Anda di halaman 1dari 24

Menu

Cari

sanrawijaya

Berbagi Ilmu dan Info

Iklan

Report this ad

AKHLAK DALAM MASYARAKAT

Di dalam Islam, segala sesuatu telah diatur dalam Al-Qur’an dan telah dijelaskan serta diperkuat oleh
hadits Rasulullah, baik dalam sholat, zakat, berhaji, makan, berjalan, dan banyak hal lainnya, begitu pun
dengan bagaimana kita berakhlak dalam masyarakat.

Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari seseorang manusia. Penciptaan manusia
sebagai mahluk sosial membuatnya selalu membutuhkan orang lain.

Hidup bermasyarakat tentu bukan perkara yang mudah, hal ini merupakan perkara yang tidak boleh
disepelekan. Menjaga akhlak dalam hidup bermasyarakat adalah hal yang sangat penting. Hal ini
bertujuan agar hubungan baik dengan orang lain selalu terjalin dengan harmonis sehingga menciptakan
rasa cinta, damai dan tentram di antara masyarakat.

Dalam pokok pembahasan ini, ada 4 hal yang harus diperhatikan, yakni :

Bertamu dan Menerima Tamu

Dalam bertamu, tentu ada beberapa etika yang harus diperhatikan begitupun ketika kit menerima tamu.
Aturan-aturan yang sepatutnya kita lakukan agar kiranya ukhuwwah itu semakin erat dan Allah
senantiasa meridhoi.
Bertamu

Beberapa etika yang perlu diperhatikan :

– Ucapkan salam maksimal 3x

Jika salah seorang di antara kalian meminta izin 3x lalu tidak diizinkan, hendaknya ia kembali (HR.
Bukhari)

– Dilarang untuk Mengintip di Jendela.

Mengintip di jendela ketika hendak bertamu bukanlah etika yang baik dan ini menunjukkan sikap yang
kurang sopan, jadi hendaknya kita menghindarinya agar si pemilik rumah tidak merasa terganggu.

– Sopan saat bertamu.

– Berlaku sopan/ baik itu merupakan akhlak seorang muslim. Apabila bertamu maka hendaklah
mengucapkan hal-hal yang baik, berperilaku yang sopan dan ramah agar si tuan sumah tetap merasa
nyaman .

– Pilihlah waktu yang tepat dan jangan terlalu lama.

Usahakan bertamu di waktu yang tepat, misalnya di waktu sore, hindari bertamu di waktu orang lain
sedang istirahat, misalnya tengah malam dan jangan terlalu lama, hal ini dianjurkan karena dikhawatir
justru akan mengganggu aktivitas tuan rumah.

– Tidak merepotkan.
Berbuat baik kepada tamu termasuk perkara penting yang diwajibkan oleh Rasulullah S.a.w kepada kita.
Perbuatan ini termasuk hak muslim atas muslim lainnya. Termasuk ahklak yang mulia, Rasulullah S.a.w
bersabda :

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, endaklah ia memuliakan tamu-tamunya dengan
memberinya hadia. Apa hadianya itu ya Rasulullah? Beliau menjawab (menjaunya sehari semalam,
jamuan untuk tamu ialah 3 hari dan selebihnya adalah sedekah).

Jamuan untuk tamu adalah 3 hari dan selebihnya (untuk bekal perjalanan) untuk sehari semamlam.
Tidak halal bagi seorang muslim meneteap di rumah saudaranya kemudian membuatnya berdosa. Para
sahabat bertanya, Wahai Rasulullah! Bagaimana ia membuatnya berdosa? Rasulullah menjawab “Ia
(tamu tersebut) menetap padanya, namun tuan rumah tidak mempunyai sesuatu untuk
memuliakannya.”

Dua hadits di atas menjelaskan bahwa jamuan bagi tamu untuk bekal perjalanan sehari-semalam dan
waktu perjamuan ialah 3 hari. Nabi memedakannya antara hadiah untuk tamu dan jamuannya, bahkan
terdapat riwayat yang menegaskan bahwa perjamuan adalah hak muslim atas muslim lainnya.

