Anda di halaman 1dari 142

PENGARUH SENAM DIABETES MELITUS TERHADAP KADAR GULA

DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT


PUSKESMAS GADING REJO TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh
ANGGER AFREGA
NPM 142012017093P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN PRINGSEWU
LAMPUNG
2019
PENGARUH SENAM DIABETES MELITUS TERHADAP KADAR GULA
DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT
PUSKESMAS GADING REJO TAHUN 2019

Skripsi
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Program Studi Sarjana Keperawatan

Oleh
ANGGER AFREGA
NPM 142012017093P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
PRINGSEWU LAMPUNG
2019
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PENGARUH SENAM DIABETES MELITUS TERHADAP


KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS GADING REJO
TAHUN 2019

Angger Afrega

XVII + 74 halaman + 10 tabel + 2 skema + 14 lampiran

ABSTRAK

Diabetes melitus adalah suatu sindrom yang ditandai terganggunya metabolisme


karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin
atau penurunan sensitivitas yang menyebabkan hiperglikemia. Salah satu
penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengontrol kadar gula darah pasien
adalah senam diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
senam diabetes melitus terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes melitus
tipe 2 di UPT Puskesmas Gading Rejo Tahun 2019.

Metodologi penelitian ini menggunakan desain quasy eksperimen dengan


pendekatan Non-equivalent Group Control. Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien diabetes melitus tipe 2 kelompok prolanis Puskesmas Gading Rejo.
Tekhnik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 18 responden pada kelompok intervensi dan 18 responden pada
kelompok kontrol. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
univariat dan bivariat menggunakan Paired Test dan uji T Dependen.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada pengaruh senam diabetes melitus
terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes melitus dengan nilai p-value
sebesar 0,000 pada kelompok intervensi dan 0,027 pada kelompok kontrol. Ada
perbedaan kadar gula darah kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p-
value 0,003. Oleh karena itu diharapkan kepada petugas kesehatan untuk
melakukan pendidikan kesehatan kepada masayarakat pentingnya aktifitas fisik
terhadap pengontrolan kadar gula darah terutama pada penderita diabetes melitus
tipe 2.

Kata Kunci : Senam Diabetes Melitus, Kadar Gula Darah`


Kepustakaan : 45 (2009-2018)
School of Health Sciense Muhammadiyah Pringsewu Lampung

EFFECT OF DIABETES MELITUS EXERCISE FOR RANDOM BLOOD


SUGAR CONDITION TYPE 2 DIABETES MELITUS PATIENTS IN THE
PUBLIC HEALTH OF GADING REJO 2019

Angger Afrega

XVII +74 pages + 10 tables + 2 schemes + 14 attachments

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a syndrome that cause disruption of carbohydrate, fat and


protein metabolism caused by reduced insulin secretion or decreased sensitivity
that caused hyperglycemia. Management that can be use to control a patient's
blood sugar is diabetes mellitus exercise. Purpose of this study is to find out effect
of diabetes mellitus exercise on blood sugar levels in patients suffering type 2
diabetes mellitus in the Public health Gading Rejo in 2019.

Methodology of this study is use a quasy experimental design with a Non-


equivalent Group Control approach. Population in this study are patients suffering
type 2 diabetes mellitus in the prolanis group at public health of Gading Rejo.
Technique samplingof this research use consecutive sampling with a number of
sample 36. Analysis of the data used in this study was univariate and bivariate
used dependent t test (pairing) and independent t test (not paired).

The results of this study found that there was an effect of diabetes mellitus
exercise on blood sugar in patients suffering diabetes mellitus with a p-value of
0,000 for the intervention group and 0.027 for the control group. There were
differences in blood sugar levels in the intervention group and the control group
with a p-value of 0.003. Therefore, be expected for medics at public health of
Gadingrejocan give health education to Society, about bennefit of physical activity
to control blood sugar, especially for people suffering with type 2 diabetes
mellitus.

Keywords : Diabetes Melitus exercise, Random Blood Sugar


Literature : 45 (2009-2018)
HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN

Ujian Skripsi
Telah diperiksa dan disetujui di hadapan TIM penguji

Judul Skripsi : Pengaruh senam Diabetes Melitus terhadap penurunan kadar

gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di UPT

Puskesmas Gading Rejo Tahun 2019

Mahasiswa : Angger Afrega

NPM : 142012017093P

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Tri Wijayanto, M.Kep,Sp.KMB Ns. Tiara, MNS.


NBM :965426 NBM. 1282502
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

PENGARUH SENAM DIABETES MELITUS TERHADAP


KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS GADING REJO
TAHUN 2019

Skripsi oleh Angger Afrega ini telah diperiksa dan dipertahankan di hadapan tim
penguji Skripsi dan dinyatakan lulus pada tanggal Juli 2019

Penguji Utama : Ns. Pira Prahmawati, S. Kep., M. Kes (.........................)


NBM. 1194172

Penguji Anggota 1 : Ns. Tri Wijayanto, M.Kep, Sp.KMB (.........................)


NBM. 831 882

Penguji Anggota 2 : Ns. Tiara, MNS. (.........................)


NBM. 1282502

Tanggal Ujian : Juli 2019

Ketua Program Studi

Ns. Rani Ardina, M. Kep.


NBM. 909 729

Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Peringsewu

Ns. Arena Lestari, M. Kep., Sp.Kep.J.


NBM. 965426
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Angger Afrega

NPM : 142012017093P

Program Studi : Sarjana Keperawatan

Judul : Pengaruh senam diabetes melitus terhadap kadar gula

darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di UPT

Puskesmas Gading Rejo Tahun 2019.

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang saya buat tidak pernah atau belum pernah di buat oleh orang lain

dan saya menjamin orisinalitas skripsi yang saya buat.

2. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya tulis ilmiah

tersebut, kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Demikian surat pernyataani ini dibuat sebenarnya dan

dapat dipertanggung jawabkan.

Pringsewu, Juli 2019


Penulis

Angger Afrega
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik STIKes Muhammadiya Pringsewu Lampung, saya yang


bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Angger Afrega
NIM : 142012017093P
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Guna mengembangkan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan


kepada STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti rugi
berupa materi atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH SENAM DIABETES MELITUS TERHADAP KADAR GULA


DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT
PUSKESMAS GADING REJO TAHUN 2019

Dengan pernyataan ini STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung berhak


menyimpan, mengalih mediakan dalam bentuk format lain, mengelola dalam
bentuk, pangkalan data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak
atas karya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Pringsewu
Pada Tanggal : Juli 2019

Yang menyatakan

Angger Afrega
NPM. 142012017093P
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Angger Afrega


NPM : 142012017093P

Tempat/Tanggal Lahir : Ambarawa/ 8 April 1996

Agama : Islam

Alama : Ambarawa, Kec. Ambarawa, Pringsewu

Alamat email : Anggerafega3@gmail.com

Riwayat Pendidikan
TK TK Aisyah Bustanul Athfal Ambarawa Lulus Tahun 2002

SD : SDN 1 Ambarawa Lulus Tahun 2008

SMP : SMPN 1 Ambarawa Lulus Tahun 2011

SMA : SMK YPT Pringsewu Lulus Tahun 2014

DIII : STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lulus Tahun 2017

S1Keperawatan : Terdaftar di STIKes Muhammadiyah Pringsewu Tahun

2018
PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan puji syukur kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat serta hidayahnya. Skripsi ini penulis persembahkan
kepada :

1. Kedua orang tuaku tercita Bapak Suparwanto dan Ibu Kusinah ayng begitu
sabarnya mendengar keluh kesahku, serat selalu memberi dukungan
ssampai pada tahap ini.
2. Kakakku Dechintia Eka dan Adikku Aginda Danuarta yang tak hentinya
mendukung kesuksesanku.
3. Ns. Tri Wijayanto, M.Kep, Sp.KMB., Ns. Tiara, MNS.,dan Ns. Pira
Prahmawati, S. Kep., M. Kes, yang telah memberikan bimbingan dan telah
banyak menambah ilmu kepada penulis.
4. Seluruh dosen S1 Keperawatan STIKes Muhamadiyah Pringsewu yang
telah memberikan ilmu yang mereka miliki dengan tulus dan semaksimal
mungkin.
5. Teman-teman Seperjuanganku kelas S1 Konversi A tercinta terima kasih
telah menemani perjuanganku dari awal hingga akhir.
6. Keluarga keduaku Puskesmas Gadingrejo terimakasih atas dukunganya.
7. Almamater STIkes muhamadiyah Pringsewu yang penulis cintai.
8. Semua pihak yang sangat mendukung unutk membantu penyelesaian
skripsi ini, sekali lagi penulis ucapkan terimkasih.
MOTTO

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala


upaya dan usaha yang disertai dengan doa.
Karena seseunggunya nasib seorang manusia
tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa
berusaha
(Penulis)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan

Karunia-Nya, sehingga penyusunan Skripsi yang berjudul “Pengaruh senam

Diabetes Melitus terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2

di UPT Puskesmas Gading Rejo Tahun 2019”, dapat saya selesaikan. Penelitian

ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program

studi sarjana keperawatan. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Ns. Arena Lestari, M. Kep., SP. Kep. J. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Pringsewu.

2. Ns. Rani Ardina, M. Kep. selaku ketua prodi Sarjana Keperawatan

3. Ns. Tri Wijayanto, M.Kep,Sp.KMB., selaku pembimbing I yang telah

memberikan masukan kepada penulis

4. Ns. Tiara, MNS, selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan

kepada penulis.

5. Ns. Pira Prahmawati, S. Kep., M. Kes., selaku penguji yang telah memberikan

masaukan kepada penulis.

6. Bapak/ ibu dosen STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung..

7. Rekan-rekan S1 keperawatan konversi

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Pringsewu, Juli 2019


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN JUDUL DENGAN PENGESAHAN............................................ii
ABSTRAK........................................................................................................................iii
ABSTRAC........................................................................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN...................................................v
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN....................................................vi
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...............................................viii
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................ix
RIWAYAT HIDUP PENULIS...................................................................................x
MOTTO.............................................................................................................................xi
KATA PENGANTAR...................................................................................................xii
DAFTAR ISI....................................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xvii

BAB I LATAR BELAKANG


A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................6
D. Ruang lingkup...........................................................................................................7
E. Manfaat penelitian...................................................................................................8

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Diabetes Melitus.......................................................................................................9
B. Kadar Gula Darah....................................................................................................28
C. Senam Diabetes Melitus.........................................................................................31
D. Kerangka Teori.........................................................................................................36
E. Kerangka Konsep.....................................................................................................37
F. Hipotesis.....................................................................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian......................................................................................................38
B. Variabel penelitian...................................................................................................39
C. Definisi operasional.................................................................................................40
D. Populasi dan Sampel...............................................................................................40
E. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................................43
F. Etika penelitian.........................................................................................................44
G. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data......................................................46
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data...............................................................47
I. Analisa data................................................................................................................48
J. Jalannya penelitian...................................................................................................49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................................52
B. Hasil Penelitian.........................................................................................................54
C. Pembahasan................................................................................................................57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan................................................................................................................39
B. Saran.............................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Gambaran Klinis Pasien Diabetes Melitus...............................................................20


Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula glukosa darah............................30
Definisi Operasional.......................................................................................................40
Usia Responden................................................................................................................54
Jenis kelamin Responden..............................................................................................54
Kadar Gula Darah Kelompok Intervensi..................................................................54
Kadar Gula Darah Kelompok Kontrol......................................................................55
Pengaruh senam diabetes pada kelompok Intervensi............................................56
Pengaruh senam diabetes pada kelompok Kopntrol.............................................56
Perbedaan Kadar gula darah kelompok intervensi dan kontrol.........................57
DAFTAR GAMBAR

Kerangka Teori.................................................................................................................36
Kerangka Konsep.............................................................................................................37
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Lulus Uji Etik


Lampiran 2 Surat Permohonan izin Prasurvey
Lampiran 3 Surat Izin prasurvey
Lampiran 4 Surat permohonan Izin Penelitian
Lampiran 5 Surat Izin peneltiian
Lampiran 6 Penjelasan Tentang Penelitian
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 8 Kuisioner
Lampiran 9 Lembar Observasi Kadar Gula Darah
Lampiran 10 SAP Senam Diabetes Melitus
Lampiran 11 Data Mentah SPSS
Lampiran 12 Output SPSS
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Mahasiswa
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional

sebagai upaya meningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah melalui

Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pembangunan berkelanjutan

sebagai agenda pembangunan global baru yang merupakan indikator

tercapainya pembangunan kesehatan secara menyeluruh. Salah satu tujuan

SDGs sebagai upaya tercapainya indikator peningkatan derajat kesehatan yang

baik yaitu mengurangi sepertiga kematian akibat penyakit tidak menular

(Ermalena, 2017).

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di

seluruh dunia khususnya negara berkembang. Penyakit tidak menular

bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun

2015. Penyakit tidak menular juga merupakan masalah kesehatan utama yang

mempengaruhi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas

seseorang. Salah satu penyakit tidak menular dengan jumlah penderita

tertinggi adalah diabetes melitus. Diabetes melitus merupakan penyebab

utama kecacatan dan kematian setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker

(Perkenni, 2015).
Diabetes melitus (DM) menjadi salah satu jenis penyakit yang mengalami

peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Internasional of

Diabetic Ferderation (IDF, 2017) mengatakan tingkat prevalensi global

penderita DM pada usia 20-79 tahun pada tahun 2017 sebanyak 8,8% dari

total penduduk dunia dan diprediksi terjadi peningkatan menjadi 9,9% pada

tahun 2045. Angka penderita DM di Asia pada tahun 2017 sebanyak 82 juta

dan juga akan terus meningkat dan diprediksi akan mencapai angka 15 juta

penderita pada tahun 2045, sementara kejadian DM di Indonesia pada tahun

2014 mencapai 9,1 juta dan diprediksi menjadi 14,1 juta pada tahun 2035

(Perkenni, 2015), angka kejadian diabetes melitus di Provinsi Lampung pada

penduduk usia umur ≥ 15 tahun sebesar 0,7% tahun 2013 dan menjadi 1,6%

pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).

Survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di UPT Puskesmas Gading

Rejo didapatkan hasil bahwa diebetes melitus menempati urutan ke-4 dari 10

besar penyebab kunjungan di Puskesmas Gading Rejo. Data penderita diabetes

melitus yang melakukan pengobatan pada tahun 2017 sebanyak 564 dari

12.900 (4,37%) kunjungan dan pada tahun 2018 sebanyak 589 dari 12.100

(4,86%) kunjungan, sementara jumlah pasien yang terdaftar menderita

diabetes melitus tipe 2 pada periode bulan Januari sampai Maret 2019

sebanyak 65 pasien. Hasil wawancara dengan petugas kesehatan Puskesmas

Gading Rejo diketahui bahwa penderita diabetes melitus di wilayah

Puskesmas Gading Rejo rutin datang 1 bulan atau 2 bulan sekali untuk

melakukan pemeriksaan gula darah. Wawancara yang dilakukan peneliti juga


didapatkan program senam diabetes melitus telah dilakukan sejak tahun 2016,

namun observasi dan evaluasi pengaruh senam terhadap Kadar gula darah

pada pasien diabetes melitus tipe 2 belum dilakukan.

DM merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau

penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Diabetes melitus dapat

dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu DM tipe I atau DM tergantuing insulin

(IDDM) dan DM tipe II atau DM tidak tergantung insulin yang merupakan

DM yang banyak ditemui. DM tipe 2 merupakan DM yang ditemukan

sebanyak 90 hingga 95% dari keseluruhan kejadian DM di seluruh dunia

(Guyton & Hall, 2014).

DM tipe II awalnya disebabkan oleh penurunan sensitifitas jaringan terhadap

efek insulin atau sering kali disebut resisten insulin. Resistensi insulin dapat

disebabkan karena berabagi faktor seperti obesitas, kelebihan glukokortikoid,

kelebihan hormon pertumbuhan, kehamilan atau diabetes gestasional.

Meskipun DM tipe II dapat disebabkan berbagai faktor namun obesitas diduga

menjadi faktor paling sering menjadi penyebab munculnya DM tipe II.

Seseorang yang memiliki kelebihan berat badan akan atau memiliki timbunan

lemak visera, akan beresiko lebih tinggi mengalami DM tipe II (Guyton &

Hall, 2014).

DM tipe II akan menimbulkan berbagai dampak bagi seluruh tubuh.

Komplikasi yang dapat timbul pada penderita DM tipe II meliputi hilangnya


glukosa darah dalam urine, dehidrasi, kerusakan jaringan, peningkatan

penggunaan lemak, asidosis metabolik dan kehilangan protein. Pasien DM tipe

II yang tidak mendapatkan penanganan lebih lanjut akan mengalami

penurunan berat badan yang cepat dan astenia (kurangnya energi),

penanganan yang kurang tepat pada penderita DM tipe II akan menyebabkan

kehilangan jaringan tubuh dan berujung pada kematian (Guyton & Hall,

2014).

Kematian akibat diabetes melitus berkaitan erat dengan komplikasi yang

ditimbulkan akibat kadar gula yang tidak terkontrol. Pemahaman pasien

tentang penatalaksanaan Diabetes yang benar memiliki peranan yang besar

dalam menentukan penetalaksanaan pada pasien diabetes melitus.

Penatalaksanaan pada pasien diabetes melitus menurut Perkenni (2015) terdiri

dari 5 pilar utama yaitu edukasi, terapi nutrisi, jasmani, farmakologis dan

monitoring (Perkenni, 2015).

Kegiatan jasmani atau olah raga menjadi faktor penting dari 5 pilar

pengelolaan diabetes melitus tipe 2 adalah melakukan. Olahraga adalah

gerakan badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Berbagai hasil

penelitian yang ada menunjukkan hasil yang bervariasi terhadap efektivitas

olah raga bagi penderita DM (Budi & Nugrahini, 2011). Senam diabetes

merupakan aktifitas fisik yang dirancang berdasarkan usia dan status fisik dan

merupakan bagian dari pengobatan diabetes melitus. Latihan jasmani yang

berupa olah raga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah,

pembuluh kapiler lebih banyak terbuka sehingga lebih banyak tersedia


reseptor insulin dan reseptor menjadi akan lebih aktif yang akan berdampak

terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes (Persadia dalam

Rahim, dkk, 2015).

Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salindeho, Mulyadi &

Rottie (2016) dengan judul pengaruh senam diabetes melitus terhadap kadar

gula darah penderita diabetes melitus tipe 2 di sanggar senam Persadia

Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat

perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah dilaksanakan senam diabetes

melitus dengan nilai p-value sebesar 0,001. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Nugraha, Kusnadi & Subagja (2016) dengan judul Kadar Gula Darah Sebelum

dan Sesudah Melaksanakan Senam Diabetes pada Pasien Diabetes Melitus

Tipe II di Poliklinik penyakit dalam RSUD dr. Slamet Garut. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh senam diabetes terhadap kadar gula

darah pada pasien diabetes melitus dengan p-value sebesar 0,0005.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sharoh (2017) dengan judul pengaruh

senam diabetes terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes bmellitus

tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh senam diabetes terhadap

kadar gula darah pada pasien diabetes melitus dengan p-value sebesar 0,004.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Rehmaita, Mudatsir & Tahlil (2018)

dengan judul pengaruh senam diabetes dan jalan kaki terhadap penurunan

kadar gula darah pada pasien DM Tipe II Di Puskesmas Krueng Barona Jaya

Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan


terhadap penurungan kadar gula darah (KGD) pada pasien diabetes mellitus

type II akibat kegiatan senam diabetes dengan p-value 0.002. Penelitian lain

dilakukan oleh Sigal, dkk (2018) dengan judul aktifitas fisik dan Diabetes,

menunjukan bahwa aktifitas fisik yang dilakukan dapat menurunkan kadar

gula darah pasien diabetes.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

untuk mengetahui apakah ada pengaruh senam diabetes melitus terhadap kadar

gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gading

Rejo Tahun 2019”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah

“Adakah pengaruh senam diabetes melitus terhadap kadar gula darah pada

penderita diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gading Rejo Tahun

2019?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui pengaruh senam diabetes melitus terhadap kadar gula darah

pada penderita diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gading Rejo

Tahun 2019.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin,

pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja UPT Puskesmas

Gading Rejo 2019.


b. Diketahui mengetahui rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah

dilakukan senam diabetes melitus pada kelompok perlakuan

(intervensi) pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas

Gading Rejo 2019.

c. Diketahui rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan

senam diabetes melitus pada kelompok kontrol pada pasien diabetes

melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gading Rejo 2019.

d. Diketahui pengaruh senam diabetes melitus terhadap penurunan kadar

gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas

Gading Rejo Tahun 2019.

e. Diketahui perbedaan kadar gula darah kelompok intervensi dan

kelompok kontrol setalah dilakukan senam diabetes melitus pada

pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gading Rejo Tahun

2019

D. Ruang lingkup

1. Jenis penelitian : Quasi Experiment Semu


2. Obyek penelitian : Senam diabetes melitus dan Penurunan Kadar

gula darah

3. Subjek penelitian : Penderita Diabetes Melitus

4. Tempat penelitian : UPT Puskesmas Gading Rejo

5. Waktu penelitian : April sampai Mei 2019


E. Manfaat Penelitian

1. Bagi UPT Puskesmas Gading Rejo

Diharapkan dapat menjadi acuan bagi UPT Puskesmas Gading Rejo

tentang pentingnya aktifitas fisik yang dilakukan melalui senam diabetes

melitus sebagai pilar dasar penatalaksanaan diabetes melitus sebagai upaya

nyata menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diabetes melitus.

2. Bagi Stikes Muhammadiyah Pringsewu

Diharapkan dapat menjadi referensi serta bahan kajian dalam keperawatan

medikal bedah dan menjadi acuan dalam penyusunan pembelajaran pada

ilmu keperawatan khusunya pengendalian kadar gula darag pada pasien

diabetes melitus.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya

dalam mengembangkan penelitian dengan menggunakan variabel berbeda

seperti faktor-faktor lain yang dapat menurunkan kadar gula darah pada

pasien diabetes melitus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetus Mellitus

1. Pengertian

DM merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi

insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin dengan

karaktersitik hiperglikemia (Guyton & Hall, 2014; Perkenni, 2015).

2. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut Perkenni (2015) dapat

dikategorikan sebagai berikut:

a. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi

karena kerusakan sel β (beta). Canadian Diabetes Association (CDA)

2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena

proses autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti.

Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih

sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik

di negara maju maupun di negara berkembang.

b. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa. Seringkali diabetes

tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah

komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari


penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat

dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan

kurangnya aktivitas fisik.

c. Diabetes gestational

Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis

selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia

(kadar glukosa darah di atas normal). Wanita dengan diabetes

gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan

dan saat melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih

tinggi di masa depan.

d. Tipe diabetes lainnya

Diabetes mellitus tipe lain khusus merupakan diabetes yang terjadi

karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan

mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga

mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur

sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat

mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom

chusing, akromegali dan sindrom genetik.

3. Etiologi

Etiologi Diabetus mellitus adalah :

a. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)

1) Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi

mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah


terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan

pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human

Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun

lainnya (Corwin, 2009).

2) Faktor imunologi :

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.

Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada

jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing

(Corwin, 2009).

3) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,

sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau

toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat

menimbulkan destuksi sel β pancreas (Corwin, 2009).

b. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Menurut (Corwin, 2009) secara pasti penyebab dari DM tipe II ini

belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam

proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya

mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan


dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya

tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.

Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor

permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang

meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien

dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan

reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat

reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi

penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan

system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan

dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi

pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk

mempertahankan euglikemia. Diabetes Mellitus tipe II disebut juga

Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu

kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,

terutama dijumpai pada orang dewasa tetapi terkadang dapat timbul

pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe II :

1) Usia

Menurut Internasional Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2014

jumah tertinggi penderita diabetes mellitus ditemukan pada usia


diatas 40-59 tahun (sebanyak 166 juta jiwa). Resistensi insulin

cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena

diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah

baya, American Heart Association (AHA). Meningkatnya risiko

DM seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya

penurunan fungsi fisiologis tubuh.

2) Jenis Kelamin

Fluktuasi hormonal membuat distribusi lemak menjadi mudah

terakumulasi di dalam tubuh sehingga indeks massa tubuh (IMT)

meningkat dengan persentase lemak yang lebih tinggi (20-25% dari

berat badan total) dengan kadar LDL wanita yang tinggi

dibandingkan dengan laki-laki (jumlah lemak berkisar 15-20% dari

berat badan total) dan terdapat perbedaan dalam melakukan

aktivitas dan gaya hidup sehari-hari menjadi salah satu faktor

resiko terjadinya penyakit Diabetes Melitus. Kondisi tersebut

mengakibatkan penurunan sensitifitas terhadap kerja insulin pada

otot dan hati sehingga perempuan memiliki faktor risiko sebanyak

3-7 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki yaitu 2-3 kali terhadap

kejadian DM (Jelantik & Haryati, 2013).


3) Obesitas

Resiko yang bisa dialami oleh seseorang yang menderita obesitas

adalah penyakit diabetes tipe II. Pada penderita obesitas, insulin

yang dihasilkan oleh pankreas terganggu oleh komplikasi-

komplikasi obesitas sehingga tidak dapat bekerja maksimal untuk

membantu sel-sel menyerap glukosa. Karena kerja insulin menjadi

tidak efektif maka pankreas terus berusaha untuk menghasilkan

insulin lebih banyak yang akibatnya kemampuan pankreas semakin

berkurang untuk menghasilkan insulin (Corwin, 2009).

4) Riwayat keluarga

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tetapi mewarisi suatu

presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya

diabetes.Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang

memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.

HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas

antigen tranplantasi dan proses imun lainnya (Corwin, 2009).

5) Kelompok etnik

Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam,

penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009). Orang-orang Asia

Selatan, Afrika, Afrika-Karibia, Polinesia, dan Timur Tengah

keturunan Amerika dan India yang lebih besar beresiko


diabetes mellitus tipe 2, dibandingkan dengan penduduk kulit putih

(Corwin, 2009).

6) Aktifitas Fisik

Penyerapan glukosa oleh jaringan tubuh pada saat istirahat

membutuhkan insulin, sedangkan pada otot yang aktif tidak disertai

kenaikan kadar insulin walaupun kebutuan glukosa meningkat.

Ketika seseorang beraktivitas fisik, terjadi peningkatan kepekaan

reseptor insulin di otot yang aktif. Masalah utama yang terjadi pada

diabetes melitus tipe 2 adalah terjadinya resistensi insulin yang

menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Saat

seseorang melakukan aktivitas fisik, akan terjadi kontraksi otot

yang pada akhirnya akan mempermudah glukosa masuk ke dalam

sel. Hal tersebut berarti saat seseorang beraktivitas fisik, akan

menurunkan resistensi insulin dan pada akhirnya akan menurunkan

kadar gula darah (Ilyas, 2011).

4. Patofisiologi

Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas

telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2

Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih

berat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel

beta, organ lain seperti: jaringan lemak (meningkatnya lipolisis),

gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha pancreas


(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak

(resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan

terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2. Delapan organ

penting dalam gangguan toleransi glukosa ini (ominous octet) penting

dipahami karena dasar patofisiologi ini memberikan konsep tentang:

a. Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan patogenesis,

bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja

b. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas kinerja obat

pada gangguan multipel dari patofisiologi DM tipe 2.

c. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau

memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang sudah terjadi

pada penyandang gangguan toleransi glukosa.

Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal

(omnious octet) berikut :

a. Kegagalan sel beta pancreas

Ketika diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat

berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah

sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor.

b. Liver

Ketiak penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan

memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan

basal oleh liver (HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat


yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan proses

gluconeogenesis.

c. Otot

Penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang

multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin

sehingga timbul gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan

sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja

di jalur ini adalah metformin, dan tiazolidindion.

d. Sel lemak

Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,

menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak

bebas (FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan

merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi

insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin.

Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity.

Obat yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.

e. Usus

Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar

dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai

efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like

polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent insulinotrophic

polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada

penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap


GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh keberadaan

ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit.

f. Sel Alpha Pancreas

Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam

hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam

sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma

akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan HGP dalam keadaan

basal meningkat secara signifikan dibanding individu yang normal.

Obat yang menghambat sekresi glukagon atau menghambat reseptor

glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP- 4 inhibitor dan amylin.

g. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis

DM tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari.

Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali

melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co- Transporter) pada bagian

convulated tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan di absorbsi

melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden, sehingga

akhirnya tidak ada glukosa dalam urine.

h. Otak

Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu

yang obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan

hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme kompensasi dari


resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru meningkat

akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang

bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin

(Perkenni, 2015).

