Anda di halaman 1dari 26

PENGELUARAN AGREGAT DAN OUTPUT EKUILIBRIUM

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Ekonomi Makro
Yang diampu oleh Ibu Primasa Minerva Nagari, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Miranda Kharina (180421621580)


Nadya Nirwangga (180421621577)
Nasa Fidia Zulfa (180421600143)
Puji Rahayu Rahmawati (180421621516)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI
FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmad, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan tugas dengan matakuliah “Pengantar Ekonomi Makro” ini dengan baik.
Untuk itu segala bantuan dan dorongan moril maupun materiil kami sampaikan
ucapan terima kasih kepada.
1. Ibu Primasa Minerva Nagari, M.Pd. sebagai pembina matakuliah Pengantar Ekonomi
Makro
2. Rekan-rekan sejawat satu kelas angkatan 2019 Offering EE Prodi Pendidikan Akuntansi
Universitas Negeri Malang yang selalu memberikan semangat, bantuan, dukungan, dan
kerja sama selama kuliah maupun menyelesaikan makalah ini.
Semoga amal baik Saudara-saudara yang turut membantu dalam penyelesaian tugas
ini mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami menerima segala kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi. Akhirul kalam semoga Allah SWT melimpahkan ilmu yang
bermanfaat bagi semua pihak yang ingin menelaah dan mengembangkan pendidikan,
khususnya Pendidikan Akuntansi.

Malang, Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1Latar belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Pengertian Output Agregat dan Pengertian Pendapatan Agregat (Y)................3
2.2 Pengertian Agregat Ekuilibrium........................................................................10
2.3 Pengertian Tabungan Investasi..........................................................................11
2.4 Hubungan Pengeluaran Agregat Dengan Output Ekuilibrium..........................13
2.5 Faktor Faktor Menurun Dan Meningkatnya Output Agregat............................14
2.6 Faktor Faktor Menurun Dan Meningkatnya Pendapatan Agregat.....................15
2.7 Output Agregat thn 2018/2019…………………………………………….…..16
2.8 Pendapatan Agregat Thn 2018/2019…………………………………………...17
PENUTUP......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan........................................................................................................18
DAFTAR RUJUKAN...................................................................................................19
Contoh Berita Pengeluaran Agregat Dan Output Ekuilibrium................................19
Analisis Berita..........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekonomi makro adalah ilmu yang mempelajari mengenai studi ekonomi secara
keseluruhan. Ekonomi makro menjelaskan mengenai perubahan ekonomi yang terjadi di
masyarakat, perusahaan, dan pasar. Kegunaan ilmu Ekonomi makro sangat banyak yaitu
berguna untuk mempelajari segala aktivitas ekonomi yang terjadi pada suatu negara
dalam skala yang besar misalnya inflasi dan pengangguran kemudian dapat digunakan
untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target kebijaksanaan
seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan
pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
Ekonomi makro dapat digunakkan untuk menghitung pendapatan nasional di
suatu negara, pertumbuhan ekonomi nasional, dan neraca pembayaran nasional. Tiga
perhatian utama para ekonom makro dipengaruhi oleh peristiwa dalam “tiga pasar” yaitu,
pasar barang dan jasa, pasar finansial (uang), dan pasar tenaga kerja. Dalam makalah ini
kita akan membahas dan mendeskripsikan pasar barang dan jasa, yang sering kita sebut
dengan pasar barang.
Adam Smith berpendapat bahwa pasar bebas akan cenderung ke arah
keseimbangan ekonomi. Dalam pasar bebas setiap permintaan berlebih (atau
kekurangan) akan menyebabkan kenaikan harga, mengurangi kuantitas yang diminta
(sebagai pelanggan adalah harga keluar dari pasar) dan meningkatkan jumlah yang
ditawarkan (sebagai insentif untuk memproduksi dan menjual produk naik). Kekuatan
pasar yang bebas itu tidak menciptakan statis atau ekuilibrium umum tetapi dalam
mengatur sumberdaya untuk memenuhi keinginan individu dan menemukan metode
terbaik untuk membawa perekonomian ke depan.
1.2Rumusan Masalah