Dalam as-shalihah dari Uqbah bin Amir R.A. Ia berkata “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau
mengirim Kami, kemudian kami singgah di kaum yang tidak menjamu kami, bagaimana pendapatmu?
Rasulullah berkata kepada kami “Jika kalian singgah di salah satu kau, kalau mereka memberikan kalian
apa yang layak diterima tamu, maka tarimalah dan jika mereka tidak melakukannya ambillah dari
mereka hak tamu yang harus mereka berikan.”
Nash ini menunjukkan wajibnya menjamu tamu selama sehari semalam dan ini adalah hadiah untuk
tamu lalu disempunakan dengan adanya 2 hari 2 malam sehinggah kesempurnaan memuliakan tamu
adalah 3 hari 3 malam.

Imam Ahmad berkata, tamu berhak menuntut semua, jika tuan rumah tidak memberikannya, karena
jamuan adalah hak wajib baginya. Tentu saja menjamu tamu disesuaikan dengan kemampuan dan adat
setempat. Orang yang tidak mempu menjamu secara sempurna maka tidak diwajibkan dan tamu tidak
boleh meminta dijamu oleh orang yang tidak mampu menjamu. Salman r.a, seorang sahabat Nabi
berkata Rasulullah melarang kami membebani diri untuk menjamu dengan sesuatu yang tidak kami
miliki.

Tuan rumah tidak wajib membantu tamunya kecuali dengan sesuatu yang dimilikinya. Jika tuan rumah
tidak memiliki sesuatu pun, ia tidak wajib memberi tamunya. Tapi, jika tuan rumah mau menutamakan
tamunya dari dirinya sendiri seperti yang dilakukan orang-orang Anshar, dimana dengan sebab
perbuatan mereka Allah turunkan Firman-Nya :

tûïÏ%©!$#ur râä§qt7s? u‘#¤$!$# z`»yJƒM}$#ur `ÏB ö/Å ‰Ï=ö7s% tbq ™7Ïtä † ô`tB t y_$yd öNÍkö Žs9Î)
Ÿwur tbr߉Ågs† ’Îû öNÏd͑r߉߹ Zpy_%tn !$£JÏiB (#qè?ré& šcr㠍ÏO÷s㠃ur # ’n?tã öNÍkŦàÿRr&
öqs9ur tb%x. öNÍkÍ5 ×p|¹$|Áyz 4 `tBur s-q㠃 £xä© ¾ÏmÅ¡øÿtR šÍ´¯»s9’ré’sù ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$#
ÇÒÈ

Artinya : “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri
mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka Itulah orang orang yang beruntung”.

Demi mengamalkan hadits nabi “Tidak halal seorang bertamu hingga menyusahkan tuan rumah” Jadi,
menjamu tamu adalah bentuk infaq, yang wajib dan diambil dari makanan yang dimiliki. Jadi, infaq
tersebut hanya diwajibkan kepada orang yang makanan darinya ada, tidak boleh menyulitkan diri dalam
hal ini. Adapun menjamu tamu (yang tidak bermalam) maka kita pun wajib melayaninya dengan baik,
berlaku baik sehingga tamu tersebut merasa dihormati.

B. HUBUNGAN BAIK DENGAN TETANGGA

Memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga adalah perkara yang sangat ditentukan dalam syariat
islam, hal ini juga telah diperintahkan Allah dalam Firman-Nya

(#r߉ç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.Ύô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«ø‹x© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) “É ‹Î/ur


4’n1öà)ø9$# 4’yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í ‘$pgø:$#ur “Ï Œ 4 ’n1ö à)ø9$# Í ‘$pgø:$#ur
É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@ ‹Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ ƒr& 3 ¨bÎ)
©!$# Ÿw =Ïtä† `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·‘qã‚sù ÇÌÏÈ

Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[1], dan teman sejawat, Ibnu sabil[2] dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”(QS.
An-Nisa:36)

Selain Rasulullah pun mencontohkan kepada kita agar senantiasa memuliakan tetangga kita. Dar Abu
Hurairah Ra, dari Rasulullah Saw bersabda :

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia berkata baik/diam. Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tetangganya dan barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. (HR. Bukhari dan Muslim)”
Sebagai seorang muslim yang baik maka hendaklah kita senantiasa memperlakukan tetangga kita
dengan senantiasa memperhatikan dan memuliakan haknya. Hak seorang tetangga ini dapat
diklasifikasikan menjadi 4, yaitu :