5. Manifestasi klinis

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM

diantaranya :

a. Pengeluaran urin (Poliuria)

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam

meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM

dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak

sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya

melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada

malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (Perkenni,

2011).

b. Timbul rasa haus (Polidipsia)

Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar

glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk

meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).

c. Timbul rasa lapar (Polifagia)

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan

karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa

dalam darah cukup tinggi (Perkenni, 2011).

d. Peyusutan berat badan


Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh

terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi

(Subekti, 2009).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan diabetes

melitus menurut Guyton & Hall (2014) adalah sebagai berikut:

a. Glukosa Urine

Secara umum jumlah glukosa yang dikeluarkan melalui urine orang

sukar dihitung, sedangkan pada kasus diabetes, glukosa yang

dilepasakan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak sekali, sesuai

dengan berat penyakitnya dan asupan karbohidratnya

b. Kadar Glukosa darah puasa dan kadar insulin

Kadar glukosa darah puasa pada saat pagi hari, normalnya adalah 80

sampai 90mg/100 ml dan 110 mg/100 ml dipertimbangkan sebagai

batas atas kadar glukosa normal. Kadar glukosa darah puasa diatas

nilai iin, sering kali menunjukan adanya penyakit diabetes melitus atau

setidaknya resistensi insulin.

Tabel 2.1
Gambaran klinis pasien dengan diabetes melitus tipe II
Gambaran Diabetes melitus tipe II
Usia onset Biasanya >30 tahun
Massa Tubuh Obese
Insulin Plasma Normal hingga tinggi pada awalnya
Glukagon Plasma Tinggi tidak dapat ditekan
Glukosa Plasma Meningkat
Sensitifitas Insulin Menurun
Terapi Penurunan berat badan, tiazolidinedion,
metformin, sulfonilurea, insulin
c. Tes Toleransi Insulin

Pasien yang menderita diabetes melitus, konsentrasi glukosa darah

puasa hampir selalu di atas 110 mg/100 ml dan sering di atas 140

mg/100 ml. Selain itu, uji tolerasni glukosa hampir selalu abnormal.

Saat mencerna glukosa, orang-orang ini memperlihatkan peningkatan

kadar glukosa darah jauh lebih besar dari pada peningkatan yang

normal.

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM

digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi

glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

a. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa

plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa

plasma 2-jam <140 mg/dl.

b. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa

plasma 2 -jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma

puasa <100 mg/dl.

c. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT

d. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.

7. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Menurut (Soelistijo, Novida et al. 2015) penatalaksanaan diabetes melitus

dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan
aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti

hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Penatalaksanaan pada pasien

Diabetes melitus terdiri dari 5 pilar utama yaitu edukasi, terapi nutrisi,

jasmani, farmakologis dan Monitoring.

a. Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan

sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang

sangat penting dari pengelolaan Diabetes Mellitus secara

holistik.Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan

materi edukasi tingkat lanjutan (Perkenni, 2015).

b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DMT2 secara

komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara

menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi,petugas kesehatan yang

lain serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM

sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penyandang

Diabetes Mellitus. Prinsip pengaturan makan pada penyandang

Diabetes Mellitus hampir sama dengan anjuran makan untuk

masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan

kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang

Diabetes Mellitus perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya

keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,

terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan

sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri (Perkenni, 2015).


c. Jasmani

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2

apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari

dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali

perminggu selama sekitar 30-45menit, dengan total 150 menit

perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.

Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum

latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus

mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL

dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau

aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun

dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk

menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali

glukosa darah (Perkenni, 2015).

Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani dengan

intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan

cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung

maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia

pasien. Penderita Diabetes Mellitus tanpa kontraindikasi (contoh:

osteoartritis, hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati, nefropati)

dianjurkan juga melakukan resistance training (latihan beban) 2-3

kali/perminggu sesuai dengan petunjuk dokter.


d. Farmakologi

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan

latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari

obat oral dan bentuk suntikan.

1) Obat Anti Hiperglikemia Oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat anti hiperglikemia dibagi menjadi

5 golongan yaitu :

a) Pemacu Sekresi Insulin

Obat pemacu sekresi insulin meliputi sulfonylurea adalah obat

golongan ini mempunyai efek untuk meningkatkan sekresi

insulin ke pankreas, glinid merupakan obat yang kerjanya sama

dengan obat sulfonilurea dapat melakukan respon penekanan

pada peningkatan insulin fase pertama. Obat ini diabsorpsi

dengan cepat dengan pemberian secara oral dan di sekresi

dengan cepat oleh hati, obat ini dapat mengatasi hiperglikemia

post prandial (Perkenni, 2015).

b) Peningkatan Sensitivitas Terhadap Insulin

Metformin mempunyai efek untuk mengurangi produksi

glukosa hati dan memperbaiki glukosa dijaringan perifer. Pada

pasien DM yang mengalami gangguan fungsi ginjal dosisnya

diturunkan 30-60 ml/menit/1,73 m². Metformin tidak boleh

diberikan pada beberapa keadaan seperti adanya gangguan hati

berat, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hiposemia


seperti penyakit serebrovaskular, sepsis, PPOK. Efek samping

berupa gangguan saluran pecernaan seperti dyspepsia

(PERKENI, 2016).

c) Penghambat Absorpsi Glukosa di Saluran Pencernaan

Obat Penghambat Alfa Glukosidase, jenis obat ini bekerja

dengan memperlambat glukosa darah dalam usus halus

sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah

seseudah makan. Efek samping obat yang timbul berupa

bloating (penumpukan gas dalam usus) sehingga sering

menimbulkan flaktus (PERKENI, 2016).

d) Penghambat DPP-IV( Dipeptidyl Peptidase-IV)

Obat golongan ini bekerja dengan menghambat kinerja enzim

DPP-IV sehingga GLP-I tetap dalam konsentrasi yang tinggi

dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-I untuk meningkatkan

sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon yang bergantung

pada kadar glukosa darah. Contoh obat golongan ini adalah

Sitagliptin dan Linagliptin (PERKENI, 2016).

e) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucocase ).

Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan jenis obat

diabetes oral jenis baru yang menghambat penyerapan kembali

glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara menghambat kinerja

transporter glukosa SGLT-2. Obat yang termasuk dalam


golongan ini adalah Canagliflozin, Dapagliflozin, Dapagliflozin

(Perkenni, 2015).

2) Obat Anti Hiperglikemia Suntik

a) Insulin

Insulin diberikan dalam keadaan penurunan berat badan dengan

cepat, stress berat, hiperglikemia berat disertai ketosis. Efek

samping pada terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemi,

reaksi alergi terhadap insulin (Perkenni, 2015).

b) Agonis GLP-1

Bekerja di sel beta sehingga terjadi peningkatan pelepasan

insulin, mempunyai efek menurunkan berat badan,

menghambat pelepasan glukagon dan menghambat nafsu

makan (Perkenni, 2015).

e. Monitoring Kadar Gula Darah

Pada praktek sehari-hari, hasil pengobatan diabetes melitus tipe 2

harus dipantau secara terencana dengan melakukan anamnesis,

pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang

dapat dilakukan adalah:

1) Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah.

Tujuan pemeriksaan glukosa darah:

a) Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai

b) Melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai sasaran

terapi
2) Pemeriksaan HbA1C

Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai

glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkatsebagai

HbA1C), merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek

perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya.Untuk melihat hasil

terapi dan rencana perubahan terapi,HbA1c diperiksa setiap 3

bulan atau tiap bulan pada keadaan HbA1c yang sangat tinggi (>

10%).

3) Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)

Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan

menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak didapatkan alat

pengukur kadar glukosa darah dengan menggunakan reagen kering

yang sederhana.

4) Glycated Albumin (GA)

Berdasarkan rekomendasi yang telah ada,monitor hasil strategi

terapi dan perkiraan prognostik diabetes saat ini sangat didasarkan

kepada hasil dua riwayat pemeriksaan yaitu glukosaplasma

(kapiler) dan HbA1C. Kedua pemeriksaan ini memiliki kekurangan

dan keterbatasan. HbA1C mempunyai keterbatasan pada berbagai

keadaan yang mempengaruhi umur sel darah merah. Saat ini

terdapat cara lain seperti pemeriksaan Glycated Albumin yang

dapat dipergunakan dalam monitoring.


Prosedur Pemantauan menurut Perkenni (2015) dapat dilakukan

dengan rincian sebagai berikut :

1) Tergantung dari tujuan pemeriksaan tes dilakukan pada waktu :

a) Sebelum makan

b) 2 jam sesudah makan

c) Sebelum tidur malam

2) Pasien dengan kendali buruk/tidak stabil dilakukan tes setiap hari

3) Pasien dengan kendali baik/stabil sebaiknya tes tetap dilakukan

secara rutin. Pemantauan dapat lebih jarang (minggu sampai bulan)

apabila pasien terkontrol baik secara konsisten

4) Pemantauan glukosa darah pada pasien yang mendapat terapi

insulin, ditujukan juga untuk penyesuaian dosis insulin dan

memantau timbulnya hipoglikemia.

5) Tes lebih sering dilakukan pada pasien yang melakukan aktivitas

tinggi, pada keadaan krisis, atau pada pasien yang sulit mencapai

target terapi (selalu tinggi, atau sering mengalami hipoglikemia),

juga pada saat perubahan dosis terapi

B. Kadar Gula Darah

1. Pengertian

Kadar gula darah merupakan sejumlah glukosa yang terdapat didalam

plasma darah (Dorland, 2010). Pemantauan kadar gula darah sangat

dibutuhkan dakam menegakkan sebuah diagnosa terutama untuk penyakit

diabetes melitus, kadar gula darah dapat diperiksa saat pasien sedang
dalam kondisi puasa atau bisa juga saat pasien datang untuk periksa,

dengnan hasil pemeriksaan, kadar glukosa darah sewaktu > 200mg/dl,

sedangkan untuk hasil kadar glukosa saat puasa >126 mg/dl (Waspadji,

2011).

Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa dalam

darah yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa yang dialirkan

melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel- sel tubuh. Umumnya

tingkat glukosa dalam darah bertahan pada batas-batas 4-8 mmol/L/hari

(70-150 mg/dl), kadar ini meningkat setelah makan dan biasanya berada

pada level terendah di pagi hari sebelum orang-orang mengkonsumsi

makanan (Mayes, 2009)

2. Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat

setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa

darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa

adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa darah biasanya kurang dari

120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang

mengandung glukosa maupun karbohidrat lainnya (Price & Wilson, 2013).

Kadar glukosa darah yang normal cenderung meningkat secara ringan

tetapi bertahap setelah usia 50 tahun, terutama pada orang- orang yang

tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar glukosa darah setelah makan atau

minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga


mencegah kenaikan kadar glukosa darah yang lebih lanjut dan

menyebabkan kadar glukosa darah menurun secara perlahan. Patokan-

patokan yang dipakai di Indonesia adalah (Perkeni, 2015):

a. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar glukosa darah.

Pada ketetapan terakhir yang dikeluarkan oleh WHO disepakati bahwa

angkanya tidak berubah dari ketetapan sebelumnya, yaitu:

Tabel 2.2
Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar glukosa darah (Sumber: Perkeni,
2015)
Metode Kadar Glukosa Darah
Pengukuran Normal DM IGT IFG
Glukosa darah < 6,1 mmol/L ≥7,0 mmol/L <7.0 mmol/L ≥7,0 mmol/L
Puasa (Fasting (<110 mg/dl) (≥126 mg/dl) (≤126 mg/dl) (≤10 mg/dl)
Glucose)
Glukosa darah 2 Nilai yang ≥11,1 ≥7,0 mmol/L <7,87,0
jam setelah sering dipakai mmol/L (≤200 mg/dl) mmol/L
makan (2- tidak spesifik (≥200 mg/dl) (<140 g/dl)
hglucose). ≥7,8 mmol/L Jika diukur
(<140 mg/dl)

3. Metode Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Macam-macam pemeriksaan glukosa darah menurut Perkenni (2015)

adalah sebagai berikut :

a. Glukosa darah sewaktu

Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang

hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi

tubuh orang tersebut.

b. Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan.

Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang

dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan


pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang

dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan.

C. Senam Diabetes Melitus

1. Pengertian

Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status

fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus. Ketika

seseorang melakukan latihan jasmani otot-otot tubuh, sistem jantung dan

sirkulasi darah serta pernafasan diaktifkan. Oleh sebab itu metabolisme

tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa harus

menyesuaikan diri. Otot-otot akan menggunakan asam lemak bebas dan

glukosa sebagaisumber tenaga atau energi. Bila latihan jasmani dimulai

glukosa yang berasal dari glikogen di otot-otot pada waktu latihan jasmani

mulai dipakai sebagai sumber tenaga (Persadia, 2010). Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Salindeho, Mulyadi & Rottie (2016),

penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah

sebelum dan sesudah dilaksanakan senam diabetes melitus.

2. Manfaat

Manfaat senam diabetes yaitu meningkatkan kepekaan insulin pada otot-

otot dan hati yang bisa menyebabkan penurunan pada dosis obat-obat

hipoglikemi oral atau insulin yang dibutuhkan orang tersebut, profil lipid

juga cendurung diperbaiki. Selain itu kadar kolestrol HDL yang sangat

membantu makin bertambah dan mungkin penurunan trigliserida sehingga

menurunkan resiko aterosklerosis. Diduga bahwa kurangnya olahraga


dapat mengakibatkan resiko langsung bagi perkembangan resistensi

terhadap insulin pada diabetes tipe 2, dan kemampuan fisik yang tetap

aktif selama hidup merupakan salah satu sarana bagi perlindungan dan

pencegahan penyakit.

Latihan jasmani pada diabetes mellitus tipe 2 berperan utama dalam

pengaturan kadar glukosa darah. Pada tipe ini produksi insulin umumnya

tidak terganggu terutama pada awal menyandang penyakit ini. Masalah

utama adalah kurangnya respon reseptor insulin terhadap insulin sehingga

insulin tidak dapat dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh kecuali otak. Otot

yang terkontraksi atau aktif tidak memerlukan insulin untuk memasukkan

glukosa ke dalam sel karena pada otot yang aktif sensitivitas reseptor

insulin meningkat. Oleh karena itu latihan jasmani pada diabetes mellitus

tipe 2 akan menyebabkan berkurangnya kebutuhan insulin eksogen. Selain

bermanfaat dalam mengontrol kadar glukosa darah, latihan jasmani pada

diabetes mellitus tipe 2 diharapkan dapat menurunkan berat badan dan ini

merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai, bahkan sebagian ahli

menganggap bahwa manfaat latihan jasmani bagi diabetes mellitus tipe 2

akan lebih jelas bila disertai dengan penurunan berat badan (McWright,

2008 dalam Nugraha, Kusnadi & Subagja, 2016). Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Nugraha, Kusnadi & Subagja (2016)

penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh senam diabetes

terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.


