Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN M-APOS TERHADAP HASIL

BELAJAR OPERASI ALJABAR UNTUK SISWA KELAS VII MTS


AL-HILAAL NAIRA, KECAMATAN BANDA

SKRIPSI

Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Disususn dan Diajukan oleh

SENY ABDURRAHMAN

2384202130064

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

GOTONG ROYONG MASOHI

2015

BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari pendidikan sangatlah penting, sebab tanpa

pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan terbelakang. Untuk

menghasilkan manusia yang berkualitas, mampu bersaing, serta memiliki budi

pekerti yang luhur dan moral yang baik, maka fungsi pendidikan harus betul-betul

diperluas dan diperhatikan sebagai hak asasi manusia yang mendasar, modal

ekonomi, sosial dan alat pemberdayaan kelompok yang kurang beruntung,

landasan budaya damai dan sebagai jalan utama menuju masyarakat belajar

sepanjang hayat. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan

bahwa guru dianggap sebagai sumber belajar yang paling benar, kemudian

ceramah menjadi pilihan utama dalam stategi belajar. Akibatnya proses mengajar

cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap pasif siswa,

tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada semua mata

pelajaran termasuk matematika.

Matematika merupakan studi besaran, struktur, ruang dan perubahan, yang

dalam penggunaan matematika muncul ketika diperlukan perhitungan-perhitungan

mulai dari yang sederhana sampai yang rumit dalam kehidupan sehari-hari.

Hanya saja kenyataannya dalam konteks studi matematika di sekolah , sering

orang mempertanyakan efisiensi pengajaran matematika di sekolah yang kurang

menyentuh kehidupan sosial, sehingga setelah lulus siswa sering mengalami

masalah dalam hal matematika karena lupa akan konsep pelajaran yang

dipelajarinya. Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang


terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa

dapat mengingat lebih lama konsep tersebut dan menerapkannya.

Menurut pendapat Bruner), bahwa berusaha sendiri untuk mencari pecahan

masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang

benar-benar bermakna, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan secara

mandiri akan memberikan suatu pengalaman kongkrit. Pengalaman tersebut dapat

digunakan untuk memecahkan permasalahan serupa, karena pengalaman itu

memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.

Dalam pengajaran matematika, setiap guru yang berada di sekolah baik yang

berada di bawah naungan dinas maupun dibawah naungan kementerian agama

sangat berharap siswanya benar-benar aktif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini

terlihat jelas dari upaya Para guru yang terus berusaha menyusun dan menerapkan

berbagai model belajar yang variasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam

belajar matematika.

MTs Al- Hilaal Naira merupakan sekolah menengah pertama yang ada di

Kecamatan Banda, yang bernaung dibawah kementerian Agama yang diharapkan

mampu menghasilkan output atau lulusan yang mampu bersaing dan handal

disamping memiliki jiwa yang Islami. Untuk memperlancar kegiatan

pembelajaran, MTs Al-Hilaal Naiara Kecamatan Banda menyediakan fasilitas-

fasilitas seperti, ruang kelas, laboratorium komputer, dan sarana penunjang

lainnya. MTs Al-Hilaal Naiara Kecamatan Banda memiliki tiga tingkatan kelas,

yaitu kelas VII, yang terdiri dari dua kelas, yakni kelas VII A dan Kelas VII B;

kelas VIII, yang terdiri dari dua kelas, yakni kelas VIII A dan kelas VIII B; kelas

IX, yang terdiri dari dua kelas, yakni kelas IX A dan Kelas IX B. Dalam kegiatan
pembelajaran Matematika di kelas, guru pada MTs Al Hilaal Naira Kecamatan

Banda selalu menerapkan beberapa metode belajar aktif seperti, tanya jawab,

ceramah, dan pembahasan soal matemtika. Proses pembelajaran seperti ini

sebenarnya memiliki potensi yang dapat menunjang pembelajaran yang aktif,

namun kenyataannya di MTs Al-Hilaal Naiara Kecamatan Banda, proses belajar

seperti ini belum dapat menunjang aktifitas belajar secara maksimal, hal ini

terlihat dari prestasi belajar matematika yang dicapai siswa kelas VII MTs Al-

Hilaal Naira yang masih rendah. Berkaitan dengan masalah tersebut, pada

pembelajaran matematika ditemukan keragaman masalah sebagai berikut : 1)

Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2) Para

siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa

bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham, 3) Keaktifan

dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih

kurang, 4) Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal didepan kelas.

