Anda di halaman 1dari 147

SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN


TINGKAT KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS DI KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD
dr.SAYIDIMAN MAGETAN

Oleh :
NUNING RAHAYU
NIM 201302039

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN


TINGKAT KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS DI KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD
dr.SAYIDIMAN MAGETAN

Diajukan Untuk Memenuhi


Salah Satu Persyaratan dalam Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :
NUNING RAHAYU
NIM 201302039

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017

ii
iii
iv
PERSEMBAHAN

Bismillahhirohmannirohim..
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT
atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah memberikan kemudahan,
kelancaran dan kekuatan yang luar biasa kepada saya. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.
Saya persembahkan karya sederhana ini, yang saya buat dengan sepenuh
hati, sekuat tenaga dan pikiran untuk orang yang saya kasihi dan saya sayangi.
Untuk Bapak yang telah menjadi sosok ayah terbaik dalam kehidupan saya. Untuk
Ibu tercinta terimakasih telah selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a
yang tiada hentinya. Untuk adik saya terima kasih karena telah menjadi saudara
my partner in crime. Saya yakin bahwa keberhasilan yang saya raih ini tidak lepas
dari do’a-do’a yang kalian panjatkan disetiap sujudnya.
Untuk Ibu Eulis Liawati S.Kp.,M.Kes dan Bapak Priyoto S.Kep
Ns.,M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan
proposal dan skripsi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Semoga Allah
memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan oleh ibu dan bapak.
Untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terimakasih
yang telah mendidik dan membimbing saya selama ini. Semoga Allah membalas
semua kebaikan dan ilmu yang telah diajarkan.
Untuk kalian Kelompok Kelas (Mba Ajar, Mba Ayu Galuh, Mba Dian,
Sevi, Rosydah, Temy, Andra dan Pungky Pramita), Genk Judi (Zefri, Ria, Rere)
terima kasih atas bantuan kalian, candaan kalian, mendukung dan menyemangati
saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga selamanya tetap dekat seperti ini.
Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuangan perjuangan kita
belum selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita
mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat
mengharumkan nama STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nuning Rahayu


Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Bogorejo rt 10 rw 02 Kec. Barat Kab. Magetan
Email : Nuningrahayu09@gmail.com

Riwayat Pendidikan :
- 2000-2001 : TK Darma Wanita Bogorejo Barat
- 2001-2007 : SDN Bogorejo 1, Barat magetan
- 2007-2010 : SMP Negeri 1 Barat
- 2010-2013 : SMA Negeri 1 Barat
- 2013- Sekarang : Prodi S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun

vii
ABSTRAK

HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN TINGKAT


KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI KLINIK
PENYAKIT DALAM RSUD dr.SAYIDIMAN MAGETAN

Nuning Rahayu

96 Halaman + 22 Tabel + 2 Gambar + 13 Lampiran

Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan


tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi
insulin, gangguan aktivitas insulin, atau keduanya, DM dapat menimbulkan
komplikasi jika tidak dikelola dengan baik, perilaku pengelolaan DM yang baik
bagi pasien perlu dilakukan dengan menjaga kepatuhan dalam menjalani terapi
gizi dan perencanaan makan yang baik untuk memperbaiki tingkat kadar gula
darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan
diet diabetes mellitus dengan tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus di klinik penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan.
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik sampling Purposive Sampling
dengan jumlah sampel 56 responden, pengumpulan data menggunakan kuesioner
dan dianalisis dengan menggunakan uji Spearman Rank.
Hasil penelitian didapatkan sebanyak 15 responden (26,8%) patuh diet, 29
responden (51,8%) cukup patuh diet, 12 responden (21,4%) tidak patuh diet,
sedangkan untuk tingkat kadar gula darah sebanyak 23 responden (41,1%) baik,
17 responden (30,4%) sedang dan 16 responden (28,6%) buruk. Dari uji spearman
rank didapatkan nilai p =0,000, p<α=0,05) dan nilai koefiesien korelasi 0,723
yang berarti keeratan hubungan kuat dengan arah yang positif.
Kesimpulan yaitu ada hubungan antara kepatuhan diet diabetes mellitus
dengan tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit
dalam RSUD dr Sayidiman Magetan. Dengan kepatuhan diet yang baik maka
akan menjadikan tingkat kadar gula darah baik.

Kata Kunci : Kepatuhan diet DM, Tingkat kadar gula darah, Diabetes
Mellitus.

viii
ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ADHERENCE OFDIABETES MELLITUS


DIET WITH LEVEL OF BLOOD SUGAR IN DIABETES MELLITUS PATIENTS
IN INTERNAL DISEASES CLINICAT dr. SAYIDIMAN GENERAL HOSPITAL
MAGETAN

Nuning Rahayu

Page 96, Table 22, Picture 2, Enclosure 13.

Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by high blood sugar


levels (hyperglycemia) as a result of a deficiency of insulin secretion, insulin
activity disorder, or both, DM may cause complications if not managed properly,
good DM management behaviors for patients need to be done by maintaining
Adherence of nutritional therapy and good eating planning to improve blood
sugar levels. The purpose of this study was to determine the relationship between
adherence of diabetes mellitus diet with blood sugar levels in patients with
diabetes mellitus at the clinic of internaldiseaseat dr. Sayidiman General
Hospital Magetan.
The design of this researchwas correlation with cross sectional approach.
This research used purposive sampling technique with sample number 56
respondents, data collected by using questioner and analyzed by using Spearman
Rank test.
The results of the study were 15 respondents (26.8%) had obedient diet, 29
respondents (51.8%) were adequately adherent to diet, 12 respondents (21.4%)
did not adhere to diet, while for blood sugar level as much as 23 respondents
(41,1%) were good, 17 respondents (30,4%) were medium and 16 respondents
(28,6%) were bad. From spearman rank test obtained p value = 0,000, p <α =
0,05) and correlation coefficient value 0,723 which meansthe meaning of
relationship was strong with positive direction.
The conclusion that there was a relationship between adherence of diabetes
mellitus diet with blood sugar levels in patients with diabetes mellitus at dr.
Sayidiman General Hospital MagetanWith good diet adherence it will make good
blood sugar levels.

Keywords : The adherence of diabetes mellitus diet, Sugar blood levels,


diabetes mellitus

ix
DAFTAR ISI

Sampul Depan ............................................................................................. i


Sampul Dalam ............................................................................................. ii
Lembar Persetujuan .................................................................................... iii
Lembar Pengesahan .................................................................................... iv
Persembahan .............................................................................................. v
Halaman Pernyataan.................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. vii
Abstrak ........................................................................................................ viii
Abstract ...................................................................................................... ix
Daftar Isi ..................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................... xii
Daftar Gambar ............................................................................................ xiii
Daftar Lampiran ......................................................................................... xiv
Daftar Singkatan dan Istilah ...................................................................... xv
Kata Pengantar ........................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 7
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................. 7
1.6 Perbedaan Penelitian .......................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10
2.1 Konsep Kepatuhan............................................................... 10
2.2 Konsep Diet Diabetes Mellitus............................................ 17
2.3 Konsep Kadar Gula Darah................................................... 33
2.4 Konsep Diabetes Mellitus.................................................... 41
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ...................... 58
3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 58
3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................ 59
BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................. 60
4.1 Desain Penelitian ................................................................ 60
4.2 Populasi dan Sampel ........................................................... 60
4.3 Tehnik Sampling ................................................................ 62
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................. 63
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ...... 65
4.6 Instrumen Penelitian ........................................................... 67
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 69
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ............................................. 69
4.9 Teknik Analisa Data ........................................................... 74
4.10 Etika Penelitian ................................................................... 76

x
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 77
5.1 Gambaran umum dan lokasi penelitian .............................. 77
5.2 Hasil Penelitian ................................................................... 78
5.3 Pembahasan ........................................................................ 82
5.4 Keterbatasan Penelitian ...................................................... 90
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
6.1 Kesimpulan ......................................................................... 91
6.2 Saran ................................................................................... 92

Daftar Pustaka ............................................................................................ 93


Lampiran-lampiran ..................................................................................... 97

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT ........................... 21


Tabel 2.2 Daftar sumber karbohidrat ................................................... 26
Tabel 2.3 Daftar protein hewan ........................................................... 27
Tabel 2.4 Daftar sumber potein nabati ................................................ 27
Tabel 2.5 Sayuran kelompok A ........................................................... 28
Tabel 2.6 Sayuran kelompok B ........................................................... 28
Tabel 2.7 Sayuran kelompok C ........................................................... 29
Tabel 2.8 Golongan buah A ................................................................. 29
Tabel 2.9 Golongan buah B ................................................................. 30
Tabel 2.10 Contoh pemberian makan diet DM ..................................... 30
Tabel 2.11 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus menurut
PERKENI 2011 .................................................................. 35
Tabel 2.12 Karakteristik diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 ............................. 44
Tabel 4.1 Definisi Operasional ............................................................ 66
Tabel 4.2 Daftar nilai keeratan hubungan antar variabel..................... 76
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien DM .................... 78
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi usia pasien DM ................................... 78
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan pasien DM ............ 79
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pekerjaan pasien DM .......................... 79
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi lama menderita DM ............................ 80
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi Kepatuhan diet DM ............................. 80
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat kadar gula darah pasien
DM ....................................................................................... 81
Tabel 5.8 Tabulasi silang kepatuhan diet DM dengan tingkat
kadar gula darah pasien DM ................................................ 81

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 58


Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian .................................................. 64

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pengesahan Judul .................................................. 97


Lampiran 2 Lembar Konsultasi .............................................................. 98
Lampiran 3 Surat ijin Penelitian ............................................................ 100
Lampiran 4 Lembar penjelasan penelitian ............................................. 103
Lampiran 5 Lembar persetujuan menjadi responden ............................. 104
Lampiran 6 Kisi-kisi kuesioner .............................................................. 105
Lampiran 7 Kuesioner ............................................................................ 106
Lampiran 8 Surat selesai penelitian ....................................................... 112
Lampiran 9 Data distribusi frekuensi dan tendensi sentral .................... 113
Lampiran 10 Tabulasi Silang kepatuhan Diet DM dengan Tingkat
Kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus ........................ 116
Lampiran 11 Hasil Perhitungan SPSS Uji Spearman Rank Hubungan
Kepatuhan Diet DM dengan Tingkat Kadar gula darah
pasien Diabetes Mellitus ..................................................... 124
Lampiran 12 Tabulasi data ....................................................................... 125
Lampiran 13 Dokumentasi ....................................................................... 128

xiv
DAFTAR ISTILAH

Cross sectional : Penelitian untuk mengembangkan


hubungan antar variabel dan menjelaskan
hubungan yang di temukan.
Screening : Penyaring
World Health Organization : Organisasi Kesehatan Dunia.
Oral Glukose Test : Test yang paling peka untuk mengevaluasi
kasus-kasus yang tidak tertentu dari
diabetes.
Poliuria : Sering kencing
Polidipsi : Sering haus
Poliphagia : Sering lapar
HbA1c : Komonen minor hemoglobin yang
berikatan dengan glukosa.
Low density lipoprotein : Kolestrol Jahat
High density lipoprotein : Kolestrol Baik
Diabetic Hipersomolar : Kondisi yang disebabkan kadar gula darah
syndrom pada puncah terukur sebesar 600 mg/dl.
Hiperinsulinemia : Suatu kondisi pada seseorang dimana
pancreas memproduksi insulin dalam
jumlah banyak dan secara tidak normal
untuk membantu tubuh saat menyerap
glukosa dari aliran darah.
Hipoglikemia : Gangguan kesehatan yang terjadi ketika
kadar gula didalam darah berada dibawah
kadar normal.
Hiperglikemia : Istilah medis untuk keadaan dimana kadar
gula dalam darah lebih tinggi dari nilai
normal. Dalam keadaan normal gula darah
berkisar antara 70-100 mg/dl. Kadar gula
darah biasanya sedikit meningkat dari nilai
normal sesaat sesudah makan tapi keadaan
ini tidak dianggap hiperglikemia.

xv
Other specific tipes : Tipe lain
Gestasional diabetes : Diabetes yang terjadi saat kehamilan.
Self monitoring blood : Pemantauan glukosa secara mandiri.
glucose

xvi
DAFTAR SINGKATAN

DM : Diabetes Mellitus
DMT1 : Diabetes Mellitus Tipe 1
DMT2 : Diabetes Mellitus Tipe 2
GDP : Gula Darah Puasa
GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu
GDS : Gula Darah Sewaktu
HDL : High Density Lipoprotein
KGDS : Kadar Gula Dara Sewaktu
KGD : Kadar Gula Darah
LDL : Low Density Lipoprotein
OGTT : Oral Glukose Tolerance Tst
OHO : Obat Hipoglikemia Oral
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PTM : Penyakit Tidak Menular
RISKESDAS : Riset Kesehatan dasar
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
WHO : World Health Organization

xvii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus dengan Tingkat Kadar

Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Penyakit Dalam RSUD

dr.Sayidiman Magetan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan tugas akhir Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan

penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,

arahan, dan motivasi kepada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr Yunus Mahatma, Sp.PD selaku Direktur RSUD dr Sayidiman Magetan.

2. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun.

3. Mega Arianti Putri, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah memberikan

kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di

Program Studi S1 Keperawatan.

xviii
4. Eulis Liawati S.Kp.,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah meluangkan

banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam

penyelesaian skripsi ini.

5. Priyoto S.Kep Ns.,M.Kes, selaku pembimbing II yang dengan kesabaran dan

ketelitiannya dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat teselesaikan

dengan baik.

6. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, nasehat-nasehat dan semangat

yang tiada hentinya kepada saya.

7. Sahabat-sahabat saya yang selalu menyemangati saya disaat semangat saya

mulai goyah dan selalu menemani saya disaat suka dan duka.

8. Teman-teman Program Studi S1 Keperawatan angkatan 2013 atas kerja sama

dan motivasinya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan

dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan

yang telah mereka berikan selama ini kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.

Madiun, Agustus 2017


Penulis

NUNING RAHAYU
201302039

xix
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diabetes mellitus yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan

penyakit “kecing manis” merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian

lama kian meningkat. Diabetes mellitus merupakan kelainan pengolahan

karbohidrat dalam tubuh yang disebabkan oleh kurangnya hormone insulin,

sehingga karbohidrat tidak dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga.

Akibatnya, karbohidrat yang ada di dalam tubuh dalam bentuk glukosa dalam

darah. Peningkatan prevalensi diabetes mellitus, selain dari faktor keturunan juga

berkaitan dengan gaya hidup yaitu asupan makanan yang berlebihan dan

kurangnya olahraga (Dewi, 2009).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme

kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemia) disebabkan

karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam

tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat

digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya

insulin menjadikan glukosa tertahan didalam darah dan menimbulkan peningkatan

glukosa darah.Sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat penting

dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarowoto, 2011 dalam Ninda

fauzi, 2015).

1
World Health Organization (WHO) dikutip dari Esti Windusari (2013),

memperkirakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam jumlah pasien

Diabetes Mellitus. Indonesia dengan populasi 230 juta penduduk merupakan

Negara ke-4 terbesar pasien dengan Diabetes Mellitus setelah China, India, dan

Amerika Serikat. Bedasarkan laporan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita diabetes

mellitus yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu (1,1%) pada tahun 2007

menjadi (1,5%) pada tahun 2013, sedangkan prevalensi diabetes mellitus

berdasarkan diagnosa dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% dengan

prevalensi terdiagnosis dokter tertinggi pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan

paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Sementara itu prevalensi Diabetes

Mellitus di pulau Jawa adalah sebagai berikut di provinsi DKI Jakarta sebesar

(2,5%) di provinsi Jawa Barat (1,3%), di provinsi Jawa tengah sebesar (1,6%), di

provinsi D.I Yogyakarta sebesar (2,6%), dan di provinsi Banten sebesar (1,3%),

Sementara di provinsi Jawa Timur sebesar (2,1%). Dari data RSUD dr Sayidiman

Magetan mengatakan diabetes mellitus termasuk sepuluh besar penyakit rawat

inap dan rawat jalan di RSUD dr Sayidiman pada tahun 2014 (Nanda Dwi, 2016).

Sementara itu berdasarkan data survey awal yang dilakukan bahwa penderita DM

yang melakukan rawat jalan di RSUD dr Sayidiman Magetan pada tahun 2014

sebesar 284 kasus, pada tahun 2015 sebesar 656 kasus dan pada tahun 2016

sendiri sebesar 772 kasus (Rekam Medik RSUD dr. Sayidiman Magetan). Pada

data di poli klinik penyakit dalam “RSUD dr. Sayidiman Magetan” di peroleh

2
data pada bulan Febuari sampai Maret 2017 terdapat sekitar 180 pasien yang

datang untuk control dengan rerata satu bulan terakhir sebesar 65 pasien.

Konsensus pengolahan dan pencegahan DM di Indonesia (2006)

mengungkapkan 4 pilar utama dalam pengelolaan penyakit Diabetes mellitus

adalah Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani, dan Intervensi Farmakologis.

Tujuan dari 4 pilar tersebut ialah menjaga kadar gula darah (glukosa) darah tetap

pada tingkat normal (tidak terjadi hipoglikemia/hiperglikemia). Penderita DM

yang tidak patuh pada 4 pilar penatalaksanaan maka kadar gula darahnya tidak

terkontrol dan akan terjadi komplikasi misalnya Stroke, Gagal ginjal, Jantung,

Kebutaan dan Bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita

luka yang sukar atau tidak bisa mengering darahnya. Komplikasi dapat timbul

karena ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan program terapi yaitu :

pengaturan diet, pengunaan obat-obatan (Devi, 2008).

Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan

diabetes.Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan

merupakan kendala utama pada pasien diabetes mellitus.Pada pasien DM banyak

yang tersiksa sehubung jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan (Waspanji

2009 dalam Een 2013). Hasil Riskesdas 2013 prevalensi nasional DM

berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan

6,9%. Sedangkan prevalensi TGT pada penduduk usia <15 tahun diperkotaan

dalah 29,9%. Dari prevalensi diet tidak seimbang terdapat 3 pola makan, yang

pertama mengkonsumsi makanan/minuman manis lebih dari 1x/hari sebesar

53,1%, yang kedua mengkonsumsi makanan/minuman asin lebih dari 1x/hari

3
sebesar 26,2% dan yang ketiga mengkonsumsi makanan/ minuman berlemak lebih

dari 1x/hari sebesar 40,7% serta prevalensi aktivitas fisik kurang aktif pada

penduduk >10 tahun sebesar 26,1%. Dari data tersebut resiko bertambahnya

penderita DM kemungkinan besar akan terus bertambah, hal ini disebabkan pola

makan yang tidak teratur menyebabkan penyembuhan Diabetes Mellitus (DM)

akan lama (Riskesdas, 2013).

Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan harapan dari setiap

penderita diabetes mellitus.Hal ini berarti bahwa setiap penderita diabetes mellitus

harus mampu menjalankan anjuran dokternya agar penyakit diabetes mellitus

tetap terkontrol. Dalam prakteknya kepatuhan diartikan sebagai tingkat pasien

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau

paramedis, sebagaimanan ketentuan yang disarankan pada penderita diabetes

mellitus yang mengalami kegagalan pengobatan , hal ini dapat disebabkan oleh

berbagai faktor diantaranya tidak menjalani diet dengan baik (Tjokroprawiro

dalam Fahrun dan Rustini, 2010).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Fahrun dan Rustini pada tahun 2010

menunjukan bahwa dari 30 responden yang mempunyai tingkat kepatuhan diet

tergolong patuh terhadap terapi diet yaitu sebanyak 15 orang dengan presentase

(50%), responden yang cukup patuh sebanyak 9 orang dengan presentase (30%)

dan responden yang tidak patuh sebanyak 6 orang dengan presentase (20%).

Sedangkan responden yang mempunyai pengendalian kadar gula darahnya yang

terkendali dengan baik/tinggi yaitu sebanyak 15 dengan presentase (50%),

pengendalian kadar gula darah normal yaitu sebanyak 12 dengan presentase

4
(40%) sedangkan responden yang tingkat pengendalian kadar gula darahnya

rendah sebanyak 3 orang (10%)

Ketidakpatuhan terhadap pengaturan diet pasien DM disebabkan oleh

beberapa factor antara lain pendidikan, pengetahuan, kejenuhan dalam pengobatan

dan keinginan untuk sembuh sehingga mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu

maka diet Diabetes Mellitus harus diakukan sesuai program yang dianjurkan.

