasional
pengetahuan, sumber informasi dasar untuk memberikan
yang telah di terima. pendidikan kesehatan dan
mengklarifikasi sumber yang tidak
jelas.
kesehatan preoperatif. si preoperatif telah di kenal sejak
lama. Setiap pasien diajarkan
sebagai seorang individu dengan
mempertimbangkan segala
keunikan ansietas, kebutuhan dan
harapan-harapannya.
pembedahan, meliputi : - Pembersihan dengan enema
- Persiapan intestinal.
atau laksatif mungkin di
- Persiapan kulit
- Pencukuran area operasi ulang jika tidak efektif.
- Persiapan istirahat dan tidur
Pembersihan ini adalah
untuk mencegah defekasi
selama anestesi tau untuk
mencegah trauma yang tidak
diinginkan.
- Tujuan dari persiapan kulit
preoperatif adalah untuk
mengurangi sumber bakteri
tanpa mencederai kulit.
- Pencukuran area operasi
23
2.10.4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses perawatan, dimana
tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan, Implementasi sifatnya berkesinambungan dan
interaktif dengan komponen lain dari proses keperawatan, komponen
implementasi dari proses keperawatan mempunyai 5 tahap ; mengkaji ulang,
menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang sudah ada,
mengidentifikasikan area bantuan, mengimplementasikan intervensi
keperawatan, dan mengkomunikasikan intervensi, implementasi dari asuhan
keperawatan memerlukan keterampilan, pengetahuan tambahan dan
keterampilan interpersonal. Metode dalam implementasi dapat berubah
membantu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Penyuluhan kesehatan
digunakan untuk menyajikan prinsip, teknik dan prosedur yang tepat dari
perawat kepada klien dan menginformasikan status. Kesehatan mereka.
Metode konseling digunakan untuk membantu klien. Menggunakan proses
pemecahan masalah untuk mengenali dan menangani stress dan
memfasilitasi hubungan interpersonal antara klien, keluarga dan tim
26
2.10.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan kearah pencapaian tujuan.
Perawat mengevaluasi apakah perilaku /respon klien mencerminkan suatu
kemunduran /kemajuan dalam diagnosa keperawatan /pemeliharaan status
kesehatan. Selama evaluasi perawat memutuskan apakah proses
keperawatan sebelumnya telah efektif dan menelaah respon klien dan
membandingkan dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang
diharapkan selama evaluasi secara kontinue mengarahkan kembali asuhan
keperawatan kearah terbaik untuk memenuhi kebtuhan klien. Setelah
perawat menentukan bahwa hasil yang diharapkan dan tujuan telah tercapai,
perawat mengklarifikasikan evaluasi dengan klien jika perawat dan klien
setuju. Bahwa hasil yang diharapkan telah dipenuhi, perawat menghentikan
rencana asuhan keperawatan tersebut dan asuhan keperawatan dapat
didokumentasikan tetapi ketika tujuan asuhan keperawatan tidak tercapai
maka perawat mengidentifikasikan variabel/faktor-faktor yang mengganggu
pencapaian tujuan, biasanya perubahan dalam kondisi, kebutuhan dan
kemampuan klien memerlukan perubahan intervensi, sehingga perawat
menggunakan intervensi baru dan merevisi hasil untuk memenuhi tujuan
asuhan.
Menurut Muttaqin (2011;243) Hasil yang diharapkan intervensi adalah
sebagai berikut.
1. Gangguan pemenuhan eliminasi urine teratasi.
2. Penurunan skala nyeri.
3. Tidak terjadi infeksi luka pascabedah.
4. Penurunan tingkat kecemasan.
5. Informasi kesehatan terpenuhi.
27
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian : Selasa, 18 November 2014
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Bangsal Cendana 4 RSUP Dr. Sardjito
Sumber Data : Pasien, Keluarga Pasien, Perawat ruangan dan
Status Pasien
28
Jumlah 6 8
KETERANGAN :
: Perempuan : Anak
: Laki-laki : Tinggal
serumah
: Meninggal
: Pasien
: Menikah
7. Riwayat Sosial
Hubungan anak dengan ibu baik-baik saja. Ibu selalu mendampingi pasien.
8. Keadaan Psikologis Orang Tua
Keluarga pasien megatakan merasa cemas dengan keadaan pasien karena
ibu belum mengetahui kapan akan dioperasi.
9. Pola Kebiasaan Pasien
30
b. SelamaSakit
Pasien melakukan aktivitasnya sendiri.
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
1 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
2 : Alat bantu 4 : Tergantung total
3 : Dibantu orang lain
4. Pola istirahat dan tidur
a.Sebelum sakit
Keluarga pasien mengatakan, pasien biasa tidur sewaktu-waktu
dan terkadang tidur siang. Tidak ada kebiasaan sebelum tidur.