Berdasarkan uraian di atas menggambarkan efektifitas belajar mengajar

dalam kelas VII MTs Al-Hilaal Naira Kecamatan Banda masih kurang. Oleh

kerana itu perlunya adanya variasi model pembelajaran alternatif yang dapat

mambantu siswa kelas VII MTs Al Hilaal Naira untuk memahami pelajaran

matematika, dengan guru memberikan perhatian khusus dengan mencoba sesuatu

yang baru dan meninggalkan cara-cara lama dalam mengelola dan menjalankan

proses pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran matematika memungkinkan

siswa dapat mengonstruksi sendiri pengetahuannya, mendorong pengetahuan

awal, mengevaluasi kerja secara mandiri, dapat menerapkan dan mengembangkan

konsep untuk meningkatkan pemahamannya terhadap pelajaran matematika, maka

dengan alasan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran M-APOS Terhadap Hasil belajar Operasi

Aljabar Untuk Siswa Kelas VII MTs Al-Hilaal Naira, Kecamatan Banda”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan pada penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh model pembelajaran

M-Apos terhadap hasil belajar operasi aljabar untuk siswa kelas VII MTs Al-

Hilaal Naira, Kecamatan Banda?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran M-Apos terhadap hasil belajar operasi aljabar untuk siswa

kelas VII MTs Al-Hilaal Naira, Kecamatan Banda

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat

memberikan manfaat kepada siswa dalam pembelajaran matematika terutama

dalam menyelesaikan soal-soal operasi aljabar dengan menggunakan model

pembelajaran M-APOS. Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan pijakan untuk penelitian-penelitian lanjutan dengan tema

yang sama akan tetapi dengan metode dan teknik analisa yang berbeda, sehingga

dapat dilakukan proses verifikasi demi kemajuan ilmu pengetahuan.


2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep

matematika sehingga dapat memecahkan masalah matematis baik bekerja

secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggung-jawabkan

segala tugas individu maupun kelompok.

2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukkan untuk dapat

menerapkan model pembelajaran M-APOS dalam pembelajan matematika,

terutama dalam memecahkan masalah matematis khususnya materi operasi

aljabar menuju kearah perbaikan kualitas pembelajaran matematika di

sekolah.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat dijadikan sebagai pijakkan untuk

mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.


BAB II.

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Secara umum belajar dapat diartika sebagai proses perubahan tingka laku

yang berkaitan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Seseorang baru dikatakan

belajar jika orang tersebut telah mendapatkan hasil atau terjadinya perubahan

tingka laku berupa perubahan dalam hal ini pengetahuan ketrampilan, sikap emosi

dan sebagainya (Slamento, 1997).

Pembelajaran merupakan suatu proses (aktivitas) belajar mengajar yang

didalamnya ada dua subyek yaitu pengajar dan peserta belajar. Tugas dan

tanggung jawab seorang pengajar adalah membangun kesadaran dan keterlibatan

aktif dari dua subyek pengajaran tersebut. Dalam konteks pengajar, pengajar

adalah penginisiatif awal dan pengaruh serta pembimbing, sedangkan peserta

belajar sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan

diri dalam pelajaran (Sadirman, 2001).

Dalam proses mengajar, guru dapat menimbulkan interaksi belajar dan

mengajar (terjadi proses pengajaran). Interaksi tidak datang begitu saja dan tidak

tumbuh tanpa pengaturan dan perencanaan. Namun perencanaan dan pengaturan

dalam proses belajar mengajar sangatlah perlu diperhatikan dimana perencanaan

tersebut hendaklah terlebih dahulu dirumuskan dan ditetapkan komponen dan

variabel proses belajar mengajar agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung

dengan efektif.
2. Hasil Belajar Matematika

Menurrut Kimble dan Garmezy (Ali, 1987), sifat perubahan perilaku dalam

belajar bersifat permanen, dengan demikian hasil belajar dapat didefinisikan dari

adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang ulang

dengan hasil yang sama.