1. Apa pengertian output agregat dan apa pengertian pendapatan agregat?


2. Apa pengertian agregat ekuilibrium ?
3. Apa pengertian tabungan investasi ?
4. Apa hubungan pengeluaran agregat dengan output ekuilibrium ?
5. Apa contoh berita pengeluaran agregat dan output ekuilibrium ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan pembuatan makalah ini adalah:


1. Untuk mengetahui pengertian output agregat dan pendapatan agregat (Y)
2. Untuk mengetahui pengertian agregat ekuilibrium
3. Untuk mengetahui pengertian tabungan investasi
4. Untuk mengetahui hubungan pengeluaran agregat dengan output ekuilibrium
5. Untuk mengetahui contoh berita mengenai pengeluaran agregat dan output
agregat
BAB II
PEMBAHASAN

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Output Agregat dan Pendapatan Agregat (Y)


Menurut Case & Fair (2006:69) Output agregatadalah kuantitas total barang dan
jasa yang diproduksi (atau ditawarkan) dalam suatu perekononomian pada periode
tertentu.
Menurut Case & Fair (2006:69) Pendapatan agregat adalah total pendapatan yang diterima
oleh seluruh faktor produksi pada suatu periode tertentu. Output atau pendapatan agregat (Y)
adalah istilah kombinasi yang digunakan untuk mengingatkan kembali persamaan antara
output agregat dan pendapatan agregat.  Hal ini dikarenakan ketika output meningkat, maka
pendapatan tambahan akan dihasilkan.Ketika output dipotong, pendapatan turun, pekerja
mungkin diberhentikan atau pekerja dengan beberapa jam lebih lama akan tetapi dibayar
dengan gaji lebih rendah, dan laba mungkin turun.Sedangkan pengertian output riil yaitu
output yang didasarkan kepada jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang di produksi bukan
berdasarkan sirkulasi nilai uangnya.
1. Pendapatan, Konsumsi, dan Tabungan (Y,C, dan S)
Setiap periode, rumah tangga menerima suatu jumlah agregat pendapatan (Y).
Dengan pendapatan tersebut rumah tangga dapat melakukan dua hal yaitu bisa
mengkonsumsi atau bisa menabung pendapatannya tersebut. Bagian dari pendapatan
yang tidak dikonsumsi oleh rumah tangga pada periode tertentu disebut
tabungan.Total tabungan rumah tangga dalam perekonomian (S) adalah definisi yang
sama dengan pendapatan minus konsumsi (C).
Sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga
adalah bagaimana keputusan rumah tangga menentukan berapa banyak atau berapa
besar pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi barang dan jasa dalam periode
tertentu. Konsumsi agregat adalah seluruh jumlah pengeluaran konsumsi rumah
tangga untuk barang dan jasa dalam suatu perekonomian. 

Tabungan(S) = pendapatan(Y) – konsumsi(C)


2. Konsumsi Dan Tabungan Rumah Tangga
Jumlah konsumsi agregat yang dilakukan oleh rumah tangga dipengaruhi oleh
sejumlah faktor yang meliputi :
1) Pendapatan rumah tangga
Perubahan fungsi konsumsi berupa perubahan sepanjang kurva tersebut dan
perubahan dalam bentuk pergeseran kurva konsumsi. Perubahan sepanjang kurva
konsumsi sebagai pengaruh dari pendapatan rumah tangga. Sementara pergeseran
kurva konsumsi dipengaruhi oleh kekayaan, tingkat harga, tingkat suku bunga,
dan harapan runah tangga terhadap pendapatan masa depan.
2) Kekayaan rumah tangga
Kenaikan kekayaan rumah tangga akan menggeser kurva konsumsi ke atas.
Artinya, semakin besar kekayaan yang dimiliki oleh rumah tangga pengeluaran
konsumsinya akan semakin tinggi, dan sebaliknya.
3) Tingkat bunga
Pengaruh tingkat bunga semakin naik akan berdampak kecenderungan menabung
akan meningkat sehingga pengeluaran konsumsi akan turun, begitu sebaliknya.
4) Ekspekasi rumah tangga tentang masa depan
Jika harapan penerimaan pendapatan di masa depan besar maka konsumsi akan
naik atau kurva konsumsi bergeser ke atas. Dan sebaliknya jika harapan
memperoleh pendapatan di masa depan turun maka pengeluaran konsumsi juga
akan turun atau kurva konsumsi bergeser ke bawah.
Keempat faktor ini menentukan perilaku belanja dan menabung pada rumah
tangga, baik individual maupun agregat. Rumah tangga dengan pendapatan lebih
tinggi dan kekayaan lebih tinggi cenderung berbelanja lebih banya dibandingkan
dengan rumah tangga dengan pendapatan dan kekayaan lebih sedikit. Tingkat bunga
yang lebih rendah mengurangi biaya peminjaman, sehingga tingkat bunga lebih
rendah cenderung mendorong belanja (tingkat bunga lebih tinggi meningkatkan
peminjaman dan cenderung meningkatkan belanja).
Kurva 2.1 Fungsi Konsumsi Rumah tangga (sumber: Case & Fair 2006:71)