Berbuat Baik (Ihsan) Kepada Tetangga

Diantar ihsab kepada tetangga adalah ta’ziah ketika mereka mendapatkan musibah, mengucapkan
salam ketika mendapatkan kebahagiaan, menjenguknya ketika sakit, dan bermuka manis ketika bertemu
dengannya serta membantu membimbingnya kepada hal-hal yang bermanfaat dunia akhirat. Sebagian
ulama berkata, kesempurnaan berbuat baik kepada tetangga ada 4 hal, yaitu :

Senang dan bahagia dengan apa yang dimilikinya

Tidak tamak untuk memiliki apa yang dimilikinya

Mencegah gangguan dengannya

Bersabar dari gangguangnya

Sabar Menghadapi Gangguan Tetangga

Ini adalah hak kedua untuk tetangga yang berhubungan erat dengan yang pertama dan menjadi
penyempurnanya. Hal ini dilakukan dengan memaafkan kesalahan dan perbuatan jelek mereka
khususnya kesalahan yang tidak disengaja/ sudah sesali kejadiannya.

Hasan Al-Bashri berkata:

Tidak mengganggu bukan termasuk berbuat baik kepada tetangga akan tetapi berbuat baik kepada
tetangga akan tetapi berbuat baik terhadap tetangga dengan sabar atas gangguannya
Menjaga dan Memelihara Tetangga

Imam Ibnu Abi Jamroh berkata, menjaga tetangga termasuk kesempurnaan iman orang jahiliyah dahulu
sangat menjaga hal ini melaksanakan wasiat berbuat baik ini dengan memberikan beraneka ragam
sesuai kemampuan, seperti salam, bermuka manis ketika bertemu, menahan sebab-sebab yang
mengganggu mereka dengan segala macam nya, baik jasmani dan rohani.

Tidak Mengganggu Tetangga

Telah dijelaskan diatas kedudukan tetatngga yang tinggi dan hak-haknya yang terjaga di dalam islam.
Rasulullah Saw memperingatkan dengan keras upaya mengganggu tetangga, sebagaimana dalam
sabdanya yaitu:

“Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidakaman dari kejahatannya” (HR.Muslim).
C. ADAB PERGAULAN DENGAN LAWAN JENIS

Bersahabat dengan lawan jenis tentu bukan suatu hal yang diharamkan dalam agama, akan tetapi
agar tidak terjadi fitnah, maka alangkah baiknya, kita senantiasa memperhatikan beberapa batasan-
batasan dalam bergaul dengan lawan jenis.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bergaul dengan lawan jenis, diantaranya yaitu :

Senantiasa menundukkan pandangan.

Menundukkan pandangan adalah suatu hal yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw karena
sesungguhnya dengan menundukkan pandangan, akan menjadi sebab Allah ridha kepadanya, dan akan
senantiasa membuat qalbunya tentram. Sebab mata aalah cerminan qalbu. Orang yang matanya liar
melihat apa saja, qalbunya akan menjadi tidak tenang. Sedangkan orang yang menundukkan
pandangannya, berarti ia menundukkan qalbunya dari syahwat dan nafsu. Namun kalau ia liar
memandang ke mana saja maka qalbunya ikut menjadi liar mengumbar nafsu.

“Katakan kepaa orang laki-laki yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka” (An-Nur : 30)

Syaikhul islam Ibnu Tamuan berkata mengenai ayat ini, Allah Swt menjadikan sikap menundukkan
pandangan dan menjaga kemaluan sebagai upaya paling kuat untuk membersihkan jiwa itu mencakup
hilangnya segala keburukan berupa perbuatan keji, kezaliman, kesirikan, kedustaan, dsb.

“Wahai Ali, janganlah engkau turutkan pandangan (pertama) dengan pandangan (ke-2) karena engkau
berhak (yakin tidak berdosa) pada pandangan (pertama) tetapi tidak hak pada pandangan ke dua” (HR.
Abu Daud, Tirmizi).