Menurut Abdurrahman (1999), hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari

seseorang, dimana hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan anak

tentang materi yang akan dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan atau

penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi matematika setelah menempuh

proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil

belajar. Dimana hasil belajar matematika siswa dapat diukur dengan

menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar.

B. Teori APOS dan Modifikasi APOS (M-APOS)

1. Teori APOS

Teori APOS adalah suatu teori pembelajaran yang mengintegrasikan

penggunaan komputer, belajar dalam kelompok, dan memperhatikan konstruksi

mental yang dilakukan oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematis. Ed

Dubinsky sebagai pengembangan teori APOS mengatakan bahwa pengetahuan

dan pemahaman matematika seseorang merupakan kecenderungan untuk

merespon terhadap suatu situasi matematika dan merefleksinya pada kontek

sosial. Selanjutnya individu tersebut menkontruksi ide-ide matematika melalui


tindakan, proses dan objek matematika dalam menyelesaikan suatu masalah yang

dihadapi. (Ed Dubinsky dalam Nurlaelah,2009)

Konstruksi-konstruksi mental tersebut adalah aksi (action), proses (process),

objek (object), dan skema (scheme) yang disingkat menjadi APOS (Dubinsky &

McDonald dalam Arnawa, 2009).

Implementasi teori APOS dalam pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan siklus ADL (aktivitas, diskusi kelas, latihan soal) yang merupakan

terjemahan dari siklus ACE (activities, class discussion, exercises). Pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan siklus ADL meliputi tiga fase, yaitu fase aktivitas, fase

diskusi kelas dan fase latihan soal.

2. Modifikasi APOS (M-APOS)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam

pengimplementasian model pembelajaran APOS di perguruan tinggi (Nurlaelah

dan Usdiyana, 2003) teridentifikasi beberapa kelemahan dalam

pengimplementasian dari model pembelajaran APOS. Kelemahan itu terjadi pada

fase aktivitas. Kegiatan pada fase tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya

dikarenakan mahasiswa tidak dapat mengonstruksi pengetahuan secara optimal

melalui aktivitas. Kendala itu terutama terjadi ketika mahasiswa menyusun suatu

konsep pada program komputer. Misalnya karena terjadi sedikit kesalahan dalam

pengetikan menyebabkan program yang disusun tidak jalan dan mahasiswa tidak

dapat menarik kesimpulan dari konsep yang termuat dalam program itu.

Akibatnya pada fase diskusi kelas mahasiswa lebih tertarik untuk mendiskusikan

penyusunan program komputernya dibandingkan dengan mendiskusikan konsep

yang termuat dalam program komputer tersebut. Padahal tujuan dari penyusunan

program komputer pada aktivitas itu adalah mahasiswa dapat memahami materi
atau konsep. Lebih jauh lagi kegagalan dalam penyusunan program menyebabkan

motivasi belajar siswa menurun.

Solusi untuk mengatasi persoalan di atas agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai tanpa menghilangkan aktivitas pendahuluan tersebut dapat dilaksanakan

melalui berbagai kegiatan. Aktivitas pengganti aktivitas di laboratorium komputer

adalah pemberian tugas. Tugas yang diberikan disusun dalam suatu lembar kerja.

Pada lembar kerja tersebut disusun serangkaian perintah yang memiliki peran

yang sama seperti aktivitas yang dilakukan pada aktivitas di laboratorium

komputer. Model pembelajaran yang memanfaatkan lembar kerja sebagai panduan

aktivitas siswa dalam kerangka model pembelajaran APOS selanjutnya disebut

model pembelajaran modifikasi-APOS (M-APOS) (Nurlaelah, 2009).