Menurut Keynes dalam Case & Fair (2006:71) jumlah konsumsi yang dilakukan
oleh rumah tangga terkait langsung dengan pendapatannya. Kurva tersebut
memperlihatkan hubungan antara konsumsi dengan pendapatan yang disebut sebagai
fungsi konsumsi. Kurva ini diberi label c(y), yang dibaca”c sebagai fungsi dari
y”atau konsumsi sebagai fungsi dari pendapatan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada kurva ini pertama, kurva tersebut memiliki slope positifdengan
kata lain, sewaktu y meningkat,c juga meningkat. Kedua, kurva tersebut memotong
sumbu c diatas nol (0) yang berarti pendapatan 0 pun, konsumsi itu positif.

3. Fungsi konsumsi agregat

Kurva 2.2 fungsi konsumsi Agregat (sumber: Case & Fair 2006:72)
Fungsi konsumsi agregat memperlihatkan tingkat konsumsi di tiap tingkat
pendapatan. Slope menaik menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang lebih tinggi
menyebabkan tingkat belanja konsumsi yang lebih tinggi pula. Dikarenakan fungsi
konsumsi agregat adalah garis lurus maka persamaannya adalah : C = a + By
Y adalah output (pendapatan) agregat, c adalah konsumsi agregat, dan a adalah titik
di mana fungsi konsumsi memotong sumbu C. Huruf b adalah slope gari tersebut
dalam hal ini ⧍C/⧍Y (karena konsumsi C diukur pada sumbu vertikal dan
pendapatan diukur pada sumbu horizontal). Tiap kali pendapatan meningkat
(sebesar ⧍Y), konsumsi meningkat sebesar b dikali ⧍Y. Oleh sebab itu, ⧍C = b x
⧍Y dan ⧍C/⧍Y = b.

Hanya dua hal yang menjadi tujuan pendapatan yaitu konsumsi atau tabungan.
Kecenderungan marjinal mengkonsumsi (MPC, Marginal Property to Consume)
adalah bagian dari pendapatan yang dikonsumsi. Dalam fungsi konsumsi ini b
adalah MPC. MPC = (⧍C/⧍Y). Sedangkan kecenderungan marjinal menabung
(mps, marjinal propernsity to save) adalah fraksi perubahan dalam pendapatan yang
ditabung ⧍S/⧍Y, dimana ⧍S adalah perubahan tabungan. Karena segala hal yang
tidak dikonsumsi akan ditabung, maka jumlah MPC + MPS harus sama dengan 1.
Kecenderungan marjinal mengkonsumsi adalah bagian dari peningkatan
pendapatan yang dikonsumsi (atau bagian dari penurunan pendapatan yang
menurunkan konsumsi). Kecenderungan marjinal menabung (MPS) adalah bagian
dari peningkatan pendapatan yang ditabung (atau bagian dari penurunan pendapatan
yang mengurangi tabungan).
Karena C adalah konsumsi agregat dan Y adalah pendapatan agregat, berarti
MPC adalah kecenderingan marjinal masyarakat untuk mengkonsumsi dari
pendapatan nasional dan MPS adalah kecenderungan marjinal masyarakat untuk
menabung dari pendapatan nasional.
4. Investasi yang Direncanakan (I)
Investasi merupakan pembelian-pembelian oleh perusahaan-perusahaan dalam
bentuk gedung-gedung baru, peralatan baru, penambahan persediaan, dan bentuk
lain dari stok modal.
Sebuah komponen dari investasi yaitu perubahan persediaan ditentukan oleh
berapa banyak rumah tangga yang memutuskan untuk membeli dan hal tersebut di
luar pengawasan perusahaan. Perubahan persediaan dapat dihitung sebagai berikut:
Perubahan Persediaan = Produksi – Penjualan