Di hadits juga menjelaskan tentang hal ini. Jarir bin Abdullah berkata, aku bertanya kepada Rasulullah
tentang pandangan tiba-tiba (tidak sengaja) maka beliau bersabda “Palingkan pandanganmu” (HR.
Muslim)
Menjaga hijab/ tidak berkhalwat

Hal yang kedua yang harus kita perhatikan dalam bergaul dengan lawan jenis adalah agar kita senantiasa
menjaga hijab, tidak terlalu bercampur baur dengan lawan jenis agar kita senantiasa menjaga dijauhkan
dari fitnah. Selain itu, kita dilarang untuk berkhalwat atau berduan dengan lawan jenis. “Janganlah laki-
laki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali bersama mahrom” (HR. Muslim). Selain itu, di hadits
lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim, Rasulullah Saw bersabda “Ketahuilah tidaklah
seorang laki-laki menyendiri dengan seorang wanita kecuali yang ke tiga adalah syaitan.” Dan di hadits
lainpun di katakan bahwa “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangnlah sekali-
kali menyendiri dengan perempuan lain yang tidak disertai mahramnya. Karena ditempat yang sepi itu
ada setan yang senantiasa mengajak berbuat zina” (al-hadits)[3]

Kita juga dilarang untuk bersentuhan dengan lawan jenis karena itulah kita harus senantiasa
memberi batasan dalam bergaul dengan mereka, hindari hal-hal yang bisa membuat kita saling
bercampur baur dan bersentuhan dengan lawan jenis.

Dari Aisyah ra, “Rasulullah S.a.w tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita kecuali yang
dimiliki” (HR. Bukhari).

Dan suatu kecelakaan besar, apabila menyepelekan hal seperti ini sesungguhnya ditusukkan kepada
salah seorang diantara kamu dengan jarum besi itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak
halal baginya (HR. Baihaqi, Ath-Tabrani)

Hadits ini memberikan gambaran betapa hinanya menyentuh seorang yang bukan muhrimnya. Bahkan
ditusuk dengan jarum besi itu lebih baik daripada menyentuh seorang yang bukan muhrimnya.
Rasulullah pun mengabarkan kepada umat manusia agar senantiasa berhati-hati dalam bergaul dengan
lawan jenis karena dapat membuka pintu fitnah.

Tidaklah ku tinggalkan setelahku suatu fitnah yang lebih berbahaya laki-laki melainkan fitnah yang
datang dari wanita. (HR. Muttafaqun Alaih)

Berkomunikasi untuk hal yang penting saja.

Untuk menghindari timbulnya perasaan saling mengagumi maka dianjurkan untuk membatasi pergaulan
dengan lawan jenis. Cukuplah berkomunikasi untuk hal-hal yang penting dan hindari kebiasaan bercanda
dengan lawan jenis karena ini bisa menimbulkan rasa kagum yang akan berujung pada rasa cinta. Dan
kemungkinan terbesar, cinta ini adalah cinta yang hanya berlandas pada nafsu dan akan menodai
kesucian cinta itu. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa bersikap wara’ dalam bergaul dengan lawan
jenis.

D. UKHUWAH ISLAMIYAH

Ukhuwah Islamiyah bisa kita artikan sebagai persaudaraan di antara umat islam, dimana persaudaraan
diantara seorang muslim diibaratkan sebagai bangunan yang kokoh yang sedang menguatkan. Sebagai
umat islam, ada hal-hal yang harus ditunaikan anatar sesama umat islam sebagaimana yang dijelaskan
Rasulullah dalam sabdanya :
Hak seorang muslim dengan muslim ada 6 yaitu:

“Apabila engkau berjumpa dengannya, ucapkanlah salam, apabila ia mengundangmu, penuhilah, apabila
dia meminta nasehat kepadamu berilah nasehat, apabila dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah,
ucapkanlah Yarhamukallah, apabila dia sakit, jenguklah dan apabila dia meninggal dunia, antarkanlah
jenazahnya” (HR. Bukhari Muslim)

Jadi, ada 6 hak seorang muslim sebagaimana yang disebutkan dalam hadits diatas, yaitu :