Kesiapan untuk belajar merupakan hal yang sangat penting untuk dapat

mencapai tujuan belajar. Pemberian tugas sebelum pembelajaran merupakan salah

satu cara untuk memotivasi siswa belajar mandiri sebelum pembelajaran, sehingga

saat pembelajaran siswa telah memiliki kesiapan belajar yang dapat mendukung

tercapainya hasil belajar yang lebih baik. Pemberian tugas diharapkan dapat

menciptakan pembelajaran bermakna, konsep akan tertanam lebih lama dalam

ingatan, meningkatkan aktivitas siswa, memupuk rasa tanggungjawab dan harga

diri atas segala tugas yang dikerjakan.

C. Hubungan Antara Hasil Belajar dan Model Pembelajaran APOS dan

M-APOS

Prestasi pembelajaran di sekolah tidak hanya ditentukan oleh kemampuan

kognitif peserta didik, namun juga ditentukan oleh kemampuan afektifnya.

Kemampuan afektif, yakni kecenderungan seseorang bersikap dan berpikir kreatif.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan disposisi berpikir
kreatif adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang menekankan

pada perolehan pengetahuan melalui konstruksi mental, yaitu pendekatan APOS

dan M-APOS.

Berpikir matematis adalah aktivitas yang melibatkan koneksi untuk

membangun pemahaman matematika (NCTM, 2000). Selanjutnya Sumarmo

(2010) mengemukakan istilah berpikir matematis (mathematical thinking) sebagai

melaksanakan kegiatan atau proses matematika (doing math) atau tugas matematis

(mathematical task). Hal senada juga disampaikan Devlin‟s Angel dalam Siegel

(2010) bahwa berpikir matematis adalah cara melihat sesuatu, baik dari segi

numeriknya, struktur, logika dan menganalisa pola yang mendasarinya

Selanjutnya Del Mas dalam Sumarmo (2010) juga menjelaskan bahwa pengertian

berpikir matematis dipandang lebih luas cakupannya dibandingkan dengan

penalaran matematis atau dapat dikatakan berpikir matematis memuat komponen

penalaran matematis. Proses berpikir matematis menurut Scusa (2008) didasarkan

pada lima kemampuan utama, yakni: 1) Representasi, 2) Penalaran dan Bukti, 3)

Komunikasi, 4) Pemecahan Masalah, dan 5) Koneksi. Hal ini juga sesuai dengan

standar (NCTM, 2000) yang menyatakan bahwa berpikir matematis

diklasifikasikan dalam lima kompetensi utama dengan indikator: 1) pemahaman

matematis, 2) pemecahan masalah matematis, 3) penalaran matematis, 4) koneksi

matemati, dan 5) komunikasi matematis.

Menurut Sumarmo (2004)Individu yang memiliki kemampuan berpikir

yang tinggi cenderung belajar lebih baik. Mereka mampu memantau, mengatur

dan mengevaluasi proses belajarnya secara efektif (Hargins dalam Sumar mo,

2004) Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Darr dan Fisher dalam
Ratnaningsih, N. (2007) bahwa kemampuan berpikir mempunyai korelasi yang

tinggi dengan keberhasilan siswa.

Dalam hal ini, kemampuan berpikir bukan merupakan kemampuan mental

atau keterampilan akademik tertentu, melainkan merupakan proses pengarahan

diri dalam mentransformasikan kemampuan mental ke dalam keterampilan

akademik tertentu. Terdapat tiga karakteristik utama yang termuat dalam

pengertian kemampuan belajar, yaitu (1) Individu merancang belajarnya sendiri

sesuai dengan keperluan atau tujuan belajar individu yang bersangkutan; (2)

Individu memilih strategi dan melaksanakan rancangan belajarnya; (3) Individu

memantau kemajuan belajarnya sendiri, mengevaluasi hasil belajarnya dan

dibandingkan dengan standard tertentu.

D. Ruang Lingkup Materi

Operasi aljabar adalah operasi yang terdiri dari Variabel, konstanta, faktor

dan suku.

A. Variabel, Konstanta, dan Faktor

1. Variabel

Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui

nilainya dengan jelas dalam himpunan. Variabel biasanya dilambangkan dengan

huruf kecil a, b, c, …,z.