5. Merencanakan Investasi (I)


Merencanakan investasi adalah tambahan stok kapital atau persediaan yang
direncanakan oleh perusahaan-perusahaan. Investasi aktual adalah jumlah aktual dari
investasi termasuk perubahan persediaan yang tidak direncanakan oleh perusahaan.

(Sumber: Case & Fair 2006:77)

Dari gambar 4.6


kita asumsikan sebuah
investasi yang tetap.
Investasi tersebut tidak
tergantung pada
pendapatan berapa pun
pendapatan investasi
tidak mengalami perubahan. Ketika suatu variabel seperti investasi yang
direncanakan tidak tergantung kepada tingkat perkembangan ekonomi disebut
sebagai variabel investasi otonom.
6. Pengeluaran Agregat yang Direncanakan (AE)

(Sumber: Case & Fair 2006:80)

Untuk menentukan besarnya pengeluaran agregat (AE) kita tambahkan


pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran investasi yang Pengeluaran agregate
direncanakan, C+I (miliaran rupiah) Pendapatan agregate, Y (miliaran rupiah)
direncanakan (I) pada setiap tingkat pendapatan. Dalam ekonomi makro yang
dimaksud keseimbangan di pasar barang adalah titik di mana pengeluaran agregat
yang direncanakan sama dengan agregat output.
Keseimbangan:
Pengeluaran agregat direncanakan AE = C + I
Keseimbangan: Y = AE, atau Y = C + I
Ketidakseimbangan:
Y>C+I
Output agregat > Pengeluaran agregat direncanakan
Persediaan Investasi lebih besar daripada yang direncanakan.
Investasi aktual lebih besar daripada yang direncanakan.

C+I>Y
Pengeluaran agregat direncanakan > Output agregat
Persediaan Investasi lebih sedikit daripada yang direncanakan.
Tidak ada persediaan untuk investasi yang direncanakan.

(sumber: Case & Fair 2006:80)


Mengemukan keseimbangan agregat output dengan pengeluaran agregat (Y =
AE) secara aljabar
Jika diketahui:
(1) Persamaan identitas output agregat: Y = C + I
(2) Fungsi konsumsi: C = 100 + 0,75Y
(3) Fungsi investasi: I = 25
Carilah besarnya nilai output keseimbangan!
Caranya:
Substitusikan persamaan Tidakmor (2) dan (3) ke dalam persamaan (1).
Akan diperoleh:
Y = 100 + 0,75Y + 25
Y – 0,75Y = 100 + 25
Y – 0,75Y = 125
0,25Y = 125 Y = 500
Dari perhitungan aljabar di atas keseimbangan output agregat dan pengeluaran
agregat ketika output agregat (pendapatan agregat, Y) sebesar 500. Pendekatan yang
kedua untuk mendapatkan keseimbangan output dengan menggunakan persamaan S
= I, yaitu output agregat akan menjadi sama dengan pengeluaran agregat hanya jika
tabungan = investasi yang direncanakan (S = I).
Dengan perhitungan sebagai berikut:
S – 100 + 0,25Y = 25 0,25 Y = 125 Y = 500
Pada gambar 4.9 saat Y = 500 menunjukkan nilai S = I.
(sumber: Case & Fair 2006:75)
2.2 Pengertian Agregat Ekuilibrium
Ekuilibrium dalam ekonomi adalah, kondisi dimana titik harga suatu barang atau
jasa terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dengan kurva penawaran yang
merupakan hasil kesepakatan diantara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen),
dimana kuantitas barang atau jasa yang diminta dan yang ditawarkan sama besarnya.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
1. Harga barang/jasa dalam kurun waktu tertentu akan mempengaruhi
2. terjadinya equilibrium
3. Pendapatan/penghasilan yang diperoleh oleh konsumen
4. Prediksi harga barang/jasa dimasa yang akan datang
5. Jumlah kebutuhan konsumen akan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu
6. Selera atau perilaku konsumen terhadap sebuah barang/jasa yang tersedia
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
1. Peraturan pemerintah seperti pajak, dan bea masuk barang (untuk barang import)
2. Prediksi harga barang/jasa pada masa yang akan datang
3. Tujuan/target didalam sebuah perusahaan
4. Jumlah biaya produksi dan teknologi yang digunakan selama masa produksi
5. Ketersediaan barang/jasa di pasaran sebagai pengganti atau pelengkap kebutuhan