Kebiasaan saat tidur, pasien suka merokok.
b. Selama sakit
Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien tidur jam
19.00-05.00 dan tidur siang 2 jam.
5. Pola Kebersihan Diri
1) Kebersihan kulit
Pasien dimandikan 1 kali sehari menggunakan air hangat dan
washlap.
2) Rambut
Rambut belum dicuci sejak masuk rumah sakit. Keluarga
mengatakan, pasien keramas 3 hari sekali.
3) Telinga
Telinga belum pernah dibersihkan sejak masuk rumah sakit.
4) Mulut
Pasien dibersihkan mulutnya setiap hari dan setiap kali ngeces.
Aspek Mental – Intelektual – Sosial - Spiritual
a. Konsep diri
1) Identitas : tidak terkaji
2) Gambaran diri : tidak terkaji
3) Peran diri : tidak terkaji
4) Ideal diri : tidak terkaji
5) Harga diri : tidak terkaji
b. Intelektual
Keluarga pasien mengatakan tidak mengetahui tentang pengobatan
yang akan dilakukan di rumah sakit.
32
c. Hubungan interpersonal
Keluarga pasien mengatakan hubungan anak dengan ayah maupun
keluarga baik-baik saja.
d. Mekanisme Koping
Keluarga pasien menerima dengan ikhlas dan berharap diberi
kesembuhan oleh Tuhan.
e. Support Sistem
Keluarga sangat mendukung untuk kesembuhan pasien.
f. Aspek Mental/ Emosional
Pasien adalah anak yang aktif dan sedang berlatih untuk berjalan
g. Aspek Spiritual
Pasien belum bisa menjalankan sholat.
10. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda vital:Nadi : 110x/menit Suhu : 36 oC
RR : 24 x/menit TD :-
Saat lahir 18 November 2014
Berat badan 1800 gram 9 kg
Panjang badan 43 cm 72 cm
Lingkar kepala Tidak terkaji 44 cm
Lingkar Dada 26 cm 46 cm
Lingkar perut Tidak terkaji 47 cm
Lingkar lengan atas 8 cm 15 cm
d) Kepala
Fontanel anterior lunak, sutura sagitalis tepat, gambaran wajah
simetris, bentuk kepala mesocepal, rambut berwarna hitam, tidak ada
luka, tidak sianosis.
e) Mata
Bersih, tidak ada penumpukan sekret. Konjungtiva tidak anemis, sklera
putih, kornea jernih, tidak ada kelainan. Pasien dapat melirik kanan
kiri secara normal.
f) Hidung
Normal, tidak terjadi epitaksis, tidak ada sekret atau cairan yang keluar
dari hidung.
g) Telinga
Normal, simetris antara telinga kiri dan kanan. Tidak ada cairan
abnormal yang keluar dari telinga.
h) Leher
Tidak ada luka, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
33
i) Mulut
Tidak ada pernafasan mulut, mukosa bibir lembab.
j) Dada
Inspeksi : tidak ada lesi, simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
persebaran kulit merata.
Palpasi : tidak ada nyeri dada, tidak teraba massa/benjolan. Paru
simetris antara kanan dan kiri saat mengembang.
Perkusi : interkosta 1-5 kanan dan interkosta 1-3 kiri sonor.
Auskultasi : seluruh lapang dada vesikuler.
k) Abdomen
Inspeksi : tidak ada spidermennevi
Auskultasi : bising usus 7x/menit
Palpasi : tidak teraba masa, lunak
Perkusi : thympani
l) Ekstermitas : Tidak ada kelainan, normal.
m) Genital dan Anus :
Pada genital OUE terletak dibawah skrotum terdapat chordae. Anus
ada, normal tidak ada kelainan.
n) Kulit : kulit lembab, tidak kering dan tidak mengelupas.
o) Reflek : reflek moro ada, menghisap kuat.
11. Terapi Medis
Pasien belum mendapatkan terapi apapun.