1 1
Contoh: x - y = 10, suku 10 merupakan konstanta sedangkan, x dan y
2 5

merupakan variabel/peubah yang dapat mewakili sembarang bilangan.

2. Konstanta

Konstanta adalah lambang yng menyatakan suatu bilangan tertentu

(bilangan konstanta/tetap).
Contoh: Pada bentuk 2x2 + 5x – 6, suku – 6 merupakan konstanta.

3. Faktor

Faktor adalah bilangan yang membagi habis suatu bilangan lain atau suatu

hasil kali.

Contoh: (2x – 5) (3x + 15) memiliki faktor (2x – 5) dan (3x + 15)

Contoh: 2 x 3 x 5 atau dapat juga ditulis 2 . 3 . 5

2, 3, dan 5 masing-masing disebut faktor a x b x c atau a. b . c

atau abc.

B. Suku Pada Bentuk Aljabar

Suku adalah bagian dari bentuk aljabar yang dipisahkan dengan tanda +

atau tanda –

Suku Banyak adalah bentuk aljabar yang terdiri dari dua suku atau lebih.

Dua suku disebut binom, tiga suku disebut trinom, dan seterusnya. Bentuk aljabar

yang hanya mempunyai satu suku, disebut suku tunggal.

X3
Contoh: 2a, 3b, 2x2, 5xy,
2y

1. Suku –Suku Sejenis

Suku-suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari

masing-masing variabel yang sama.

Contoh: 3p + 2p,

7p2 – 4p2

2. Suku Tak Sejenis

Suku tak sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari

masing-masing variabel yang tidak sama.

Contoh: 2p + 3 q.

3p2 + 5p
C. Operasi Hitung pada Bentuk Aljabar

1. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar

Untuk menentukan hasil penjumlahan maupun hasil pengurangan pada

bentuk aljabar dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih sederhana dengan

memperhatikan suku-suku yang sejenis.

Contoh:

Tentukan hasil penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar berikut:

a. – 4ax + 7ax

= (- 4 + 7) ax = 3ax

b. (- 3x + 2) + (- 5x + 1)

= (- 3- 5) x + (2 + 1)

= - 8x + 3

c. 5 – (-3a + 2)

= 3a + (5 – 2)

= 3a + 3

2. Perkalian Bentuk Aljabar

Perkalian suatu bilangan konstanta k dengan bentuk aljabar suku satu dan

suku dua dinyatakan sebagai berikut:

k(ax) = kax

k(ax +b) = kax + kb

Contoh:

Jabarkan bentuk aljabar berikut, kemudian sederhanakanlah.

a. 4(p + q) = 4p + 4q

b. 5(ax + by) = 5ax +5 by


c. 3(x-2) + 6(7x + 1) = 3x – 6 + 42x + 6

= (3 + 42) x -6 + 6 = 45x

d. – 8 (2x – y + 3z) = - 16 x + 8y – 24z

3. Perpangkatan Bentuk Aljabar

Pada perpangkatan bentuk aljabar suku satu, suku dua sampai suku n

koefisien tiap suku ditentukan menurut segitiga pascal. Pola koefisien segitiga

pascal dapat dilihat pada gambar 1, sebagai berikut:

1 1

1 2 1

1 3 3 1

1 4 6 4 1

1 5 10 10 5 1

Gambar 1. Pola Koefisien Segitiga Pascal

Contoh: Pola koefisien pada penjabaran bentuk aljabar suku dua ( a + b,

dengn n bilangan asli).

(a + b) (a + b)

= a2 + ab + ab + b2

= a2 + 2ab + b2

Koefisien: 1 2 1
E. Kerangka Berpikir

Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajaran matematika

dengan pembelajaran M-APOS ini khususnya materi operasi bentuk aljabar dapat

dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi dalam menyelesaikan soal-

soal latihan yang diberikan melalui tes akhir. Siswa dikatakan mengalami

peningkatan belajar apabila indikator-indikator pemahaman tercapai. Mengacu

pada indikator-indikator diatas berarti apabila siswa dapat mengerjakan latihan

soal dan memperoleh hasil yang lebih baik dari latihan –latihan sebelumnya maka

siswa dikatakan mengalami peningkatan hasil belajar.

