Keperawatan Transkultural Compress
Keperawatan Transkultural Compress
FOUNDATION OF NURSING 1
“KEPERAWATAN TRANSKULTURAL”
Oleh Kelompok 2
I. Konsep Budaya
a. Konsep Budaya
Kebudayaan berasal dari bahasa Latin colere yang berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari
konsep ini berkembanglah pengertian kebudayaan yaitu segala daya
dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Ditinjau
dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi, yang berarti
budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan adalah hal-hal yang
bersangkutan dengan akal.
Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hokum, adat-istiadat dan kemampuan yang lain yang di dapat
manusia sebagai anggota masyarakat (Tylor dalam Wiranata, 2002).
Menurut Koentjaningrat kebudayaan adalah seluruh system gagasan
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
bermasyarakat yang didapat dengan belajar dan dijadikan milik
manusia sendiri (Syafrudin, 2009).
b. Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi
tiga yaitu pertama, gagasan wujud ideal yaitu berbentuk kumpulan ide,
nilai, norma dan peraturan aktivitas, dan artefak. Kedua, aktivitas atau
disebut juga dengan sistem sosial yaitu terdiri dari aktivitas, interaksi,
yang mempunyai pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan. Ketiga, artefak (karya) yaitu wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya manusia dalam
masyarakat (Syafrudin, 2009).
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan
yang lain. Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat
digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
kebudayaan non material. Kebudayaan material mengacu pada semua
ciptaan masyarakat yang nyata dan konkrit. Termasuk dalam
kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari
suatu penggalian arkeologi yaitu mangkuk tanah liat, perhiasan,
senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-
barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan non material
adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, lagu dan tarian
tradisional (Syafrudin. 2009).
c. Ciri-Ciri Kebudayaan
Ciri-ciri khas kebudayaan yaitu pertama, bersifat historis yaitu
manusia membuat sejarah yang bergerak dinamis dan selalu maju
yang diwariskan secara turun-temurun (Syafrudin, 2009). Kedua,
bersifat geografis yaitu kebudayaan manusia tidak selalu berjalan
seragam, ada yang berkembang pesat dan ada yang lamban, serta
ada pula yang mandeg (stagnan) yang nyaris berhenti kemajuannya.
Dalam interaksi dengan lingkungan, kebudayaan tersebut berkembang
pada komunitas tertentu lalu meluas dalam kesukuan dan
kebangsaan/ras, selanjutnya kebudayaan itu meluas dan mencakup
wilayah/regional, serta makin meluas ke seluruh penjuru belahan bumi.
Puncaknya adalah kebudayaan kosmo (duniawi) dalam era informasi
di mana terjadi saling melebur dan berinteraksinya kebudayaan-
kebudayaan. Ketiga, bersifat perwujudan nilai-nilai tertentu yaitu dalam
perjalanan kebudayaan, manusia selalu berusaha melampaui (batas)
keterbatasannya.
d. Aspek Budaya dalam Keperawatan
Menurut Leininger (Tomey & Alligood, 2006) transcultural
nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia.
Menurut Giger dan Davidhizar (1995) keperawatan transkultural
dipandang sebagai bahan untuk melatih secara kompeten menilai
budaya yang berpusat pada klien. Meskipun keperawatan transkultural
dipandang sebagai berpusat pada klien, penting bagi perawat untuk
mengingat budaya yang dapat dan tidak mempengaruhi bagaimana
klien dilihat dan perawatan yang diberikan. Perawat harus berhati-hati
untuk menghindari memproyeksikan pada klien mereka sendiri
keunikan budaya dan pandangan dunia, sehingga culture care harus
disediakan. Dalam memberikan culture care, perawat harus ingat
bahwa setiap individu adalah unik dan produk dari pengalaman masa
lalu, keyakinan, dan nilai-nilai yang telah dipelajari dan diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
Teori keperawatan kultural menurut Leininger yaitu cultur care
diversity dan cultural care universality (Tomey & Alligood, 2006).
Cultur care diversity (perbedaan budaya dalam asuhan
keperawatan) merupakan bentuk yang optimal dari pemberian
asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin
kembali lagi.
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien
dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit.
Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara
keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas
sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu
ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit
yang adaptif (Geiger and Davidhizar, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena
yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku
klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan
dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi.
Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu :
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman
padat dan iklim.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-
aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan (Geiger and Davidhizar, 1995).
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien
sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/ mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti
budaya klien (Geiger and Davidhizar, 1995).
Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan
implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,
misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini
dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya
klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani
lain.
Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) istilah dan defenisi lain
yang memberikan tilikan lebih lanjut ke dalam asuhan kultur dan
kesehatan meliputi:
Akulturasi yaitu proses dimana anggota kelompok kultural
beradaptasi dan belajar bagaimana memperlakukan kelompok
lain.
Kebutaan kultural yaitu ketidakmampuan individu untuk
mengenali nilai, kepercayaan dan praktik mereka sendiri dan
kelompok lain akibat kecenderungan etnosentris yang kuat.
Imposisi kultural yaitu kecenderungan memaksakan
keyakinan, nilai-nilai, dan pola perilaku seseorang atau
kelompok orang dari kultur yang berbeda.
Tabu kultural yaitu aktvitas yang diatur oleh peraturan perilaku
yang dihindari, dilarang atau yang tidak diizinkan oleh kelompok
cultural tertentu.
Asuhan keperawatan yang cakap atau kongruen secara
kultural mengacu kepada integrasi kompleks sikap, pengetahuan,
dan keterampilan (termasuk pengkajian, pengambilan keputusan,
penilaian, berfikir kritis dan evaluasi) yang memungkinkan perawat
untuk memberikan asuhan dengan cara yang peka secara kultural
(Brunner & Suddarth, 2002).
Kebijakan yang meningkatkan asuhan yang kongruen
secara kultural membuat regulasi fleksibel sehingga dapat
disesuaikan dengan pengunjung (pengunjung, frekuensi, dan lama
kunjungan), dengan memperhitungkan peran dukun dalam
perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan, menyediakan
pelayanan penerjemahan bagi pasien yang tidak bisa berbahasa
Indonesia, mengetahui kebutuhan diet khusus bagi pasien dari
kelompok kultur tertentu dan menciptakan lingkungan yang
mendukung praktik spiritual dan religious pasien (Brunner &
Suddarth, 2002).
Model asuhan transkultural dapat memperluas hubungan
teraupetik antara perawat dan pasien jika mereka menggunakan
cara yang dianjurkan untuk berkembangnya sikap saling
menguntungkan dan rasa menilai masing-masing individu dari
budaya lain. Keadaan ini akan dapat bekerjasama dengan mitra
secara lebih baik dan menemukan solusi yang baik terhadap
masalah kesehatan. Walaupun tujuannya untuk mengembangkan
dan keseimbangan dan hubungan timbal balik (Basford & Slevin,
2006).
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-
bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali.
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esens
idari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.
Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan,masa pertahanan sampai dikala
manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada
manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal
dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://b302fikui.files.wordpress.com/2011/11/fg-1.pdf