Apabila engakau berjumpa dengannya, ucapkanlah salam

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,

‫َل ا تَ ْد ُخلُونَ الجْ نة حتي تؤ منوا ول ا تؤمنوا حتي تحا بوا أول ا أد لكم علي شيء إŒا فعلتموه تحا ببتم أفشوا الشل م بينكم‬

“Kalian tidak akan masuk surga, kecuali dengan beriman. Kalian tidak akan beriman, kecuali dengan
saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang jika kalian lakukan, maka kalian
akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian!” (HR. Muslim)

Selain itu, kita dianjurkan untuk saling memberi salam tidak hanya kepada orang-orang yang kita kenal
saja tetapi begitupun dengan orang yang belum kita kenal. Dari Abdullah ibn Amr r.a., “Seorang pemuda
bertanya kepada Rasulullah saw, ‘Apa yang terbaik dalam islam?’ Rasulullah menjawab, ‘Memberi
makan (orang miskin) dan mengucapkan salam kepada yang engkau kenal atau yang tidak engkau
kenal.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Salam merupakan salah satu dari nama-nama Allah menyebarkan salam berarti banyak menyebut Allah,
sebagaimana difirmankan oleh Allah, sebagaimana difirmankan oleh Allah,

“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.”(QS. AL-Ahzab: 35)

Beberapa kejahatan yang gagal dengan adanya kalimat as-salamu ‘alaikum! Beberapa banyak kebaikan
diperoleh dengan kalimat, as-salamu ‘alaikum! Beberapa banyak hubungan persaudaraan terjalin
dengan kalimat as-salamu ‘alaikum![4]

Apabila ia mengundangmu penuhilah

Dari Ibnu Umar Ibnu Umar ra., Rasulullah saw bersabda “Penuhilah undangan jika kalian diundang (HR.
Muslim) dan di hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., Rasulullah bersabda “Jika seorang
diantara kamu diundang maka hendaklah ia menghadirinya jika dia sedang berpuasa maka doakanlah
dan kalau tidak berpuasa hendaklah dia makan.” (HR. Muslim No.78)[5]

Dari Jabir Abdullah ra, ia berkata “Rasulullah saw bersabda :

‫ فإ ن شا ء طعم وإن شاء ترك‬،‫إŒادعي أحد كم إل طعا م فليجب‬

“Bila salah seorang di antara kamu diundang ke suatu jamuan makan, maka hendaklah ia memenuhinya.
Bila ia menghendaki dapat memakannya, dan bila menghendaki apat membiarkannya”[6]
Apabila dia minta nasehat maka nasehatilah

Menurut istilah syar’i, Ibnu al-Atsir menyebutkan, “Nasehat adalah sebuah kata yang mengungkapkan
suatu kalimat yang sempurna, yaitu keinginan (memberikan) kebaikan kepada orang yang dinasehati.
Makna tersebut tidak bisa diungkapkan hanya dengan satu kata, sehingga harus bergabung dengannya
kata yang lain” (An-Nihayah (V/62). Ini semakna dengan defenisi yang disampaikan oleh Imam
Khaththabi. Beliau berkata, “Nasehat adalah sebuah kata yang jami‘ (luas maknanya) yang berarti
mengerahkan segala yang dimiliki demi (kebaikan) orang yang dinasihati. Ia merupakan sebuah kata
yang ringkas (namun luas maknanya). Tidak ada satu kata pun dalam bahasa Arab yang bisa
mengungkapkan makna dari kata (nasehat) ini, kecuali bila digabung dengan kata lain.” (I’lamul-Hadits
(I/189-190) dan Syarah Shahih Muslim (II/32-33), lihat Fathul Bari (I/167))[7].

Suatu keharusan bagi setiap umat manusia untuk selagi menasehati dalam kebaikan, selagi mengajak
kepada yang ma’ruf dan selalu mengingatkn ketika saudaranya khilaf. Firman Allah dalam al-qur’an :

äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™ y7În/u‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï ‰»y_ur ÓÉL©9$
$Î/ }‘Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u‘ uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#‹Î6y™ ( uqèdur ÞOn=ôãr&
tûïωtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[8] dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl:125)

Di dalam hadits Rasulullah, di jelaskan beberapa tahap dalam menasehati dan hendaklah kita mengikuti
agar bisa mendapat kemuliaannya, sabda Rasulullah “Barangsiapa yang melihat perkara mungkar, maka
hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya, maka hal yang
terakhir ini sebagai pertinda selemah-lemahnya iman.”(HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi)
Dan sungguh mulia kedudukan orang yang menunjukkan jalan kebaikan, maka dari itu hendaklah kita
selalu mengingatkan. Karena orang yang mengingatkan akan mendapat pahala sebagaimana hadit
Rasulullah “Barangsiapa yang menunjukkan jalan kebaikan, ia akan memperoleh pahala seperti pahala
orang yang melakukannya.” (HR.Muslim).