Pembelajaran matematika khususnya materi operasi bentuk aljabar di

sekolah terutama di MTs Al-Hilaal Naira Kecamatan Banda merupakan masalah

jika konsep dasar diterima siswa secara salah maka sangat sukar untuk

memperbaikinya. Model M-APOS ini diharapkan dapat digunakan dalam

pembelajaran di kelas karena model ini mudah untuk di terapkan dan siswa juga

lebih berminat untuk mempelajari matematika. Dengan minat yang tinggi dari

siswa, proses belajar juga akan efektif dan mampu menciptakan suasana yang

kondusif. Hal ini apabila didukung dengan guru yang berkualitas, media belajar

yang lengkap akan meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran

matematika.

E. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hasil optimal yang

dicapai matematika siswa kelas VII Mts Al-Hilal Naira.

Hipotesis alternative kerja sebagai berikut :

H0 = tidak ada pengaruh model pembelajaran M-APOS terhadap hasil belajar.


H1 = ada pengaruh model pembelajaran M-APOS terhadap hasil belajar .

Kriteria pengujian hipotesisnya adalah

a. Jika thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dalam arti H1 diterima

b. Jika thitung˂ ttabel, maka H1 ditolak dalam arti H0 diterima


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis, Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan

desain Pra-Eksperimen jenis statis dua kelompok.

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu dimulai dari bulan

September 2015 samapai dengan Oktober 2015 dan berlokasi pada MTs Al-Hilaal

Naira Kecamatan Banda tahun pelajaran 2015/2016.

B. Variabel dan Desain penelitian

1. Variabel Penelitian.

Variabel yang termuat dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. ”Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono,

2014). ”Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas, hasilnya akan terlihat pada variabel

terikatnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran M-APOS. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah hasil belajar siswa.


2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian eksperimen

(analisis Komparatif, Nuryadin, 2013). Desain ini menggunakan dua kelompok,

satu diantaranya diberikan perlakuan sebagai kelompok eksperimen. Sedangkan

kelompok kedua diberikan perlakuan sebagai kelompok kontrol. Hasil

pengukuran variabel terikat dari kedua kelompok dibandingkan untuk melihat

efek dari perlakuan X ( Sudjana, 2009). Kelompok eksperimen dalam penelitian

ini akan diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran M-APOS dan

kelompok kontrol akan diberikan perlakuan pada umumnya (model

Konvensional). Sementara bahan dan jenis tes yang diberikan pada kedua

kelompok sama. Adapun desain penelitian eksperimen dapat digambarkan

sebagai berikut:

(X) O1

(- ) O2

Keterangan:

R = Random

(X) = Perlakuan kelompok eksperimen

(-) = Perlakuan kelompok kontrol

O1 = Tes Kelompok eksperimen

O2 = Tes Kelopok kontrol

Gambaar 2. Desain Penelitian Eksperimen


C. Definisi Operasional Variabel

Pembelajaran M-APOS adalah model pembelajaran berdasarkan teori

Apos yang dimodifikasi. Pembelajaran M-APOS dilakukan pada fase aktivitas,

dimana kegiatan di laboraturium komputer pada model Apos diganti dengan

pemberian tugas resitasi yang diberikan sebelum pembelajaran dilaksanakan.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang akan dikembangkan berupa instrumen

pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar

Kerja Siswa (LKS), dan Instrumen tes.

Arikunto (2002) mengatakan, bahwa instrument penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaan

lebih muda dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan

dari silabus untuk mengarah kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya

untuk mencapai Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam

penelitian ini, RPP disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran dengan

model pembelajaran M-APOS.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)


Prastowo mengemukakan bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak

berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk

pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mangacu

pada kompetensi dasar yang harus dicapai, ( Setiawan S, 2014). LKS disusun

menyesuaikan dengan langkah-angkah model pembelajaran M-APOS.