Bilamana keseimbangan ini telah tercapai, maka biasanya titik keseimbangan ini
akan bertahan lama dan akam menjadi patokan bagi pihak pembeli dan pihak penjual
dalam menentukan harga barang atau jasa tersebut. Ekuilibrium terjadi ketika tidak ada
kecenderungan yang berubah. Dalam ilmu ekonomi mikro, ekuilibrium dikatakan terjadi
pada pasar tertentu misalnya pasar pisang, pada harga dimana kuantitas yang diminta
sama dengan kuantitas yang ditawarkan. Pada titik ini baik pihak yang menawarkan
maupun yang meminta sama-sama puas. Harga ekuilibrium pada kasus ini adalah harga
dimana pihak yang menawarkan ingin menyediakan jumlah yang diminta oleh pihak
pembeli.
Dalam pasar barang makroekonomi, ekuilibrium terjadi ketika pengeluaran
agregat (C + I) yang direncanakan sama dengan output agregat (Y), atau ketika investasi
aktual dan yang direncanakan sama.

2.3 TabunganInvestasi

Investasi adalahkomitmenatassejumlah dana atausumberdaya lain yang dilakukan pada


saatini, dengantujuanmemperolehsebuahkeuntungan di masa mendatang.

Sedangkanuntuktabungansendiriadalahsimpanandaripihakketigakepada bank yang


penarikannyahanyadapatdilakukanmenurutsyarat-syarattertentu.

Dari
pengertiantersebutjelasberbedainvestasilebihbertujuanuntukmeningkatkanadanyanilaitambah
dengansegalaresiko yang ada.
Sedangkanuntuktabunganlebihkepenyimpananuangdengantujuanuntukmengamankankekayaa
nberupauangtersebutdan denganresiko yang sangat minim.

Contohuntuktabunganinvestasisebagaiberikut:

1. Emas yang TakLekang Waktu

Tabungan investasi yang tidakpernahketinggalan zaman dan salah satu yang paling
mudahdilakukanadalahemas. Investasidenganemasbisaberupalogammulia, emasbatangan,
emasperhiasan, dan voucher emasatauemas digital.

2. Produk Deposito di Bank

Selaininvestasi pada emas, produkdeposito di bank juga


termasukkedalamtabunganinvestasi. Deposito sendirimerupakanprodukperbankan yang
paling populersetelahtabungan. Tingkat keamanannya pun tidakkalahtinggi dan
menawarkankeuntungan yang lumayankarenamengikutilajuinflasi yang
selalumeningkatsetiaptahunnya.

3. Reksa dana di Pasar Modal


Salah satutabungan yang dapatberfungsisebagaitempatmenanam modal
dengantingkatrisiko paling rendahyaituReksa dana. Produkini juga
tidakmemerlukanpengetahuan yang mendalamsehinggacocokuntuk para pemula di dunia
investasi.

4. Investasi Peer to Peer Lending (P2P)

Adapunbentukinvestasiasuransi yang menguntungkandengankonsepterkiniadalah P2P


Lending. Investasidengancarainimemanfaatkanteknologisebagai proses
pengoperasiannya. Secaraumum, P2P
Lending menawarkanpaketinvestasidalambentukpermodalanusahakepada salah
seorangpelakuusahadenganbantuanteknologi online.

2.4 Hubungan Pengeluaran Agregat Dengan Output Ekuilibrium

Pengeluaran Agregat adalah keseluruhan jenis pengeluaran belanja dalam beberapa sector
komponen agregat tertentu dan dalam periode tertentu.