3. Keadaan Yang Perlu Diwaspadai Akibat Senam

Ada beberapa keadaan yang perlu diwaspadai akibat senam diabetes antara

lain berhubungan dengan metabolisme, gula darah malah meninggi dan

adanya ketosis, dan terjadinya hipoglikomi pada penderita yang mendapat

suntikan insulin atau minum obat oral anti diabetik. Berhubungan dengan

mikrovaskular, dapat terjadi perdarahan retina meningkatnya proteinuria,

dan perdarahan jaringan lunak setelah latihan.

Keadaan lain yang perlu diwaspadai yaitu berhubungan dengan sistem

kardiovaskular, dekompensasi jantung dan aritmia disebabkan oleh PJK,

tekanan darah meningkat dalam latihan, hipotensi orthostatik setelah

latihan Berhubungan dengan trauma, ulkus pada kaki, penyakit-penyakit

sendi terutama pada orang tua, trauma tulang dan otot sehubungan dengan

adanya neuropati, osteoporosis, dan osteoarthritis (Ilyas, 2010).

4. Tahapan dalam latihan senam diabetes

Menurut Ilyas (2010) ada beberapa tahapan (urutan kegiatan) dalam

melakukan senam diabetes yang harus diperhatikan setiap kali melakukan

kegiatan senam diabetes, tahapan-tahapan tersebut antara lain :

a. Peregangan (Streching)

Dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih

tegang dan lebih elastis.

b. Pemanasan (Warming Up)

Dilakukan sebelum melakukan latihan yang bertujuan untuk

mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan.


Selain itu pemanasan perlu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

cedera akibat olahraga lama. Pemanasan biasanya 5-10 menit.

c. Latihan inti (Conditioning)

Pada tahap ini heart rate diusahakan mencapai target heart rate (THR)

d. Pendinginan (Cooling Down)

Pendinginan adalah untuk mencegah terjadinya penimbunan asam

laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudah berolah

raga atau pusing karena darah masih terkumpul pada otot yang aktif.

Lama pendinginan kurang lebih 5-10 menit.

5. Langkah –langkah dalam Senam Diabetes

Dalam melaksanakan senam diabetes ada beberapa langkah yang harus

dilakukan, menurut Sumarni (2014) langkah-langkah tersebut antara lain:

a. Pemanasan 1

Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke atas seluruh bahu, kedua

tangan bertautan, lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di

depan tubuh. Fase ini dilaksanakan dengan selama 5 menit.

b. Pemanasan 2

Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus

bahu, kemudian gerakkan kedua jari seperti hendak meremas, lalu

buka lebar. Lakukan secara bergantian namun tangan di angkat ke

kanan kiri tubuh hingga lurus bahu. Fase ini dilaksanakan dengan

selama 5 menit.
c. Inti 1

Posisi tegap berdiri, kaki kanan maju selangkah ke depan, kaki kiri

tetap di tempat. Tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu,

sedangkan tangan kiri ditekuk sampai telapak tangan mendekati dada.

Lakukan secara bergantian. Gerakan inti 1 ini dilaksanakan dengan

selama 15 menit.

d. Inti 2

Posisi berdiri tegap, kaki kanan diangkat hingga paha dn betis

membentuk sudut 900. Kaki kiri tetap di tempat. Tangan kanan

diangkat kekanan tubuh selurus bahu, sedangkan tangan kanan ditekuk

hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.

Gerakan inti 2 ini dilaksanakan dengan selama 15 menit.

e. Pendinginan 1

Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus ke depan

selurus bahu, tangan kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara

bergantian. Fase ini dilaksanakan dengan selama 5 menit.

f. Pendinginan 2

Posisi kaki berbentuk huruf V terbalik, kedua tangan direntangkan ke

atas membentuk huruf V. Fase ini dilaksanakan dengan selama 5 menit

6. Pelaksanaan Senam Diabetes Melitus

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara secara

teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan
total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari

berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah

sebelum latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien

harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL

dianjurkan untuk menunda latihan jasmani (Perkenni, 2015).

D. Kerangka Teori

Kerangka Teori merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan

untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (amati) yang

berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo 2012). Kerangka

teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada sekama 2.1.

Skema 2.1
Kerangka Teori

DMTI

1.Genetik
2.Immunologi
3. Lingkungan Penatalaksanan Penurunan kadar
Diabetes Melitus gula darah
1. Edukasi

DMTII 2. Terapi Nutrisi Senam Diabetes


3. Jasmani
Melitus
1. Usia 4. Farmakologi (OAD)
5. Monitoring Gula
2. Jenis Kelamin Darah
3.Obesitas
4. Riwayat
Keluarga
5.Kelompok etnik

Sumber : (Corwin (2009), Perkenni (2015))


E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lainnya yang ingin di teliti (Notoatmodjo

2012). Berdasarkan kerangka teori di atas maka variabel penelitian adalah

sebagai berikut. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

dilihat pada sekama 2.2.

Skema 2.2
Kerangka Konsep
Senam Diabetes Penurunan Kadar
Melitus Gula Darah

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan, dugaan

atau dalil sementara yang akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo,

2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut : Ha:

Ada pengaruh senam Diabetes melitus terhadap penurunan kadar gula darah

pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gading Rejo Tahun

2019.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang

telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada

seluruh proses penelitian (Notoatmodjo, 2012) Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy eksperimen semu rancangan

penelitian yang dipergunakan untuk mencari hubungan sebab akibat,

eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen

sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau

dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Penelitian

ini dilakukan untuk mengatahui pengaruh senam diabetes melitus terhadap

penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT

Puskesmas Gading Rejo Tahun 2019

Skema Penelitian Eksperimen Semu dengan Rancangan


Nonequivalent Kontrol Group
Tidak dilakukan Random Alokasi

R1: 01 X1 O2

R
R2: 03 X0 O4

Keterangan:

R1 : Responden penelitian kelompok perlakuan

01 : Kadar gula darah sewaktu sebelum perlakuan dengan senam


diabetes melitus pada kelompok intervensi

X1 : Perlakuan senam diabetes melitus, diet, minum obat anti diabetes

2 :Kadar gula darah sewaktu setelah perlakuan dengan senam diabetes

melitus

3 :Kadar gula darah sewaktu sebelum perlakuan tanpa senam diabetes

melitus pada kelompok kontrol

X0 : Diet, minum obat anti diabetes tanpa senam diabetes melitus

4 :Kadar gula darah sewaktu setelah perlakuan tanpa senam diabetes

melitus pada kelompok kontrol

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara

satu orang dengan yang lainnya, dan di teliti dalam suatu penelitian yang

dikembangkan dari konsep atau teori dan hasil penelitian terdahulu (Dharma

2012). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas, dalam penelitian ini adalah penurunan kadar gula

darah sewaktu

2. Variable independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat

mempengaruhi variabel terikat, yang dalam penelitian ini adalah senam

diabetes melitus.
C. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adaalah karakteristik yang dapat diamati dari sesuatu

yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena itulah yang merupakan kunci

didefinisi operasional (Nursalam, 2012).

Skema 3.1
Definisi Operasional
No Variable Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
Operasional ukur
1 Senam Upaya Melakukan SOP 0 : Dilakukan Nominal
diabetes menggerakan tubuh senam diabetes Senam senam
melitus yang dilakukan melitus Diabetes diabetes
secara terus sebanyak 3 x melitus melitus
menerus yang dalam 1 1: Tidak
dilaksanakan minggu selama dilakukan
sebagai 2 minggu senam
penatalaksanan sesuai dengan diabetes
pada pasien SOP Senam melitus
diabetes melitus yg diabetes
terdiri dari melitus
pemanasan,
kegiatan inti dan
pendinginan selama
50 menit

2 Kadar Gula Pemeriksaan yang Glukometer Melakukan 0 : Hiperglikemia Rasio


darah dilakukan peneliti dan Stik pengukuran bila >200 mg/
sewaktu untuk mengetahui glukometer kadar gula dl
kadar gula darah darah 1: Tidak
sebelum dan sewaktu hiperglikemia
sesudah dilakukan <100 mg/dl
senam diabetes
melitus

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek dan subjek yang di teliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes

melitus tipe 2 yaitu semua penderita diabetes melitus tipe 2 yang ada di
kelompok prolanis selama 3 bulan terakhir di Puskesmas Gading Rejo

yaitu sebanyak 94 responden.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

yang dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

a. Kriteria Sampel

Kriteria responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Dharma 2012). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Pasien yang menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di wilayah

kerja UPT Puskesmas Gading Rejo.

b) Pasien penderita diabetes mellitus tipe 2 yang bersedia menjadi

responden

c) Pasien diabetes melitus dengan kadar GDS 100-250

2) Kriteria eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah karakteristik atau ciri-ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Dharma 2012).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah


a) Pasien diabetes melitus tipe I.

b) Pasien yang menderita Diabetes mellitus dengan komplikasi

seperti ulkus diabetikum, gagal ginjal kronik, gagal jantung,

stroke dll.

b. Besar Sampel

Untuk menetapkan jumlah sampel pada penelitian ini peneliti

menggunakan rumus Uji hipotesis beda dua mean kelompok dependen

dalam Dharma (2011) dengan jumlah sampel sebagai berikut:


2 2( 1− + 1− )2 2
=
2
( 1 − 2)

: Besar perkiraan sampel


: Standar normal deviasi untuk σ =1,96
Ket :
: Standar normal deviasi untuk β =0,84
n
1−
1−
1
2

: Nilai mean yang didapat dari literatur/pengelaman peneliti


: Beda mean yang dianggap bermakna antara kedua kelompok
1
− 2
2

: Standar deviasi dari beda mean dua kelompok menurut


literatur (164,50-145,13)
1
2 ( 12 − 22)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha, Kusnadi &

Subagja (2016) didapatkan SD sebelum intervensi sebesar 16 dan

setelah intervensi sebesar 10. Uji hipotesis menggunakan derajat

kemaknaan 5% (z 1-α) sebesar 1,96 dengan kekuatan uji 80% (z 1-β)

sebesar 0,842. Maka besar sampel minimal yang diperoleh dalam

penelitian ini adalah:


= 2.36(1,96 ×0,842)2

n (16−10)
2
= 72 (7,85)
565,2
36

= 36

= 15,7 dibulatkan menjadi 16 sampel

Berdasarkan rumus diatas maka sampel pada penelitian ini adalah 16

responden pada kelompok intervensi dan 16 responden pada kelompok

kontrol. Untuk mengantisipasi terjadinya drop out, responden

menambahkan 10 % dari jumlah keseluruhan sampel. Sehingga jumlah

sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 sampel yang terdiri dari 18

responden pada kelompok intervensi dan 18 responden pada kelompok

intervensi

c. Tekhnik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Consecutive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan

subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu (Nursalam, 2012).

.
E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di UPT Puskesmas Gading Rejo.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2019.


F. Etika Penelitian

Etika penelitian artinya hak subjek penelitian dan yang lainnya harus

dilindungi (Nursalam, 2012). Pada penelitian ilmu keperawatan hampir 90%

subjek yang digunakan adalah manusia maka peneliti harus memahami

prinsip-prinsip etika penelitian jika hal ini tidak dilakukan maka peneliti

dianggap melanggar hak-hak otonomi manusia yang kebetulan sebagai klien.

Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik. Secara umum dalam penelitian

atau pengumpulan data dibedakan menjadi 3 bagian yaitu : prinsip manfaat,

prinsip menghargai hak-hak subjek dan prinsip keadilan. (Nursalam, 2012).

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek jika akan menggunakan tindakan khusus. Dalam

penelitian ini peneliti memberikan intervensi berupa senam diabetes

melitus kepada responden kelompok intervensi.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian harus terhindar dari keadaan yang

tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya

dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan tidak akan

digunakan dalam hal – hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk

apapun.
c. Resiko (benefits ratio)

Peneliti harus hati – hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. 5Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination).

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

untuk memutuskan apakah mereka bersedia atau tidak menjadi subjek

dalam penelitian. Tanpa adanya sanksi apapun. Peneliti tidak

melakukan paksaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian

jika responden tidak bersedia.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to foll disclosure) seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara

rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada

subjek

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan. Mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent

perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment).

Subjek harus dilakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Responden dalam penelitian ini memiliki hak untuk merahasiakan

identitas/tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality).

Responden dalam penelitian ini. Idenititas responden dalam penelitian ini

menggunakan inisial.

G. Instrument dan metode pengumpulan data

1. Instrumen

Instrumen penelitian adalah pengumpulan data dengan cara apapun dan

selalu di perlukan suatu alat (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah glukometer dan stick GDS, serta

SOP senam diabetes melitus (Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik

Indonesia, dalam Nurrahmawati, 2017).

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur benar-benar

mengukur apa yang di ukur (Notoatmojo, 2010). Uji validitas pada alat

ukur untuk penelitian telah dilakukan, didapatkan hasil glukometer

yang akan digunakan dalam penelitian ini dinyatakan telah terkalibrasi

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah uji untuk mengetahui ketepatan intrument

pengukuran dengan konsistensi. Data yang tidak reliable, tidak dapat


diproses lebih lanjut karena akan menghasilkan kesimpulan yang bias

pengujian reabilitas (Sugiono, 2010).

2. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu merupakan data yang

diperoleh langsung dari responden berupa kadar gula darah sebelum dan sesudah

dilakukan senam diabetes melitus. Peneliti dalam penelitian ini membagi

responden menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

H. Metode pengolahan Data

1. Metode pengolahan

Metode pengolahan data merupakan penelitian kuntitatif dilakukan dengan

uji statistic. Uji statistic adalah ilmu yang mempelajari tentang segala

sesuatu yang terkait dengan data (Dharma, 2012)

Pengolahan data dengan menggunakan computer melalui tahap demi

tahapan sebagai berikut :

a. Editing

Peneliti mengecek hasil pengukuran yang dilakukan, serta kelengkapan

data sebelum dilakukan pengolahan data.

b. Coding

Selanjutnya peneliti melakukan pengkodingan data, pengkodingan data

yang dilakukan dalam penelitian ini pada variabel dependen penurunan

kadar gula darah dengan kode : 0 bila kadar GDS >200 dan kode :1

bila kadar GDS <100, sedangkan untuk variabel independen senam


diabetes melitus kode 0 : dilakukan senam diabetes melitus, kode 1

tidak dilakukan senam diabetes melitus.

c. Entry Data

Setelah semua data selesai sampai pengkodingan, selanjutnya peneliti

melakukan entry data untuk dianalisis. Seluruh data dari lembar

observasi dan pengamatan langsung yaitu berupa pengukuran kadar

gula darah sebelum dan sesudah dilakukan senam diabetes melitus di-

entry kedalam komputer menggunakan program spss 20.

d. Cleaning

Peneliti melakukan pengecekan ulang dan pembersihan data-data

sebelum pengolahan lebih lanjut untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan dalam memberikan kode, membaca kode maupun kesalahan

pada saat entry data sehingga data dapat dianalisis.

I. Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian (Notoatmojo, 2012). Terdapat dua variabel dependen

dalam penelitian ini yaitu penurunan kadar gula darah dan senam diabetes

melitus, adapun karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin,

pekerjaan,pendidikan dan penurunan rata-rata kadar gula darah sebelum

dan sesudah dilakukan intervensi pada penderita diabetes melitus di

Puskesmas Gading Rejo Tahun 2019. Dalam penelitian ini, peneliti


mendeskripsikan karakteristik variabel menggunakan nilai mean untuk

variabel usia dan kadar gula darah pasien, sedangkan pada variabel jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan menggunakan persentase.

2. Analisis bivariat

Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo, 2012). Dalam penelitian ini,

sebelum melakukan analisis bivariat terlebih dahulu peneliti melakukan uji

normalitas data menggunakan syarat nilai Kolmogorov-Smirnov dan

setelah diketahui data normal. Selanjutnya peneliti melakukan analisis

bivariat yaitu menggunakan uji paired test, untuk mengetahui pengaruh

sebelum dan sesudah dilakukan senam diabetes melitus dengan

menggunakan derajat kemaknaan 95% atau dapat pula dengan

perbandingan p-value dengan nila a = 0.05. Sementara uji T-Independen

digunakan untuk mencari perbedaan rata-rata kadar gula darah pada pasien

kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

J. Jalannya Penelitian

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Langkah persiapan

a. Mengajukan judul penelitian kepada pembimbing skripsi serta prodi

S1 Keperawatan.

b. Mengajukan surat izin prasurvey pada institusi pendidikan STIKes

Muhamadiyah Pringsewu.
c. Melakukan prasurvey di Puskesmas Gading Rejo.

d. Melakukan pengumpulan jurnal, buku serta materi.

e. Melakukan pembuatan serta revisi proposal penelitian kepada

pembimbing skripsi.

f. Melakukan seminar proposal penelitian.

g. Melakukan perbaikan proposal penelitian.

h. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan STIKes Muhamadiyah Pringsewu Program Study S1

Keperawatan.

i. Menyerahkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian di

Puskesmas Gading Rejo.

2. Langkah pelaksanaan

a. Menyerahkan surat izin dan tanggal penelitian kepada Puskesmas

Gading Rejo Pringsewu.

b. Memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi serta menentukan

kelompok intervensi dan kelompok kontrol lalu menjelaskan tujuan

penelitian.

c. Memberikan lembar persetujuan menjadi responden

d. Memberikan pengarahan kepada responden tentang proses jalannya

penelitian

e. Peneliti melakukan pengukuran kadar gula darah sebelum di lakukan

perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.


f. Peneliti memberikan intervensi berupa senam diabetes melitus pada

kelompok intervensi dengan frekuensi 3 kali dalam 1 minggu selama 2

minggu.

g. Peneliti melakukan pengukuran gula darah responden sebelum

diberikan intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

sebelum dilakukan senam diabetes melitus.

h. Peneliti melakukan pengukuran kadar gula darah pada kelompok

intervensi 15 menit setelah selesai dilakukan senam diabetes melitus.

i. Peneliti melakukan pengukuran kadar gula darah pada kelompok

kelompok kontrol.

j. Meneliti kembali untuk kelengkapan data apakah sudah memenuhi

syarat pengisian.

k. Melakukan pengolahan data dan analisis data, hasil pengolahan dan

analisis data dirumuskan kesimpulan penelitian, kemudian data

disajikan dalam bentuk tabel.

l. Melakukan pengecekan kembali hasil penelitian

m. Melakukan perbaikan hasil penelitian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi penelitian

1. Gambaran Umum Wilayah

Puskesmas Gadingrejo merupakan salah satu Puskesmas induk di wilayah

Kecamatan Gadingrejo disamping Puskesmas Wates. Luas wilayah kerja

Puskesmas Gadingrejo 32,26 km² dengan batas wilayah :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sukoharjo

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kedondong

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah kerja Puskesmas Wates

Puskesmas Gadingrejo mempunyai 15 pekon sebagai wilayah kerja yaitu,

Pekon Gadingrejo Utara, Gadingrejo, Gadingrejo Timur, Wonodadi Utara,

Wonodadi, Wonosari, Tegalsari, Mataram, Kediri, Yogyakarta, Yogyakarta

Selatan, Klaten, Tulung Agung, Tambahrejo dan Tambahrejo Barat.

2. Letak Geografis

Puskesmas Gadingrejo terletak di Pekon Gadingrejo Utara, Kecamatan

Gadingrejo Letak Geografis wilayah Puskesmas Gadingrejo terletak pada

0 0 0 0
posisi 104 42’0’-105 8’0 Bujur Timur dan antara 5 8’0’-6 8’0 Lintang

Selatan.

52
3. Topogarfi dan Demografi

2
Puskesmas Gadingrejo memiliki Luas Wilayah 32,26 km dengan jumlah

pekon dan kelurahan sebanyak 15 dan jumlah penduduk 51.140 jiwa.

Ditahun 2017 jumlah penduduk sebanyak 51.047 jiwa, terdapat penurunan

jumlah penduduk sebanyak 93 jiwa dibanding dengan tahun 2016.

4. Sarana Pelayanan Kesehatan

Wilayah kerja UPT Puskesmas Gadingrejo memiliki sarana pelayanan kesehatan sebagai

berikut:

No Uraian Jumlah
1 Apotik 3
2 Praktek Dokter Perorangan 7
3 Rumah Bersalin 1
4 Balai Pengobatan 1
5 Rumah Sakit 1

5. Tenaga Kerja

Puskesmas Gadingrejo memiliki jumlah tenaga kerja dengan rincian sebagai berikut :

No Uraian Jumlah
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 1
3 Perawat 13
4 Bidan 33
5 Asisten Apoteker 1
6 Perawat Gigi 1
7 Tenaga Kesmas dan Kesehatan Lingkungan 3
8 Analis Kesehatan 1
9 Tenaga Penunjang Pendukung Kesehatan 2
Jumlah 59
B. Hasil Penelitian

1. Univariat

a. Usia

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di UPT Puskesmas
Gadingrejo Tahun 2019
Variabel Mean Median Min-max
Usia 54,97 54,00 44-67

Pada tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata usia responden di UPT

Puskesmas Gadingrejo adalah 54,97 tahun, median 54,00, usia termuda

responden adalah 44 tahun dan usia tertua responden adalah 67 tahun.

b. Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin di UPT
Puskesmas Gadingrejo Tahun 2019
Jenis kelamin Jumlah Responden Presentase (%)
Perempuan 32 88,9
Laki-laki 4 11,1
Jumlah 36 100

Pada tabel 4.2 diketahui bahwa jenis kelamin responden di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Gadingrejo sebagian besar berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 32 responden (88,9%).

c. Kadar Gula Darah Kelompok Intervensi


Tabel 4.3

Rata-rata gula darah pada kelompok intervensi pada pasien diabetes


melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gadingrejo 2019
Gula Darah Mean Std Deviation N
Sebelum Senam Diabetes 229,94 15,452 18
Sesudah Senam Diabetes 206,78 18,838 18
Pada tabel 4.3 diketahui bahwa rata-rata gula kadar darah pada

kelompok intervensi sebelum dilakukan senam diabetes melitus adalah

229,94 mg/dl dan rata-rata gula darah setelah dilakukan senam

diabates melitus adalah 206,94 mg/dl.

d. Kadar Gula Darah Kelompok Kontrol

Tabel 4.4
Rata-rata gula darah pada kelompok kontrol pada pasien diabetes
melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gadingrejo 2019
Gula Darah Mean Std Deviation N
Sebelum Minum Obat 230,22 19,637 18
Sesudah Minum Obat 227,11 19,208 18

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa rata-rata kadar gula darah pada

kelompok kontrol sebelum dilakukan senam diabetes melitus adalah

230,22 mg/dl dan rata-rata gula darah setelah dilakukan senam diabates

melitus adalah 227,11 mg/dl.

2. Bivariat

a. Pengaruh senam diabetes melitus terhadap penurunan kadar gula darah

Tabel 4.5
Pengaruh senam diabetes melitus terhadap penurunan kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gadingrejo
Tahun 2019
Senam Kelompok
Diabetes Intervensi (n=18) Kontrol (n=18)
Melitus Pre Post Test p-value Pre Test Pos Test p-value
Test
- Mean 229,94 206,78 0,000* 230,22 227,11 0,027*

- SD 15,45 18,838 19,637 19,208


- Min-Max 198-250178-238 189-250 185-247
- ∆ 23,16*** 3,11***
- ∆ 31,3****
- p-value 0,000**
Keterangan :
*) Paired Test
**) Uji T independen
***) Selisih pretest dengan postest
****) Selisih perlakuan dengan kontrol

Hasil uji paired test menunjukan nilai p-value sebesar 0,000 yang

berarti ada pengaruh senam diabetes melitus terhadap penurunan kadar

gula darah pada kelompok intervensi pasien diabetes melitus tipe 2 di

UPT Puskesmas Gadingrejo Tahun 2019. Hasil uji paired test

menunjukan nilai p-value sebesar 0,027 yang berarti ada pengaruh

intervensi terhadap penurunan kadar gula darah pada kelompok kontrol

pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gadingrejo

Tahun 2019.

Hasil uji statistik diketahui bahwa p-value yaitu 0,003, sehingga Ho

ditolak. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan kadar gula

darah kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan

senam diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT

Puskesmas Gadingrejo Tahun 2019.

C. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Usia

Analisa univariat dalam penelitian ini diketahui bahwa rata-rata usia

responden di UPT Puskesmas Gadingrejo adalah 54,97 tahun, median


54,00, usia termuda responden adalah 44 tahun dan usia tertua

responden adalah 67 tahun.

Usia memiliki peranan penting dalam munculnya berbagai penyakit

pada tubuh seseorang, hal ini disebabkan terjadinya penurunan

berbagai fungsi organ tubuh manusia. Manusia umumnya mengalami

penurunan fisiologis secara cepat pada usia 40 tahun. Salah satu

dampak penurunan fungsi organ tubuh akan berdampak pada

terganggunya fungsi endokrin pankreas dalam memperoduksi insulin.

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.

Diabetes biasanya dimulai pada saat seseorang lebih dari 30 Tahun dan

menjadi semakin umum dengan peningkatan usia (Corwin, 2009).

Sekitar 15% dari orang yang berusia lebih dari 70 Tahun menderita

DM Tipe 2. Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko

terkena diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah

baya, American Heart Association (AHA). Meningkatnya risiko DM

seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya

penurunan fungsi fisiologis tubuh (Perkenni, 2015).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaini & Ratnasari

(2018) yang melakukan penelitian dengan judul faktor risiko

mempengaruhi kejadian diabetes mellitus tipe dua. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa sebanyak 44 responden (83%) berusia ≥45 tahun

dan sebanyak 53 respondne (50%) menderita diabetes melitus tipe II.


Menurut pendapat peneliti faktor usia berperan dalam mempengaruhi

penurunan pada semua sistem tubuh, tidak terkecuali sistem endokrin.

Penambahan usia menyebabkan penurunan fungsi tubuh baik

kemampuan pankreas maupun kemampuan tubuh untuk menyerap gula

darah, sealnjutnya kondisi resistensi pada insulin yang berakibat tidak

stabilnya level gula darah sehingga banyaknya kejadian.

b. Jenis Kelamin

Analisa univariat dalam penelitian ini diketahui bahwa diketahui

bahwa jenis kelamin responden di Wilayah Kerja UPT Puskesmas

Gadingrejo sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak

32 responden (88,9%).

Perempuan memiliki resiko lebih tinggi mengalami Diabets Mellitus

dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan terjadinya

penurunan hormon estrogen terutama saat masa menopause (Taylor

(2010) dalam Meidikayanti dkk (2012)). Hormon estrogen dan

progesteron memiliki kemampuan untuk meningkatkan respons insulin

di dalam darah, hal ini membuat distribusi lemak menjadi mudah

terakumulasi di dalam tubuh sehingga indeks massa tubuh (IMT)

meningkat dengan persentase lemak yang lebih tinggi (20-25% dari

berat badan total) dengan kadar LDL wanita yang tinggi dibandingkan

dengan laki-laki (jumlah lemak berkisar 15-20% dari berat badan total)

dan terdapat perbedaan dalam melakukan aktivitas dan gaya hidup


sehari-hari menjadi salah satu faktor resiko terjadinya penyakit

Diabetes Melitus. Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan

sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati sehingga

perempuan memiliki faktor risiko sebanyak 3-7 kali lebih tinggi

dibandingkan laki-laki yaitu 2-3 kali terhadap kejadian DM (Jelantik &

Haryati, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Salindeho, Mulyadi & Rottie (2016) dengan judul pengaruh senam

diabetes melitus terhadap kadar gula darah penderita diabetes melitus

tipe 2 di Sanggar Senam Persadia Kabupaten Gorontalo. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 60 responden (53,3%).