2. Instrumen Tes

Instrumen tes adalah suatu alat pengumpulan data untuk mengevaluasi

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Dalam penelitian ini akan

dilaksanakan dua kali tes, yaitu pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa

dalam memahami konsep materi matematika yang dipelajari sebelum

mendapatkan perlakuan dan postest untuk mengetahui kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa setelah mendapatkan perlakuan. Jenis tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan bentuk uraian. Tes

uraian dipilih untuk melihat sejauh mana siswa dapat mencapai setiap indikator

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Adapun pemberian skor tes kemampuan pemecahan masalah matematis

berpedoman pada kriteria yang dikemukakan oleh Prabawanto (2013) yang telah

diadaptasi, ebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Respon Siswa Skor

Tidak ada penyelesaian dan tidak menunjukkan pemahaman


0
terhadap masalah
Jawaban salah atau tidak ada penyelesaian tetapi
2
menunjukkan pemecahan masalah
Jawaban salah atau tidak selesai, sebagian proses 4
penyelesaian benar
Jawaban benar alasan tidak relevan 6
Jawaban benar, alasan benar, tetapi kurang jelas 8
Jawaban benar, alasan benar, dan jelas 10

E. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs AL-Hilaal

Naira Kecamatan Banda yang berjumlah sebanyak 76 siswa, penyabaran

sampel dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Siswa Kelas VII MTs AL-Hilaal

No. Kelas Jumlah Siswa

1. VIIa 38 orang

2. VIIb 38 orang

Jumlah 76 orang

b. Sampel

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas, yaitu kelas

VII A dan kelas VII B MTs Al-Hilaal Naira Tahun ajaran 2015/2016.

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini teknik dan prosedur pengumpulan data dilakukan

berdasarkan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan

b. Mengidentifikasi masalah dan kajian pustaka

c. Membuat proposal penelitian

d. Menetukan materi ajar

e. Menyusun instrumen penelitian

f. Pengujian instrumen penelitian

g. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja

Siswa (LKS)

h. Perizinan untuk penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pemiliha sampel penelitian sebanyak dua kelas, yang disesuaikan dengan

materi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian

b. Pelaksanaan pretest kemampuan pemecahan masalah matematika untuk

kedua kelas

c. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran M-APOS untuk kelas eksperimen

d. Pelaksanaan postest untuk kedua kelas

3. Tahap Pengumpulan dan Analisa Data

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif (tes siswa berupa hasil pretest dan

postest kemampuan pemecahan masalah matematis).

b. Mengolah dan menganalisa data kuantitatif berupa hasil pretest dan hasil

postest.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh, yaitu mengenai perbedaan

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dengan mengacu pada prosedur pengumpulan

data, maka dilakukan pengolahan dan analisa data tersebut. Untuk Menganalisis

data, digunakan dua teknik analisis statistik yaitu:

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mendiskipsikan karakteristik distribusi skor

responden untuk masing –masing perlakuan yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Statistik yang digunakan adalah :

a. Ukuran perumusan meliput : rata-rata nilai terendah, nilai tertinggi dan

rentang nilai

b. Ukuran penyebaran meliputi : simpangan baku dan varians

2. Statistik inferensial yaitu: uji normalitas dan uji homogenitas yang

dimaksudkan sebagai persyaratan uji hipotesis.

a. Uji Nomalitas Data Pretest dan Postest

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data

berdistibusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji

x 2 (chi square) dengan rumus sebagai berikut:


k
2 (Oi−hi)2
x =∑
i=1 hi

Keterangan:

x 2 = chi kuadrat
h = banyaknya interfal

oi= frekuensi

hi = frekuensi yang dihaapkan

(Surdjana, 1992:273)

b. Uji Homogenitas Varians Data Pretest dan Postest

Uji homogenesis dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua

keadaan atau populasi.Untuk menguji homogenitas kedua varians kedua

hasil digunaakaan uji bartlet dengan rumus sebagai berikut.