Ada beberapa keutamaan dalam memberikan nasehat sebagaimana yang telah diilustrasikan dalam al-
qur’an, Menasehati hamba-hamba Allah kepada hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat mereka
merupakan tugas para rasul. Allah mengabarkan perkataan nabi-Nya, Hud, ketika menasehati kaumnya,
“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian dan aku ini hanyalah pemberi nasehat
yang terpercaya bagimu” (Q.S. Al-A‘raf: 68).

Allah juga menyebutkan perkataan nabi-Nya, Shalih, kepada kaumnya setelah Allah menimpakan
bencana kepada mereka, “Maka Shalih berkata, ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan
kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai
orang-orang yang memberi nasehat’” (Q.S. Al-A‘raf: 79).

Maka seorang hamba akan memperoleh kemuliaan manakala dia melaksanakan apa yang telah
dilakukan oleh para nabi dan rasul. Nasehat merupakan salah satu sebab yang menjadikan tingginya
derajat para nabi, maka barangsiapa yang ingin ditinggikan derajatnya di sisi Allah, Pencipta langit dan
bumi, maka hendaknya dia melaksanakan tugas yang agung ini (Qawaid wa Fawaid (hal. 94-95)).[9]

Apabila dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah maka ucapkanlah Yarhamukallah


Dari Ali ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah
mengucapkan alhamdulillah, dan hendaknya saudaranya mengucapkan untuknya yarhamukallah.
Apabila ia mengucapkan kepadanya yarhamukallah, hendaklah ia (orang yang bersin) mengucapkan
yahdii kumullah wa yushlihu balaakum (artinya = Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk dan
memperbaiki hatimu).” (HR.Bukhari)[10]

Apabila dia sakit, jenguklah

Ada pahala yang besar dalam perbuatan ini dan menjenguk orang yang sakit sangat dinjurkan. Rasulullah
bersabda,

‫من عاد مر يضا لم يز ل في خر فة الجنة قيل يا رسول هللا وما خرفة الجنة قال جناها‬

“Barangsiapa menjenguk orang yang sakit, maka ia akan selalu berada dalam kebun surga.” Orang-orang
bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan kebun surga itu?” Rasulullah menjawab,
“Buah-buahnya.” (HR.Muslim)

Ada banyak nilai positif dalam menjenguk orang yang sakit. Di antaranya: mendoakannya, mendapakan
pahala dari menjenguknya, terutama dalam menghibur keluarganya. Bukhari meriwayatkan dari Jabir
ibn Abdillah, “Aku sedang sakit dan Rasulullah bersama Abu Bakar menjengukku dengan jalan kaki.
Ketika itu aku sedang pingsan. Nabi segera mengambil air wudhu kemudian meneteskan air wudhu itu
kepalaku. Ketika tersadar, ternyata itu Nabi.”[11]

Apabila dia meninggal dunia antarkanlah jenazahnya

“Barangsiapa yang mengantarkan jenazah seorang islam dengan rasa Iman dan karena Allah sematadia
menghadirinya sampai di shalati dan sampai selesai penguburannya, maka ia telah kembali dengan
mendapat dua qirath tiap-tiap qirat itu semisal besarnya gunung uhud.” (HR. Bukhari)
Nafi’ berkata, “Diceritakan kepada Ibnu Umar bahwa Abu Hurairah berkata, “Barangsiapa yang
mengiringkan jenazah, maka ia mendapatkan satu qirath.’ Ibnu Umar berkata, ‘Abu Hurairah terlalu
banyak mengatakannya kepada kami.’ Lalu Aisyah membenarkan Abu Hurairah seraya berkata, ‘Aku
mendengar Rasulullah bersabda begitu.’ Kemudian Ibnu Umar berkata, ‘Sungguh kami telah
mengabaikan banyak qirath.”[12]
DAFTAR PUSTAKA
[1] . Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula
antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.

