Anda di halaman 1dari 25

FARDINAL

HUKUM
KETENAGAKERJAAN
UNDANG-UNDANG NO. 13
TAHUN 2003
HAK-HAK TENAGA
KERJA
1. Hak memperoleh perlakuan yang sama

tanpa ​diskriminasi. Hak


​ ini diatur dalam pasal 6

UU No 13 Tahun 2003 yang ​berbunyi “setiap

pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang

sama tanpa diskriminasi dari pengusaha


2. Hak memperoleh pelatihan kerja. ​Hak
ini diatur dalam pasal 11 UU No 13 Tahun 2003

yang ​berbunyi “Setiap tenaga kerja berhak untuk

memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau

mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan

bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan

kerja” . Serta
​ pasal 12 Ayat 1 UU No 13 Tahun 2003

yang berbunyi ​“ Pengusaha bertanggung jawab atas

peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi

pekerjanya melalui pelatihan kerja”

3. Hak pengakuan kompetensi dan kualifikasi


kerja ​Hak ini diatur dalam pasal 18 ayat 1 UU No 13
Tahun 2003 yang ​berbunyi “Tenaga kerja berhak

memperoleh pengakuan komptensi kerja setelah

mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga

pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja

swasta, atau pelatihan di tempat kerja.” Serta


​ dalam pasal

23 UU No 13 Tahun 2003 yang berbunyi “Tenaga ​kerja

yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas

pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan

atau lembaga sertifikasi.” 4.


​ Hak Memilih
penempatan kerja.
Hak ini diatur dalam pasal 31 UU No 13 Tahun 2003

yang berbunyi ​“Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan

kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau


pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang

layak di dalam atau di luar neger

5. Hak-Hak pekerja Perempuan dalam UU No


13 Tahun ​2003:
• Pasal 76 Ayat 1. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari

18 (delapan ​belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23:00 s.d.

07:00.
• Pasal 76 Ayat 2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh

perempuan ​hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi

kesehatan dan keselamatan kandungannya sendiri apabila bekerja antara

pukul 23:00 s.d. 07:00.


• Pasal 76 Ayat 3. Perempuan yang bekerja antara pukul 23:00 s.d. 07:00

berhak ​mendapatkan makanan dan minuman bergisi serta jaminan

terjaganya kesusilaan dan keamanan selama bekerja.


• Pasal 76 Ayat 4. Perempuan yang bekerja diantara pukul 23:00 s.d.
05:00 berhak ​mendapatkan angkutan antar jemput.
• Pasal 81. Perempuan yang sedang dalam masa haid dan merasakan

sakit, lalu ​memberiktahukan kepada pengusaha, maka tidak wajib

bekerja di hari pertama dan kedua pada waktu haid.


• Pasal 82 ayat 1. Perempuan berhak memperoleh istirahat sekana 1,5

bulan sebelum ​melahirkan, dan 1,5 bulan setelah melahirkan menurut

perhitungan dokter kandungan atau bidan.


• Pasal 82 ayat 2. Perempuan yang mengalami keguguran kandungan

berhak ​mendapatkan istriahat 1,5 bulan atau sesuai keterangan dokter

kandungan atau bidan.


• Pasal 83. Perempuan berhak mendapatkan kesempatan menyusui

anaknya jika ​harus dilakukan selama waktu kerja.

6. Hak lamanya waktu bekerja dalam Pasal 77

UU No ​13 Tahun 2003:


– 7 jam sehari setara 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja

dalam ​seminggu, atau –​ 8 jam sehari dan 40 jam


seminggu untuk 5 hari kerja dalam ​seminggu.

7. Hak bekerja lembur dalam pasal 78 UU No

13 ​Tahun 2003:
– Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling

banyak 3 jam ​dalam sehari. –


​ Waktu kerja lembur hanya
dapat dilakukan paling banyak 14 jam ​seminggu. –

Berhak Mendapatkan Upah lembur.

8. Hak istirahat dan cuti bekerja

dalam ​pasal 79 ayat 2 UU No 13

Tahun 2003:
– istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah
jam ​setelah bekerja selama 4 jam terus menerus dan

waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; –



Istirahat mingguan sehari untuk 6 hari kerja dalam

seminggu ​atau 2 hari untuk 5 hari kerja dalam seminggu ;


– Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah

pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan

secara terus-menerus. –​ Istirahat panjang,


sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan ​pada tahun

ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 bulan bagi

pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 tahun secara

terus- menerus pada perusahaan yang sama dengan

ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas

istirahat tahunannya dalam 2 tahun berjalan dan

selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6


tahun.

9. Hak beribadah. ​Pekerja/buruh sesuai


dengan pasal 80 UU No 13 ​Tahun 2003,

berhak untuk mendapatkan kesempatan

melaksanakan ibadah yang diwajibkan

oleh agamanya. Dalam hal ini, bagi

pekerja yang beragama islam berhak

mendapatkan waktu dan kesempatan untuk

menunaikan Sholat saat jam kerja, dan


dapat mengambil cuti untuk melaksanakan

Ibadah Haji. Sedangkan untuk pekerja

beragama selain islam, juga dapat

melaksanakan ibadah-ibadah sesuai

ketentuan agama masing-masing.

10. Hak perlindungan kerja. (pasal


86)
• Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
• Moral dan Kesusilaan.
• Perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia dan
nilai – nilai agama.

11. Hak mendapatkan upah


Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh

penghasilan yang ​memenuhi penghidupan layak bagi

kemanusiaan yang disesuaikan denagan upah

minimum provinsi atau upah minimum kota, atau

upah minimum sektoral. Setiap


​ pekerja/buruh yang

menggunakan hak istirahat sesuai ​pasal 79 ayat 2,

pasal 80, dan pasal 82, berhak mendapatkan upah


penuh. Setiap
​ pekerja/buruh yang sedang sakit

sehingga tidak dapat ​melakukan pekerjaan, maka

berhak untuk mendapatkan upah dengan ketentuan

pada pasal 93 ayat 2 UU No 13 Tahun 2003 : –​ 4


bulan pertama mendapatkan upah 100% – 4 bulan kedua
mendapatkan upah 75% – 4 bulan ketiga mendapatkan
upah 50% – Untuk bulan selanjutnya mendapatkan upah

25%, selama tidak ​dilakukan PHK.

12. Hak Kesejahteraan.


Setiap pekerja/buruh beserta keluarganya

sesuai ​dengan yang tertera pada pasal 99

UU No 13 Tahun 2003 berhak


mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja.

Jaminan sosial tenaga kerja pada saat ini

dapat berupa BPJS kesehatan dan BPJS

ketenagakerjaan. 13
​ Hak bergabung
dengan serikat pekerja.
Setiap pekerja/buruh berhak untuk

membentuk ​dan menjadi anggota serikat

pekerja/buruh sesuai dengan yang tertera

pada pasal 104 UU No 13 Tahun 2003.

14. Hak Mogok Kerja.


Setiap pekerja/buruh berhak untuk melakukan

mogok ​yang menjadi hak dasar pekerja/buruh

dan serikat pekerja/serikat buruh sesuai

dengan yang tertera pada pasal 138 UU no 13

tahun 2003. Namun, mogok kerja harus

dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang berlaku. 15.


​ Hak uang pesangon.
Setiap pekerja /buruh yang terkena Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) berhak mendapatkan

pesangon dan atau uang penghargaan masa

kerja dan uang pergantian hak, dengan


ketentuan pada pasal 156 UU no 13 tahun

2013 :

KEWAJIBAN TENAGA
KERJA
• *** Pasal 102 ayat ( 2 ) : Dalam melaksanakan

hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja

mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai

dengan keWajibannya, menjaga ketertiban demi

kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara

demokrasi, mengembangkan keterampilan dan

keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan


memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta

keluarganya
• *** Pasal 126 ayat ( 1 ) : Pengusaha, serikat

pekerja ​dan pekerja Wajib melaksanakan ketentuan

yang ada dalam perjanjian kerja bersama (​ 2 ) :


Pengusaha dan serikat ​pekerja Wajib

memberitahukan isi perjanjian kerja bersama atau

perubahannya kepada seluruh pekerja

*** Pasal 136 ayat ( 1 ) : Penyelesaian

perselisihan hubungan industrial

Wajibdilaksanakan oleh pengusaha dan


pekerja atau serikat pekerja secara

musyawarah untuk mufakat

*** Pasal 140 ayat ( 1 ) : Sekurang

kurangnya dalam waktu 7 (Tujuh) hari

kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan,

pekerja dan serikat pekerja Wajib

memberitahukan secara tertulis kepada

pengusaha dan instansi yang bertanggung

jawab dibidang ketenagakerjaan setempat


Perhitungan uang pesangon yang
ditetapkan berdasarkan pasal 156 ayat 2
Undang – Undang no. 13 tahun 2003
adalah :
• masa kerja kurang dari 1 tahun = 1 bulan upah
• masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2

tahun = 2 ​bulan upah


• masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3

tahun = 3 ​bulan upah


• masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4

tahun = 4 ​bulan upah


• masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5

tahun = 5 ​bulan upah


• masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6

tahun = 6 ​bulan upah


• masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7

tahun = 7 ​bulan upah


• masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8

tahun = 8 ​bulan upah


• masa kerja 8 tahun atau lebih = 9 bulan upah
Uang penghargaan masa kerja yang
seharusnya diterima berdasarkan pasal
156 UU No.13/2003 :

• masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6

tahun = 2 ​bulan upah


• masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9

tahun = 3 ​bulan upah


• masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12

tahun = 4 ​bulan upah


• masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15

tahun = 5 ​bulan upah


• masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18
tahun = 6 ​bulan upah
• masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21

tahun = 7 ​bulan upah


• masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24

tahun = 8 ​bulan upah


• masa kerja 24 tahun atau lebih = 10 bulan upah.
Uang penggantian hak yang
seharusnya diterima berdasarkan
pasal 156 UU No.13/2003 :
• ​Cuti tahunan ​yang belum diambil dan
belum gugur;
• Biaya atau ongkos pulang untuk

pekerja/buruh ​dan keluarganya ke tempat

dimana pekerja/buruh diterima bekerja


• Penggantian perumahan serta pengobatan

dan ​perawatan ditetapkan 15% dari uang

pesangon dan atau uang penghargaan masa

kerja bagi yang memenuhi syarat


• Hal-hal lain yang ditetapkan dalam

perjanjian kerja​, ​peraturan perusanaan atau

perjanjian kerja bersama

pesangon dikali 2 jika : - pekerja


mencapai usia pensiun - pekerja
meninggal dunia - perubahan status
perusahaan, penggabungan,
peleburan dan pengusaha tidak
bersedia - perusahaan melakukan
effisiensi - pekerja sakit
berkepanjangan dan cacat akibat
kecelakaan

Penghargaan masa kerja di kali 2,


jika : - pekerja sakit berkepanjangan
dan cacat akibat kecelakaan.
Contoh kasus :

Bp. Sarwono adalah karyawan PT. Makmur Jaya yang bergerak


dalam bidang ​peralatan kesehatan dengan masa kerja 18 tahun. Dua

tahun terakhir pemesanan terus menurun sehingga perusahaan harus

melakukan pengurangan beberapa karyawannya termasuk Bp.

Sarwono. Gaji terakhir yang diterima Bp. Sarwono adalah Rp.

4.900.000,- dengan perincian sbb : Gaji


​ pokok : Rp. 3.000.000
Tunjangan Tetap :
– Tunjangan masa kerja : Rp. 400.000 – Tunjangan jabatan : Rp.
400.000 Tunjangan Tidak Tetap : Tunjangan makan : Rp. 550.000
Tunjangan kehadiran : Rp. 550.000 Bp. Sarwono juga masih
memiliki sisa cuti tahunan berbayar yang belum diambil ​yaitu

sebanyak 7 hari. Menurut informasi tersebut, berapa uang pesangon,

penghargaan, dan penggantian hak yang harus diterima Bp.

Sarwono?

Jawaban :
Upah : Gaji Pokok + Tunjangan Tetap = 3.000.000+400.000+400.000=
3.800.000 Massa Kerja : 18 tahun

Uang yang akan diterima : 1. Uang pesangon = 9 bulan upah karena


masa kerja nya 18 tahun (lihat slide 14)
= 9 x 3.800.000 = 34.200.000 ​2. ​Uang penghargaaan masa kerja = 7 bulan upah
karena masa kerja nya 18 tahun (lihat slide 15)

= 7 x ​3.800.000 = 26.600.000 3. Uang penggantian hak :


a. Cuti yg belum di ambil dan belum gugur = (7 hari/30 hari ) x 3.800.000 =
886.666 b. Biaya ongkos pulang = tidak ada disebutkan dalam kasus ini c.
Uang penggantian perumahan = 15% x (pesangon + penghargaan masa kerja
)
= 15 % x (34.200.000+26.600.000) = 9.120.000 ​Total uang penggantian
hak = 886.666 + 9.120.000 = 10.006.666 ​kasus ini uang pesangon dikali
2 (persyaratan di kali 2 lihat slide 17) dan uang penghargaan tidak dikali
2 (persyaratan di kali 2 lihat slide 18 )

Total uang pesangon, penghargaan masa kerja dan penggantian hak =

68.400.000 + 26.600.000 + 10.006.666 = ​105.006.000,-

KASUS
Mr. M di terima bekerja di perusahaan XPDC Cabang Padang tanggal 02
Januari 1990. Pada 01 Februari 1997 di pindahkan ke Cabang
Banjarmasin. Setelah 7 tahun bekerja di Cabang Banjarmasin,
perusahaan melakukan pengurangan tenaga kerja. Gaji terakhir Mr. M
adalah Rp 8.500.000,- dengan rincian : Gaji pokok : Rp. 5.000.000,-
Tujangan Tetap :
-Tunjangan masakerja : Rp 1.250.000,- -Tunjangan jabatan : Rp
1.000.000,- Tunjangan tidak tetap :
-Tunjangan makan : Rp. 750.000,- -Tunjangan Transportasi : Rp.
500.000,-

Mr. M memiliki tanggungan istri dan 3 anak. Mr. M masih memiliki sisa
cuti tahunan 12 hari yang belum diambil. Tiket Pesawat Banjarmasin –
Padang Rp 1.550.000,- per orang Berapa uang pesangon, penghargaan
dan penggantian hak yang diterima Mr. M.?

KASUS
Pak Juned di terima bekerja di perusahaan DEF Cabang Padang tanggal
02 Januari 1989. Pada 01 Februari 1997 di pindahkan ke Cabang
Pontianak. Setelah 7 tahun bekerja di Cabang Pontianak, Pak Juned
mengalami kecelakaan kerja dan megalami cacat. Perusahaan melakukan
PHK terhadap Pak Juned. Gaji terakhir Pak Juned adalah Rp 9.500.000,-
dengan rincian : Gaji pokok : Rp. 6.000.000,- Tujangan Tetap :
-Tunjangan masa kerja : Rp 1.250.000,- -Tunjangan jabatan : Rp
1.000.000,- Tunjangan tidak tetap :
-Tunjangan makan : Rp. 750.000,- -Tunjangan Transportasi : Rp.
500.000,- Pak Juned memiliki tanggungan istri dan 3 anak. Pak Juned
masih memiliki sisa cuti tahunan 12 hari yang belum diambil. Tiket
Pesawat Pontianak – Padang Rp 2.550.000,- per orang Berapa uang
pesangon, penghargaan dan penggantian hak yang diterima Pak Juned.?

Anda mungkin juga menyukai