2 2
2 (¿−1)s 2 ( n¿¿ 1−1)s1 +(n2−1) s 2
S =∑ = ¿
(¿−1) n1 +n2−2

B=( log S 2) (ni−1)

Dan, x 2 hitung=¿

(Sudjana, 1992 : 263)

Kriteia pengujian yakni, jika x 2 hitung ≥ x 2 tabel pada taraf signifikan a =

0,05 = k - 1 dimana k adalahjumlah kasus maka data memiliki varians

yang homogeni.

c. Uji Hipotesis penelitian

Jika sampel berkorelasi/ berpasangan, misalnya membandingkan sebelum

dansesudah treatmen, maka digunakan rumus t-tes (uji t), dengan rumus

x́1 −x́2
t hitun g=
1 1
s
√ +
n1 n2

(n¿ ¿1−1)s 21 +(n 2−1) s22


2
Dimana, s = ¿
n1+ n2−2
Keterangan :

x́ 1=¿rata-rata data eksperimen

x́ 2=¿rata-rata data control

s1= standar deviasi kelompok eksperimen

s2 = standar deviasi kelompok control

n1= banyaknya responden kelompok eksperimen

n2 = banyaknya responden kelompok control

Pasangan hipotesis yang akan di uji adalah :

Ho : μ1=μ1

Ha : μ1 ≠ μ1

Keterangan :

μ1= rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen

μ2 = rata-rata hasil belajar kelompok control

Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika t hitung≥ t tabel pada taraf

signifikan a = 0,05.

DAFTAR PUSTAKA

Arwana, I.M.2006. Meningkatkan Kemampuan Pembuktian Mahasiswa dalam

Aljabar Abstrak Melalui Pembelajaran Berdasarkan Teori APOS. Bandung:

SPS.UPI.
Arnawa, M.I. (2009). Mengembangkan Kemampuan Mahasiswa dalam

Memvalidasi Bukti pada Aljabar Abstrak melalui Pembelajaran Berdasarkan

Toeri APOS. Jurnal Matematika dan Sains

Anonim, 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat JenderalPendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdiknas: Balai Pustaka.

Nurlaelah E. 2009. Implementasi Model Pembelajaran APOS dan Modifikasi

APOS (m-APOS) Pada Mata Kuliah Struktur Aljabar. Jurusan Pendidikan

Matematika.FMIPA. UPI.

Nuryadin Muhamad, 2013. Metodologi Penelitian. STKIP Gotong Royong.

Masohi.

Sumarno, U. 2005. Pengembangan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa

SMPdan SMU serta Mahasiswa S1 Melalui Berbagai Pendekatan

Pembelajaran. Laporan Hibah Pascasarjana Tahun Ketiga. UPI Bandung.

Sumarmo, U. (2004). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa dan Bagaimana

Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah disajikan pada Seminar

Pendidikan Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA

Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 8 Juli 2004.Tidak diterbitkan.

Setiawati Santy, 2014. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa SMP Antara yang Memperoleh Pembelajaran

Model M-APOS dan Model Problem Based Learning. Universitas

Pendidikan Indonesia. Perpustakaan. upi. edu


Sabandar, J., (2008). Berpikir Reflektif. Makalah disampaikan pada Seminar

Nasional Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika

FKIP Universitas Riau di Pekanbaru pada tanggal 5 Februari 2008

Sagala, S. (2003).Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sumarno, U. 2005. Pengembangan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa

SMPdan SMU serta Mahasiswa S1 Melalui Berbagai Pendekatan

Pembelajaran. Laporan Hibah Pascasarjana Tahun Ketiga. UPI Bandung.

Wagiyo A, dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika I Untuk SMP/MTs Kelas

VII. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

DAFTAR ISI

PRAKATA....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................... 6

A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar........................................ 6

B. Teori APOS dan Modifikasi APOS (M-APOS)....................... 8

C. Hubungan Antara Hasil belajar dan Model Pembelajaran

APOS dan M-APOS.................................................................. 10

D. Ruang Lingkup Materi ………………………………………. 12

E. Kerangka Berpikir..................................................................... 16

F. Hipotesis Penelitian................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 18

A. Jenis , Waktu dan Lokasi Penelitian..................................... 18

B. Variabel dan Desain Penelitian............................................ 18

C. Defenisi OPerasional Variabel............................................. 20

D. Instrumen Penelitian............................................................. 21

E. Populasi dan Sampel Penelitian........................................... 21

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data............................. 23

G. Analisa Data......................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai