Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN KERJA DAN

PERLINDUNGAN TENAGA
KERJA
PENGERTIAN HUBUNGAN TENAGA KERJA

• Hubungan kerja adalah suatu hubungan yang timbul antara pekerja dan pengusaha
setelah diadakan perjanjian sebelumnya oleh pihak yang bersangkutan.
Didalam hubungan kerja harus ada pekerjaan tertetu sesuai perjanjian. Pengusaha
berkewajiban membayar upah dan pekerja berhak atas upah dari pekerjaan yang
dilakukannya.
DIDALAM HUBUNGAN KERJA AKAN TERDAPAT TIGA
UNSUR
• a. Kerja
Didalam hubungan kerja harus ada pekerjaan tertetu sesuai perjanjian.
b. Upah
Pengusaha berkewajiban membayar upah dan pekerja berhak atas upah dari pekerjaan
yang dilakukannya.
c. Perintah
Satu pihak berhak memberikan perintah dan pihak yang lain berkewajiban melaksanakan
perintah
PENGATURAN HUBUNGAN KERJA

• Perjanjian kerja tertentu diharuskan untuk membuat secara tertulis yaitu :


• a. Perjanjian Kerja Laut (PKL)
Dibuat antara awak kapal dengan perusahaan atau dengan nahkoda yang mewakili pengusaha.

• b. Perjanjian Kerja Antar Kerja Antar Negara (AKAN)


Dibuat antara perusahaan pengerah tenaga kerja dengan tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri.
• c. Perjanjian Kerja Antar Kerja Antar Daerah(AKAD)
Dibuat antara tenaga kerja dengan perusahaan pemakai yang memuat persyaratan-persyaratan baik
dalam pengerahan maupun yang berlaku sewaktu pekerja sudah bekerja.
• d. Perjanjian Kerja untuk Waktu tertentu (Kontrak)
Dibuat antara pekerja dengan perusahaan yang memuat persyaratan dan kondisi didalam bekerja.
JENIS PERJANJIAN KERJA

• Berdasarkan penetapan jangka waktu, perjanjian kerja terdiri dari dua jenis :
• a. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
Perjanjian kerja ini tidak membatasi jangka waktu berlakunya perjanjian, sehingga
berakhirnya perjanjian ini apabila disepakati oleh kedua belah pihak.
• b. Perjanjian kerja waktu tertentu.
Perjanjian kerja ini mencantumkan jangka waktu berlakunya perjanjian atau berakhirnya
perjanjian apabila pekerjaan tertentu sudah selesai.
PERJANJIAN KERJA

• Pengertian
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana seseorang mengikatkan diri untuk bekerja
dengan pihak lain dengan menerima imbalan berupa upah sesuai dengan syarat-syarat yang
dijanjikan dan disetujui bersama.
• Pengaturan tentang pembuatan perjanjian kerja berpedoman kepada :
• a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHP) khususnya buku III titel 7A.
b. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) buku II.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 2 Tahun 1993.
HAK PEKERJA

•  Pekerja berhak atas upah setelah melaksanakan kewajiban sesuai dengan perjanjian.
 Hak atas fasilitas-fasilitas lain berupa tunjangan dan dana bantuan.
 Hak perlakuan yang baik dari pengusaha atas dirinya seperti perlindungan kesehatan
kerja.
 Jaminan kehidupan yang wajar dan layak dari pengusaha serta kejelasan status waktu.
KEWAJIBAN PEKERJA

•  Melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan perjanjian dan kemampuannya.


 Melaksanakan tugas dan pekerjaannya tanpa bantuan orang lain kecuali diizinkan oleh
pengusaha.
 Mentaati segala peraturan kerja dan peraturan tat tertib yang berlaku di perusahaan.
 Patuh dan taat atas segala perintah pengusaha dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan perjanjian.
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA
KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
• Menurut Darwan Prints, yang dimaksud dengan hak disini adalah sesuatu
yang harus diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari kedudukan atau
status dari seseorang, sedangkan kewajiban adalah suatu prestasi baik
berupa benda atau jasa yang harus dilakukan oleh seseorang karena
kedudukan atau statusnya.
HAK-HAK BAGI PEKERJA

• 1) Hak mendapat upah/gaji (Pasal 1602 KUH Perdata, Pasal 88 s/d 97 Undangundang No.
13 Tahun 2003; Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah);
• 2) Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 4 Undang-
undang No. 13 Tahun 2003);
• 3) Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan kemampuannya (Pasal 5
Undang-undang No. 13 Tahun 2003);
• 4) Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta menambah keahlian
dan keterampilan lagi ( Pasal 9 – 30 Undang-undang No. 13 Tahun 2003);
• 5) Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (Pasal 3 Undang-undang No. 3 Tahun
1992 tentang Jamsostek);
• 6) Hak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja (Pasal 104 Undang-
undang No. 13 Tahun 2003 jo. Undang-undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh ) ;
• 7) Hak atas istirahat tahunan, tiap-tiap kali setelah ia mempunyai masa kerja 12 (dua belas)
bulan berturut-turut pada satu majikan atau beberapa majikan dari satu organisasi majikan
(Pasal 79 Undang-undang No. 13 Tahun 2003);
• 8) Hak atas upah penuh selama istirahat tahunan ( Pasal 88 – 98 Undangundang No. 13
Tahun 2003);
• 9) Hak atas suatu pembayaran penggantian istirahat tahunan, bila pada saat
diputuskan hubungan kerja ia sudah mempunyai masa kerja sedikitdikitnya enam
bulan terhitung dari saat ia berhak atas istirahat tahunan yang terakhir; yaitu
dalam hal bila hubungan kerja diputuskan oleh majikan tanpa alasan-alasan
mendesak yang diberikan oleh buruh, atau oleh buruh karena alasan-alasan
mendesak yang diberikan oleh Majikan (Pasal 150 – 172 Undang-undang No. 13
Tahun 2003);
• 10) Hak untuk melakukan perundingan atau penyelesaian perselisihan hubungan
industrial melalui bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase dan penyelesaian melalui
pengadilan (Pasal 6 – 115 Undang-undang No. 2 Tahun 2004)
• Disamping mempunyai hak-hak sebagaimana diuraikan di atas, tenaga kerja
juga mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1) Wajib melakukan
prestasi/pekerjaan bagi majikan; 2) Wajib mematuhi peraturan perusahaan;
3) Wajib mematuhi perjanjian kerja; 4) Wajib mematuhi perjanjian
perburuhan; 5) Wajib menjaga rahasia perusahaan; 6) Wajib mematuhi
peraturan majikan; 7) Wajib memenuhi segala kewajiban selama izin belum
diberikan dalam hal ada banding yang belum ada putusannya
JENIS PERLINDUNGAN KERJA

Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja (Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja), Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 2007, hal 78. Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja
yaitu sebagai berikut: Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan
kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh mengenyam dan
mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai
anggota masyarakat dan anggota keluarga. Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan
kerja.
• Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha
untuk menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang
ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih
sering disebut sebagai keselamatan kerja.
• Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang
cukup guna memenuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk
dalam hal pekerja/buruh tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya.
Perlindungan jenis ini biasanya disebut dengan jaminan sosial
PERLINDUNGAN PEKERJA/BURUH PEREMPUAN

• Pekerjaan wanita/perempuan di malam hari diatur dalam Pasal 76 UU No 13 tahun 2003


tentang ketenagakerjaan yaitu sebagai berikut:
• Pekerjaan perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00 pagi.
• Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja perempuan hamil yang menurut keterangan
dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya, bila bekerja
antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 pagi.
• Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul
07.00 (pagi) wajib:
- Memberikan makanan dan minumanbergizi
- Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
• Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 05.00 pagi wajib menyediakan antar jemput.
• Tidak mempekerjakan tenaga kerja melebihi ketentuan Pasal 77 ayat (2) yaitu 7
(tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja
dalam seminggu atau 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu
untuk 5 (lima) hari kerja dalam seminggu
• Bila pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih lama, maka harus ada persetujuan
dari tenaga kerja dan hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam
sehari dan 14 (empat belas) jam dalam seminggu, dan karena itu pengusaha wajib
membayar upah kerja lembur untuk kelebihan jam kerja tersebut. Hal ini
merupakan ketentuan dalam Pasal 78 ayat (1) dan ayat (2).
• Tenaga kerja berhak atas waktu istirahat yang telah diatur dalam Pasal 79 ayat (2) yang
meliputi waktu istirahat untuk:
- Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat)
jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja
- Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu atau 2 (dua) hari
untuk 5 (lima) hari kerja dalam seminggu.
- Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah tenaga kerja bekerja
selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
- Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan apabila tenaga kerja telah bekerja selama
6 (enam) tahun secara terus menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan tenaga
kerja tersebut tidak berhak lagi istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan
• Untuk pekerja wanita, terdapat beberapa hak khusus sesuai dengan kodrat kewanitaannya,
yaitu:
- Pekerja wanita yang mengambil cuti haid tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua
(Pasal 81 ayat 1)
- Pekerja wanita berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan
dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan/bidan (Pasal 82 ayat
1)
- Pekerja wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 bulan
sesuai ketentuan dokter kandungan/bidan (Pasal 82 ayat 2)
- Pekerja wanita yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk
menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja (Pasal 83)
- Pekerja wanita yang mengambil cuti hamil berhak mendapat upah penuh (Pasal 84)
PERLINDUNGAN PEKERJA/BURUH ANAK

• Pengusaha dilarang mempekerjakan anak (Pasal 68), yaitu setiap orang yang
berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun (Pasal 1 nomor 26).
• Ketentuan tersebut dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 tahun
sampai 15 tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
perkembangan dari kesehatan fisik, mental dan sosial (Pasal 69 ayat 1).
• Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Ijin tertulis dari orang tua/wali.
2) Perjanjian kerja antara orang tua dan pengusaha
3) Waktu kerja maksimal 3 (tiga) jam
4) Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah.
5) Keselamatan dan kesehatan kerja
6) Adanya hubungan kerja yang jelas
7) Menerima upah sesuai ketentuan yang berlaku
• Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama pekerja/buruh dewasa, maka tempat
kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa (Pasal 72).
• Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya (Pasal 73)
• Siapapun dilarang mempekerjakan anak pada pekerjaan yang buruk, tercantum
dalam Pasal 74 ayat (1). Yang dimaksud pekerjaan terburuk seperti dalam Pasal 74
ayat (2), yaitu :
- Segala pekerjaan dalam bentuk pembudakan atau sejenisnya.
- Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk
produksi dan perdagangan minuman keras,narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya.
- Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak
untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, perjudian.
- Segala pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak
UTS HUKUM PERBURUHAN
MUHAMAD FIKRI RACHMAN
TEKNIK MESIN (1611017)

Anda mungkin juga menyukai