Menurut pendapat peneliti selain faktor penurunan hormon ekstrogen

akibat menopause merupakan faktor utama yang menjadi penyebab

tingginya angka kejadian diabetes melitus pada perempuan. Penurunan

hormon ekstrogen akan menyebabkan terganggunya keseimbangan

kadar gula darah dan meningkatkan penyimpanan lemak, serta

progesteron yang berfungsi untuk menormalkan kadar gula darah dan

membantu menggunakan lemak sebagai energi. Selain faktor hormonal

perempuan yang memilki aktifitas lebih rendah dibandingkan laki-laki


c. Rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan

senam diabetes melitus pada kelompok intervensi

Analisa univariat dalam penelitian ini diketahui bahwa rata-rata gula

kadar darah pada kelompok intervensi sebelum dilakukan senam

diabetes melitus adalah 229,94 mg/dl dan rata-rata gula darah setelah

dilakukan senam diabates melitus adalah 206,94 mg/dl setelah

dilakukan intervensi senam diabetes melitus selama 2 minggu dengan

frekuensi 3 kali dalam 1 minggu.

Kadar gula darah dapat dipengaruhi beberapa faktor dominan salah

satunya adalah aktifitas fisik. Aktitifitas fisik merupakan salah satu

penatalaksnaan yang dapat dilakukan pasien diabetes melitus tipe II

juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas

insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan

jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik

seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan

jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran

jasmani. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau

bermalasmalasan (Corwin, 2009).

Penyerapan glukosa oleh jaringan tubuh pada saat istirahat

membutuhkan insulin, sedangkan pada otot yang aktif tidak disertai

kenaikan kadar insulin walaupun kebutuan glukosa meningkat. Hal ini

dikarenakan pada waktu seseorang beraktivitas fisik, terjadi


peningkatan kepekaan reseptor insulin di otot yang aktif. Masalah

utama yang terjadi pada diabetes melitus tipe 2 adalah terjadinya

resistensi insulin yang menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke

dalam sel. Saat seseorang melakukan aktivitas fisik, akan terjadi

kontraksi otot yang pada akhirnya akan mempermudah glukosa masuk

ke dalam sel. Hal tersebut berarti saat seseorang beraktivitas fisik, akan

menurunkan resistensi insulin dan pada akhirnya akan menurunkan

kadar gula darah (Ilyas, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widodo, Tamtomo & Prabandari (2016) yang melakukan penelitian

dengan judul hubungan aktifitas fisik, kepatuhan mengkonsumsi obat

anti diabetik dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus di

Fasyankes Primer Klaten. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

sebanyak 21 responden (55,3%) memiliki aktifitas fisik sedang. Hasil

penelitian juga menunjukan ada hubungan antara aktifitas fisik dengan

kadar gula darah dengan p-value sebesar 0,021.

Menurut pendapat peneliti aktivitas fisik merupakan kunci dalam

pengelolaan kadar gula darah pasien diabetes melitus terutama sebagai

pengontrol gula darah dan memperbaiki faktor resiko kardiovaskuler

seperti menurunkan hiperinsulinemia, meningkatkan sesnsitifitas

insulin, menurunkan lemak tubuh, serta menurunkan tekanan darah.


Aktifitas fisik yang dilakukan sesuai kondisi tubuh akan secara efektif

menurunkan kadar gula darah juga dapat munculnya diabetes melitus.

d. Rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi pada kelompok kontrol

Analisa univariat dalam penelitian ini diketahui bahwa rata-rata kadar

gula darah pada kelompok kontrol sebelum dilakukan senam diabetes

melitus adalah 230,22 mg/dl dan rata-rata gula darah setelah dilakukan

senam diabates melitus adalah 227,11 mg/dl.

Penurunan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe II

berkaitan erat dengan 5 pilar pentalaksanaan yang terdiri dari 5

edukasi, terapi nutrisi, jasmani, farmakologis dan Monitoring Obat.

Penderita diabetes melitus tipe II mengalami gangguan kinerja insulin

yang multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin

sehingga timbul gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan

sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Salah satu obat

yang bekerja di jalur ini adalah metformin. Metformin bekerja dengan

menekan proses gluconeogenesis, selain itu metformin mempunyai

efek untuk mengurangi produksi glukosa hati dan memperbaiki

glukosa dijaringan perifer (Perkenni, 2015).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widodo, Tamtomo & Prabandari (2016) yang melakukan penelitian

dengan judul hubungan aktifitas fisik, kepatuhan mengkonsumsi obat


anti diabetik dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus di

Fasyankes Primer Klaten. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

sebanyak 16 responden (42,1%) memiliki kepatuhan minum obat

Sedang. Hasil penelitian juga menunjukan ada hubungan antara

kepatuhan minum obat dengan dengan kadar gula darah dengan p-

value sebesar 0,006.

Menurut pendapat peneliti penatalaksanan farmakologis memiliki

peranan yang besar dalam mempengaruhi kadar gula darah penderita

diabetes melitus tipe II, hal ini juga ditunjukkan bahwa terdapat

penurunan kadar gula darah pada kelompok kontrol. Peneliti juga

berpendapat bahwa keberhasilan pengelolaan diabetes melitus dapat

dicapai melalui aktifitas fisik, dan diimbangi dengan kepatuhan

mengkonsumsi obat anti diabetik sebagai wujud dari intervensi

farmakologi.

2. Analisa Bivariat

a. Pengaruh senam diabetes melitus terhadap penurunan kadar gula

darah pada kelompok Intervensi

Analisa bivariat menggunakan uji paired test diketahui bahwa rata-rata

gula darah responden sebelum dilakukan senam diabetes melitus pada

kelompok intervensi adalah 229,94 dengan standar deviasi 3,642 dan

rata-rata gula darah responden setelah dilakukan senam diabetes

melitus pada kelompok intervensi adalah 206,78 dengan standar


deviasi 4,440. Hasil uji statistik menunjukan nilai p-value sebesar

0,000 yang berarti ada pengaruh senam diabetes melitus terhadap

penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT

Puskesmas Gadingrejo Tahun 2019.

Kadar gula darah merupakan sejumlah glukosa yang terdapat didalam

plasma darah. Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar

glukosa dalam darah yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh.

Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi

untuk sel- sel tubuh. Umumnya tingkat glukosa dalam darah

meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah di

pagi hari sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan (Dorland,

2010).

Kadar gula darah terutama pada pasien diabetes melitus tipe 2, selain

dipengaruhi oleh faktor konsumsi makanan yang dikonsumsi juga

berkaitan erat dengan aktifitas fisik. Pasien yang menderita diabetes

melitus cenderung mengalami gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin

atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin dengan

karaktersitik hiperglikemia (Guyton & Hall, 2014; Perkenni, 2015).

Aktivitas fisik yang dilakukan dalam bentuk jalan kaki, senam,

maupun aktifitas lain akan mengakibatkan peningkatan kepekaan

reseptor insulin di otot yang aktif. Masalah utama yang terjadi pada
diabetes melitus tipe 2 adalah terjadinya resistensi insulin yang

menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Saat seseorang

melakukan aktivitas fisik, akan terjadi kontraksi otot yang pada

akhirnya akan mempermudah glukosa masuk ke dalam sel. Hal

tersebut berarti saat seseorang beraktivitas fisik, akan menurunkan

resistensi insulin dan pada akhirnya akan menurunkan kadar gula darah

(Ilyas, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Salindeho, Mulyadi & Rottie (2016) dengan judul pengaruh senam

diabetes melitus terhadap kadar gula darah penderita diabetes melitus

tipe 2 di Sanggar Senam Persadia Kabupaten Gorontalo. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara senam

diabates melitus terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes

melitus tipe 2 dengan nilai p-value sebesar 0,001. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Rehmaita, Mudatsir & Tahlil (2016) yang melakukan

penelitian dengan judul pengaruh senam diabetes dan jalan kaki

terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien DM Tipe II di

Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh Besar. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara senam diabates melitus

terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan

nilai p-value sebesar 0,002.


Menurut pendapat peneliti aktivitas fisik yang dilakukan dalam bentuk

senam diabetes melitus dapat meningkatkan sensitifitas reseptor insulin

sehingga glukosa dapat diubah menjadi energi melalui metabolism,

sehingga dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes

melitus. Peningkatan penggunaan glukosa oleh otot akan meningkat

saat seseorang melakukan aktivitas fisik yang tinggi.

b. Pengaruh intervensi terhadap penurunan kadar gula darah pada

kelompok Kontrol

Hasil uji paired test diketahui bahwa rata-rata kadar gula darah

responden sebelum intervensi pada kelompok kontrol adalah 230,22

mg/dl dengan standar deviasi 19,637 dan rata-rata gula darah

responden setelah intervensi pada kelompok adalah 227,11 mg/dl.

Hasil analisa data juga menunjukan bahwa ada pengaruh intervensi

terhadap penurunan kadar gula darah pada kelompok kontrol pada

pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gadingrejo Tahun

2019 dengan nilai p-value sebesar 0,027.

Penatalaksanaan diabetes melitus yang benar memiliki peranan yang

besar dalam mengontrol kadar gula darah. Penatalaksanaan pasien

diabetes melitus terutama baik diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2

tidak terlepas dari 5 pilar utama yaitu edukasi, terapi nutrisi, jasmani,

farmakologis dan monitoring (Perkenni, 2015). Penderita diabetes

melitus tipe II cenderung mengalami gangguan kinerja insulin yang


multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga

timbul gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis

glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Salah satu obat yang

bekerja di jalur ini adalah metformin. Metformin bekerja dengan

menekan proses gluconeogenesis, selain itu metformin mempunyai

efek untuk mengurangi produksi glukosa hati dan memperbaiki

glukosa dijaringan perifer (Perkenni, 2015).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Salindeho, Mulyadi & Rottie (2016) dengan judul pengaruh senam

diabetes melitus terhadap kadar gula darah penderita diabetes melitus

tipe 2 di Sanggar Senam Persadia Kabupaten Gorontalo. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh senam diabetes

melitus terhadap kadar gual darah pada kelompok intervensi maupun

kelompok kontrol dengan nilai p-value sebesar 0,001.

Menurut pendapat peneliti penatalaksanan farmakologis yang

diberikan memiliki peranan dalam menurunkan kadar gula darah pada

kelompok kontrol dalam penelitian ini, yang ditunjukan dengan

adanaya penurunan kadar gula darah pada kelompok kontrol meskipun

tidak dilakukan senam diabetes melitus. Peneliti juga berpendapat

penatalaksanaan farmakologi yang baik serta melakukan aktifitas fisik

akan dapat mengontrol kadar gula darah lebih baik.


c. Perbedaan rata-rata kadar gula darah pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol

Hasil analisa bivariat diketahui rata-rata kadar gula darah pada

kelompok intervensi setelah dilakukan senam diabetes melitus adalah

206,78 dan rata-rata kadar gula darah pada kelompok kontrol adalah

227,11. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui ada perbedaan kadar

gula darah kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah

dilakukan senam diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2

di UPT Puskesmas Gadingrejo Tahun 2019 dengan p-value 0,003.

Senam diabetes merupakan aktifitas yang merupakan bagian dari

pengobatan diabetes mellitus yang disesuaikan dengan usia dan status

fisik pasien. Senam diabetes melitus merupakan salah satau

penatalaksanaan yang dapat secara efektif menurunkan kadar gula

darah pasien diabetes melitus. Senam diabetes melitus akan

menyebabkan peningkatan aktifitas otot-otot tubuh, sistem jantung dan

sirkulasi darah sehingga metabolisme tubuh, keseimbangan cairan dan

elektrolit serta asam basa harus menyesuaikan diri. Otot-otot tubuh

akan menggunakan asam lemak bebas dan glukosa sebagai sumber

tenaga atau energi. Bila latihan jasmani dimulai glukosa yang berasal

dari glikogen di otot-otot pada waktu latihan jasmani mulai dipakai

sebagai sumber tenaga (Persadia, 2010).


Senam diabetes mellitus berperan dalam pengaturan kadar glukosa

darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. Pasien diabetes melitus tipe

2 pada umumnya produksi insulin tidak terganggu terutama pada awal

menyandang penyakit ini. Masalah utama adalah kurangnya respon

reseptor insulin terhadap insulin sehingga insulin tidak dapat dapat

masuk ke dalam sel-sel tubuh kecuali otak. Otot yang terkontraksi atau

aktif tidak memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam

sel karena pada otot yang aktif sensitivitas reseptor insulin meningkat.

Oleh karena itu latihan jasmani pada diabetes mellitus tipe 2 akan

menyebabkan berkurangnya kebutuhan insulin eksogen. Selain

bermanfaat dalam mengontrol kadar glukosa darah, latihan jasmani

pada diabetes mellitus tipe 2 diharapkan dapat menurunkan berat

badan dan ini merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai, bahkan

sebagian ahli menganggap bahwa manfaat latihan jasmani bagi

diabetes mellitus tipe 2 akan lebih jelas bila disertai dengan penurunan

berat badan (McWright, dalam Nugraha, Kusnadi, & Subagja, 2016).

Senam diabetes juga dapat meningkatkan kepekaan insulin pada otot-

otot dan hati yang bisa menyebabkan penurunan pada dosis obat-obat

hipoglikemi oral atau insulin yang dibutuhkan orang tersebut, profil

lipid juga cendurung diperbaiki. Selain itu kadar kolestrol HDL yang

sangat membantu makin bertambah dan mungkin penurunan

trigliserida sehingga menurunkan resiko aterosklerosis. (McWright,

2008 dalam Nugrahini, 2010).


Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltiian yang dilakukan oleh

Nugraha, Kusnadi & Subagja (2016) dengan judul Kadar Gula Darah

Sebelum dan Sesudah Melaksanakan Senam Diabetes pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik penyakit dalam RSUD dr. Slamet

Garut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh

senam diabetes terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus

dengan p-value sebesar 0,005. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Sharoh (2017) dengan judul pengaruh senam diabetes terhadap kadar

gula darah pada penderita diabetes bmellitus tipe II di Wilayah Kerja

Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa terdapat pengaruh senam diabetes terhadap kadar

gula darah pada pasien diabetes melitus dengan p-value sebesar 0,004.

Menurut pendapat peneliti pada pasien diabetes melitus, latihan fisik

yang dilakukan dalam senam diabetes melitus merupakan program

yang sangat penting dalam mencegah pengontrolan gula darah dan

mencegah terjadinya komplikasi diabetik, latihan fiisk yang dilakukan

dalam bentuk berolah raga akan menyebabkan peningkatan konsumsi

glukosa oleh otot untuk bergerak secara aktif, dan glikogen dihati

digunakan untuk memenuhi glukosa dalam tubuh, sehingga kadar

glukosa darah tetap stabil atau menurun. Senam diabetes melitus yang

dilakukan secara teratur akan membuat peningkatan aliran ke otot

sehingga akan menurunkan tekanan pada otot yang selanjutnya akan


meningkatkan kebutuhan glukosa dalam jaringan otot. Meningkatnya

kebutuhan glukosa dalam jaringan otot akan mengurangi gangguan

metabolisme karbohidrat pada penderita diabetes melitus, sehingga

menurunkan kadar glukosanya. Selain itu senam diabetes melitus juga

dapat meningkatkan sensivitas insulin dan kontrol glikemi serta dapat

meningkatkan konsumsi oksigen dan energi, sehingga penggunaan

glukosa juga dapat digunakan dalam jumlah besar dengan tidak

membutuhkan sejumlah besar insulin.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Melihat hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang berjudul “Pengaruh

senam diabetes melitus terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes

melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gadingrejo Tahun 2019” maka dapat

disimpulkan :

1. Karakteristik responden, rata-rata usia responden adalah 54,97 tahun dan

sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 32

responden (88,9%).