Sedangkan Output Ekuilibrium atau keseimbangan pasar adalah harga yang terjadi apabila
jumlah barang yang diminta samadenganjumlah yang ditawarkan, lalu uuntuk menemukan
keseimbangan tersebut kita harus menentukan titik potong grafik fungsi permintaan dan
grafik fungsi penawaran.

Jadi hubungan antara pengeluaran agregatdengan output ekuilibrium adalah jika pengeluaran
agregatdilakukan oleh rumah tangga maka akan terjadi output ekuilibrium. Sedangkan
keseimbangan pasar akan terjadi ketika rumah tangga mengkonsumsi barangproduk dalam
negeri dengan harga yang seimbang atau ketersediaan pasar yang seimbangdengan jumlah
yang diminta atau dibeli sama dengan jumlah permintaan atau harga di kegiatan ekspor dan
impor

2.5 Faktor Menurunnya Output Agregat

Dalam permintaan dan penawaraan output agregat ada factor factor yang membuat kurva
tersebut meningkat atau menurun ada 4 komponen yang menyebabkan kurva tersebut
berubah

1. Pasar Tenaga Kerja


Tenaga kerja merupakan komponen dari output agregat, komponen ini mempengaruhi
jika perekonomian sedang baik maka permintaan akan tenaga kerja akan lebih besar
dari penawaran yang akan mengakibatkan pemberi pekerjaan akan menaikan upah
agar pencari kerja yang sesuai dengan mutunya akan tertaik untuk bekerja dan output
agregat akan meningkat. Lalu sebaliknya jika perekonomian sedang memburuk maka
penawaran akan lebih besar dari permintaan maka upah akan menurun karena
penawaraan yang melimpah dan akan mengakibatkan output agregat menurun.

Sumber : pustakauntuksemua.com

2. Perkiraan Harga Tetap


Kenaikan harga akan mengakibatkan upah lebih tinggi lalu biaya produksi ikut
meningkat dan akan menurunkan keuntungan tiap unitnya maka akan
mengakibatkan kurva bergeser ke kiri

3. Dorongan Upah

Seperti fenomena mogok kerja untuk meningkatkan upah rill akan


mengakibatkan kurva penawaran agregat akan bergeser ke kiri jika mereka berhasil
menaikan upah rill
4. Kenaikan Harga Yang Tidak Berhubungan Dengan Upah
Kenaikan yang dimaksud adalah seperti kenaikan harga bahan mentah yang
mempengaruhi kenaikan biaya produksi, keterbatasaan persediaan bahan
mentah akan menggeser kurva agregat ke kiri dan sebaliknya.
Jika ada pengembangan teknologi dan produktivitas terjaga maka menggeser
kurva agregat ke kanan.

2.7 Faktor Menurun/Meningkatbya Pendapatan Agregat

Pendapatan agregat (aggregate income/revenue) adalah jumlah total semua pendapatan dalam
suatu perekonomian selama periode waktu tertentu.

1.Jumlah uang beredar (Ms)

Ms ↑ (naik) maka AD ↑ (naik) dan kurva bergeser kekanan

Jika jumlah uang beredar dimasyarakat naik maka permintaan agregat meningkat .

Dan sebaliknya.

2. Pengeluaran Pemerintah (g)

g ↑ (naik) maka AD ↑ (naik) dan kurva bergeser kekanan

Jika pengeluaran pemerintah naik maka permintaan agregat meningkat

Dan sebaliknya.

3. Pajak (t)

t ↑ (Naik) maka AD ↓ (turun) dan kurva bergeser kekiri

Jika pajak naik maka permimtaan agregat menurun

Kenapa pajak naik , permintaan turun?

Karna, ketika pajak suatu barang naik maka si pembeli akan menyimpan duitnya kembali dan
tidak ada pembelian maka permintaan menurun

Dan sebaliknya.

4. Pengeluaran Masyarakat (c)

c ↑ (naik) maka AD ↑ (naik) dan kurva bergeser kekanan

Jika pengeluaran masyarakat naik maka permintaan agregat meningkat

Dan sebaliknya.

5. Investasi (I)
I ↑ (naik) maka AD ↑(naik) dan kurva bergeser kekanan

Jika Investasi naik maka permintaan agregat meningkat

Dan sebaliknya.