Pasien harus belajar keterampilan khusus untuk merawat diri sendiri setiap hari

guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak,

disamping itu juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk

menghindari komplikasi diabetik jangka panjang (Brunner & Suddaerth, 2002)

Ketidakpatuhan diet merupakan masalah yang sangat berat. Karena

ketidakpatuhan diet, kadar gula darah akan meningkat. Untuk itu, bagi penderita

diabetes mellitus dianjurkan untuk mematuhi terapi diet yang disingkat 3J yaitu

tepat jadwal, tepat jumlah dan tepat jenis. Kepatuhan diet merupakan aspek

penting untuk keberhasilan dalam menjalankan dan mengendalikan kadar gula

darah. Dengan demikian pasien DM harus mengikuti dan mematuhi program

penatalaksanaan diet sesuai dengan ketentuan dari tim kesehatan agar tercapai

control metabolic yng optimal, karena kepatuhan pasien terhadap diet adalah

komponen utama keberhasilan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus

(Misnadiarly, 2006 dalm Ninda fauzi, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus dengan Tingkat

5
Kadar Gula Darah pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD dr Sayidiman

Magetan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut “Apakah ada hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus

dengan tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit

dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet diabetes

mellitus dengan tingkat kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di klinik

penyakit dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan.

1.3.2 TujuanKhusus

1. Mengetahui kepatuhan diet diabetes mellitus pada pasien Diabetes mellitus

di klinik penyakit RSUD dr. Sayidiman Magetan.

2. Mengetahui tingkat kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di

klinik penyakit dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan.

3. Mengetahui hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus dengan tingkat

kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di klinik penyakit dalam

RSUD dr. Sayidiman Magetan.

6
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi istitusi tempat penelitian

1. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu

keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah dengan memberikan

inforormasi dan sosialisasi perilaku kepatuhan diet diabetes mellitus yang

baik untuk meningkatkan derajat kesehatan.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perawat dalam melakukan

asuhan keperawatan dalam menangani kadar gula darah penderita diabetes

mellitus.

1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah bagi peneliti

selanjutnya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu

keperawatan khususnya keperawatan medical bedah.

1.4.3 Manfaat bagi peneliti sendiri

1. Hasil penelitian ini sebagai syarat kelulusan sarjana strata 1 keperawatan.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu dan wawasan peneliti sendiri.

1.5 Keaslian Penelitian

Jenis
No. Judul Variabel Hasil
penelitian
1. Hubungan empat - Empat pilar Cross sectional Terdapat
pilar pengendalian hubungan
pengendalian DM DM tipe 2 antara
tipe 2 dengan - Rerata kadar pengaturan
rerata kadar gula gula darah makan,
darah, (Nurlaili olahraga, dan
Haida Kurnia kepatuhan

7
Putri, Muhammad pengobatan
Atoillah mempunyai
Isfandiari, 2013) dampak
menstabilkan
glukosa darah
dan
meningkatkan
kualitas hidup.
2. Hubungan tingkat - Tingkat Cross sectional Ada hubungan
kepatuhan diet kepatuhan tingkat
pasien diabetes diet DM kepatuhan diet
mellitus dengan - Munculnya pasien diabetes
munculnya komplikasi mellitus
komplikasi di DM dengan
puskesmas munculnya
pesantren di kota komplikasi.
kediri (Norma
Risnasari, 2014)
3. Hubungan - Kepatuhan diit Cross sectional Terdapat
kepatuhan diit DM hubungan
dengan kadar - Kadar gula antara
gula darah darah sewaktu kepatuhan diit
sewaktu pada dengan kadar
pasien diabetes gula darah
mellitus tipe 2 di sewaktu
rawat inap RSUD padapasien
sukoharjo (Reni diabetes
Febriana, mellitus tipe 2
Sigit,Widyatmok di rawat inap
o, Nining Lestari, RSUD
2014) Sukoharjo.
4. Hubungan - Kepatuhan diit Cross sectional Ada hubungan
kepatuhan diit - Kadar glukosa antara
dengan kadar darah sewaktu kepatuhan diit
glukosa darah dengan kadar
sewaktu pada glukosa darah
pasien diabetes sewaktu pada
mellitus tipe 2 di pasien diabetes
klinik pratama mellitus tipe 2
gracia ungaran di Klinik
kabupaten Pratama Gracia
semarang (Mila Ungaran
Dewi Kusuma Kabupaten
Ayu, 2014) Semarang
5. Hubungan - Perilaku diet Cross sectional Terdapat
perilaku diet - Tingkat kadar hubungan

8
dengan tingkat gula darah antara perilaku
kadar gula darah sewaktu diet dengan
sewaktu pada tingkat kadar
penderita gula darah
diabetes mellitus sewaktu pada
tipe 2 di ambar penderita
ketawang Diabetes
yogyakarta Mellitus di
(Herni Trilestari, Ambar
2016) ketawang
Yogyakarta.

1.6 Perbedaan Penelitian

Perbedaan dari kelima penelitian diatas yaitu lokasi atau tempat penelitian,

perbedaan variabel Independen dan Dependent. Pada penelitian ini variabel

independent adalah kepatuhan diet diabetes mellitus dan variabel dependent

adalah tingkat kadar gula darah. Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Klinik

Penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan. Disain penelitian Korelasi dengan

pendekatan Cross sectional dan teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling.

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kepatuhan

2.1.1 Definisi Kepatuhan

Kepatuhan adalah sikap patuh, ketaatan, sedangkan patuh adalah suka

menurut perintah, taat kepada aturan/perintah (Depdikbud, 1990). Menurut

Sackett (1976) cit Niven (2002) kepatuhan klien adalah sejauh mana prilaku klien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Kepatuhan

merupakan manifestasi dari suatu sikap dan perilaku berkaitan erat dengan

motivasi. Motivasi ini daya yang menggerakan manusia untuk berperilaku

(Iriwanto, 1998 dalam Ninda fauzi, 2015).

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi

atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik

diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley,

2007 dalam Bragista Guntur, 2016)

Menurut Sarwono 1997 dalam Ninda fauzi, 2015 perubahan sikap dan

perilaku individu dimulai dengan tahap identifikasi lalu kemudian menjadi tahap

internalisasi, tahap ini biasanya kepatuhan akan muncul. Tahap kepatuhan

awalnya bersifat sementara artinya bahwa mula-mula individu mematuhi anjuran

atau intruksi petugas tetapi berdasarkan keterpaksaan atau ketidakpahaman

dimana pada tahap ini biasanya masih dibawah pengawasan petugas.

10
Kepatuhan kemudian dapat berubah bentuk menjadi kepatuhan yang di

dasari alasan demi menjaga hubungan dengan petugas kesehatan atau tokoh yang

menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Kepatuhan ini timbul karena

individu merasa tertarik atau mengagumi tokoh tersebut tanpa memahami

sepenuhnya arti dan manfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut tahap

identifikasi.

Setelah 2 tahapan diatas akan terjadi tahapan berikutnya yaitu tahap

internalisasi. Tahap inilah perubahan individu dapat menjadi optimal dimana

individu mulai berfikir dan merasakan bahwa perilaku baru yang dapat

diintergrasikan kedalam nilai-nilai lain dari hidupnya (Sarwono, 1997 dalam

Ninda fauzi, 2015).

2.1.2 Variabel yang Memepengaruhi Kepatuhan

Variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan, beberapa variabel yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Brunner & Suddart (2002) adalah :

1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosial

ekonomi dan pendidikan.

2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat

terapi.

3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping

yang tidak menyenangkan.

4. Variabel psikososial seperti intelgensia, sikap terhadap tenaga kesehatan

penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakianan agama atau

budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti

11
regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bartsmet dalam psikologi

kesehatan.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mendukung Kepatuhan

Menurut Feur Stein ada beberapa faktor yang mendukung sikap patuh,

diantaranya (Faktul, 2009) :

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan

kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan

penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan

mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa rohani (cipta, rasa,

krasa) dan jasmani.

Domain pendidikan dapat diukur dari (Notoatmodjo, 2003) :

a. Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan (Knowledge).

b. Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan.

c. Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi pendidikan yang

diberikan.

2. Akomodasi

Suatu usaha dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang

dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri harus dilibatkan secara

aktif dalam program pengobatan.

12
3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman sangat

penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu memahami

kepatuhan terhadap program pengobatan.

4. Perubahan model terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien

terlihat aktif dalam pembuatan program tersebut :

a. Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan pasien.

b. Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien

setelah memperoleh informasi diagnosa.

5. Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan pasien

Suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah

memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien menbutuhkan penjelasan

tentang kondisi saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan

dengan kondisi seperti itu. Suatu penjelasan tentang penyebab penyakit dan

bagaimana pengobatannya, dapat membantu meningkatkan kepercayaan

pasien. Untuk melakukan konsultasi dan selanjutnya dapat membantu

meningkatkan kepatuhan.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

(Carpenito, 2000 dalam Bragista Guntur, 2016) berpendapat bahwa factor-

faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat

berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan

13
kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun factor-

faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya :

a. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsic adalah factor yang tidak perlu rangsangan dariluar, yang

berasal dari diri sendiri, yang terdiri dari :

1. Motivasi

Motivasi adalah daya yang menggerakkan manusia untuk berprilaku

(Irwanto dkk, 1998 dalam Ninda fauzi, 2015).

2. Keyakinan, Sikap dan Kepribadian

Blumental (1982) cit Niven (2002) telah menyelidiki tentang

hubungan antara pengukuran kepribadian dengan kepatuhan. Orang-

orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

depresi, ansietas, memiliki kekuatan ego yang lemah dan yang kehidupan

socialnya lebih memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Ciri-ciri

kepribadian yang disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang

cenderung tidak patuh (Drop Out) dari program pengobatan.

3. Pendidikan

Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan pasien sepanjang

bahwa pendidikan tersebut adalah pendidikan yang aktif seperti

penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri (Niven,

2002).

14
4. Pemahaman Terhadap Intruksi

Tidak seorang pun dapat memahami intruksi jika dia salah paham

tentang intruksi yang diberikan kepadanya. Kadang-kadang hal ini

disebabkan oleh kegagalan keprofesionalan kesehatan dalam

memberikan informasi yang tepat, penggunaan istilah medis, dan

memberikan banyak intruksi yang harus di ingat pasien (Niven, 2002)

b. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah fkctor yang perlu rangsangan dari luar, yang

terdiri dari :

1. Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

keluarga yang lain, teman, dan uang merupakan faktor-faktor penting

dalam kepatuhan. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat

berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan skor kesehatan individu

serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat

mereka trima. Keluarga juga member dukungan dan member keputusan

mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit (Niven, 2002).

2. Dukungan dari Profesional Kesehatan

Dukungan ini merupakan faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan.

Dukungan mereka terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa

perilaku yang sehat merupakan hal yang penting (Niven, 2002).

15
3. Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara professional kesehatan dengan pasien

merupakan bagian yang penting dalam menentukan kepatuhan (Niven,

2002).

4. Perubahan Model Terapi

Program-program kesehatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan

pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut (Niven, 2002).

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan menurut (Rantucci, 2007 dalam Bragista Guntur, 2016)

terjadi karena ketiga faktor, antara lain:

1. Faktor pasien

a. Ketidak seriusan pasien terhadap penyakitnya.

b. Ketidakpuasan terhadap hasil terapinya.

c. Kurangnya dukungan dari keluarga terkait pelaksanaan terapi.

2. Faktor komunikasi

a. Tingkat pengawasan tim kesehatan

b. Kurang penjelasan yang lengkap, tepat, dan jelas.

c. Interaksi dengan petugas kesehatan sedikit atau tidak sama sekali.

3. Faktor perilaku

a. Munculnya efek yang merugikan.

b. Hambatan fisik atau biaya untuk mendapatkan obat.

16
2.1.6 Manfaat Kepatuhan

Menurut (Widodo ,2004) manfaat dari kepatuhan yaitu :

1. Keberhasilan pengobatan, diet sangat berarti dan mempunyai efek bagi

penyembuhan.

2. Menurunkan biaya perawatan, karena kepatuhan terhadap obat dan diet

mempercepat perawatan sehingga tidak perlu lama-lama dirawat.

3. Tingkat kesembuhan meningkat, karena kepatuhan minum obat dan diet

mempunyai peluang untuk sembuh sangat besar.

Sedangkan ketidakpatuhan memperlama masa sakit atau meningkatkan

keparahan penyakit (Pratiwi, 2011).

2.1.7 Kepatuhan dalam Diet Diabetes Mellitus

Menurut (Hartono 1995 dari Esti Windusari 2013) kepatuhan diet DM

adalah ketaat terhadap makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien DM setiap

hari untuk menjaga kesehatan dan mempercepat proses penyembuhan, diet ini

berupa 3J yaitu tepat jadwal, tepat jenis dan tepat jumlah.

2.2 Konsep Diet Diabetes Mellitus

2.2.1 Pengertian Diet Diabetes Mellitus

Dalam Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga (2009) keluaran

Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dalam Ninda Fauzi (2015), diet memiliki

arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan seta minuman yang dilarang,

dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk

tujuan terapi penyakit yang diderita, kesehtan atau penurunan berat badan.

17
Diet diabetes mellitus adalah diet yang diberikan kepada penyandang

diabetes mellitus, dengan tujuan membantu memperbaiki kebiasaan makan un tuk

mendapatkan control metabolic yang lebih baik dengan cara menyeimbangkan

asupan makanan dengan obat penurun glukosa oral maupuninsulin dan aktivitas

fisik untuk mencapai kadar gula darah normal, mencapai dan mempertahankan

kadar lipida dalam normal.

Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita

diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis dan jadwal pemberian makan

(Syahbudin,2007).

2.2.2 Tujuan Diet Diabetes Mellitus

Menurut Priyoto (2015) Tujuan dari terapi gizi pada penyakit Diabetes

Mellitus adalah menyesuaikan makanan dengan kesangupan dari tubuh untuk

menggunakannya, sehingga membantu penderita untuk :

1. Menurunkan kadar gula darah mendekati normal yang menjadi tujuan utama

dalam terapi gizi ini, meskipun kadar gula darah yang benar-benar dalam

kisaran normal sangat sulit untuk dipertahankan.

2. Menurunkan gula darah urine menjadi negative.

3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat

badan yang ideal bagi orang dewasa dan mencapai pertumbuhan dan

perkembangan yang normal pada anak dan remaja.

4. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes mellitus

dan komplikasi kronik diabetes mellitus seperti penyakit ginjal, neuropatik

diabetikum, hipertensi dan penyakit jantung.

18
2.2.3 Syarat-syarat Diet Diabetes

Syarat-syarat yang diperlukan untuk diet Diabetes Mellitus (DM) menurut

Priyoto (2015) adalah :

1. Kebutuhan kalori disesuaikan dengan kelainan metabolic, umur, berat badan,

tinggi badan, dan aktivitas tubuh.

2. Jumlah hidrat arang disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam

menggunakannya.

3. Cukup protein, mineral, vitamin didalam makanan.

2.2.4 Pengaturan Diet bagi Penderita Diabetes Mellitus

Prinsip pengaturan makan pada diabetes mellitus hamper sama dengan

anjuran makan untuk orang sehat masyarakat umumnya, yaitu makanan yang

beragam bergizi dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang

maksudnya adalah sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing

individu. Hal yang sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin

dalam hal Jadwal makan, Jenis dan jumlah makanan atau dikenal dengan istilah 3J

(Priyoto, 2015). Prinsip pengaturan diet diabetes mellitus adalah 3J, yaitu :

1. J 1 = Jadwal (Tepat Jadwal)

Tepat jadwal sangat penting bagi penderita diet untuk pasien DM, karena

memakan makanan yang tepat jadwal sudah sangat membantu menjaga kadar

gula dalam darah. Tepat jadwal yang dimaksud disini adalah penderita harus

mengikuti jadwal makanan yang sudah deprogram yaitu jadwal makan harus

diikuti interval 3 jam. Yaitu 6x makan, yaitu 3x makan berat dan 3x makan

selingan atau snack. Itu berarti jika pasien sudah sarapan, penderita tidak

19
boleh makan makanan yang berat seperti nasi dan kue sampai jadwal makan

siang. Pasien hanya diperkenankan makan snack yang berupa potongan kecil

makanan rendah karbohidrat dalam selang waktu 3 jam setelah sarapan dan 3

jam setelah snack penderita boleh makan makanan utama lagi, begitu samapai

makan malam. Pada malam hari tidak diperkenankan makan lagi setelah

makan malam (Tjokroprawiro, 2007 dalam Ninda fauzi, 2015). Contoh

jadwal makan pasien adalah makan pasien adalah sebagai berikut :

a. Makan pagi atau sarapan dilakukan pada pukul 07.00

b. Snack pertama dikonsumsi pada pukul 10.00

c. Makan siang dilakukan pada pukul 13.00

d. Snack kedua dikonsumsi pukul 16.00

e. Makan malam dilakukan pukul 19.00

f. Snack ketiga dikonsumsi pukul 21.00

Usahakan makan tepat waktu. Apabila terlambat makan maka akan bisa

terjadi hipoglikemia atau rendahnya gula darah. Hipoglikemia meliputi gejala

seperti pusing, mual dan pingsan. Apabila terjadi hal seperti ini segera minum

air gula atau the manis.

2. J 2 = Jenis (Tepat Jenis)

Ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari dalam melakukan

diet. Untuk pasien diabetes mellitus bukan karena tidak enak namun karena

makanan tersebut dapat membuat kadar gula darah naik secara drastis.

Makanan-makanan yang harus dibatasi misalnya segala macam kue dan roti

yang mengandung banyak gula, selai, es krim, permen, susu manis, buah-

20
buhan yang berasa manis dan tentu saja gula. Sementara itu makanan yang

dianjurkan adalah banyak mengkonsumsi sayuran mentah, sayuran olahan

dan buah-buahan yang tidak terlalu manis (Tjokroprawiro, 2007 dalam Ninda

fauzi, 2015).

3. J 3 = Jumlah (Tepat Jumlah)

Bagi penderita DM, gula dalam darah mereka sudah sangat tinggi oleh

sebab itu tubuh tidak membutuhkan banyak tambahan gula.Dan ketika pasien

DM makan, maka kalori yang masuk harus tepat bagi pasien DM, maka

jumlah makanan yang boleh dimakan harus tepat jumlahnya.Hal ini bisa

dihitung dengan IMT (Index Masa Tubuh) yang didapat dengan membagi

berat badan dan tinggi badan.Jika IMT tergolong kurus mengkonsumsi 40-60

kalori/hari x berat badan.Jika normal bisa mengkonsumsi 30 kalori x berat

badan.Untuk orang gemuk 20 kalori x berat badan. Untuk orang obesitas

kalori yang diperbolehkan yaitu 10-15 kalori x berat badan (Tjokroprawiro,

2007 dalam Ninda fauzi, 2015).

Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT

Klasifikasi Status Gizi Indek Masa Tubuh (IMT)(kg/m2)


1. Kurus (Underweight) <18,5
2. Normal 18,5-22,9
3. Gemuk (Overweight) >23
4. Resiko obesitas (At Risk) 23-24,9
5. Obesitas I 25-29,9
6. Obesitas II >30
Sumber : Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) dalam Tjokroprawiro, 2007

Menurut Priyoto (2015) pengaturan porsi makan sedemikian rupa

sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan

ringan atau sedang (5-10 kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control

21
diabetes, walaupun berat badan idaman tidak tercapai. Penurunan berat badan

dapat diusahakan dicapai secara baik dengan penurunan asupan energi

moderat dan peningkatan pengeluaran energi.Dianjurkan pembatasan kalori

sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari.

Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi :

1. Karbohidrat

Rekomen dari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah

total karbohiodrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih

liberal. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang

lebih rendah dari pada sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun

berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda,

prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi

daripada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk

penderita diabetes mellitus di Indonesia :

- 45-65% total asupan energy

- Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan <130 g/hari

- Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama

berserat tinggi.

- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari (3-4 sdm)

- Makan 3 kali sehari untuk mendistribusi asupan karbohidrat dalam

sehari.Penggunaan pemanis alternative pada penderita diabetes

mellitus, aman digunakan asal tidak melebihi batas aman (Acceted

Dialy Intake).

22
- Fruktosa <50 gr/hr, jika berlebihan menyebabkan diare

- Sorbitol <30 gr, jika berlebihan menyebakan kembung dan diare

- Manitol <20 gr/hr

- Aspartame 0 mg/kg BB/hr

- Sakarin 1 gr/hr

- Acesulfame K 15 mg/kg BB/hr

- Siklamat 11 mg/kg BB/hr

Bukti ilmiah menunjukan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian

dari perencanaan makan tidak memperburuk control glukosa darah pada

individu dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dari makanan harus

diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak

hanya dengan menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam

melakukan subtitusi ini kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis

yang pekat dan kandungan zat gizi lain dari makanan yang mengandung

sukrosa harus dipertombangkan, seperti lemak yang sering ada bersama

sukrosa dalam makanan.

Fruktosa menaikan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan

kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan.Dalam hal ini fruktosa

dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet

diabetes.Namun pengaruhnya dalam jumlah besar (20% energy) potensia

merugikan pada kolestrol dan LDL.Penderita disiplemia hendaknya

menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak

ada alasan untuk menghindari makanan seperti buah-buahan dan sayuran

23
yang mengandung fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang

makanan yang mengandung pemanis fruktosa.

Sorbotol, manitol dan xylitol adalh gula alcohol biasa mengandung 7

kalori/gram menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa

dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis secara berlebihan dapat

mempunyai pengaruh laktatif.Sakarin, aspartame adalah pemanis tak

bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.

2. Serat

Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama

dengan untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi

20-35 gr serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di

Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/100 kalori/hari dengan

mengutamakan serat larut air.

3. Protein

Menurut konsensun pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006

kebutuhan protein untuk diabetes 15-20% energy. Perlu penurunan

asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan / hari atau 10% dari

kebutuhan energy dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan

655 hendaknya bernilai biologis tinggi. Sumber protein yang baik adalah

ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, prpduk susu rendah

lemak, kacang-kacangan dan tahu tempe.

24
4. Total lemak

Anjuran nanjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25%

energy.Lemak jenuh <7% kebutuhan energy dan lemak tidak jenuh ganda

<10% kebutuhan energy, sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh

tunggal.Asupan kolestrol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari

300 mg/hari.Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat

diikuti anjuran diet disiplin diet disiplidemia.Tujuan utama pengurangan

kosumsi lemka jenuh dan kolestrol adalah untuk menurunkan resiko

penykit kardiovaskular/penyakit jantung.

5. Garam

Anjuran asupam untuk orang dengan diabetes sama dengan

penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 g (1

sdt) garam dapur, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan

samapi sedang dianjurkan 2400 mg natrium/hari atau sama dengan 6

gr/hari garam dapur. Sumber utam anatrium antara lain adalah garam

dapur, vetsin dan soda.

6. Alkohol

Anjuran penggunaan alcohol untuk orang dengan diabetes sama

dengan masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah

tidak terpengaruh oleh penggunaan alcohol dalam jumlah sedang apabila

diabetes terkendali dengan baik. Alcohol dapat meningkatkan resiko

hipoglikemia pada mereka yang menggunakan insulin atu

sulfonylurea.Karena itu sebaiknya hanya diminum pada saat makan. Bagi

orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti

25
pancreatitris, displipidemia atu neuropati mungkin perlu anjuran untuk

mengurangi atau menghindari alcohol. Asupan kalori dari alcohol

diperhitungkan sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai

penukar lemak (1 minuman alcohol sama dengan 2 penukar lemak).

Pasien Diabetes Mellitus hendaknya bisa mengira-ngira porsi makan

yang akan dimakan, berikut contoh jumlah makanan diet diabetes

mellitus, antara lain:

a. Karbohidrat

Tabel 2.2 Daftar Sumber Karbohidrat

Satuan penukar = 175 kalori, 4 g protein, 4 g karbohidrat

Sebagian boleh dikonsumsi untuk pasien DM

Bahan Makanan Ukuran Berat (g)


Bihun ½ gelas 50
Bubur beras 2 gelas 400
Biscuit 4 buah besar 40
Havermout 5 ½ sendok makan 50
Kentang 2 biji sedang 210
Krekers 5 buah besar 50
Makaroni ½ gelas 50
Mi kering 1 gelas 50
Mi basah 2 gelas 50
Nasi ¾ gelas 200
Nasi tim 1 gelas 70
Roti putih 3 potong sedang 120
Singkong 1 potong 40
Tepung sagu 7 sendok makan 40
Tepung hunkwae 8 sendok makan 40
Tepung singkong 8 sendok makan 40
Talas 1 potong 125
Tepung terigu 5 sendok makan 50
Tepung maizena 10 sendok makan 50
Tepung beras 8 sendok makan 50
Ubi 1 biji 135
Dinas Kabupaten Madiun, 2012

26
b. Protein hewani

Tabel 2.3 Daftar Protein Hewani

Satuan penukaran = 95 kalori, 10 g protein, 6 g lemak

Bahan Makanan Ukuran Berat (g)


Daging sapi 1 potong sedang 50
Daging babi 1 potong kecil 25
Daging ayam 1 potong sedang 50
Hati sapi 1 potong sedang 50
Didih sapi 2 potong sedang 50
Babat 2 potong sedang 60
Telur ayam biasa 2 butir besar 75
Telur bebek 1 butir 60
Ikan segar 1 potong sedang 50
Ikan asin 1 mpotong sedang 25
Udang basah ¼ gelas 50
Keju 1 potong besaer 30
Bakso daging 10 biji besar 100
Dinas Kabupaten Madiun, 2012

c. Protein nabati

Tabel 2.4 Daftar Sumber Protein nabati

Satuan penukaran =80 kalori, 6 g protein, 3 g lemak

Bahan Makanan Ukuran Berat (g)


Kacang ijo 2 ½ sendok makan 25
Kacang kedelai 1 ½ sendok makan 25
Kacang merah 2 ½ sendok makan 25
Kacang tanah terkupas 2 sendok makan 20
Kacang tolo 2 ½ sendok makan 25
Oncom 2 potong kasar 50
Tahu 1 biji besar 100
Tempe 2 potong kasar 50
Dinas Kabupaten Madiun,2012

27
Daftar Menu Sayuran

Untuk diet Diabetes Mellitus sayuran dibagi menjadi 3 kelompok,

yaitu :

1) Sayuran kelompok A

Mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang. Sayuran

ini boleh digunakan sekehendak tanpa diperhitungkan serta bebas

dimakan kandungan kalorinya dapat diabaikan adalah :

Tabel 2.5 Sayuran kelompok A

Bahan Makanan
Baligo Lobak
Gambas Lettuce
Jamur kuping segar Lada air
Ketimun Slada
Labu air Tomat
Dinas Kabupaten Madiun, 2012

2) Sayuran kelompok B

Kelompok sayur ini agaknya dibatasi dalam pengkonsumsian

bagi penderita dieabetes mellitus

Satuan penukaran (100g) = 25 kalori, 1 g protein, 5 g karbohidrat

Tabel 2.6 Sayuran Kelompok B

Bahan Makanan
Bayam Kangkung
Bin Kucai
Boncis Kacang panjang
Caisim Labu siam
Daun pakis Labu waluh
Daun waluh Pare
Jagung muda Papaya muda
Jantung pisang Sawi
Dinas Kabupaten Madiun, 2012

28
3) Sayuran kelompok C

Kelompok sayuran ini sebaiknya dibatasi oleh penderita

diabetes mellitus

Satuan penukaran (100g) = 50 kalori, 3 g protein, 10 g

karbohidrat

Tabel 2.7 Sayuran Kelompok C

Bahan Makanan
Bayam merah Kacang kapri
Daun mlinjo Kluwih
Daun papaya Mlinjo
Daun singkong Nangka muda
Daun talas Toge kacang kedelai
Dinas Kabupaten Madiun, 2012

Daftar Menu Buah-buhan

Dalam diet DM dibagi menjadi 2 golongan buah-buahan, yaitu :

1) Golongan Buah-buahan A

Golongan ini boleh dikonsumsi, satuan pengukuran 40 kalori, 10g

karbohidrat.

Tabel 2.8 Golongan Buah-buahan A

Bahan makanan Ukuran Berat (g)


Alpukat ½ buah besar 50
Pear ½ buah sedang 75
Belimbing 1 buah besar 125
Jambu biji 1 buah besar 100
Jambu air 1 buah besar 100
Kedondong 1 buah besar 100
Papaya 1 potong sedang 100
Pisang ambon,kapok 1 buah sedang 50
Salak 1 buah besar 75
Semangka 1 potong besar 150

29
2) Golongan Buah-buahan B

Golongan buah ini sebaiknya dihindari bagi penderita berdiet

DM. satuan penukaran 40 kalori, 10 g karbohidrat.

Table 2.9 tabel buah-buahan golongan B

Bahan Makanan Ukuran Berat (g)


Anggur 10 biji 75
Duku 15 buah 75
Durian 3 biji 50
Jeruk manis 2 buah sedang 100
Mangga ½ buah sedang 50
Nanas 1/6 buah sedang 75
Nagka muda 3 biji 50
Pisang raja dan pisang susu 2 buah kecil 50
Rambutan 8 buah 75
Sawo 1buah sedamg 50
Sirsak ½ gelas 75
Kelemgkeng 10 biji 50

Tabel 2.10 Contoh Pemberian Menu makan Diet DM

Menu pagi pukul 07.00 Menu siang pukul 13.00 Menu malam pukul 19.00
a. Nasi ¾ gelas atau 200g a. Nasi ¾ gelas atau a. Nasi ¾ gelas atau
200g 200g
b. Sayur bayam b. Sayur daun singkong b. Sayur bayam
c. Tempe 2 potong besar c. Tempe 2 potong besar c. Tempe 2 potong
atau 50g atau 50g besar atau 50g
d. Tahu 1 biji besar atau d. Tahu 1 biji besar atau d. Tahu 1 biji besar
100g 100g atau 100g
e. Daging sapi 1 potong e. Daging sapi 1 potong e. Daging sapi 1
sedang atau 50g sedang atau 50g potong sedang atau
50g
f. Daging ayam 1 potong f. Daging ayam 1 potong f. Daging ayam 1
sedang atau 50g sedang atau 50g potong sedang atau
50g

2.2.5 Pengaruh Diet Terhadap Kadar Gula Darah

Diabetes mellitus merupakan kelainan pengolahan karbohidrat dalam

tubuh yang disebabkan oleh kurangnya hormone insulin, sehingga karbohidrat

30
tidak dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga. Akibatnya,

karbohidrat yang ada didalam tubuh dalam bentuk glukosa dalam darah.

Peningkatan prevalensi diabetes mellitus, selain dari faktor keturunan juga

berkaitan dengan gaya hidup yaitu asupan makanan yang berlebihan dan

kurangnya olahraga (Dewi, 2009).

Konsensus pengolahan dan pencegahan DM di Indonesia (2006)

mengungkapkan 4 pilar utama dalam pengelolaan penyakit Diabetes mellitus

adalah Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani, dan Intervensi Farmakologis.

Tujuan dari 4 pilar tersebut ialah menjaga kadar gula darah (glukosa) darah tetap

pada tingkat normal (tidak terjadi hipoglikemia/hiperglikemia). (Devi,2008).

Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan

diabetes.Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan

merupakan kendala utama pada pasien diabetes mellitus. (Waspanji 2009 dalam

Een 2013). Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan harapan dari setiap

penderita diabetes mellitus. Hal ini berarti bahwa setiap penderita diabetes

mellitus harus mampu menjalankan anjuran dokternya agar penyakit diabetes

mellitus tetap terkontrol. Dalam prakteknya kepatuhan diartikan sebagai tingkat

pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter

atau paramedis, sebagaimanan ketentuan yang disarankan pada penderita diabetes

mellitus yang mengalami kegagalan pengobatan , hal ini dapat disebabkan oleh

berbagai faktor diantaranya tidak menjalani diet dengan baik (Tjokroprawiro

dalam Fahrun dan Rustini,2010).

31
Ketidakpatuhan terhadap pengaturan diet pasien DM disebabkan oleh

beberapa factor antara lain pendidikan, pengetahuan, kejenuhan dalam pengobatan

dan keinginan untuk sembuh sehingga mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu

maka diet Diabetes Mellitus harus diakukan sesuai program yang dianjurkan.

Pasien harus belajar keterampilan khusus untuk merawat diri sendiri setiap hari

guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak,

disamping itu juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk

menghindari komplikasi diabetic jangka panjang (Brunner & Suddaerth,2002)

Ketidakpatuhan diet merupakan masalah yang sangat berat. Karena

ketidakpatuhan diet, kadar gula darah akan meningkat. Untuk itu, bagi penderita

diabetes mellitus dianjurkan untuk mematuhi terapi diet yang disingkat 3J yaitu

tepat jadwal, tepat jumlah dan tepat jenis. Kepatuhan diet merupakan aspek

penting untuk keberhasilan dalam menjalankan dan mengendalikan kadar gula

darah. Dengan demikian pasien DM harus mengikuti dan mematuhi program

penatalaksanaan diet sesuai dengan ketentuan dari tim kesehatan agar tercapai

control metabolic yng optimal, karena kepatuhan pasien terhadap diet adalah

komponen utama keberhasilan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus

(Misnadiarly, 2006 dalam Nindafauzi, 2015)

32
2.3 Konsep Kadar Gula Darah

2.3.1 Definisi Kadar Gula Darah

Gula darah merupakan istilah yang mengacu pada kadar atau banyakanya

kandungan gula did alam sirkulasi darah di dalam tubuh. Gula di dalam tubuh

sebenarnya terdapat dalam beberapa bentuk.Gula yang ada di dalam darah disebut

glukosa, yakni bentuk gula yang paling sederhana.Selain glukosa, terdapat

glikogen.Glikogen adalah gula dalam bentuk yang lebih kompleks biasa

ditemukan di hati dan otot yang fungsinya sebagai cadangan makanan.Kadar

glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah

(Qurratuaeni, 2009).Kadar glukosa pada orang normal berlangsung konstan,

karena pengaturan karbohidrat yang baik.Seorang penderita diabetes harus

melakukan pengobatan sedini dan sebaik mungkin hal ini sangat erat kaitannya

dengan sifat penyakit diabetes yang berlangsung kronik progresif, yaitu

berkembang lambat namun tidak bisa berhenti seumur hidup. Kadar gula darah

yang tinggi secara terus menerus akan menyebabkan komplikasi yang serius.

Kenaikan kadar gula darah menyebabkan penyempitan seluruh pembuluh

darah. Akibatnya organ-organ tubuh menjadi layu dan fungsinya mengalami

kemunduran. Pada akhirnya, organ-organ tubuh akan mengalami kerusakan total

(Noviyanti, 2015).

2.3.2 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Menurut ADA (2014), ada berbagai cara yang biasa dilakukan untuk

memeriksa kadar glukosa darah, di antaranya :

33
1. Tes Glukosa Darah Puasa

Tes glukosa darah puasa mengukur kadar glukosa darah setelah tidak

mengkonsumsi apa pun kecuali air selama 8 jam. Tes ini biasanya dilakukan

pada pagi hari sebelum sarapan.

2. Tes Glukosa Darah Sewaktu

Kadar glukosa darah sewaktu disebut juga kadar glukosa darah acak atau

kasual. Tes glukosa darah sewaktu dapat dilakukan kapan saja.Kadar glukosa

darah sewaktu dikatakan normal jika tidak lebih dari 200 mg/dL.

3. Uji Toleransi Glukosa Oral

Tes toleransi glukosa oral adalah tes yang mengukur kadar glukosa darah

sebelum dan dua jam sesudah mengkonsumsi glukosa sebanyak 75 gram yang

dilarutkan dalam 300 mL air.

4. Uji HBA1C

Uji HBA1C mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam 2 – 3 bulan

terakhir. Uji ini lebih sering digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah

pada penderita diabetes.

2.3.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus

Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan

pengendalian Diabetes Mellitus yang baik yang merupakan sasaran terapi.

Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang

diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang diharapkan,

demikian status gizi dan tekanan darah.

34
Tabel 2.11 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus menurut PERKENI 2011

Baik Sedang Buruk


Glukosa darah puasa (mg/dL) 80-100 100-125 ≥ 126
Glukosa darah 2 jam setelah 80-144 145-179 ≥ 180
makan/postprandial (mg/dL)
A1c (%) <6,5 6,5-8 >8
Kolestrol total (mg/dL) <200 200-239 ≥ 240
Kolestrol LDL (mg/dL) <100 100-129 ≥ 130
Kolestrol HDL (mg/dL) Pria : >40
Wanita : >50
Trigliserida (mg/dL) <150 150-199 ≥ 200
IMT (kg/m2) 18,5- <23 23-25 >25
Tekanan Darah (mmHg) ≤130/80 >130-140/>80- >140/90
90
Sumber : PERKENI, 2011

Ket : Angka diatas adalah hasil pemeriksaan plasma vena

Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari darah kapiler darah utuh

keplasma vena.

Untuk pasien berumur ≥ 60 tahun dengan komplikasi, sasaran kendali

kadar glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa 100-125 mg/dL, dan

sesudqah makan 145-180 mg/dL). Demikian pula kadar lipid, tekanan darah, dan

lain-lain mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang hal ini dilakukan

mengigat kemungkinan sifat-sifat khusus pasien lansia juga untuk mencegah

kemungkinan timbulnya ekek samping hipoglikemi dan interaksi obat.

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah

1. Faktor Internal

a. Penyakit dan stress

Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri

tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang secara langsung

berpengaruh pada KGD (Tandra, 2008 dalam Qurratuaeni, 2009).

35
Stress adalah suatu keadaan batin yang diliputi rasa kekhawatiran

akibat perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan yang

berlebihan, cemas dan berbagai tekanan yang merusak keseimbangan

tubuh (Helmawati, 2015). Bila stress menetap respon stress akan

melibatkan hipotalamus puitutary. Hipotalamus mensekresi

corticotrophin realeasing factor, yang menstimulasi pituitary anterior

untuk memproduksi adrenocorticotropin hormone (ACTH) kemudian

ACTH menstimulasi pituitary anterior untuk memproduksi

glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan kortisol akan

mempengaruhi peningkatan kadar gula darah (Qurratuaeni, 2009).

Selain itu kortisol juga dapat meninsibisi ambilan glukosa oleh sel

tubuh (Individual Wellbeing Diagnostic Laboratories 2008 dalam

Qurratuaeni, 2009)

b. Obesitas

Obesitas adalah suatu penyakit yang multifaktorial (dipengaruhi

banyak factor), kronik, dan dianggap merupakan suatu penyakit

epidemic yang menglobal.Obesitas meningkatkan resiko Diabetes

Mellitus Tipe 2 lebih besar dari factor resiko lainnya.Pada orang

dengan obesitas, ditemukan kdar asam lemak bebas yang tinggi dalam

darah.Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pecahnya trigliserida

(proses lipolisis) di jaringan lemak. Pada keadaan normal otot akan

menggunakan glukosa dalam darah untuk menghasilkan energy.

Namun, karena banyakanya asam lemak bebas dalam darah maka

36
menyebabkan otot melakukan oksidasi asam lemak, hal inilah yang

kemudian menghambat pengambilan glukosa oleh otot sehingga

terjadilah hiperglikemia (Helmawati, 2015)

c. Makanan

Makanan diperlukan sebagai bahan bakar dalam pembentukan

ATP.Selama pencernaan, banyak zat gizi yang diabsorsi untuk

memenuhi kebutuhan energi tubuh sampai makanan berikutnya. Di

dalam makanan yang dikonsumsi, terkandung karbohidrat, lemak, dan

protein (Tandra, 2008 dalan Qurratuaeni, 2009). Pada pasien Diabetes

Mellitus Tipe 2 memiliki kemampuan tubuh yang terbatas mengatur

metabolisme hidrat arang dan jika toleransi dilampaui, pasien akan

mengalami glukosuria dan ketonuria yang ada akhirnya dapat menjadi

ketoasidosis, maka pembatasan kandungan hidrat arang dalam diet

pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 harus dilakukan (PERKENI, 1998

dalam Qurratuaeni, 2009)

d. Latihan fisik dan Olahraga

Olahraga mengaktivasi ikatan dan reseptor insulin di membrane

plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Manfaat

latihan fisik adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan

meningkatakan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otit,

mengubah kadar lemak darah yaitru meningkatakan kadar HDL-

kolestrol dan menurunkan kadar kolestrol toral sera trigliserida

37
(Sudoyo et al, 2009 dalam Aulia, 2016). Pada studi yang lain

dikatakan bahwa pasien DM Tipe 2 terjadi penurunan kapasitas

mitokondria pada otot skeletal yang menyebabkan peningkatan resiko

gangguan fisik dan aktifitas fisik atau olahraga dapat memperbaiki

kondisi tersebut (Tolendo et al, 2007 dalam Aulia, 2016).

Prinsip latihan fisik pasien DM pada umumnya sama saja

dengan prinsip latihan jasmani pada umumnya, yaitu mengikuti

F,I,D,J yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

F : Frekuensi 3-5 kali/minggu secara teratur

I : Intensitas ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate)

D : Durasi 30-60 menit setiap melakukan latihan jasmani

J : Jenis latihan fisik yang dianjurkan adalah aerobic yang bertujuan

untuk meningkatkan stamina seperti jalan, jogging, berenang,

senam berkelompok atau aerobic dan bersepedah (Damayanti,

2015)

e. Perawatan baik dengan OHO maupun dengan insulin

Cara kerja Obat Hipoglikemik Oral (OHO) pada umumnya

merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin atau

mengurangi absorpsi glukosa dalam usus, sehingga dapat menurunkan

kadar glukosa darah (Soegondo, 1995 dalam Qurratuaeni, 2009).

Sedangkan tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah

normal atau mendekati normal. Pada DM Tipe 2, insulin terkadang

diprlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar

38
glukosa darah jika dengan diet, latihan fisik dan Obat Hipoglikmik

Oral (OHO) tdak dapat menjaga kadar gula darah dalam rentang

normal ( Damayanti, 2015)

f. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang tidak bisa dimodifikasi atau

di rekayasa. Sesorang yang menderita DM apabila memiliki luka akan

lama atau sulit sembuhnya, dikarenakan semakin bertambahnaya usia

semakin membuat kondisi tubuh berkurang vitalitasnya salah satunya

berkurangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki.

g. Pemantauan (Monitoring)kadar gula darah

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-

Monitiring Blood Glucose (SMBG) memungkinkan untuk deteksi dan

mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia, pada akhirnya akan

mengurangi komplikasi diabetic jangka panjang. Pemeriksaan ini

sangat dianjurkan bagi pasien dengan penyakit DM yang tidak stabil,

kecenderungan untuk mengalami ketosis berat, hiperglikemia dan

hipoglikemia tanpa gejala dengan ringan.Kaitanya dengan pemberian

insulin, dosis insulin yang diperlukan pasien ditenukan oleh kadr

glukosa darah yang akurat. SMBG telah menjadi dasar dalam

memberikan terapi insulin (Damayanti, 2015)

39
2. Faktor Eksternal

a. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu upaya persuasi atau pembelajaran

kepada masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan untuk

memelihara atau mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan

kesehatanya.Pendidikan mempunyai kaitan yang tinggi terhadap

perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan kesehatanya.

Pendidikan bagi pasien DMT2 berhubungan dengan perilaku pasien

dalam melakukan pengendalian kadar glukosa darah agar tetap stabil.

Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan waktu

yang lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan lama karena

didasari oleh kesadaran sendiri ( Qurratuaeni, 2009)

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang sebelum seseorang mengadopsi

perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses

(Rogers 1994 dalam Qurratuaeni 2009). Pasien DM tipe 2 akan

mampu melakukan pengendalian kadar gula darah (KGD) dengan baik

apabila didasari dengan pengetahuan mengenai penyakit DM, baik

tanda dan gejala serta penatlaksanaannya (Qurratuaeni, 2009)

40
2.4 Konsep Diabetes Mellitus

2.4.1 Pengertian Diabetes Melitus

Menurut Helmawati (2015) penyakit Diabetes atau diabetes mellitus atau

sering juga disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula adalah

penyakit yang disebabkan oleh kelainan yang berhubungan dengan hormone

insulin. Kelainan yang dimaksud berupa jumlah produksi hormone insulin yang

kurang karena ketidakmampuan organ pancreas menproduksinya atau sel tubuh

tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan organ pancreas secara

baik. Akibat dari kelainan ini, maka kadar gula (glukosa) didalam akan meningkat

tidak terkendali. Kadar gula darah yang tinggi terus menerus akan meracuni tubuh

termasuk organ-organnya. Pengaruh jangka pendek dari peningkatan kadar gula

darah mungkin tidak begitu terlihat. Namun, dalam jangka panjang peningkatan

kadar gula dalam darah ini bisa mengakibatakan kondisi-kondisi tubuh yang tidak

menguntungkan. Kadar gula darah yang tinggi akan menyebabkan fungsi sel-sel

tubuh menurun.

DM merupakan penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikan dengan

ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan

protein awal terjadinya hyperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah (Black

& Hawk 2009 dalam Damayanti 2015).

Dewasa ini diketahui bahwa DM bukan hanya dianggap sebagai gangguan

metabolism karnohidrat, namun juga menyangkut tentang metabolism protein dan

lemak yang diikuti dengan komplikasi-komplikasi yang bersifat menahun

terutama yang menimpa struktur dan fungsi pembuluh darah.Gejala khas pada

41
penderita DM berupa poliuria (kencing berlebih), polidipsia (haus berlebih),

lemas dan berat badan turun meskipun nafsu makan meningkat (polifagia). Gejala

lain yang mungkin dirasakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan

impoten pada pasien pria serta priuritis pada pasien wanita.

2.4.2 Etiologi Diabetes Mellitus

Menurut Padila (2012) Etiologi dari Penyakit Diabetes Mellitus yaitu :

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes mellitus tipe 1 itu sendiri,

tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah

terjadinya DM Tipe 1.

b. Faktor imunologi

Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana

antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai

jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

menimbulkan distruksi sel beta.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM/Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor

genetic memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

42
Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe

2, di antaranya adalah :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

2.4.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus

1. DM Tipe 1/DMT1 (DM tergantung Insulin)

Diabetes tipe 1 merupakan suatu keadaan ketika tubuh sudah sama

sekali tidak dapat memproduksi hormone insulin. Hal itu menyebabkan

penderita harus menggunakan suntikan insulin dalam mengatur gula

darahnya. DMT1 terjadi ketika sel pancreas yang mengeluarkan insulin

(sel beta di pulau-pulau langerhans) berhenti bekerja. Dengan insulin

melalui injeksi, biasanya tipe ini muncul sebelum umur 40 tahun dan

sebagian besar penderitanya adalah anak-anak dan remaja (Noviyanti,

2015)

2. DM Tipe 2/DMT2 (DM tidak tergantung Insulin)

Diabetes tipe 2 ini9 juga dikenal sebagai “diabetes serangan Lambat”

atau “diabetes yang tidak tergantung pada insulin” walaupun faktanya ada

beberapa pederita DMT2 ini diobati dengan insulin. Jenis diabetes yang

paling umum terjadi adalah jenis DMT2 sekitar 80% pengidap diabetes di

Indonesia menderita tipe ini.Diabetes ini terjadi karena tubuh tidak

memproduksi hormone insulin yang mencukupi atau insulin tidak dapat

digunakan dengan baik (resistensi insulin) tipe ini merupakan yang

43
terbanyak diderita saat ini sekitar 90% lebih. Diabetes Tipe 2 biasanya

berkembang dari hari kehari dan terutama terjadi pada orang yang

memiliki kelebihan berat badan dan biasanya juga karena faktor keturunan

(Noviyanti, 2015)

3. Diabetes pada kehamilan (Gestasional diabetes)

Menurut Porth (2007) dalam Damayanti (2015) diabetes kehamilan

terjadi pada intoleransi glukosa yang diketahui selama kehamilan

pertama.Jumlah glukosa sekitar 2-4% kehamilan. Wanita dengan diabetes

kehamilan akan mengalami peningkatan resiko diabetes setelah 5-10

tahun melahirkan.

4. DM Tipe lain (Other Spesific types)

Menurut Porth (2007) dalam Damayanti (2015), DM Tipe lain

(Other Spesific types) merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan

hiperglikemia akibat peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan

penggunaan glukosa oleh sel.

2.4.4 Karakteristik Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2

Tabel 2.12 Karakteristik Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2

Tipe 1 Tipe 2
Usia Biasanya < 30 tahun Biasanya >40 tahun
Kecepatan Biasanya cepat Biasanya bertahap
Berat badan Normal atau kurus 80% overweight
(kurang gizi) selalu
mengalami kehilangan
berat badan
Hereditas • Berhubungan dengan • Tidak berhubungan
Specific Human dengan Specific
Leukocyte antigen Human Leukocyte
(HLA) antigen (HLA)
• Penyakit Autoimun • Tidak ada bukti

44
• Kemungkinan dipicu picuan infeksi virus
oleh inveksi virus
Insulin Sekresi pada awal Terjadi defisiensi atau
gangguan muncul resistensi insulin
kemudian atau tidak ada
sama sekali
Ketosis Umum terjadi Langka/jarang terjadi
Frekuensi 15% dari kejadian 85% dari kejadian
Komplikasi Umum terjadi Umumnya muncul saat
terdiagnosis
Treatment Insulim, diet dan olahraga Diet, OHO, olahraga
dan insulin

Sumber : Dunning 2003 dalam Damayanti 2015

2.4.5 Faktor-faktor Resiko Diabetes Mellitus

Menurut Sudoyo (2006) dalam Damayanti (2015), faktor-faktor resiko

terjadinya DM antara lain :

1. Faktor keturunan (genetic)

Riwayat keluarga dengan DM tipe 2, akn mempunyai peluang

menderita DM sebesar 15% dan mengalami intoleransi glukosa yaitu

ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat secara normal sebesar

30%. Faktor genetic dapat langsung mempengaruhi sel beta dan dapat

langsung mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan

rangsangan sekretoris insulin.Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu

tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas

dan fungsi sel beta pancreas. Secara genetic risiko DM Tipe 2 meningkat

pada saudara kembar monozigotik seorang DM tipe 2, ibu dari neonates yang

beratnya lebih dari 4 kg, individu dengan gen obesitas, rasa tau etnis tertentu

yang mempunyai insiden tinggi terhadap DM (Price & Wilson 2002 dalam

Damayanti, 2015)

45
2. Obesitas

Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan >20% dari berat

ieal atau BMI (Body Mass Index) >27kg/m2. Kegemukan menyebabkan

berkurangnya jumlah reseptir yang dapat bekerja didalam sel pada otot

skeletal dan jaringan lemak.hal ini dinamakan resistensi insulin perifer

(Damayanti, 2015)

3. Usia

Faktor usia yang resiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30

tahun, hal ini karenan adanya perubahan antomis, fisiologis dan biokimia.

Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat organ

yang dapat mempengaruhi homeostasis. Setelah seseoran mencapai umur 30

tahun maka kadar gula darah naik 1-2mg% tiap tahun saat puasa dan akan

naik 6-13% pada saat 2 jam setelah makan, berdasarkan hal tersebut umur

merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta

gangguan toleransi glukosa (Sudoyo, et al, 2009 dalam Damayanti, 2015)

4. Tekanan Darah

Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai

tekanan darah tinggi (Hypertensi) yaitu tekanan darah >140/90mmHg.Pada

umumnya pada diabetes mellitus menderita juga hipertensi. Hipertensi yang

tidak dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan

kelianan kardiovaskuler. Sebaliknya apabila tekanan darah dapat dikontrol

makan aan memproteksi terhadap komplikasi mikro dan makrovaskuler yang

disertai pengelolaan hipoglikemia yang terkontrol (Damayanti, 2015)

46
5. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada DM

tipe 2 (Soegondo, Soewondo & subekti, 2009).Aktifitas fisik berdampak

terhadap aksi insulin pada orang yang beresiko DM. Suyono dalam Soegondo

(2007) menjelaskan bahwa kurangnya aktivitas merupakan salah satu faktor

yang ikut berperan yang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2.

6. Kadar Kolestrol

Dalam proses terjadinya pelepasan asam asam lemak bebas secara

cepat yang berasal dari suatu lemak visceral yang membesar .sehingga

menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam lemak bebas

dihati, sehingga kemampuan hai untuk meningkat dan menghekstrak insulin

dari darah menjadi berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia.

Akibatnya adalah peningkatan glukonesis dimana glukosa darah meningkat.

7. Stress

Stress memicu terjadinya reaksi biokimia melalui sitem neural dan

neuroendokrin. Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi

sitem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis-adrenal-medular dan

bila stress menetap maka system hipotalamus mensekresi corticotrophin-

releasing factor, yang menstimulasi pituitary anterior memproduksi

adenocorticitropin hormone (ACTH). ACTH menstimulasi produk kortisol,

yang akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (Smelzer&Bare,

2008).

47
8. Riwayat diabetes gestasional

Wanita yang memiliki riwayat diabetes gestasinal mempunyai resiko

untuk menderita DM tipe 2. Hal ini terjadi karena ibu gagal mempertahankan

euglikemia (kadar glukosa darah normal). Faktor resiko DM gestasinal adalah

riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria.

2.4.6 Manifestasi Klinis dan Tanda Gejala Diabetes Mellitus

Menurut Tjokoprawiro (2007) dalam Ninda fauzi (2015) manifestasi klinis

dari diabetes mellitus daiantaranya :

1. Fase kompensasi

Pada fase ini penderita menunjukan beberapa gejala klinis DM yang

klasik diantaranya : mual-mual, polifagia, polidpsi, dan berat badan naik.

2. Fase dekompensasi (denkompensasi pancreas)

Apabila keadaan tidak segera diobati, penderita akan masuk fase

dekompensasi, dengan gejala klasik : poliuria, polidipsi dan pasien yang

muka mulanya berat badan naik menjadi turun. Ketiga gejala diatas tersebut

pula “TRIAS SINDROM DIABETES AKUT” (poliuria, polidipsi dan berat

badan menurun).Bhkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan

mual muntah dan ketoasidosis diabetic.

Sementara itu Tanda dan gejala dari Diabetes mellitus menurut

Tjokoprawiro (2007) dan Hans Tandra (2008) diantaranya :

1. Poliuria (banyak kencing)

2. Polidipsi (banyak minum)

3. Polifagia (banyak makan)

48
4. Penurunan berat badan

5. Ganguan penglihatan

6. Luka sukar sembuh

7. Rasa kesemutan

2.4.7 Patofisiologi

Patofisiologi Diabetes Mellitus menurut Smeltzer dan Bare (2002), yaitu :

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan

insulin karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.

Hiperglikemia-puasa terjadi akibayt produksi glukosa yang tidak terukur oleh

hati.Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan

dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan

hiperglikemia postpradial (sesudah makan).Jika konsentrasi glukosa dalam

darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang

tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria).

Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan kedalam urine, ekskresi ini

akan disertai dengan pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.

Keadaan ini dinamakan dieresis omostik. Sebgaio akibat dari kehilangan

cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih

(poliuria) dan rasa haus berlebih (polidpsi).

Defisiensi inisulin juga menganggu metabolism protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan.Pasien dapat mengalami peningkatan

selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.Gejala lainya

49
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin

mengendalikan glikolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan

glikoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amini serta

substansi lain). Namun, pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan

terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turt menimbulkan hiperglikemia.

Disamping ini akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan

peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk sanmpin

pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganmgu

keseimbangan asam-asam tubuh apabila jumlahnya berlebihan.

Ketoasidosis diabetic yang diakibatkan dapat menyebabkan tanda-tanda

dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau

aseton dan apabila tidak ditanganio akan menimbulkan perubhan kesadaran,

koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersamaan dengan cairan dan

elektrolit sesuai `kebutugan akan memperbaiki dengan cepat kelainan

metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis, diet

dan latihan disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan

teori yang penting.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.

Sebagai akibat terikatnya insulin dan reseptor tersebut, terjadi suatu rangakian

reaksi dalam metabolism glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes

50
tipe 2 disertai dengan penurunan reakso imtrasel ini. Dengan demikian insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringn.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebioha, dan kadar glukosa darah akan dipertahankan pada

tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel tidak

mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insuli8n, ,maka kadar

glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe 2.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin ini merupakan cirri khas

diabetes mellitus tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang

adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dab produksi bahan keton yang

menyertainya. Karena itu, ketoasisdosis diabetic tidak terjadi pada diabetes

tipe 2. Meskipun demikian, diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol dapat

menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom Hiperglikemik

Hipersmoler Non Ketotik (HHNK).Diabetes tipe 2 paling sering terjadi pada

penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas.Akibat

intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan

progresif, maka awitan diabetes tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi.Jika

gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapt

mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidpsi, luka pada kulit yang lama

sembuhnya, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika glukosa sangat

tinggi).Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes selama

51
bertahun-tahun adalah komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya kelainan

mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer).

2.4.8 Komplikasi

Menurut Helmawati (2015), komplikasi diabetes dibagi menjadi 2 yaitu

kompliukasi jangka pendek (Akut) dan komplikasi jangka panjang (kronis) :

1. Komplikasi akut

Komplikasi akut merupakan komplikasi yang terjadi dalam jangka

waktu pendek, atau bersifat mendadak.Adapun komplikasi akut diabetes

terdiri dari ketoasidosis diabetic, hipoglikemia dan syndrome hyperosmolar

diabetic.

a. Ketoasidosis diabetic

Kadar hormone insulin yang sangat rendah didalam darah

menjadi penyebab utama terjadinya kondisi ketoasidosis. Saat kadar

insulin sangat rendah, maka gula yang di dalam darah tidak dapat

masuk ke dalam sel tubuh untuk diproses menjadi sumber energy. Sel-

sel tubuh “kelaparan” karena tidak mendapatkan gula sebagai makanan

selanjutnya beralih “memakan” lemak sebagai alternative.Kondisi ini

pada akhirnya membentuk asam beracun yang disebut keto.

Keseluruhan proses inilah yang disebut ketoasisdosis. Gejala-gejala

ketoasidosis ditunjukan dengan beberapa hal, yaitu mulut kering, rasa

haus, intensitas buang air kecil sering (poliuria), mual, muntah dan

terkadang nyeri perut. Selain itu gejala-gejala tersebut, ada pula gejala

lanjuatan seperti kesulitan bernafas, dehidrasi, rasa ngantuk dan yang

52
terparah adalah keadaan koma. Saat seseorang mengalami ketiasidosis

maka perlu segera dibwa kerumah sakit untuk mendapatakan

penanganan medis cepat.Penanganan ketoasidosis biasanya dilakukan

dengan pemberian injeksi pada darah yang turut berkurang akibat sering

buang air kecil (poliuria).

b. Hipoglikemia

Pada umumnya, orang yang memiliki penyakit diabetes beresiko

mengalami serangan hipoglikemia.Namun, orang yang tidak menderita

diabetes pun bisa juga terserang hipoglikemia.Secara umum, penyebab

hipoglikemia yang berkaitan dengan obat dan hipoglikemia yang tidak

berkaitan dengan obat. Hipoglikemia yang berkaitan dengan obat

adalah hipoglikemia yang timbul karena pengunaan obat-obatan. Ini

umumnya terjadi pada penderita diabetes yang mengkonsusmsi obat

penurun kadar gula darah. Sementara itu, hipoglikemia yang tidak

berkaitan dengan obat biasa disebabkan karena berpuasa, aktivitas fisik

berlebihan dan dampak dari masupan makanan dan minuman.Konsumsi

alcohol dalam jumlah banyak bisa menyebabkan hipoglikemia yang

cukup berat.

c. Sindrom hipersmolar diabetic (Diabetik Hypersmolar Syndrome)

Sindrom hiperosmolar diabetic adalah kondisi yang disebabkan

kadar gula darah puncak terukur sebesar 600 mg/dl. Ketika gula darah

mencapai level ini, darah menjadi kental dan manis. Kelebihan gula

lantas dibuang ke dalam air seni yang memicu pembuangan jumlah

53
besar cairan dari tubuh.Jika tidak ditangani, sindrom giperosmolar

diabetes dapat menyebabkan dehidrasi dan menyebabkan koma.Sindron

hiperosmolar diabetic umum terjadi pada penderita paruh baya yang

memiliki diabetes tipe 2.

2. Komplikasi kronis

Penyakit diabetes yang tidak terkontrol dalam waktu lama dapat

menyebabkan komplikasi kronik, yaitu kerusakan pembuluh darah dan

saraf.Pembuluh darah yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi 2

jenis, yakni pembuluh darah besar meliputi pembulu darah jantung (dapat

menyebabkan komplikasi jantung koroner), pembuluh darah tepi (dapat

menyebabkan komplikasi kaki diabetic). Sedangkan komplikasi diabetes pada

pembuluh darah kecil berupa kerusakan retina (retinopati diabetic)

a. Penyakit jantung koroner

b. Gangguan mata (retinopati diabetic)

c. Gangguan ginjal (nefropati diabetic)

d. Gabgguab saraf (neuropati diabetic)

e. Diabetes dan infeksi

f. Kaki diabetic

2.4.9 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

1. Terapi diet diabetes mellitus

Tujuan umum penatalaksanaan diet pasien DM antara lain untuk

mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati

normal, mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas-batas

54
normal atau ±10% dari berat badan idaman, mencegah komplikasi akut

dan kronik, serta meningkatkan kualitas hidup (Sugiono, 2009). Bagi

pasien obesitas, penurunan berat badan, merupakan kunci dalam

penanganan DM. dari total berat badan ringan atau sedang (5-10% dari

total berat badan) telah menunjukan perbaikan dalam mengontrl DM tipe 2

(Smeltzer, et al. 2008). Penatalaksanaan nutrisi dimulai dari menilai

kondisi gizi dengan menghitung Indek Masa Tubuh (IMT) = BB

(kilogram)/TB2 (meter) untuk meliht apakah penderita DM mengalami

kegemkan atau obesitas, normal atau kurang gizi. IMT normal pada orang

dewasa antara 18,5-25 (Suyono, 2009)

2. Latihan jasmani

Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama ± ½ jam.

Program latihan jasmani yang dianjurkan adalah latihan aerobic yang

bersifat CRIPE (continous, rhythmic, interval, progressive,

endutance).Dalam pelaksanaan latihan aerobic diusahakan tercapai denyut

nadi 70-75% denyut nadi maksimal (220-umur).Perlu diadakan

penyesuaian kegiatan dengan kemampuan kondisi penyakit penyerta

(Waspadji, Sarwono dkk, 2007). Adanya kontraksi otot akan merangsang

peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita

diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dL dan menunjukkan

adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum

pemeriksaan urine menunjukan hasil negative dan kadar glukosa darah

mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan

55
meningkatakan sekresi glucagon, growth hormone dan katekolamin.

Peningkatan hormone ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa

sehingga terjadi kenaiakan kadar glukosa darah. Untuk pasien yang

menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan cemilan untuk

mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan

memuncak pada saat latihan (Sudoyo dkk, 2009)

3. Terapi obat-obatan

a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

1) Sulfonylurea : oral golongan sulfonylurea bekerja dengan cara

menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan

ambang sekresi insulin, dan meningkatakan sekresi insulin akibat

rangsangan glukosa.

2) Biguanid : menurunkan kadar glukosa darah tetapi tidak sampai di

bawah normal.

3) Inhibitor a glukosidase : menghambat kerja enzim a glukosidase di

dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa

dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.

b. Insulin

Insulin ini di indikasikan untuk gangguan :

1) Diabetes dengan berat badan menurun dengan cepat

2) Ketoasidosis asidosis laktat dengan kma hipersomolar

3) Diabetes yang mengalami stress berat ( infeksi sistemik, operasi

dan lain-lain)

56
4) Diabetes dengan kehamilan atau diabetes gestasional yang tidak

terkendali

5) Diabetes tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral

dengan dosis maksimal (kontraindikasi dengan obat tersebut).

Insulin oral/suntikan dimulai dari dosis rendah, lalu dinaikan

perlahan, sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil pemeriksaan

darah pasien (Wijaya, andra Saferi dan Putri, 2013)

57
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realistas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2013)

Factor-faktor yang mempengaruhikepatuhan :


a. Faktorintrinsik
- Motivasi
- Keyakinan, sikapdankepribadian Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus
- Pendidikan (3J) :
- Pemahamanterhadapinstruksi 1. Tepat Jadwal
b. Faktorekstrinsik 2. Tepat Jenis
- Dukungan social 3. Tepat Jumlah
- Dukungandari professional kesehatan
- Perubahan model terapi

TINGKAT KADAR GULA DARAH

Keterangan:

: Tidak diteliti : Berhubungan

: Diteliti : Berpengaruh

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

58
Pada gambar 3.1 dapat dijelaskan faktor yang mempengaruhi kepatuhan

ada 2 yaitu faktor intrisik dan faktor ekstrinsik. Pada faktor intrinsik terdapat

factor motivasi, factor keyakinan, sikap dan kepribadian, factor pendidikan dan

factor pemahaman terhadap interaksi. Pada faktor ekstriksik terdapat factor

dukungan social, dukungan dari professional kesehatan, kualitas interaksi dan

perubahan model terapi. Dari faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi

Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus, prisip Diet Diabetes Mellitus dikena ljuga

dengan sebutan 3J yaitu tepat Jadwal, tepat Jenis dan tepat Jumlah dari prinsip 3J

tersebut berpengaruh terhadap tingkat kadar gula darah. Faktor yang

mempengaruhi perubahan tingkat kadar gula darah sendiri ada 2 yaitu ekternal dan

internal, pada factor internalnya Penyakit & Stres, Obesitas, Makanan, Latihan

atau Olahraga, OHO dan Insulin, Usia serta Pemantauan (Monitoring ) Kadar

Gula Darah.

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian yang

kebenarannya perlu dibuktikan dalam penelitian setelah melalui pembuktian dari

hasil penelitian maka hipotesis dapat benar atau juga salah, dapat diterima atau

ditolak (Notoadmojo, 2010)

Ha : Ada Hubungan Antara Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Dengan Tingkat

Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus di Klinik Penyakit Dalam

RSUD dr Sayidiman Magetan.

59
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian dan Jenis Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang diharapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian yang di

harapkan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada seluruh proses

penelitian (Nursalam, 2010). Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasiyang

bersifat menjelaskan hubungan antar variable. Sedangkan desain penelitian

dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali

pada satu saat (Nursalam, 2013).Pengukuran data penelitian (variable bebas dan

terikat) dilakukan satu kali dan secara bersamaan.Pada penelitian ini akan

menganalisis Hubungan Kepatuhan diet diabetes mellitus dengan Tingkat Kadar

Gula Darah Pasien Diabetes mellitus di RSUD dr Sayidiman Magetan.

4.2 Populasi Dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah subjek atau objek yang memenuhi kriteria yang

diharapkan. Populasi adalah keseluruhan suatu variabel yang menyangkut masalah

yang diteliti.. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Rawat jalan

dengan Diabetes Mellitus di poliklinik RSUD dr Sayidiman Magetandalam kurun

waktu2 bulan terakhir yang rata-rata dalam 1 bulan sejumlah 65 pasien.

60
4.2.2 Sampel dan Besar Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2008).Sampel merupakan bagian populasi terjangkau yang

dapat digunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam,2011).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien rawat jalan dengan Diabetes

Mellitus di poliklinik RSUD dr Sayidiman Magetan. Besar sampel dihitung

menggunakan Rumus Slovin sebagai berikut (Sevilla, Consuelo G. et. al, 2007

dalam Ninda Fauzi, 2015):


𝑁
n = 1+𝑁 (𝑑)2
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d2 : Tingkat signifikan (0,05) (Sugiono, 2010)
Maka :
𝑁
n = 1+𝑁 (𝑑)2

65
n = 1+ 65 (0,05)2

65
n = 1+ 65 (0,0025)

65
n = 1,1625

n = 55,91

n = 56

4.2.3 Kriteria Sampel

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi

bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata

mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat

61
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam,2013). Adapun

kriteria sample dibagi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakter umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini :

a. Responden yang memiliki riwayat Diabetes Mellitus

b. Bersedia menjadi responden

c. Dapat diajak berkomunikasi

d. Kooperatif

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

tidak memenuhi criteria inklusi karena adanya penyakit yang tidak memenuhi

criteria inklusi karena adanya penyakit yang menggangu, hambatan etis dan

subjek menolak berpatisipasi (Nursalam, 2008) dalam penelitiam ini kriteria

eksklusinya adalah :

a. Pasien yang menolak menjadi responden

b. Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus dengan komplikasi yang berat

sehingga tidak memungkinkan untuk di jadikan responden.

4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Tekniksampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

62
keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013). Teknik pengambilan sampel

pada penelitian ini dilakukan dengan cara non probability sampling atau

purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu sesuai yang peneliti kehendaki yaitu sampel yang

sesuai dengan kriteria inklusi (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini, dilaksanankan

di Klinik penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan dengan rerata 65 pasien

pada satu bulan terakhir. Untuk pemilihan responden ditentukan berdasarkan

kriterian inklusi yaitu :

Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini :

a. Responden yang memiliki riwayat Diabetes Mellitus

b. Bersedia menjadi responden

c. Dapat diajak berkomunikasi

d. Kooperatif

Kriteria eksklusi dalam penelitiam ini adalah :

a. Pasien yang menolak menjadi responden

b. Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus dengan komplikasi yang berat

sehingga tidak memungkinkan untuk di jadikan responden.

4.4 Kerangka Kerja

Kerangka merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian

yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti (subyek penelitian),

variabel yang akan diteliti, dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian

(Hidayat, 2007).

63
Populasi:

Seluruh Pasien Rawat jalan di poli klinik RSUD dr Sayidiman magetan


yang Berjumlah 65 orang

Sample :

Sebagian pasien Pasien Rawat jalan di poli klinik RSUD


dr Sayidiman magetan yang Berjumlah 56 orang

Desain Penelitian :

Korelasi dengan Pendekatan Cross Sectional

Teknik Sampling

Purposive sampling

VariabelIndependent Variabel Dependent

Kepatuhan diet Tingkat Kadar Gula Darah

Pengumpulan Data Pengumpulan Data

Kuesioner Dokumentasi

Pengolahan Data

Editing ,Coding , Scoring Dan Tabulating

Analisa Data

Sperman Rank

Penyajian Hasil Penelitaian

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes mellitus dengan
Tingkat Kadar Gula Darah Pasiem diabetes mellitus di RSUD dr.
Sayidiman Magetan

64
4.5 Variabel Peneltian dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek

pengamatan penelitian. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa variabel penelitian

pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya.

Penjelasan variabel – variabel tersebut adalah :

1. Variabel Bebas ( Independent Variabel )

Variabel Independent atau variabel bebas merupakan variabel yang

menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat).

Sehingga variabel independent dikatakan sebagai variabel yang

mempengaruhi (Saryono & Setiawan, 2010), Variabel independent dalam

penelitian ini adalah kepatuhan diet diabetes mellitus.

2. Variabel Terikat ( Dependent Variabel )

Variabel Dependentatau Terikat sering juga disebut variabel kriteria,

respon, dan output (Saryono & Setiawan, 2010) variabel dependent dalam

penelitian ini adalah tingkat kadar gula darah pasien diabetes mellitus.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua istilah

yang akan di gunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga mempermudah

pembacaan penguji dalam mengartikan makna penelitian (Nursalam, 2008).

65
Tabel 4.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat ukur skala Skor
Independent Ketaatan pasien a. Tepat jadwal Kuesioner Ordinal Skor untuk :
Kepatuhan diet. DM dalam diet Jawaban pertanyaan
penatalaksanaan b. Tepat jenis diet favorable :
diet dalam bentuk c. Tepat jumlah • Tidak pernah : 0
tepat jadwal, tepat diet • Kadang-kadang : 1
jenis dan tepat • Sering : 2
jumlah. Sedangkan untuk jawaban
pertanyaan unfavorable :
Tidak pernah : 2
Kadang-kadang:1
Sering : 0
Dependent Suatu perubahan GD 2 Jam Setelah Dokumentasi Ordinal 1. Buruk : ≥ 180 mg/dL
Perubahan kadar untuk mencapai makan/postprandia 2. Sedang : 145-179 mg/d
gula darah kadar gula darah l 3. Baik : 80-144 mg/dL
sesuai yang
diharapkan

66
4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian dapat berupa: Kuesioner (daftar

pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan

pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner diartikan

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui

(Arikunto, 2010)

Instrumen pada penelitian ini ialah kuesioner kepatuhan diet yang berisi

20 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan favorable da unfavorable untuk tepat

jadwal ada 4 pertanyaan yang terdiri dari 3 pertanyaan favorable yaitu nomor 1, 2,

3 dan 1 pertanyaan unfaboreble yaitu nomor 4, untuk tepat jenis terdiri dari 11

pertanyaan yaitu terdiri dari 6 pertanyaan favorable pada nomor 5, 6, 7, 8, 9,

10dan 5 pertanyaan unfavorable pada nomor 11, 12, 13, 14, 15, dan untuk tepat

jumlah terdiri atas 17 pertanyaan favorable pada nomor 16-31dan 1 pertanyaan

unfavorablepada nomor 32 dan untuk variabel tingkat kadar gula darah, peneliti

menggunakan data rekam medis pasien (dokumentasi) sebagai sumber data.

4.6.1 Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrument.Suatu instrument yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi.Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006).Validitas adalah hasil perhitungan

tiap-tiap item kuesioner dibandingkan dengan table nilai r Product Moment.Jika r

67
hitung didapatkan lebih besar dari r table pada taraf signifikasi 5%, maka

instrument yang diuji coba dinyatakan valid (Hidayat, 2008).Uji validitas

sebaiknya dilakukan pada setiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Hasil r

hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel

< r hitung maka valid (Sujarweni, 2014). Untuk uji validitas kuesioner kepatuhan

diet DM diperoleh nilai P sebesar 0,05-0,000 dan nilai R 0,563-0,789.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-

kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam

suatu bentuk kuesioner. Setelah 20 item pertanyaan Kepatuhan Diet di uji

kevalidannya, maka proses berikutnya masuk pada uji reabilitas kuesioner

tersebut dengan cara yang sama dengan komputerisasi menggunakan teknik Alpha

Cronbach (α) dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Jika r alpha > r tabel

pernyataan tersebut reliable, begitu juga sebaliknya. Suatu instrumen dikatakan

reliable jika memberikan nilai Alpha Cronbach> 0,60 (Sujarweni, 2014). Setelah

dilakukan uji reabilitas pada kuesioner kepatuhan diet DM didapatkan hasil nilai

antara 0,563-0,789 yang berarti semua item pertanyaan telah realible dengan nilai

Alpha Cronbach>0,60.

68
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitan tempat atau lokasi yang digunakan sebagai objek

penelitian adalahPoli klinik penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan.

4.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulanJanuari- Juli 2017

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu proses

penelitian (Nursalam, 2008). Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengurus perijinan dan persetujuan penelitian kepada Ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun,koordinasidengan Direktur RSUD dr Sayidiman

Magetan.

2. Kemudian untuk melakukan penelitian, peneliti meminta perijinan kembali

kepada Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, lalu ke

BAKESBANGPOL Kota Magetan. Setelah mendapatkan surat perijinan dari

BAKESBANGPOL, selanjutnya mengurus perijinan kepada Direktur RSUD

dr Sayidiman Magetan.

3. Setelah semua surat izin penelitian sudah didapatkan, peneliti datang secara

langsung ke RSUD dr Sayidiman Magetan. Selanjutnya peneliti menetapkan

responden sejumlah yang diperlukan.lalu peneliti memberikan penjelasan

69
kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan bila bersedia responden

dipersilahkan untuk menandatangai lembar persetujuan ( LembarInform

Consent ).

4. Peneliti memberikan kuesioner yang sudah disediakan untuk diisi oleh

responden dengan cara mengisi pertanyaan dan memberikan tanda (√) pada

jawaban yang dianggap benar, kemudian setelah selesai kuesioner

dikumpulkan kembali kepada peneliti.

5. Setelah kuesioner sudah dikumpulkan, peneliti memberikan kode pada setiap

lembar jawaban (kuesioner) dan yang terakhir peneliti memberikan skor pada

tiap masing- masing lembar jawaban (kuesioner).

4.8.2 Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Alimul Aziz, 2007). Yang

meliputi :

a. Mengecek kelengkapan identitas pengisian

b. Setelah lengkap baru menyesuaikan kodenya

c. Mengecek masing- masing kekurangan isian data

2. Coding

Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.Coding atau mengkode

70
data bertujuan mengindentifikasi kualitatif atau membedakan aneka

karakter (Alimul Aziz, 2007).

A. Coding untuk data umum adalah :

a. Jenis Kelamin

Laki-laki :1

Perempuan :2

b. Pendidikan

Tidak sekolah :1

SD :2

SMP :3

SLTA :4

Diploma/ Sarjana :5

c. Pekerjaan

Tidak bekerja :1

Pedagang :2

Petani :3

Pegawai negeri :4

Pegawai swasta :5

TNI / Polisi :6

d. Umur

40-50 tahun :1

51-60 tahun :2

61-70 tahun :3

>70 tahun :4

71
e. Lama menderita DM Tipe 2

<5 tahun :1

5-10 tahun :2

>10 tahun :3

f. Tinggal bersama keluarga,memperhatikan pola makan, olahraga

teratur, minum OHO/ suntik Insulin

Ya :1

Tidak :0

B. Coding untuk variable kepatuhan diet DM dan tingkat kadar gula

darah adalah:

a. Kepatuhan diet DM

Patuh :3

Cukup patuh :2

Tidak patuh :1

b. Tingkat kadar gula

Baik :3

Sedang :2

Buruk :1

3. Scoring

Scoring yaitu menentukan skor/nilai untuk tiap item pertanyaan dan

tentukan nilai terendah dan tertinggi (Setiadi, 2007).

a. Untuk pengukuran kepatuhan diet 3J dimana pasien menjawab sering

diberi skor “2”. Kadang-kadang diberi skor “1”. Tidak pernah diberi

skor “0”.menghitung rentang minimum – maksimumnya adalah 20x0

72
= 0 sampai dengan 20x2 = 40. Dengan demikian setiap atuan standart

deviiasinya bernilai σ : 40/6 = 6,6 dan mean teoritisnya adalah 40+0 =

40, jadi µ : 40/2 = 20. Kemudian ditentukan 3 kategori dengan

ketentuan sebagai berikut :

x< (µ - σ)

(µ - σ) ≤ x< (µ + σ)

(µ + σ) ≤ x

Atau

x< (20 – 6,6) : Tidak Patuh

(20 - 6,6)) ≤ x < (20 + 6,6) : Cukup patuh

(20 + 6,6) ≤ x : Patuh

Keterangan :

µ : Mean teoritis

σ : Besar satuan standart deviasi untuk kategori

x : Nilai scoring (Azwar, 2012)

setelah ditetapan criteria seperti datas, maka responden mendapatkan

skor :

<13 : Tidak patuh

13-27 : Cukup patuh

>27 : Patuh

b. Tingkat kadar gula darah GD 2jam setelah makan/postprandial

Baik : 80-144 mg/dL

Sedang : 145-179 mg/dL

Buruk : 180 mg/dL

73
4. Tabulating

Tabulating yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012).

4.9 Analisa Data

Data yang telah diolah baik pengolalahan secara manual maupun

menggunakan computer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Menganalisis

data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginpretasikan data yang

diolah.Keluaran akhir dari analisis data harus memperoleh makna atau arti dari

hasil penelitian.

4.9.1 Analisis Univariate

Analisis Univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk menganalisa Hubungan kepatuhan

diet pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD dr Sayidiman Magetan.Penyajiannya

dalam bentuk distribusi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Variabel pada penelitian ini adalah variable indepent adalah kepatuhan diet dan

variable dependent adalah tingkatkadargula darah pada pasien diabetes mellitus.

Data yang akan dianalisa dengan menggunakan rumus prosentase sebagai

berikut :

P
f x100%
N

Keterangan :

P : Prosentase

N : Jumlah populasi

74
f : Frekuensi jawaban

4.9.2 Analisis Bivariate

Analisis Bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, 2010).Dalam penelitian ini analisis

bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan diet dengan

tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di RSUD dr Sayidiman

Magetan. Pengolahan analisa data bivariateini dengan menggunakan bantuan

komputerisasi SPSS 16, Uji statistik yang digunakan adalah Uji Sparman Rank,

sperman rank merupakan korelasi non parametrik yang tepat digunakan untuk

menganalisis suatu hubungan di antara dua variabel yang memiliki skala data

ordinal by ordinal.

Selain itu juga untuk melihat kemaknaan perhitungan jika nilai p value ≤

0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) atau Ha diterima dan

H0 ditolak, artinya ada hubungan antara kepatuhan diet dengan tingkat kadar gula

darah pasien diabetes mellitus di RSUD dr Sayidiman Magetan. Jika nilai p

value≥ 0,05 berarti tidak ada hubungan bermakna atau H0diterima dan Ha ditolak,

artinya tidak ada hubungan anatara kepatuhan diet dengan tingkat kadar gula

darah pasien diabetes mellitus.

Dari hasil perhitungan dengan bantuan komputerisasi untuk

menginterprestasikan seberapa kuat hubungan antar variabel, menurut pedoman

untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

75
Tabel 4.2 Daftar nilai keeratan hubungan antar variabel
Nilai Kategori
0,00 – 0,199 Sangat lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
Sumber : (Sugiyono, 2011).

4.10 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian permohonan ijin dari Direktur untuk

mendapatkan persetujuan, kemudian kuesioner dikirim ke subyek (responden)

yang akan diteliti dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informed Consent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan akan diedarkan sebelum peneliti dilaksanakan

kepada seluruh subyek yang akan diteliti. Tujuanya bersedia untuk diteliti,

maka peneliti tetap menghormati hak- hak klien.

2. Anominity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak

mencantumkan nama yang diisi oleh subyek, lembaran tersebut hanya diisi

nomer kode tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek terjamin

kerahasiaan oleh peneliti hanya kelompok tertentu yang akan disajikan pada

hasil penelitian.

76
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data

kuesioner yang telah diisi oleh responden mengenai hubungan kepatuhan diet

Diabetes Mellitus dengan tingkat kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus di

klinik penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan. Desain penelitian yang

dgunakan adalah cross sectional, dengan teknik sampling purposive sampling.

Pada penelitian ini untuk variabel kepatuhan diet Diabetes Mellitus menggunakan

instrumen penelitian berupa kuesioner dan untuk variabel tingkat kadar gula darah

menggunakan instrumen penelitian berupa dokumentasi/ lembar observasi. Teknik

analisa data menggunakan uji statistik korelasi Sperman Rank dengan taraf

signifikasi 0,05.

Pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu yaitu mulai tanggal 8- 21

Juni 2017.Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr Sayidiman Magetan. Penelitian

ini dilakukan diklinik penyakit dalam dengan total responden sebanyak 56 pasien

DM yang menjalani rawat jalan dan dipilih sesuai dengan kriteria inklusi.

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah dr.Sayidiman Magetan berada di Kabupaten

Magetan, Jalan Pahlawan No.2, Tambran Magetan.Penelitian ini berada di Klinik

Penyakit Dalam RSUD dr.Sayidiman Magetan. Kepala Ruangan Klinik penyakit

dalam RSUD dr.Sayidiman Magetan adalah Sri Wulandari S.Kep,.Ners. Perawat

di ruang klinik penyakit dalam berjumlah 4 orang.

77
5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan,

pekerjaan dan lama menderita penyakit diabetes mellitus di klinik penyakit dalam

RSUD dr Sayidiman Magetanmenggunakan rumus distribusi frekuensi dengan

sistem komputerisasi.

1. Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien Diabetes Mellitus Klinik
Penyakit Dalam RSUD dr Sayidiman Magetan

No Jenis Kelamin f %
1 Laki-laki 26 46.4
2 Perempuan 30 53.6
Total 56 100
Sumber :Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa jumlah responden berjenis

kelamin perempuan menjadi mayoritas yaitu sebanyak 30 responden (53,6%),

sementara responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 26 responden (46,4%).

2. Karakteristik responden berdasarkan Usia.

Tabel 5.2 Tendensi sentral berdasarkan usiapasien Diabetes Mellitus Klinik


Penyakit Dalam RSUD dr Sayidiman Magetan

Mean Median Modus Min-Max SD CI-95%


Usia
58,83 58,00 55,00 33.00-79.00 8.96 56,43 – 61,23
Sumber :Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa usia minimal 33 tahun dan

usia maksimal 79 tahun, dengan rata-rata usia responden 58,83 tahun dan

tingkat kepercayaan pada rentang 56,43 tahun sampai dengan 61,23 tahun.

78
3. Karateristik responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan pasien Diabetes Mellitus


Klinik Penyakit Dalam RSUD dr Sayidiman Magetan

No. Pendidikan f %
1 Tidak sekolah 2 3.6
2 SD 29 51.8
3 SMP 11 19.6
4 SLTA 11 19.6
5 Diploma/ Sarjana 3 5.4
Jumlah 56 100
Sumber :Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui dari 56 responden, didapatkan

hasil tertinggi pada responden berpendidikan SD sebanyak 29 (51,8%) dan

hasil terendah pada responden yang tidak bersekolah sebanyak 2 (3,6%).

4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan


pasien pasien Diabetes Mellitus di klinik penyakit dalam RSUD dr
Sayidiman Magetan.

No. Pekerjaan f %
1 Tidak Bekerja 1 1.8
2 Pedagang 4 7.1
3 Petani 27 48.2
4 Pegawai Negeri 16 28.6
5 Pegawai Swasta 5 8.9
6 TNI/Polisi 3 5.4
Jumlah 56 100
Sumber : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui dari 56 responden, responden

berprofesi sebagai petani sebanyak 27 (48,2%) dan stidak bekerja sebanyak 1

(1,8%).

79
5. Karakteristik berdasarkan lama menderita Diabetes Mellitus

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan lama


menderita diabetes mellitus padapasien Diabetes Mellitus di klinik
penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan.

No Lama menderita DM Tipe 2 f %


1 < 5 tahun 19 33.9
2 5-10 tahun 30 53.6
3 > 10 tahun 7 12.5
Jumlah 56 100
Sumber : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan hasil yaitu, sebagian besar responden

sebanyak 30 responden (53,6%) menderita Diabetes Mellitus antara 5-10

tahun, sebagian kecil 7 responden (11,1%) menderita Diabetes Mellitus lebih

dari 10 tahun.

5.2.2 Analisa Data Univariat

Analisa Univariat ini bertujuan untuk menggambarkan variabel

independen yaitu Kepatuhan Diet DM dan variabel dependen yaitu Tingkat Kadar

Gula Darah menggunakan rumus distribusi frekuensi dengan system

komputerisasi.

1. Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tabel 5.6 Kepatuhan Diet pada Pasien Diabetes Mellitus di klinik penyakit
dalam RSUD dr Sayidiman Magetan.

No. Kategori Kepatuhan Diet f %


1 Tidak Patuh 15 26,8
2 Cukup Patuh 23 41.1
3 Patuh 18 32,1
Jumlah 56 100
Sumber : Kuesioner responden pada pasien DM d klinik penyakit dalam RSUD dr
Sayidiman magetan

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui sebagian besar kepatuhan

diet responden yang cukup patuh berjumlah 23 (41,1%).

80
2. Tingkat Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus

Tabel 5.7 Tingkat kadar gula darah pada Pasien Diabetes Mellitus di klinik
penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan.

No Kategori f %
1 Buruk 16 28.6
2 Sedang 23 41,1
3 Baik 17 30,4
Jumlah 56 100
Sumber : Kuesioner responden pada pasien di klinik penyakit dalam RSUD dr Sayidiman
Magetan

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui sebagian besar responden yaitu

sebanyak 23 (41,1%) menunjukkam tingkat kadar gula darah sedang, 17

(30,4%) menunjukan tingkat kadar gula darah baik dan sebagaian kecil

menunjukan tingkat kadar gula darah buruk sebanyak 16 responden (28,6%)

3. Hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus dengan Tingkat kadar gula darah
pada pasien diabetes mellitus

Tabel 5.8 Tabel silang kepatuhan dietdiabetes mellitus dengan tingkat kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit dalam
RSUD dr.Sayidiman Magetan.

Tingkat Kadar Gula darah


Total
Baik Sedang Buruk
Kepatuhan Diet DM N % N % N % N %
Patuh 16 28,6 2 3,6 0 0 18 32,1
Cukup Patuh 1 1,8 21 37,5 1 1,8 23 41,1
Tidak patuh 0 0 0 0 15 26,8 15 26,8
Total 17 30,4 23 41,1 16 28,6 56 100
α = 0,05 r= 0,723 ρ value = 0,000

Berdasarkan tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa kepatuhan diet yang

paling banyak dalam kategori cukup patuhsebanyak 23 responden (41,1%)

serta tingkat kadar gula darah responden paling banyak adalah sebanyak

(41,1%) sedangkan untuk tingkat kadar gula darah baik (30,4%) dan buruk

(28,6%)

81
Berdasarkan hasil uji spearman rank dengan 𝛼 = 0,05 diperoleh P

Value 0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan Hₒ ditolak, yang berarti ada

hubungan antara kepatuhan diet diabetes mellitus dengan tingkat kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit dalam RSUD dr

Sayidiman Magetan. Sedangkan hasil uji Spearman Rank bahwa r hitung =

0,723 yaitu positif, yang berarti semakin patuh terhadap diet diabetes mellitus

maka semakin baik tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus.

Nilai keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r = 0,723 yang dikategorikan

kuat yang artinya keeratan hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus dengan

tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit

dalam RSUD dr Sayidiman Magetan adalah kuat.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner terhadap

respondenpada bulan Juni 2017 yang telah diolah, maka penulis akan membahas

mengenai hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus dengan tingkat kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit dalam RSUD dr Sayidiman

Magetan.

5.3.1 Kepatuhan Diet pada Pasien Diabetes Mellitus

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil bahwa dari 56 pasien diabetes

mellitus terdapat kepatuhan diet yang patuh (32,1%), cukup patuh (41,1%) dan

tidak patuh (26,8%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pasien Diabetes

Mellitus di klinik penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan sudah cukup

82
mematuhi anjuran atau instruksi petugas kesehatan yang dimana pasien tersebut

masih dalam pengawasan petugas kesehatan tersebut.

Kepatuhan diet DM merupakan ketaatan terhadap makanan dan minuman

yang dikonsumsi pasien DM setiap hari untuk menjaga kesehatan dan

mempercepat proses penyembuhan, diet ini berupa 3J yaitu tepat jadwal, tepat

jenis dan tepat jumlah (Hartono 1995 dari Esti Windusari 2013). Sementara itu

menurut Syahbudin (2007) Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola

makan bagi penderita diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis dan jadwal

pemberian makan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet DM pada pasien

Diabetes Mellitus dibagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.

Menurut Carpenito, 2000 dalam Bragista Guntur, 2016) factor yang

mempengaruhi kepauhan yaitu faktor instrinsik meliputi motivasi, keyakinan,

sikap, kepribadian, pendidikan dan pemahaman terhadap instruksi sedangkan

faktor ekstrinsik meliputi dukungan sosial, dukungan dari profesional kesehatan,

kualitas interaksi dan perubahan model terapi.

Sedangkan menurut Niven (2002) faktor yang emempengaruhi kepatuhan

meliputi motivasi, keyakinan, sikap, kepribadian, pendidikan dan pemahaman

terhadap instruksi. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet DM

dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan. Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan

hasil bahwa karakteristik tingkat pendidikan responden yang paling banyak yaitu

berpendidikan SD sebesar 29 orang (51,8%). Dari karakteristik tersebut sebagaian

besar responden memiliki kepatuhan diet cukup patuh sebanyak 11 responden

83
(19,6%). Menurut Niven, (2002) Pendidikan pasien dapat meningkatkan

kepatuhan pasien sepanjang bahwa pendidikan tersebut adalah pendidikan yang

aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri.

Peneliti berasumsi bahwa kepatuhan diet berperan penting dalam

memperbaiki tingkat kadar gula darah sehingga dapat membantu proses

penyembuhan penyakit diabetes mellitus. Kepatuhan diet yang baik akan

memperbaiki kebiasan makan dan minum seseorang yang menderita DM

sehingga dapat memperbaiki tingkat kadar gula darahnya.

Seseorang yang memiliki pendidikan atau pengetahuan yang kurang

terhadap diet DM akan mempengaruhikepatuhan dietnya sendiri. Kepatuhan diet

yang kurang maksimal dapat menyebabkan tingkat kadar gula darah semakin

buruk karena makanan dan minuman yang masuk tidak dikontrol dengan baik.

Hal ini sesuai dengan fakta bahwa meskipun dengan latar belakang pendidikan

SD dapat menunjukan bahwa sebagaian besar responden mempunyai kepatuhan

diet yang cukup (19,6%). Disini jelas terlihat mengapa pasien yang berpendidikan

SD menunjukan kepatuhan dietnya hanya sebatas cukup patuh saja bukan pada

tingkat patuh, hal ini dikarenakan dengan melihat latar belakang pendidikan itu

sendiri yang hanya pada tingkat dasar sehingga memungkinkan pasien kurang

patuh terhadap dietnya dalam penanganan penyakit DM dikarena minimnya

informasi yang didapat tentang diet DM sehingga mempengaruhi kepatuhan

dietnya. Oleh karena itu pasien diabetes mellitus harus meperbaiki kepatuhan

dietnya untuk membantu memperbaki tingkat kadar gula darahnya.

84
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ninda Fauzi (2015) yang

menyatakan bahwa kepatuhan diet yang terbesar adalah dalam kategori cukup

(66%) dan yang paling sedikit adalah kategori tidak patuh (15,2%) pada pasien

Diabetes Mellitus.

5.3.2 Tingkat Kadar Gula Darah Pasien DM di klinik penyakit dalam


RSUD dr Sayidiman Magetan.

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari total 56 responden,

sebagin besar responden yaitu sebanyak23 responden (41,1%) menunjukan

tingkat kadar gula darah yang sedang dan sebagian kecil yaitu sebanyak 16

responden (26,6%) menunjukan tingkat kadar gula darah yang buruk.

Gula darah merupakan istilah yang mengacu pada kadar atau banyakanya

kandungan gula di dalam sirkulasi darah di dalam tubuh. Gula di dalam tubuh

sebenarnya terdapat dalam beberapa bentuk.Gula yang ada di dalam darah disebut

glukosa, yakni bentuk gula yang paling sederhana.Kadar glukosa darah adalah

jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah (Qurratuaeni, 2009).

Faktor yang mempengaruhi perubahan kadar gula darah ada 2 yaitu faktor

internal dan eksternal. Pada faktor internal meliputi penyakit dan stress, obesitas,

makanan, latihan atau olahraga, konsumsi OHO dan Insulin, pemantauan kadar

gula darah serta usia. Serta factor eksternalnya meliputi pendidikan dan

pengetahuan.

Diketahui bahwa responden dengan tingkat kadar gula darah baik

dipengaruhi oleh usia serta tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai

penangganan penyakit diabetes mellitus. Untuk karakterisktik usia sesuai tabel 5.2

diketahui bahwa sebagian besar responden berusia antara 33-79 tahun dengan

85
rata-rata usia 58,83 tahun, sebagian besar responden menunjukan tingkat kadar

gula darah sedang (41,1%). Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Sudoyo (2009) yang dikutip dari Damayanti (2015) bahwa setelah seseorang

mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2%, tiap tahun saat

puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan, berdasarkan hal tersebut

bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta

gangguan toleransi glukosa.

Berdasarkan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kadar gula darah

selanjutnya yaitu tingkat pendidikan, dari 56 responden sebagian besar

berpendidikan SD sebanyak 29 orang (51,8%). Menurut Notoadjmojo (2007)

bahwa pendidikan dan pengetahuan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

status kesehatan. Dengan pendidikan dan pengetahuan yang tinggi maka

penyerapan informasi guna memotivasi agar meningkatkan kualitas

kesehatannya. Sehingga bila pasien diabetes mellitus dengan pendidikan yang

tinggi akan berusaha untuk meningkatkan derajat kesehtannya guna menurunkan

tingkat kadar gula darahnya.

Peneliti berasumsi tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi pada

seseorang merupakan salah satu upaya persuasi atau pembelajaran kepada

masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara atau

mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan kesehatanya. Pendidikan

mempunyai kaitan yang tinggi terhadap perilaku pasien untuk menjaga dan

meningkatkan kesehatanya. Pendidikan bagi pasien Diabetes mellitus

berhubungan dengan perilaku pasien dalam melakukan pengendalian kadar

86
glukosa darah agar tetap stabil. Diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan

pasien DM maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki sehingga pasien

Diabetes mellitusakan mampu melakukan pengendalian kadar gula darah (KGD)

dengan baik apabila didasari dengan pengetahuan mengenai penyakit DM, baik

tanda dan gejala serta penatlaksanaannya. Hasil atau perubahan perilaku dengan

cara ini membutuhkan waktu yang lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan

lama karena didasari oleh kesadaran sendiri ( Qurratuaeni, 2009)

Hasil penelitian ini sesuai dengan Aulia (2016) yang menyatakan bahwa

(38,9%) pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan tingkat kadar gula darah baik,

kemudian tingkat kadar gula darah sedang (25%), tingkat kadar gula darah buruk

(36,1%).

5.3.3 Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus dengan Tingkat Kadar


Gula Darah di Klinik Penyakit Dalam RSUD dr Sayidiman Magetan

Hasil analisa data dari tabel 5.8 diketahui bahwa terdapat 18 responden

(32,1%) menunjukan kepatuhan diet yang patuhdimana 16 responden (28,6%)

tingkat kadar gula darah baik, dan 2 responden (3,6%) tingkat kadar gula darah

sedang. Sedangkan 23 responden (41,1%) menunjukan kepatuhan diet yang cukup

patuhdimana 21 responden (37,5%) tingkat kadar gula darah sedang, dan untuk

tingkat kadar gula darah baik dan buruk masing-masing 1 responden (1,8%). Dan

15 reponden (26,8%) menunjukan kepatuhan diet yang tidak patuh dan tingkat

kadar gula darah buruk.

Hasil uji korelasi spearman rank didapat p-value 0,000 (p<α0,05). Hal

tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak, dimana terdapat

hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes mellitus dengan tingkat

87
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit dalam RSUD dr

Sayidiman Magetan dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,723 yang

dikategorikan kuat (0,60-0,799) yang artinya keeratan hubungan kepatuhan diet

diabetes mellitus dengan tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di

klinik penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan adalah kuat dan berpola

positif yang artinya bahwa semakin patuh dalam menjalankan kepatuhan diet

maka semakin baik tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kadar gula darah meliputi faktor

internal dan eksternal. Pada faktor internal meliputi penyakit stress, obesitas,

makanan, latihan atau olahraga, konsumsi OHO dan Insulin, pemantauan kadar

gula darah serta usia.

Adapun faktor yang dapat mempengruhi penelitian ini yaitu usia menurut

hasil tabel 5.2 menunjukkan bahwa usia responden antara 33-79 tahun dengan

rata-rata 58,83 tahun dimana usia yang semakin lanjut maka pengeluaran insulin

oleh pankreas juga akan semakin berkurang (Reni, 2014) karena setelah seseorang

mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2 %, tiap tahun saat

puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan, berdasarkan hal tersebut

bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta

gangguan toleransi glukosa. (Sudoyo 2009 dalam Damayanti 2015)

Kepatuhan diet atau terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan

penatalaksanaan diabetes mellitus.Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan

perencanaan makan merupakan kendala utama pada pasien diabetes mellitus.Pada

88
pasien DM banyak yang tersiksa sehubung jenis dan jumlah makanan yang

dianjurkan (Waspanji 2009 dalam Een 2013).

Kepatuhan diet merupakan aspek penting untuk keberhasilan dalam

menjalankan dan mengendalikan kadar gula darah. Bila pasien DM dapat

mematuhi terapi dietnya maka akan membantu dalam pengendalian tingkat kadar

gula darahnya karena dengan kepatuhan diet tersebut dapat membantu proses

penyembuhan, serta pasiendapat mengelola penyakitnya dengan lebih baik dan

meminimalkan keterbatasan fisik serta mau menuruti saran-saran yang diberikan

oleh petugas kesehatan untuk mematuhi terapi dietnya.

Kepatuhan diet yang baik pada pasien diabetes mellitus dapat

memperbaiki tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tersebut.

Kadar gula darah yang tidak setabil atau buruk perlu segera diatasi karena akan

mempengaruhi kondisi kesehatan pasien diabetes mellitus itu sendiri. Petugas

kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan informasi tentang terapi

diet yang disebut 3J yaitu tepat jadwal, tepat jumlah dan tepat jenis agar tercapai

kontrol metabolik yang optimal, karena kepatuhan pasien terhadap diet adalah

komponen utama untuk keberhasilan dalam menjalankan dan mengendalikan

kadar gula darah serta komponen utama dalam penatalaksanaan diabetes mellitus.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Fahrun dan Rustini (2010) yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara kepatuhan diet diabetes mellitus dengan

tingkat kadar gula darah di klinik pratama.

89
5.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti masih terdapat

keterbatasa yang ditemukan oleh peneliti, diantaranya:

1. Saat diberikan kuesioner jawaban dari responden yang cenderung sekedarnya

dapat menyebabkan bias informasi, dan responden yang mengetahui bahwa

dirinya sedang diteliti dapat mempengaruhi pada jawaban yang diberikan.

2. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang cenderung bersifat subyektif

sehingga kejujuran responden sangat menentukan data yang diberikan.

90
BAB 6

PENUTUPAN

6.1 KESIMPULAN

Hubungan antara kepatuhan diet diabetes mellitus dengan tingkat kadar

gula darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit dalam RSUD dr

Sayidiman Magetan adalah sebagai berikut :

1. Kepatuhan diet diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus diklinik

penyakit dalam RSUD dr.Sayidiman Magetan terbanyak adalah dalam

kategori cukup patuh yaitu sebanyak 23 responden (41,1%) dan terkecil 15

responden (26,8%) termasuk dalam kategori tidak patuh.

2. Tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus mellitus diklinik

penyakit dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan terbanyak adalah sedang

sebanyak 23 responden (41,1%) sedangkan tingkat kadar gula darah baik 17

responden (30,4%) dan 16 responden (28,6%) dengan tingkat kadar gula

darah buruk.

3. Ada hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus dengan tingkat kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit dalam RSUD

dr.Sayidiman Magetan dengan ρ value = 0,000 ≤ 0,05, arah hubungan dari r

hitung = 0,723 yaitu positif, yang berarti semakin patuh diet DM maka

semakin baik tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus.

91
6.2 SARAN

1. Bagi Institusi Tempat Penelitian

a. Para perawat harus lebih sering memberikan health education tentang

program dalam terapi diet bagi penderita diabetes agar dapat lebih

memahami bahwa terapi diet yang baik dapat meperbaiki tingkat

kadar gula darah dalam tubuhnya.

b. Dirumah sait sendiri sebaiknya pada tiap ruang rawat inap dan klinik

rawat jalan harus disediakan Ahli gizi agar dapat memberikan

pendidikan kesehatan tentang gizi yang baik untuk dikonsumsi

terutama pada klinik Penyakit dalam karena pada pasien Diabetes

mellitus yang kontrol perlu di berikan edukasi tentang aturan-aturan

diet DM yang baik bagi pasien tersebut.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat keselarasan antara teori

dan hasil penelitian dan dapat menambah sumber referensi dan daftar

pustaka untuk Stikes Bhakti Husada Madiun berkaitan dengan hubungan

kepatuhan diet diabetes mellitus dengan tingkat kadar gula darah pada

pasien diabetes mellitus.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dengan berbagai variabel

yang lebih baik.

92
DAFTAR PUSTAKA

Ananda dkk. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang penyakit DM dengan


Pengendalian Kadar Gula Darah pada pasien DM tipe 2 di RSU PKU
Muhammadiyah Surakarta. [Jurnal] FK Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
ADA (American Diabetes Association). (2014). Diagnosis And Clasification of
Diabetes Mellitus. Diabetes mellitus Care 27(SI)5-10.
Aulia, F. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perubahan Kadar Gula
Darah Di Puskesmas Demangan Kota Madiun. [Skripsi] Madiun ; Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun.
Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba.
Arikunto,S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Jakarta.
. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi
2010). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Budiyani, K & Martinah, S.M (2011). Pelatihan Manajemen diri untuk
meningkatkan Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.
[Jurnal].
Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medical Bedah. Vol.2. Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. 2000. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada praktekklinis. Edisi
6. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran: EGC.
Damayanti, S. 2015. Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Dewi, P, R. 2009. Faktor Resiko Perilaku yang Berhubungan dengan Kadar Gula
Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kabupaten
Karanganyar.[Jurnal].

Devi, antika, 2008. Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus.


http://www.klikdokter.com/ article/ detail/357 didapat tanggal 11 Februari
2017 jam 18.00 WIB).

Dinkes Kab. Madiun. 2012. Daftar Bahan Makanan Penukar. Madiun.

93
Een Setiawan. 2013. Hubungan Dukugan Keluarga dengan Kepatuhan Pasein
DM dalam Menjaga Kadar Gula Darah di RSUD DR.A. DADI
TJORODIPO. [Jurnal] Bandar Lampung; Stikes Aisyah Pringsewu
Lampung.

Febriana.Reni. 2014. Hubungan Kepatuhan Diit dengan kadar gula darah


sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe 2di rawt inap RSUD
Sukoharjo[Jurnal].

Fahrun dan Rustini. 2010. Hubungan kepatuhan diit dengan kadar glukosa darah
sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di klinik pratama gracia
ungaran kabupaten semarang [Jurnal].

Faktul. 2009. Faktor Kepatuhan Pasien. http://www.bidanlia.kepatuhan:pasien.


html. Diakses pada tanggal 23 Februari 2017.

Fauzi, Ninda. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit


pasien Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Dimong Kabupaten
Madiun. [Skripsi] Madiun ; Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Ferawati. Dkk. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Perilaku Pengelolaan


Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama
Kec. Pontianak Selatan Kota Pontianak.[ Jurnal].

Guntur, Bragista. 2016. Hubugan Antara Dukungan Keluarga terhadap


Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi di Puskesmas Demangan Kota
Madiun [Skripsi] Madiun ; Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Handoko, R. 2009. Statistik Kesehatan :Belajar mudah teknik analisis data dalam
Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Yogyakarta : Mitra
Cendekia.

Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan: Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Helmawati, T. 2014. Hidup Sehat Tanpa Diabetes (Cara Pintar Mendeteksi,


mencegah, dan Mengobati Diabetes). Yogyakarta: Notebook.

Lestari, T.S 2012. Hubungan Psikososial dan Penyuluhan Gizi dengan


Kepatuhan Diet pasien DM Tipe 2 rawat jalan di RSUP
Fatmawati.[Skripsi].FKM UI.

Masfufah. Dkk. 2014. Pengetahuan Kadar Glukosa Darah dan Kualitas Hidup
penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di wilayah kerja
Puskesmas Kota Makkasar. [Jurnal] FKM UNHAS.

Niven, N. 2000. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC.

94
Nurlaili, H.K. P & Muhammad .A. Isfandiari. 2013. Hubungan Empat Pilar
Pengendalian DM Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah . [jurnal].
FKM UNAIR.

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

2010. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Noviyanti 2015 . Cara Cepat Usir Diabetes. Yogyakarta :Notebook .

Nursalam 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis


,Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Octaviana, W & Santi, M. 2013. Perbedaan Kejadian Komplikasi Penderita DM


Tipe 2 Menurut Gula Darah Acak .Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol.1,
No.2 September 2013: 182-191. FKM Unair.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha


Medika.

PERKENI. 2007. Konsesus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe


2 di Indonesia. Jakarta : PERKENI.

Pratiwi, R. 2011. Analisa Faktor Predisposisi, faktor Pendukung dan Faktor


pendorong terhadap pola makan pada siswi SMA Yayasan Shafiyyatul
Amallyah Medan. Skripsi FKM USU.

Price, S. A dan Loraie, M. W. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Priyoto. 2015. Perubahan dalam Perilaku Kesehatan Konsep dan Aplikasi: Graha
ilmu.

Rantucci, M.J. 2007. Komunikasi Apoteker Pasien: Panduan Konseling Pasien


(Edisi 2). Penerjemah: A.N Sani. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
DGC.

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). 2013. Laporan Nasional. Badan Penelitian


dan pengembangan kesehatan Depkes RI.

Restyana, N.F. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2 [ jurnal]. Lampung:Universitas


Lampung.

Rekam Medis RSUD dr Sayidiman Magetan. 2017. Jumlah Penderita Diabetes


Mellitus. Magetan: RSUD dr Sayidiman Magetan. Tidak dipublikasikan.

95
Sarwono, S, W. 1997. Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Saifunurmazah, D. 2013. Kepatuhan penderita DM dalam menjalani Terapi


Olahraga dan Diet (studi kasus ) di RSUD Dr.Soeselo Slawi.
[Skripsi].Semarang:Unes.

Setyawan & Suryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta : Nuha


Medika.
Smeltezer, S. C dan Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner Suddarth, Edisi 8. Jakarta:EGC.
Stiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sudoyo, A, W. Setiyohadi,B, Alwi I,& Setiati, S (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi 3, Jakarta: Pusat Penerbit Departement Penyakit Dalam
FKUI.
Sugiyono, 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suyono. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Pusat Penerbit
Departement Penyakit Dalam FKUI.
Surjaweni,V. Wiratna .2014. Statistik untuk Penelitian.Yogyakarta : Gava
Gramedia.
Syahbudun. 2007. Diabetes Mellitus dan pengolahannya. Cetakan 2, pusat
Diabetes & Lipid. RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
FKUI,Jakarta.
Tandra, H. 2008. Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan
Cepat dan Mudah. Jakarta.
Tjokroprawiro, A. 2007. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: GPU.

Waspanji, S. Dkk. 2007. Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta:EGC.


Widodo & Ahmadi . 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Windusari, Esti.2013. Pemberian Konsultasi Gizi Terhadap Kepatuhan Diet DM
di Ruang Inap Wijaya Kusuma RSUD Dr Soedono Madiun.Skripsi.
Qurratauaeni, 2009. Faktor-faktor yang berhubungan Dengan Terkendalinya
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUP Fatmawati
[Skripsi] .Jakarta :UIN Syarif Hidayatullah.

96
Lampiran 1

97
Lampiran 2

98
99
Lampiran 3

100
101
102
Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Dengan Tingkat Kadar Gula

Darahdi klink penyakit dalam RSUD dr.Sayidiman Magetan

Assalammu’alaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun yang sedang melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan
sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus
dengan tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit
dalam RSUD dr.Sayidiman Magetan. Saya mengharapkan partisipasi
Saudara/Saudari, Bapak/Ibu yang menjadi subjek dalam penelitian ini dengan
menjawab pernyataan-penyataan yang ada pada kuesioner. Identitas dan jawaban
Saudara/Saudari dan Bapak/Ibu akan dijamin kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan. Responden dapat memilih
untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian ini kapan pun tanpa ada tekanan
dari siapa pun.
Jika Saudara/Saudari, Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian
ini perhatikan petunjuk pengisian kuesioner untuk menjawab pernyataan yang ada
dan menandatangani formulir persetujuan ini. Terimakasih atas partisipasinya.

Magetan, April 2017


Peneliti

(Nuning Rahayu)

103
Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yangbertandatangan di bawahini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau


sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa “Program
Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun” bernama Nuning
Rahayu yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Dengan
Tingkat Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus di Klinik Penyakit
Dalam RSUD dr.Sayidiman Magetan”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini besar manfaatnya
bagi peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin kerahasiaannya,

Magetan, April 2017

Responden

( )

104
Lampiran 6

KISI-KISI KUESIONER
HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN
TINGKAT KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
DI KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr.SAYIDIMAN MAGETAN

Kisi-kisi Kuesioner Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus

Komponen
No No pertanyaan Favorabel Unfavorabel Jumlah
Pertanyaan
1. Tepat Jadwal 1-4 1-3 4 4
2. Tepat Jenis 5-15 5-10 11-15 11
3. Tepat Jumlah 16-32 16-31 32 17

105
Lampiran 7

FORMAT PENGUMPULAN DATA

HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN


TINGKAT KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
DI KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr.SAYIDIMAN MAGETAN

Tanggal Pengisian :

No. Kode Responden :

A. Data Umum

Petunjukuntuk Data Umum


1.Isilah biodata dengan benar
2. Berilah tanda (√) pada kolom yang anda pilih
a. Nama :

a. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

b. Umur :

c. Pendidikan : TS SLTA

SD
Diploma / Sarjana
SMP

d. Pekerjaan : TB PNS

Pedagang Pegawai swasta

Petani TNI/Polisi

e. Berapa lama sudah menderita Diabetes Mellitus :

< 5th 5- 10th >10th

106
f. Pernah mendapatkan informasi tentang Diabetes Mellitus :

Ya Tidak

g. JikaYa, Sumbernya :

Televisi Internet

Koran orang terdekat

Buku Petugas Kesehatan

h. Tinggal Bersama keluarga :

Ya Tidak

107
KUESIONER KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS

Petunjuk pengisian :

Bacalah beberapa pernyataan dibawah ini, lalu pilihlah satu pilihan yang tersedia
di sampingnya dengan memberikan tanda centang (  ) pada kolom yang tersedia,
dengan keterangan sebagai berikut :

- Tidak pernah (TP)


- Kadang-kadang (KD)
- Sering (SR)

Tinggi Badan (TB) : IMT :BB/TB2 =


Berat badan (BB) : Kebutuhan kalori =

Kadang- Tida
No Pertanyaan Sering
kadang pernah
Tepar jadwal
1. Apakah anda makan teratur minimal makan 3x sehari?
2. Apakah anda memperhatikan jadwal makan?
3. Apakah anda makan dengan jarak 3 jam?
4. Apakah anda makan lebih dari jadwal yang dianjurkan?
Tepat jenis
5. Apakah anda makan sayur daun papaya?
6. Apakah anda makan tahu?
7. Apakah anda makan tempe?
8. Apakah anda makan daging sapi?
9. Apakah anda menghindari buah jeruk manis?
10. Apakah anda makan pisang kapok?
11. Apakah anda makan sayur bayam merah?
12. Apakah anda makan sayur daun singkong?
13. Apakah anda makan sayur kacang panjang?
14. Apakah anda makan sayur nangka muda?
15. Apakah anda makan jagung muda?

108
Tepat jumlah
Untuk kebutuhan kalori : 1100-1300 kalori
16. Apakah anda makan nasi 60-100 gram setiap kali makan ?
17. Apakah anda makan tempe 1-2 potong besar atau 25-
50 gram setiap kali makan?
18. Apakah anda makan tahu 1-2 biji besar atau 25-50
gram setiap kali makan?
19. Apakah anda makan daging ayam 1-2 potong sedang
atau 25-50 gram setiap kali makan?
Untuk kebutuhan kalori :1500-1900 kalori
20. Apakah anda makan nasi ¾ gelas atau 200g setiap kali
makan?
21. Apakah anda makan tempe 1-3 potong besar atau 50-
75g setiap kali makan?
22. Apakah anda makan tahu 1-3 biji besar atau 100g-200g
setiap kali makan?
23. Apakah anda makan daging ayam 1-2 potong sedang
atau 50g-100g setiap kali makan?

Untuk kebutuhan kalori :2100-2500 kalori


24. Apakah anda makan nasi 150-170 gram setiap kali makan?
25. Apakah anda makan tempe 1-3 potong besar atau 25-
80 gram setiap kali makan?
26. Apakah anda makan tahu 1-3 biji besar atau 25-80 gram
setiap kali makan?
27. Apakah anda makan daging ayam 1-2 potong sedang
atau 25-50 gram setiap kali makan?
Untuk kebutuhan kalori : 2700-2900 kalori
28. Apakah anda makan nasi 150-170 gram setiap kali makan?
29. Apakah anda makan tempe 1-3 potong besar atau 25-
80 gram setiap kali makan?
30. Apakah anda makan tahu 1-3 biji besar atau 25-80
gram setiap kali makan?
31. Apakah anda makan daging ayam 1-3 potong sedang
atau 40-80 gram setiap kali makan?
32. Apakah anda makan lebih banyak dari jumlah yang
ditentukan?

109
LEMBAR OBSERVASI TINGKAT KADAR GULA DARAH

Tanggal Pengisian :

Jenis kelamin Pemeriksaan Kriterial


Nama
No. gula darah Baik Sedang Buruk
Pasien L P
GD 2 Jam (80-144 mg/dl) (145-179 mg/dl) (≥180 mg/dl)
1. Tn. Gt √ 251 √
2. Tn. Ks √ 116 √
3. Tn. Dy √ 145 √
4. Tn. Sy √ 170 √
5. Tn. Ah √ 186 √
6. Tn. Jm √ 146 √
7. Tn. Sm √ 126 √
8. Tn. Sw √ 179 √
9. Tn. Sn √ 219 √
10. Ny. Sm √ 94 √
11. Ny. Pm √ 200 √
12. Ny. Sp √ 163 √
13. Ny.Smy √ 305 √
14. Tn. Ksn √ 140 √
15. Tn. Jk √ 126 √
16. Ny. Ksw √ 147 √
17. Tn. Ki √ 233 √
18. Ny. Tm √ 108 √
19. Ny. Pn √ 293 √
20. Ny. Sym √ 150 √
21. Ny. Pmi √ 139 √
22. Ny. Pni √ 140 √
23. Ny. Swy √ 272 √
24. Tn. St √ 138 √
25. Tn. Wg √ 179 √
26. Tn. Jmn √ 443 √
27. Tn. Syt √ 180 √
28. Tn. Srn √ 179 √
29. Ny. Sni √ 225 √
30. Tn.Gmn √ 106 √
31. Ny. Sryt √ 120 √
32. Tn. Smo √ 245 √
33. Ny. Hrn √ 116 √
34. Tn. Pry √ 124 √
35. Tn. Skd √ 109 √
36. Ny. St R √ 93 √
37. Tn. Spyt √ 162 √
38. Ny. SrR √ 145 √
39. Tn. Po √ 93 √
40. Ny. Priy √ 162 √
41. Ny. Prw √ 170 √
42. Ny. Sr √ 162 √

110
43. Ny. Tm √ 170 √
44. Ny. Smi √ 145 √
45. Ny. Tt √ 180 √
46. Ny. Sn √ 143 √
47. Ny. Ks √ 133 √
48. NySk √ 130 √
49. Ny. Sh √ 145 √
50. Ny. My √ 516 √
51. Ny. Kd √ 552 √
52. Ny. Smm √ 125 √
53. Tn. Dj √ 144 √
54. Tn. Srd √ 180 √
55. Tn. Rd √ 150 √
56. Ny. Sti √ 165 √

Keterangan :
Baik : 17
Sedang : 23
Buruk : 16

111
Lampiran 8

112
Lampiran 9

Output Data SPSS Karakteristi Demografi Responden

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 26 46.4 46.4 46.4

Perempuan 30 53.6 53.6 100.0

Total 56 100.0 100.0

Descriptives Usia

Statistic Std. Error

Usia Mean 58.8393 1.19761

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 56.4392

Upper Bound 61.2394

5% Trimmed Mean 59.2262

Median 58.0000

Variance 80.319

Std. Deviation 8.96210

Minimum 33.00

Maximum 79.00

Range 46.00

Interquartile Range 10.75

Skewness -.666 .319

Kurtosis 1.245 .628

113
Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Sekolah 2 3.6 3.6 3.6

SD 29 51.8 51.8 55.4

SMP 11 19.6 19.6 75.0

SLTA 11 19.6 19.6 94.6

Diploma/Sarjana 3 5.4 5.4 100.0

Total 56 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bekerja 1 1.8 1.8 1.8

Pedagang 4 7.1 7.1 8.9

Petani 27 48.2 48.2 57.1

Pegawai Negri 16 28.6 28.6 85.7

Pegawai Swasta 5 8.9 8.9 94.6

TNI/Polisi 3 5.4 5.4 100.0

Total 56 100.0 100.0

Lama_Menderita_Diabetes_Mellitus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <5 tahun 19 33.9 33.9 33.9

50-10 tahun 30 53.6 53.6 87.5

>10 tahun 7 12.5 12.5 100.0

Total 56 100.0 100.0

114
Kepatuhan_Diet_DM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid TIdak Patuh 15 26.8 26.8 26.8

Cukup Patuh 23 41.1 41.1 67.9


Patuh 18 32.1 32.1 100.0
Total 56 100.0 100.0

Tingkat_KGD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Buruk 16 28.6 28.6 28.6
Sedang 23 41.1 41.1 69.6
Baik 17 30.4 30.4 100.0
Total 56 100.0 100.0

115
Lampiran 10

Output Tabulasi Silang

Jenis_Kelamin * Kepatuhan_Diet_DMCrosstabulation

Kepatuhan_Diet_DM
Total
TIdakPatuh CukupPatuh Patuh
Jenis_Kelamin Laki-laki Count 8 8 10 26

Expected Count 7.0 10.7 8.4 26.0


% of Total 14.3% 14.3% 17.9% 46.4%
Perempuan Count 7 15 8 30
Expected Count 8.0 12.3 9.6 30.0
% of Total 12.5% 26.8% 14.3% 53.6%
Total Count 15 23 18 56

Expected Count 15.0 23.0 18.0 56.0


% of Total 26.8% 41.1% 32.1% 100.0%

Usia * Kepatuhan_Diet_DMCrosstabulation
Kepatuhan_Diet_DM
TIdakPatuh CukupPatuh Patuh Total
Usia 33 Count 0 1 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% 1.8% .0% 1.8%
35 Count 0 1 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% 1.8% .0% 1.8%
40 Count 1 1 0 2
Expected Count .5 .8 .6 2.0
% of Total 1.8% 1.8% .0% 3.6%
45 Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
51 Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
53 Count 0 1 2 3
Expected Count .8 1.2 1.0 3.0
% of Total .0% 1.8% 3.6% 5.4%
54 Count 1 1 1 3
Expected Count .8 1.2 1.0 3.0
% of Total 1.8% 1.8% 1.8% 5.4%

116
55 Count 1 3 4 8
Expected Count 2.1 3.3 2.6 8.0
% of Total 1.8% 5.4% 7.1% 14.3%
56 Count 1 1 1 3
Expected Count .8 1.2 1.0 3.0
% of Total 1.8% 1.8% 1.8% 5.4%
57 Count 1 2 0 3
Expected Count .8 1.2 1.0 3.0
% of Total 1.8% 3.6% .0% 5.4%
58 Count 0 3 1 4
Expected Count 1.1 1.6 1.3 4.0
% of Total .0% 5.4% 1.8% 7.1%
60 Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
61 Count 1 2 0 3
Expected Count .8 1.2 1.0 3.0
% of Total 1.8% 3.6% .0% 5.4%
62 Count 1 1 1 3
Expected Count .8 1.2 1.0 3.0
% of Total 1.8% 1.8% 1.8% 5.4%
63 Count 1 1 1 3
Expected Count .8 1.2 1.0 3.0
% of Total 1.8% 1.8% 1.8% 5.4%
64 Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
65 Count 0 0 1 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% .0% 1.8% 1.8%
66 Count 0 1 1 2
Expected Count .5 .8 .6 2.0
% of Total .0% 1.8% 1.8% 3.6%
67 Count 0 0 1 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% .0% 1.8% 1.8%
68 Count 1 2 0 3
Expected Count .8 1.2 1.0 3.0
% of Total 1.8% 3.6% .0% 5.4%
69 Count 1 1 3 5
Expected Count 1.3 2.1 1.6 5.0
% of Total 1.8% 1.8% 5.4% 8.9%
70 Count 0 0 1 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% .0% 1.8% 1.8%

117
75 Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
79 Count 0 1 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% 1.8% .0% 1.8%
Total Count 15 23 18 56

Expected Count 15.0 23.0 18.0 56.0


% of Total 26.8% 41.1% 32.1% 100.0%

Pendidikan * Kepatuhan_Diet_DMCrosstabulation

Kepatuhan_Diet_DM

TIdakPatuh CukupPatuh Patuh Total


Pendidikan TidakSekolah Count
1 1 0 2

Expected Count .5 .8 .6 2.0


% of Total 1.8% 1.8% .0% 3.6%
SD Count 8 11 10 29
Expected Count 7.8 11.9 9.3 29.0
% of Total 14.3% 19.6% 17.9% 51.8%
SMP Count 4 2 5 11
Expected Count 2.9 4.5 3.5 11.0
% of Total 7.1% 3.6% 8.9% 19.6%
SLTA Count 2 7 2 11
Expected Count 2.9 4.5 3.5 11.0
% of Total 3.6% 12.5% 3.6% 19.6%
Diploma/Sarjana Count 0 2 1 3
Expected Count .8 1.2 1.0 3.0
% of Total .0% 3.6% 1.8% 5.4%
Total Count 15 23 18 56

Expected Count 15.0 23.0 18.0 56.0


% of Total 26.8% 41.1% 32.1% 100.0%

Pekerjaan * Kepatuhan_Diet_DMCrosstabulation

Kepatuhan_Diet_DM

TIdakPatuh CukupPatuh Patuh Total


Pekerjaan TidakBekerja Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
Pedagang Count 1 1 2 4
Expected Count 1.1 1.6 1.3 4.0

118
% of Total 1.8% 1.8% 3.6% 7.1%
Petani Count 7 12 8 27
Expected Count 7.2 11.1 8.7 27.0
% of Total 12.5% 21.4% 14.3% 48.2%
PegawaiNegri Count 1 9 6 16
Expected Count 4.3 6.6 5.1 16.0
% of Total 1.8% 16.1% 10.7% 28.6%
PegawaiSwasta Count 2 1 2 5
Expected Count 1.3 2.1 1.6 5.0
% of Total 3.6% 1.8% 3.6% 8.9%
TNI/Polisi Count 3 0 0 3
Expected Count .8 1.2 1.0 3.0
% of Total 5.4% .0% .0% 5.4%
Total Count
15 23 18 56

Expected Count 15.0 23.0 18.0 56.0


% of Total 26.8% 41.1% 32.1% 100.0%

Lama_Menderita_Diabetes_Mellitus * Kepatuhan_Diet_DMCrosstabulation

Kepatuhan_Diet_DM

TIdakPatuh CukupPatuh Patuh Total


Lama_Menderita_Diabetes_Mellitus <5 tahun Count
6 7 6 19

Expected Count 5.1 7.8 6.1 19.0


% of Total 10.7% 12.5% 10.7% 33.9%
5-10 tahun Count 7 12 11 30
Expected Count 8.0 12.3 9.6 30.0
% of Total 12.5% 21.4% 19.6% 53.6%
>10 tahun Count 2 4 1 7
Expected Count 1.9 2.9 2.2 7.0
% of Total 3.6% 7.1% 1.8% 12.5%
Total Count
15 23 18 56

Expected Count 15.0 23.0 18.0 56.0


% of Total 26.8% 41.1% 32.1% 100.0%

Jenis_Kelamin * Tingkat_KGDCrosstabulation
Tingkat_KGD

Buruk Sedang Baik Total


Jenis_Kelamin Laki-laki Count 7 11 8 26

Expected Count 7.0 11.1 7.9 26.0


% of Total 12.5% 19.6% 14.3% 46.4%

119
Perempuan Count 8 13 9 30
Expected Count 8.0 12.9 9.1 30.0
% of Total 14.3% 23.2% 16.1% 53.6%
Total Count
15 24 17 56

Expected Count 15.0 24.0 17.0 56.0


% of Total 26.8% 42.9% 30.4% 100.0%

Usia * Tingkat_KGDCrosstabulation
Tingkat_KGD
Buruk Sedang Baik Total
Usia 33 Count 0 0 1 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% .0% 1.8% 1.8%
35 Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
40 Count 1 0 1 2
Expected Count .5 .9 .6 2.0
% of Total 1.8% .0% 1.8% 3.6%
45 Count 0 1 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% 1.8% .0% 1.8%
51 Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
53 Count 0 2 1 3
Expected Count .8 1.3 .9 3.0
% of Total .0% 3.6% 1.8% 5.4%
54 Count 1 2 0 3
Expected Count .8 1.3 .9 3.0
% of Total 1.8% 3.6% .0% 5.4%
55 Count 1 3 4 8
Expected Count 2.1 3.4 2.4 8.0
% of Total 1.8% 5.4% 7.1% 14.3%
56 Count 1 2 0 3
Expected Count .8 1.3 .9 3.0
% of Total 1.8% 3.6% .0% 5.4%
57 Count 0 2 1 3
Expected Count .8 1.3 .9 3.0
% of Total .0% 3.6% 1.8% 5.4%
58 Count 0 3 1 4
Expected Count 1.1 1.7 1.2 4.0
% of Total .0% 5.4% 1.8% 7.1%
60 Count 1 0 0 1

120
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
61 Count 0 0 3 3
Expected Count .8 1.3 .9 3.0
% of Total .0% .0% 5.4% 5.4%
62 Count 3 0 0 3
Expected Count .8 1.3 .9 3.0
% of Total 5.4% .0% .0% 5.4%
63 Count 1 0 2 3
Expected Count .8 1.3 .9 3.0
% of Total 1.8% .0% 3.6% 5.4%
64 Count 0 0 1 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% .0% 1.8% 1.8%
65 Count 0 1 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% 1.8% .0% 1.8%
66 Count 0 2 0 2
Expected Count .5 .9 .6 2.0
% of Total .0% 3.6% .0% 3.6%
67 Count 0 1 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% 1.8% .0% 1.8%
68 Count 0 1 2 3
Expected Count .8 1.3 .9 3.0
% of Total .0% 1.8% 3.6% 5.4%
69 Count 2 3 0 5
Expected Count 1.3 2.1 1.5 5.0
% of Total 3.6% 5.4% .0% 8.9%
70 Count 0 1 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total .0% 1.8% .0% 1.8%
75 Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
79 Count 1 0 0 1
Expected Count .3 .4 .3 1.0
% of Total 1.8% .0% .0% 1.8%
Total Count
15 24 17 56

Expected Count 15.0 24.0 17.0 56.0


% of Total 26.8% 42.9% 30.4% 100.0%

121
Pendidikan * Tingkat_KGDCrosstabulation

Tingkat_KGD
Buruk Sedang Baik Total
Pendidikan TidakSekolah Count 2 0 0 2
Expected Count .5 .9 .6 2.0
% of Total 3.6% .0% .0% 3.6%
SD Count 10 13 6 29
Expected Count 7.8 12.4 8.8 29.0
% of Total 17.9% 23.2% 10.7% 51.8%
SMP Count 1 6 4 11
Expected Count 2.9 4.7 3.3 11.0
% of Total 1.8% 10.7% 7.1% 19.6%
SLTA Count 2 5 4 11
Expected Count 2.9 4.7 3.3 11.0
% of Total 3.6% 8.9% 7.1% 19.6%
Diploma/Sarjana Count 0 0 3 3
Expected Count .8 1.3 .9 3.0
% of Total .0% .0% 5.4% 5.4%
Total Count
15 24 17 56

Expected Count 15.0 24.0 17.0 56.0


% of Total 26.8% 42.9% 30.4% 100.0%

Pekerjaan * Tingkat_KGDCrosstabulation

Tingkat_KGD

Buruk Sedang Baik Total


Pekerjaan TidakBekerja Count 0 0 1 1

Expected Count .3 .4 .3 1.0


% of Total .0% .0% 1.8% 1.8%
Pedagang Count 0 3 1 4
Expected Count 1.1 1.7 1.2 4.0
% of Total .0% 5.4% 1.8% 7.1%
Petani Count 6 13 8 27
Expected Count 7.2 11.6 8.2 27.0
% of Total 10.7% 23.2% 14.3% 48.2%
PegawaiNegri Count 4 6 6 16
Expected Count 4.3 6.9 4.9 16.0
% of Total 7.1% 10.7% 10.7% 28.6%
PegawaiSwasta Count 3 2 0 5
Expected Count 1.3 2.1 1.5 5.0

122
% of Total 5.4% 3.6% .0% 8.9%
TNI/Polisi Count 2 0 1 3
Expected Count .8 1.3 .9 3.0
% of Total 3.6% .0% 1.8% 5.4%
Total Count 15 24 17 56

Expected Count 15.0 24.0 17.0 56.0


% of Total 26.8% 42.9% 30.4% 100.0%

Lama_Menderita_Diabetes_Mellitus * Tingkat_KGDCrosstabulation

Tingkat_KGD

Buruk Sedang Baik Total


Lama_Menderita_Diabetes_Mellitus <5 tahun Count
9 5 5 19

Expected Count 5.1 8.1 5.8 19.0


% of Total 16.1% 8.9% 8.9% 33.9%
5-10 tahun Count 6 15 9 30
Expected Count 8.0 12.9 9.1 30.0
% of Total 10.7% 26.8% 16.1% 53.6%
>10 tahun Count 0 4 3 7
Expected Count 1.9 3.0 2.1 7.0
% of Total .0% 7.1% 5.4% 12.5%
Total Count 15 24 17 56

Expected Count 15.0 24.0 17.0 56.0


% of Total 26.8% 42.9% 30.4% 100.0%

123
Lampiran 11

Hasil Perhitungan SPSS Uji Spearman Rank

Hubungan Kepatuhan Diet DM dengan Tingkat Kadar gula darah


pasien Diabetes Mellitus

Kepatuhan_Diet_DM * Tingkat_KGD Crosstabulation

Tingkat_KGD

Buruk Sedang Baik Total


Kepatuhan_Diet_DM TIdak Patuh Count 15 0 0 15

Expected Count 4.3 6.2 4.6 15.0


% of Total 26.8% .0% .0% 26.8%
Cukup Patuh Count 1 21 1 23
Expected Count 6.6 9.4 7.0 23.0
% of Total 1.8% 37.5% 1.8% 41.1%
Patuh Count 0 2 16 18
Expected Count 5.1 7.4 5.5 18.0
% of Total .0% 3.6% 28.6% 32.1%
Total Count 16 23 17 56

Expected Count 16.0 23.0 17.0 56.0


% of Total 28.6% 41.1% 30.4% 100.0%

Correlations

Kepatuhan_Diet_ Tingkat_Kadar_G
DM ula_Darah

Spearman's rho Kepatuhan_Diet_DM Correlation Coefficient 1.000 .723**

Sig. (2-tailed) . .000

N 56 56

Tingkat_Kadar_Gula_Darah Correlation Coefficient .723** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 56 56

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

124
Lampiran 12

Tabulasi data

Lama
No. JK Umur Pendidikan Pekerjaan Menderita S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 TS Kriteria
DM
Tidak
1 Laki-laki 69 SD Petani 5-10 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
Patuh
2 Laki-laki 65 SLTP Pedagang 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 28 Patuh
Cukup
3 Laki-laki 62 TS P.Swasta < 5 tahun 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 1 22
Patuh
Diploma/ Cukup
4 Laki-laki 58 Petani > 10 tahun 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 23
Sarjana Patuh
Tidak
5 Laki-laki 68 SLTA TB 5-10 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
Patuh
Cukup
6 Laki-laki 58 SLTA P.Swasta < 5 tahun 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 24
Patuh
7 Laki-laki 62 SD P.Swasta < 5 tahun 2 1 1 0 2 2 2 1 1 1 0 2 2 2 1 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 28 Patuh
Cukup
8 Laki-laki 63 SD Petani 5-10 tahun 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 25
Patuh
Tidak
9 Laki-laki 40 SD PNS 5-10 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
Patuh
10 Perempuan 66 SLTP PNS 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 27 Patuh
Tidak
11 Perempuan 55 SLTP TNI/Polisi < 5 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 12
Patuh
Cukup
12 Perempuan 68 SLTA P.Swasta 5-10 tahun 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 21
Patuh
Tidak
13 Perempuan 60 TS TNI/Polisi < 5 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
Patuh
Diploma/
14 Laki-laki 55 Petani < 5 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 29 Patuh
Sarjana
15 Laki-laki 56 SD Pedagang 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 30 Patuh
Cukup
16 Perempuan 55 SD Petani 5-10 tahun 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 25
Patuh
Tidak
17 Laki-laki 63 SD TNI/Polisi 5-10 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 12
Patuh
18 Perempuan 67 SLTA Petani 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 29 Patuh
Tidak
19 Perempuan 57 SLTA Pedagang < 5 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 12
Patuh
Diploma/ Cukup
20 Perempuan 40
Sarjana
Pedagang 5-10 tahun 2 2 2 0 1 2 2 1 1 1 0 1 2 1 1 0 0 0 0 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 26
Patuh
21 Perempuan 53 SD Petani > 10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 29 Patuh
22 Perempuan 54 SD P.Swasta 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 31 Patuh
Tidak
23 Perempuan 61 SD Petani 5-10 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
Patuh
24 Laki-laki 55 SLTP P.Swasta < 5 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 29 Patuh
Cukup
25 Laki-laki 61 SD Petani < 5 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16
Patuh
Tidak
26 Laki-laki 64 SLTP P.Swasta > 10 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
Patuh
Tidak
27 Laki-laki 56 SD Petani > 10 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
Patuh

125
Cukup
28 Laki-laki 69 SD Petani 5-10 tahun 1 2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 19
Patuh
Cukup
29 Perempuan 57 SLTA P.Swasta 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 22
Patuh
30 Laki-laki 69 SLTA Petani < 5 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 31 Patuh
31 Perempuan 58 SD PNS < 5 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 29 Patuh
Tidak
32 Laki-laki 45 SLTP Petani 5-10 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
Patuh
33 Perempuan 53 SD Petani 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 28 Patuh
34 Laki-laki 69 SD Petani 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 28 Patuh
35 Laki-laki 69 SLTP P.Swasta < 5 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 31 Patuh
36 Perempuan 70 SD Petani 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 28 Patuh
Cukup
37 Laki-laki 55 SD Petani > 10 tahun 2 1 0 1 2 2 2 1 1 1 0 1 1 1 0 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 22
Patuh
Cukup
38 Perempuan 54 SLTP Petani > 10 tahun 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 24
Patuh
39 Laki-laki 55 SLTA Petani 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 1 29 Patuh
Cukup
40 Perempuan 79 SLTA Petani 5-10 tahun 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 23
Patuh
Cukup
41 Perempuan 35 SD Petani < 5 tahun 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 25
Patuh
Cukup
42 Perempuan 61 SLTP Petani 5-10 tahun 2 2 1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 22
Patuh
Cukup
43 Perempuan 33 SLTA Petani < 5 tahun 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 23
Patuh
Cukup
44 Perempuan 56 SLTA PNS < 5 tahun 2 2 1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 22
Patuh
Tidak
45 Perempuan 54 SLTP Petani 5-10 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
Patuh
Cukup
46 Perempuan 68 SD Petani 5-10 tahun 1 1 0 1 1 2 2 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 19
Patuh
Cukup
47 Perempuan 53 SD P.Swasta > 10 tahun 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 23
Patuh
Cukup
48 Perempuan 57 SD P.Swasta 5-10 tahun 1 1 0 1 1 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 14
Patuh
Cukup
49 Perempuan 58 SD P.Swasta 5-10 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16
Patuh
Tidak
50 Perempuan 51 SD PNS < 5 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
Patuh
Tidak
51 Perempuan 62 SD Petani < 5 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 0 0 0 0 0 12
Patuh
52 Perempuan 55 SD P.Swasta 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 29 Patuh
53 Laki-laki 63 SD P.Swasta 5-10 tahun 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 28 Patuh
Tidak
54 Laki-laki 75 SD Petani < 5 tahun 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
Patuh
Cukup
55 Laki-laki 55 SLTA P.Swasta < 5 tahun 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 15
Patuh
Cukup
56 Perempuan 66 SD P.Swasta 5-10 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16
Patuh

Keterangan :
Patuh : 18 responden
Cukup Patuh : 23 responden
Tidak Patuh : 15 reponden

126
Lampiran 13

127

Anda mungkin juga menyukai