2. Rata-rata gula darah pada kelompok intervensi sebelum dilakukan senam

diabetes melitus adalah 229,94 mg/dl dan rata-rata gula darah setelah

dilakukan senam diabates melitus adalah 206,94 mg/dl.

3. Rata-rata gula darah pada kelompok kontrol sebelum dilakukan senam

diabetes melitus adalah 230,22 mg/dl dan rata-rata gula darah setelah

dilakukan senam diabates melitus adalah 227,11 mg/dl.

4. Ada pengaruh senam diabetes melitus terhadap penurunan kadar gula

darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gadingrejo

Tahun 2019 dengan p-value sebesar 0,000.

5. Ada pengaruh intervensi terhadap penurunan kadar gula darah kelompok

kontrol pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gadingrejo

Tahun 2019 dengan p-value sebesar 0,027.

73
6. Ada perbedaan kadar gula darah kelompok intervensi dan kelompok

kontrol setelah dilakukan senam diabetes melitus pada pasien diabetes

melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gadingrejo Tahun 2019 dengan p-value

sebesar 0,003.

B. Saran

4. Bagi UPT Puskesmas Gadingrejo

Bagi UPT Puskesmas Gadingrejo diharapkan dapat melakukan evaluasi

terhadap pentingnya pelaksanaan senam diabetes pada kelompok prolanis

khususnya penderita diabetes melitus. Bagi UPT Puskesmas Gadingrejo

juga diharapkan untuk dapat melakukan pendidikan kesehatan kepada

masyarakat tentang pentinganya aktifitas fisik baik sebagai pencegahan

maupun penatalaksanaan pada pasien diabetes melitus.

5. Bagi STIKes Muhammadiyah Pringsewu

Bagi STIKes Muhammadiyah Pringsewu untuk dapat berperan aktif dalam

melakukan penyuluhan kesehatan dalam upaya meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya aktifitas fisik dalam mencegah terjadinya

diabetes melitus maupun menurunkan kadar gula darah pada penderita

diabetes melitus.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian

menggunakan faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar gula darah

responden, serta dapat menggunakan populasi penelitian yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association). 2014. Diagnosis and Classification of


Diabetes Melitus. Diabetes Care.
https://care.diabetesjournals.org/content/37/Supplement_1/S81. Diakses
pada 18 Desember 2018

American Hearth Assosiation. 2012. Allorerung. 2016. Hubungan antara umur,


jenis kelamin dan tingkat pendidikan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe
2 Di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado Tahun 2016. http:
http://medkesfkm.unsrat. ac.id/index.php/hubungan-antara-umur-jenis-
kelamin-dan-tingkat-pendidikan-dengan-kejadian-diabetes-melitus-tipe-2-di-
puskesmas-ranotana-weru-kota-manado-tahun-2016. Diakses pada 18
Desember 2018.

Budi, T,. & Nugrahini, F. 2011. Pengaruh Durasi Senam Diabetes Melitus Pada
Penderita Dm Tipe II. Jurnal Kesehatan.ttps://publikasiilmiah.ums.ac.id
/handle/11617/2943?show. Diakses pada 18 Desember 2018.

Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisologi edisi 3. Jakarta : EGC.

Dharma, K. K. 2012. Metodologi Penelitian Keperawatan 1 ed. J Timur. Jakarta :


Trans Info Media.

Dinkes Lampung. 2016. Profil Data Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2016.
www.depkes.go.id/.../profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2015/08_Lampung
_2015.pdf Diakses pada Novermber 2018

Dorland, W. A. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31 (Alih Bahasa : Albertus


Agung Mahode). Jakarta : EGC

Ermalena. 2017. Indikator Kesehatan SDGs di Indonesia. Http:ictoh-


tcscindonesia.com/.../Dra.-Ermalena-INDIKATOR-KESEHATAN. Diakses
pada 21 Desember 2018.

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta
: EGC

Ilyas, E. I., 2011. Olahraga bagi Diabetesi dalam: Soegondo, S., Soewondo, P.,
Subekti, I., Editor. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu bagi dokter
maupun edukator diabetes. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
IDF (International Diabetes Federation). 2015. IDF Diabetes Atlas Eighth Edition
2018. Dunia : IDF. https://www.idf.org › E-Library › Epidemiology &
research. Diakeses pada 6 Januari 2019

Irianto, K. 2015. Anatomi Fisiolgi Bandung, Alfabeta.


Isnaini & Ratnasari. 2018. Faktor risiko mempengaruhi kejadian diabetes mellitus
tipe dua. https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/jkk/.../550.
Diakes pada 24 Februari 2019

Jelantik, I.M.G., Haryati E., 2014. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin,
Kegemukan Dan Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di
Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. 8(1):39-44.
http://www.lpsdimataram.com/phocadownload/Februari-2014/7-hubungan
%20faktor%20risiko%20umur%20jenis%20kelamin%20kegemuk an-
jelantik%20%20haryati.pdf. Diakess pada 15 Maret 2019.

Kemenkes RI. 2015. "Kementerian Kesehatan RI; 2015 Jakarta." Rencana


Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang

Mayes. P. A. 2009. Sistesis, Transpor , dan Ekskresi Kolesterol. In: Murray. R.K,
Granner D.K dan Rodwell, V.W.Biokimia Harper. Edisis 27. Jakarta: EGC

Meidikayanti. 2012. Faktor dominan kejadian neuropati diabetik pada penderita


DM tipe 2. http:/ https://e-journal.unair.ac.id/ JBE/article/
viewFile /6663/4643. Diakses pada 13 Desember 2018.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT. Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT Rineka


Cipta.

Nugraha, A. Kusnadi, E. & Subagja. S. 2016. Kadar Gula Darah Sebelum dan
Sesudah Melaksanakan Senam Diabetes pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
II di Poliklinik penyakit dalam RSUD dr. Slamet Garut.
https://www.neliti.com/publications/96937/kadar-gula-darah-sebelum-dan-
sesudah-melaksanakan-senam-diabetes-pada-pasien. Diakeses pada 23 Maret
2019

Nugrahini, F. 2010. Pengaruh lama senam diabetes melitus (dm) terhadap


penurunan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe II.
http://eprints.ums.ac.id/10266/. Diakses pada 24 Februari 2019.
Nurrahmawati, D. 2017. Penerapan Latihan senam diabetes melitus untuk
menurunkan kadar gula darah pada keluarga yang mengalami DM Tipe 2 di
Desa Klopogodo RT 05 RW 01 Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen.
http://eprints.ums.ac.id/10266/. Diaskes pada 24 Maret 2019.

Nursalam. 2012. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan Cetakan


Pertama. Jakarta, Infomedika.

Perkenni. 2011. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia " PB


PERKENNI.

Perkenni. 2015. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia " PB


PERKENNI.

Permenkes. 2016. "Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39


Tahun 2016." Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga. Diakses pada Januari 2019.

Persadia, 2010. Awas! Diabetes Mengincar Kaum Muda.


http://indodiabetes.com/awas-diabetes-mengincar-kaum-muda.html. Diakses
pada 6 desember 2018.

Price, S. A. & Wilson, L. M. 2013. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Rahim. K. N. dkk. (2015). Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar


Gula Darah Sewaktu Pada Pasien dengan DM tipe II di Wilayah
Kerja Puskesmas Global Kec. Limboto Kab. Gorontalo.
http://eprints.ung.ac.id/12270/ Diakses pada 6 Desember 2018.

Rehmaita, Mudatsir & Tahlil, T. 2018. Pengaruh senam diabetes dan jalan kaki
terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien DM Tipe II Di
Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh Besar.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/view/10542. Diaksee pada 24
Februari 2019.

Riyanto, A. 2010. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta, Nuha


Medika.

Salindeho, A. Mulyadi. M & Rottie. J. 2016. Pengaruh senam diabetes melitus


terhadap kadar gula darah penderita diabetes melitus tipe 2 di sanggar
senam Persadia Kabupaten Gorontalo.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/10856. Diakses pada
16 Maret 2019.

Sharoh. S. 2017. Pengaruh senam diabetes terhadap kadar gula darah pada
penderita diabetes bmellitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1
Sleman Yogyakarta. http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:GuSZH1Wg7koJ:di gilib.unisayogya.ac.id/2612/1/NASKAH
%2520PUBLIKASI%2520Siti%25 20Mukhta
%2520Sharoh.pdf+&cd=2&hl=en&ct=clnk&gl=id. Diakses pada 24
Februari 2019.

Sigal, R. J. dkk. 2018. Aktifitas fisik dan Diabetes.


http://repository.lppm.unila.ac.id/2242/1/Raka-Novadlu-Cordita-1.pdf.
Diakses pada 24 Februari 2019.

Smeltzer, S. C. & Bare, G. B. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.

Soelistijo, S. A., et al. 2015. Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 Di Indonesia, PB.PERKENI.

Subekti. 2009. Karakteristik dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi di Desa


Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
Tahun 2006. Jurnal Makara Kesehatan, Volume 10, Nomor 2, Desember
2006 Jurnal Elektronik. http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:Tcp0Pc6i2GYJ:rep
ository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/dae6346e11a1e3d537b44478463070f1a36
a9cd1.pdf+&cd=2&hl=en&ct=clnk&gl=id. Diakes pada 20 Januari 2019.

Suharno. 2009. Latihan Jasmani dalam Pencegahan Penyakit Jantung Koroner.


Jakarta : Salemba Media.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,


dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sumarni, T., & Sundari, R. I. 2012. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Melitus
dengan Nilai ABI (Ankle Brachial Index) pada Pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Padamara Purbalingga. Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Harapan Bangsa Purwokerto.
ttps://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:oxbWP0O7AEAJ:h
ttps://www.neliti.com/publications/105018/pengaruh-senam-kaki-diabetes-
terhadap-nilai-ankle-brachial-index-pada-pasien-
dia+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id Diakses pada 18 Desember 2018

Ukhti. 2014. Hubungan Aktivitas Fisik dan Suku dengan Kejadian Diabetes
Melitus pada Pegawai Universitas Gadjah Mada.
etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod. Diakses 18 Desember 2018.
Waspadji, S. 2011. Diabetes Mellitus, Penyulit Kronik dan Komplikasinya. Dalam
: Soegondo, S., Soewondo,P., Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Widodo, C. Tamtomo, D. & Prabandari, A. N. 2016. Hubungan aktifitas fisik,


kepatuhan mengkonsumsi obat anti diabetik dengan kadar gula darah
pasien diabetes mellitus di Fasyankes Primer Klaten.
jurnal.unpad.ac.id/jsk_ikm/article/view/11237/0. Diakes pada 8 Januari 2019
LAMPIRAN
Lampiran 6

INFORMED CONSENT
(PENJELASAN TENTANG PENELITIAN)

Responden yang saya hormati, saya yang tertulis di bawah ini :

Nama : Angger Afrega

NPM : 142012017093P

Merupakan mahasiswa program studi S1 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu, akan melaksanakan penelitian dengan

judul. “Pengaruh senam diabetes melitus terhadap kadar gula darah pada penderita

diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Gading Rejo Tahun 2019”.

Responden dalam penelitian ini akan diminta untuk melakukan senam diabetes

melitus dan dilakukan pengukuran kadar gula darah. Hasil penelitian dapat

membawa manfaat untuk menekan angka kesakitan, kekambuhan dan kematian

akibat Diabetes melitus. Peneliti menjamin hasil penelitian ini tidak akan

menimbulkan dampak yang negatif bagi siapapun. Peneliti akan menjunjung

tinggi hak-hak responden yaitu :

1. Menyimpan seluruh kerahasiaan data yang diperoleh, baik dalam proses

pengumpulan data, pengolahan data, maupun penyajian hasil penelitian.

2. Menghargai keinginan saudara sebagai responden bila tidak ingin

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Demikian penjelasan secara singkat mengenai penelitian yang akan saya lakukan.
Atas kerjasama dan ketersediaan saudara menjadi responden dalam penelitian ini,

saya mengucapkan terimakasih.

Pringsewu, April 2019

Peneliti

Angger Afrega
Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Usia :

Alamat :

Setelah membaca dan mendapat penjelasan singkat mengenai penelitian ini, saya

mengerti dan memahami manfaat dan tujuan penelitian yang akan dilakukan

terkait dengan saya. Saya yakin bahwa peneliti menghargai serta menjunjung

tinggi hak-hak saya sebagai responden dan penelitian ini tidak akan berdampak

buruk bagi saya. Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini

akan membawa manfaat bagi penderita diabetes melitus khususnya di wilayah

saudara tinggal.

Dengan ini, maka saya menyatakan untuk bersediaberpartisipasi secara aktif

dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani lembar persetujuan ini.

Gading Rejo, .............2019

Responden,

.........................................
Lampiran 8

LEMBAR KUISIONER

A. Karakteristik responden
1. Kode Responden : Diisi oleh peneliti

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan


3. Umur : . . . . . . .Tahun
4. Tingkat Pendidikan : SD SMP SMA
Perguruan tinggi Tidak Sekolah

5. Pekerjaan : Tidak bekerja IRT

Buruh/Petani Wirasawasta

Pegawai Swasta PNS


Lampiran 9

LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN


KADAR GULADARAH SEWAKTU

HARI / TANGGAL
N NAMA JKUMUR
O

SESI 1 SESI 2 SESI 3


1

2
3

5
6

7
8

9
10
11

12

13

14

15
16

17

18
Lampiran 10

SATUAN ACARA PENGAJARAN SENAM DIABETES MELITUS

Oleh:
ANGGER AFREGA
NPM 142012017093P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
PRINGSEWU LAMPUNG
2019
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

SENAM DIABETES MELITUS

A. Topik

Pelaksanaan senam diabetes melitus pada penderita Diabetes Melitus tipe 2

B. Sasaran

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang berada di wilayah kerja UPT

Puskesmas Gading Rejo

C. Tujuan instruksional

1. Umum

Setelah dilakukan senam diabetes melitus, diharapkan kadar gula darah

pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dapat terkontrol, serta dapat

mempermudah proses perawatan.

2. Khusus

a. Membantu Membakar Kalori Dan Dapat Mengurangi Berat Badan.

b. Meningkatkan Jumlah Reseptor Pada Dinding Sel Tempat Insulin

Melekatkan Diri

c. Meningkatkan Kadar Kolesterol HDL Dan Mengurangi Kadar

Kolesterol LDL.

d. Membantu Melepaskan Kecemasan, Stres Dan Ketegangan Sehingga

Memberikan Rasa Sehat dan Bugar.


D. Indikasi

1. Klien diabetes mellitus dengan KGD lebih dari 70 mg/dL dan tidak

melebihi 300 mg/dL.

2. Tanda-tanda vital dalam keadaan normal.

E. Kontras Indikasi

1. Klien dengan gangguan metabolik berat.

2. Klien dengan kadar gula darah kurang dari 70 mg/dL atau lebih dari 300

mg/dL.

3. Klien dengan gangguan persendian

4. Klien dengan komplikasi serius (hipoglikemia, hiperglikemia, gagal ginjal

kronis, congestive heart failure (CHF).

5. Klien DM tipe 2 yang mengkonsumsi obat hipoglikemia sebelum senam.

6. Klien DM Tipe 2 yang dilarang melakukan olahraga oleh dokter.

7. Tempat pelaksanaan

UPT Puskesmas Gading Rejo Pringsewu

8. Metode

Metode yang digunakan adalah praktek.

9. Media

SOP
10. SOP Senam Diabetes Melitus

Tahap Kegiatan
Senam dengan gerakan ritmis yang dilakukan 3 kali
dalam seminggu selama 1 bulan dengan durasi latihan
30-60 menit dengan intensitas 60-80% nadi maksimum.

1. Pastikan identitas klien.


2. Observasi kondisi klien, pastikan klien siap untuk
melakukan senam.
Persiapan 3. Pastikan kemampuan klien melaksanakan senam.
4. Pastikan klien menggunakan alas kaki yang tepat.
Pasien
5. Beri penjelasan pada klien tentang senam diabetes
meliputi: pengertian, tujuan, manfaat, dan teknik
pelaksanaanya.
6. Persiapkan tempat senam yang tenang dan nyaman
Tahap Kerja 1. Beri salam pada klien
2. Jelaskan pada klien tentang senam diabetes meliputi:
manfaat dan lamanya senam yang akan di berikan
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
4. Siapkan peralatan yang diperlukan.
5. Lakukan pemeriksaan denyut nadi istirahat dengan cara
meletakkan 2 jari pada pergelangan tangan (jari
telunjuk dan jari tengah) dan rasakan denyutan nadi
radialis kemudian hitung denyutan selama 1 menit.
6. Gerakan pemanasan
a. Gerakan pertama 1x8
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke atas
selurus bahu. Kedua tangan bertautan. Lakukan
bergantian dengan posisi kedua tangan di depan
tubuh.
b. Gerakan kedua 1x8
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke depan
tubuh hingga lurus bahu. Kemudian, gerakkan
kedua jari tangan seperti hendak meremas. Lalu,
buka lebar. Lakukan secara bergantian, namun
tangan diangkat ke kanan-kiri tubuh hingga lurus
bahu.
7. Gerakan inti
a. Gerakan pertama 1x8
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan maju selangkah ke
depan. Kaki kiri tetap di tempat. Tangan kanan
diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan
tangan kiri ditekuk hingga telapak tangan
mendekati dada. Lakukan secara bergantian
b. Gerakan ke dua 1x8
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan diangkat hingga
paha dan betis bentuk sudut 90 derajat. Kaki kiri
tetap di tempat. Tangan kanan diangkat ke kanan
tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri ditekuk
hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan
secara bergantian.
8. Gerakan pendinginan
a. Gerakan pertama 1x 8
Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan
kiri lurus ke depan selurus bahu. Tangan kanan
ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.
b. Gerakan ke dua 1x8
Posisi kaki bentuk huruf V terbalik. Kedua tangan
direntangkan ke atas dengan membentuk huruf V
9. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
10. akhiri kegiatan dan berikan salam
Hasil Dokumentasikan tindakan:
1. Respon peserta selama kegiatan (respon subyektif dan
obyektif)
2. Tanggal dan waktu pelaksanaan kegiatan
3. Hasil evaluasi kegiatan
4. Nama dan paraf fasilitator
Hal yang 1. Perhatikan kondisi klien sebelum kegiatan.
perlu 2. Perhatikan kondisi klien selama kegiatan
diperhatikan a. Keadaan hipoglikemia dengan gejala yang timbul
seperti: keringat dingin,pucat, tampak lemah,
gemetar, akit kepala, palpitasi.
b. Keadaan hiperglikemia dengan gejala yang timbul
seperti: keletihan kronis,poliuri, polidipsi, nokturia,
somnolen, mengantuk, penurunan berat badan.
3. Perhatikan kondisi lingkungan untuk kenyamanan klien
dan kelengkapan media selama proses kegiatan untuk
kemudahan pemahaman.
4. Perhatikan alokasi waktu yang telah ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan bersama dan jadwal yang telah
ada.
11. Referensi

Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. 2010.


Petunjuk Pelaksanaan Senam Diabetes Mellitus. Kementrian
Pemuda dan Olahraga republik Indonesia dalam Nurrahmawati
(2017).
Lampiran 11

DATA MENTAH SPSS

Lembar Observasi
Usia
No Resp. Jenis kelamin (Tahun) Sebelum Sesudah Kelompok
Ny.
1 R Perempuan 54 246 238 Intervensi
2 Ny. S Perempuan 65 233 189 Intervensi
3 Ny. S Perempuan 52 198 190 Intervensi
Ny.
4 K Perempuan 48 250 189 Intervensi
5 Ny. S Perempuan 53 239 201 Intervensi
Ny.
6 R Perempuan 62 226 200 Intervensi
7 Ny. S Perempuan 67 247 197 Intervensi
Ny.
8 K Perempuan 60 230 178 Intervensi
9 Tn. S Laki-laki 56 220 192 Intervensi
10 Ny. S Perempuan 54 224 218 Intervensi
11 Ny. P Perempuan 61 219 213 Intervensi
12 Ny. L Perempuan 45 246 238 Intervensi
Ny.
13 D Perempuan 45 248 227 Intervensi
14 Tn. D Laki-laki 46 209 190 Intervensi
Ny.
15 R Perempuan 57 216 200 Intervensi
Ny.
16 M Perempuan 60 211 203 Intervensi
Ny.
17 M Perempuan 59 237 229 Intervensi
18 Ny. F Perempuan 64 240 230 Intervensi
Ny.
19 H Perempuan 66 199 197 Kontrol
20 Ny. S Perempuan 48 250 246 Kontrol
21 Tn. H Laki-laki 44 249 245 Kontrol
22 Ny. S Perempuan 58 233 220 Kontrol
23 Ny. S Perempuan 57 218 214 Kontrol
24 Ny. T Perempuan 54 189 185 Kontrol
Ny.
25 R Perempuan 62 225 220 Kontrol
26 Ny. S Perempuan 46 244 239 Kontrol
27 Tn. S Laki-laki 47 250 247 Kontrol
28 Ny. S Perempuan 52 234 246 Kontrol
29 Ny. Perempuan 47 248 242 Kontrol
H
Ny.
30 K Perempuan 61 250 242 Kontrol
Ny.
31 M Perempuan 66 203 198 Kontrol
32 Ny. S Perempuan 52 240 235 Kontrol
Ny.
33 R Perempuan 54 246 240 Kontrol
34 Ny. S Perempuan 50 207 214 Kontrol
35 Ny. S Perempuan 62 226 224 Kontrol
36 Ny. E Perempuan 45 233 234 Kontrol
Lampiran 12

Frequencies
Usia Responden

Statistics
Usia

Valid 36
N
Missing 0
Mean 54,97
Median 54,00
Minimum 44
Maximum 67

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

44 1 2,8 2,8 2,8


45 3 8,3 8,3 11,1

46 2 5,6 5,6 16,7

47 2 5,6 5,6 22,2

48 2 5,6 5,6 27,8

50 1 2,8 2,8 30,6

52 3 8,3 8,3 38,9


53 1 2,8 2,8 41,7

54 4 11,1 11,1 52,8

56 1 2,8 2,8 55,6


Valid
57 2 5,6 5,6 61,1
58 1 2,8 2,8 63,9

59 1 2,8 2,8 66,7

60 2 5,6 5,6 72,2

61 2 5,6 5,6 77,8

62 3 8,3 8,3 86,1

64 1 2,8 2,8 88,9

65 1 2,8 2,8 91,7

66 2 5,6 5,6 97,2

67 1 2,8 2,8 100,0


Total 36 100,0 100,0

Frequencies

Jenis Kelamin

Statistics
Jenis_Kelamin
Valid 36
N
Missing 0

Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Perempuan 32 88,9 88,9 88,9


Valid Laki-laki 4 11,1 11,1 100,0

Total 36 100,0 100,0


Frequencies
GDS Sebelum Senam Diabetes Kelompok Intervensi

Statistics
PreTest_Grup_Intervensi
Valid 18
N
Missing 0
Mean 229,94
Median 231,50
Minimum 198
Maximum 250

PreTest_Grup_Intervensi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

198 1 5,6 5,6 5,6


209 1 5,6 5,6 11,1

211 1 5,6 5,6 16,7

216 1 5,6 5,6 22,2

219 1 5,6 5,6 27,8

220 1 5,6 5,6 33,3

224 1 5,6 5,6 38,9

226 1 5,6 5,6 44,4

230 1 5,6 5,6 50,0


Valid
233 1 5,6 5,6 55,6
237 1 5,6 5,6 61,1

239 1 5,6 5,6 66,7

240 1 5,6 5,6 72,2

246 2 11,1 11,1 83,3

247 1 5,6 5,6 88,9

248 1 5,6 5,6 94,4

250 1 5,6 5,6 100,0

Total 18 100,0 100,0

Frequencies
GDS Setelah Senam Diabetes Kelompok Intervensi

Statistics
PostTest_Grup_Intervensi
Valid 18
N
Missing 0
Mean 206,78
Median 200,50
Minimum 178
Maximum 238
PostTest_Grup_Intervensi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

178 1 5,6 5,6 5,6


189 2 11,1 11,1 16,7

190 2 11,1 11,1 27,8

192 1 5,6 5,6 33,3

197 1 5,6 5,6 38,9

200 2 11,1 11,1 50,0

201 1 5,6 5,6 55,6

Valid203 1 5,6 5,6 61,1

213 1 5,6 5,6 66,7

218 1 5,6 5,6 72,2

227 1 5,6 5,6 77,8

229 1 5,6 5,6 83,3

230 1 5,6 5,6 88,9

238 2 11,1 11,1 100,0

Total 18 100,0 100,0

Frequencies
GDS Sebelum Senam Diabetes Kelompok Kontrol

Statistics
PreTest_Grup_Kontrol
Valid 18
N
Missing 0
Mean 230,22
Median 233,50
Minimum 189
Maximum 250

PreTest_Grup_Kontrol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

189 1 5,6 5,6 5,6


199 1 5,6 5,6 11,1

203 1 5,6 5,6 16,7

207 1 5,6 5,6 22,2

218 1 5,6 5,6 27,8

225 1 5,6 5,6 33,3

226 1 5,6 5,6 38,9

233 2 11,1 11,1 50,0


Valid
234 1 5,6 5,6 55,6
240 1 5,6 5,6 61,1

244 1 5,6 5,6 66,7

246 1 5,6 5,6 72,2

248 1 5,6 5,6 77,8

249 1 5,6 5,6 83,3

250 3 16,7 16,7 100,0

Total 18 100,0 100,0

Frequencies
GDS Sebelum Senam Diabetes Kelompok Kontrol

Statistics
PostTest_Grup_Kontrol

Valid 18
N
Missing 0
Mean 227,11
Median 234,50
Minimum 185
Maximum 247

PostTest_Grup_Kontrol
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

185 1 5,6 5,6 5,6


197 1 5,6 5,6 11,1

198 1 5,6 5,6 16,7

214 2 11,1 11,1 27,8

220 2 11,1 11,1 38,9

224 1 5,6 5,6 44,4

234 1 5,6 5,6 50,0

Valid235 1 5,6 5,6 55,6

239 1 5,6 5,6 61,1

240 1 5,6 5,6 66,7

242 2 11,1 11,1 77,8

245 1 5,6 5,6 83,3

246 2 11,1 11,1 94,4

247 1 5,6 5,6 100,0

Total 18 100,0 100,0


Lampiran 12

T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
PreTest_Grup_Intervensi 229,94 18 15,452 3,642
Pair 1
PostTest_Grup_Intervensi 206,78 18 18,838 4,440

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 PreTest_Grup_Intervensi & 18 ,448 ,062
PostTest_Grup_Intervensi

Paired Samples Test


Paired Differences t Df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Std. Error Mean 95% Confidence Interval
Deviation of the Difference
Lower Upper

Pair 1 PreTest_Grup_Intervensi - 23,167 18,238 4,299 14,097 32,236 5,389 17 ,000


PostTest_Grup_Intervensi
T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
PreTest_Grup_Kontrol 230,22 18 19,637 4,628
Pair 1
PostTest_Grup_Kontrol 227,11 18 19,208 4,527

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 PreTest_Grup_Kontrol & 18 ,961 ,000
PostTest_Grup_Kontrol

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig. (2-
Mean Std. Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the tailed)
Deviation Difference
Lower Upper
Pair 1 PreTest_Grup_Kontrol - 3,111 5,455 1,286 ,399 5,824 2,420 17 ,027
PostTest_Grup_Kontrol
T-Test

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Intervensi 18 206,78 18,838 4,440


GDS_Sesudah
Kontrol 18 227,11 19,208 4,527

Independent Samples Test


Levene's Test for t-test for Equality of Means
Equality of
Variances
F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence Interval of
tailed) Difference Difference the Difference
Lower Upper

Equal variances assumed ,001 ,981 -3,206 34 ,003 -20,333 6,341 -33,220 -7,446
GDS_Sesudah
Equal variances not assumed -3,206 33,987 ,003 -20,333 6,341 -33,221 -7,446

Anda mungkin juga menyukai