[2] . Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma’shiat yang kehabisan bekal.
Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.

[3] Indra, Hasbi, Potret Wanita Shalehah,Jakarta:Penamadani,2004 (hal 177)

[4] Mustafa al-‘adawy. Fikih Akhlak,Jakarta:Qisthipress, 2005 (hal 39-41)

[5] Hadits web, kitab nikah

[6] Khaulah Binti. Bagaimana Muslimah Bergaul.Jakarta: Maktabatus-Swady, 1993 (hal 28)

[7] Hadits Web: Fiqih Nasehat

[8] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan
yang bathil.

[9] Hadits web, Fiqih Nasehat, yang diambil dari majalah Fatawa
[10] Hadits web, Kitab Adab dan Kesopanan. Diambil dari Kitab Hadits Bulughul Maram Min Adillatil
Ahkam, Oleh : Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Ashqolani

[11] Mustafa al-‘adawy. Fikih Akhlak,Jakarta:Qisthipress, 2005 (hal 464-466)

[12] Hadits Web. Kitab Jenazah. Yang bersumber dari Ringkasan Shahih Bukhari – M. Nashiruddin Al-
Albani – Gema Insani Press

Iklan

Report this ad

Share this:

TwitterFacebook

Terkait

AKHLAK PRIBADI

dalam "Sejarah Islam"

MASYARAKAT MADANI

dalam "Sejarah Islam"

PERANG SALIB

dalam "Sejarah Islam"

Juni 13, 2013Tinggalkan Balasan

Iklan

Report this ad
« Sebelumnya

Berikutnya »

Iklan

Report this ad

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama *

Surel *

Situs Web

Kirim Komentar

Beri tahu saya komentar baru melalui email.

Iklan

Report this ad

Cari

Iklan

Report this ad

Daftar Isi

Letak Kecantikan Seorang Wanita

Masalah Adalah Rintangan


DOWNLOAD ALBUM MICHAEL LEARNS TO ROCK (MLTR) LENGAKAP

Bagian Tubuh Yang Paling Penting

Kearifan Emas

Hadiah Terbaik

Cara Menyembunyikan File Kedalam Gambar (Steganografi)

Buat Kalkulator Dengan Notepad

7 Anugrah Tuhan (7 Keajaiban Dunia)

Perang Salib (Crusader)

Ilmu-Ilmu Pemikiran Islam

Paku Dan Amarah

Sang Pemenang

Tips Mempercepat IDM (Internet Download Manager) (Bagian 2)

Pohon Hikmah

Garam Dan Telaga

Tips Terbaru Download Di YouTube Pake IDM

Tips Mempercepat IDM (Internet Download Manager) (Bagian 1)

Sumber Hukum Islam Yang Ke-2 (AL-HADITS)

Cara Mengetahui Nomor HP

Tentang Wanita

Tips Dalam Mencari Calon Pendamping Hidup

Proses Terjadinya Hari Kiamat Menurut Al-Qur’an Dan Iptek

Kamus :: ‫ إسماعيل بن حماد الجوهري‬:: ‫الصحاح‬

Kamus :: ‫ المرتضى الزبيدي‬:: ‫تاج العروس من جواهر القاموس‬

Download E-Book Gratis

SEJARAH AKSARA NUSANTARA


TOKOH-TOKOH FILOLOGI NUSANTARA

SEJARAH FILOLOGI

MASYARAKAT MADANI

DILEMA

AKHLAK PRIBADI

AKHLAK DALAM MASYARAKAT

SEJARAH AKSARA NUSANTARA

NASKAH DAN TEKS FILOLOGI

Sejarah Perkembangan Filologi

PERANG SALIB (CRUSIDER)

SEJARAH BIRINGBULU

RINGKASAN PENGANTAR ULUMUL HADITS

PERANG SALIB

Lihat Situs Lengkap

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Ikuti

:)

Anda mungkin juga menyukai