12. Hasil Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (11 November 2014)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Albumin 3,92 3,97 – 4,94
SGOT/AST 34 <= 40
SGPT 29 <=41
BUN 6,60 6,00-20,00
CREATININ 0,30 0,70 – 1,20
Glukosa sewaktu 104 80 -140
Natrium 136 136-145
Kalium 4,30 3,50-5,10
Klorida 102 98-107
PPT 13,7 12,3-15,3
INR 0,99 0,90-1,10
Kontrol PPT 14,2 -
APPT 63,7 27.7-37
Kontrol APTT 32,5
HbsAg NON
REAKTI
F
Eritrosit 5,82 4,10-5,30
Hemoglobin 11,5 11,3-14,1
34
A. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 DS: Ansietas orangtua Pre operasi
- Keluarga pasien megatakan merasa
uretroplasty
cemas dengan keadaan pasien karena ibu
belum mengetahui kapan akan dioperasi
DO:
- Ibu pasien tampak bertanya tentang
tindakan operasi dan kapan akan
36
dilakuakan
- Ibu pasien tampak gelisah
2 DS: Ibu pasien mengatakan Gangguan pola Obstruksi anatomik
- Pipis anaknya seperti anak perempuan berkemih
- Air kencing merembes
DO:
- Tampak anak menggunakan pampers
- UDT bilateral, testis dextra et sinistra
berada di canalis inguinalis dextra et
sinistra
3 DS : Ibu anak mengatakan : Risiko gangguan Kelainan
- sejak lahir lubang kencingnya ada tumbuh kembang kongenital:
dibawah skrotum hipospadia
- Saat lahir berat badan anak hanya 1800
atau prematur
- Anak hanya minum ASI sedikit dan
lebih sering minum susu formula
DO:
- Tampak OUE dibawah skrotum
- Pasien minum susu formula
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola berkemih berhubungan dengan obstruksi anatomis yang
ditandai dengan:
DS: Ibu pasien mengatakan
- Pipis anaknya seperti anak perempuan
- Air kencing merembes
DO:
- Tampak anak menggunakan pampers
- UDT bilateral, testis dextra et sinistra berada di canalis inguinalis
dextra et sinistra
2. Risiko gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan kelainan
kongenital yang ditandai dengan:
DS : Ibu anak mengatakan :
- sejak lahir lubang kencingnya ada dibawah skrotum
- Saat lahir berat badan anak hanya 1800 atau prematur
37
- Anak hanya minum ASI sedikit dan lebih sering minum susu
formula
DO:
- Tampak OUE dibawah skrotum
- Pasien minum susu formula
2 Risiko gangguan tumbuh Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tumbuh kembang pasie
kembang berhubungan dengan keperawatan selama 2. Lakukan penilaian DDST
kelainan kongenital. 3x24 jam, kecemasan 3. Anjurkan ibu untu
keluarga berkurang memantau tumbuh kemban
dengan kriteria hasil: pasien.
- Pasien aktif.
4. Berikan penkes tentan
- Pasien makan makanan
tumbuh kembang usia 1 tahu
yang bergizi
- Tidak ada kelainan 5. Kolaborasi dengan dokt
dalam tumbuh untuk pemeriksaan tumbu
kembang kembang anak.
3 Ansietas Orang tua berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Bina hubungan saling percay
dengan pre operasi keperawatan selama 2. Kaji tingkat kecemasan
3x24 jam, kecemasan 3. Identifikasi penyeba
keluarga berkurang kecemasan keluarga
dengan kriteria hasil: 4. Identifikasi cara-cara yan
- keluarga mampu
efektif untuk menguran
mengidentifikasi
kecemasan
penyebab dan cara
5. Motivasi keluarga untu
dalam mengurangi
mengungkapkan perasaa
kecemasan
ketakutan dan persepsi
- Ekspresi wajah keluarga
6. Jelaskan semua prosed
tidak tegang
- Keluarga mengerti yang akan dilakukan untu
tentang tindakan yang kesembuhan pasien
akan dilakukan pada 7. Ciptakan suasana yang tenan
pasien 8. Dengarkan setia
pembicaraan keluarga denga
penuh perhatian
39
E. Implementasi dan Evaluasi
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN : Gangguan pola berkemih berhubungan
dengan obstruksi anatomik
Implementasi Evaluasi
Selasa, 18 November 2014 Selasa, 18 November 2014
Pukul 10.00 WIB Pukul 14.00 WIB
1. Mengkaji pola berkemih pasien
2. Memonitor intake & output S : Ibu pasien mengatakan pasien sering
3. Memasang perlak dan stick dikasur BAK.hari ini pasien sudah ganti pampers 2x.
Ibu pasien mengatakan hari ini baru minum
susu formula 250cc dan air teh sebanyak 100cc.
O:
1. Terpasang perlak dan stick bersih diatas
tempat tidur pasien
2. Intake : ±400cc ouput :± 250cc.
3. Pasien aktif
A : Gangguan pola berkemih berhubungan
dengan obstruksi anatomik teratasi sebagian
P:
- Monitor intake dan ouput pasien
- Kaji TTV pasien.
4.2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan untuk mahasiswa keperawatan dapat
digunakan dengan baik. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta untuk
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien hiospadia dengan baik, serta tepat
untuk menegakkan diagnosis keperawatan
Daftar Pustaka