6. Suku bunga (i)

i ↑(naik) maka AD ↓ (turun) dan kurva bergeser kekiri

Jika suku bunga naik maka permintaan agregat menurun

Kenapa suku bunga naik, permintaan turun ?

Karna, suku bunga diBank naik maka orang perlomba-lomba untuk menyimpan duitnya ke
Bank daripada untuk membeli sesuatu maka jumlah uang beredar dimasyarakat akan
menurun dan mengakibatkan tingkat permintaan menurun

Dan sebaliknya.

7. Export netto (Xnet)

Xnet ↑ (naik) maka AD ↑ (naik) dan kurva bergeser kekanan

Jika export netto naik maka permintaan agregat akan meningkat.

Dan sebaliknya.

2.8 Pendapatan Agregat 2019

Pemerintah menargetkan pendapatan negara dan hibah dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara ( APBN) 2019 sebesar Rp 2.142,5 triliun. Presiden Joko Widodo
mengatakan, tahun depan, pemerintah tetap konsisten berupaya menggali sumber pendapatan
secara realistis dan berkeadilan. "Dengan menjaga iklim investasi, melakukan konservasi
lingkungan, dan melakukan perbaikan kualitas pelayanan publik," ujar Jokowi dalam Rapat
Paripurna RAPBN 2019 di kompleks DPR/MPR RI, Jakarta, Kamis (16/8/2018). Jokowi
mengatakan, pendapatan negara dan hibah pada 2019 menunjukkan kenaikan 12,6 persen dari
proyeksi di tahun 2018. Target tersebut meliputi proyeksi penerimaan perpajakan sebesar Rp
1.781triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 361,1 triliun, dan hibah
sebesar Rp 0,4 triliun. Dari sisi perpajakan, kata Jokowi, arah kebijakan tahun 2019
dilakukan salah satunya dengan mengumpulkan sumber pendapatan negara dari kegiatan
ekonomi nasional. "Serta terus mendorong peningkatan kepatuhan melalui reformasi
administrasi perpajakan yang lebih sederhana dan transparan," kata Jokowi. Dengan
kebijakan tersebut, serta melihat perkembangan positif penerimaan perpajakan dan
momentum pertumbuhan ekonomi, diharapkan tax ratio alias rasio perpajakan tahun 2019
dapat mencapai 12,1 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Target tersebut naik dari
perkiraan di tahun 2018 sebesar 11,6 persen.

2.9 Output Agregat 2019

Konsumsi Pemerintah

Kinerja Konsumsi Pemerintah Triwulan III 2019


Pada triwulan III 2019, konsumsi pemerintah tercatat belum membaik dan masih mengalami
kontraksi cukup dalam. Konsumsi pemerintah tercatat mengalami kontraksi sebesar -18,87%
(yoy), belum membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat kontraksi -11,70%
(yoy). Hal ini dipengaruhi oleh realisasi belanja dari APBD seluruh pemerintah daerah di
Papua Barat yang belum optimal pada triwulan ketiga tahun anggaran, sementara realisasi
belanja APBN meningkat. Kontraksinya pertumbuhan ini melanjutkan tren tiga triwulan
sebelumnya di tahun 2019 yang belum mengalami perbaikan. Realisasi belanja APBD
seluruh pemerintah daerah mencatat pertumbuhan yang negatif sebesar 2,05% (yoy).
Sementara, realisasi belanja APBN tercatat peningkatan pertumbuhan sebesar 10,53% (yoy).

Secara umum, terjadinya realisasi belanja APBD yang rendah ini dikarenakan oleh
keterlambatan proses lelang umum terhadap proyek yang didaftarkan oleh Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) ke Unit Layanan Pengadaan (ULP). Kedua, keterlambatan
pembagian paket pengadaan khusus bagi pengusaha asli Papua. Hal ini dikarenakan
paketpaket pekerjaan yang diperuntukkan untuk pengusaha asli Papua belum didukung oleh
data pengusaha asli Papua yang jelas dan lengkap mencakup profil perusahaan, kemampuan
teknis, dsb. Ketiga, penghentian sementara pengadaan kendaraan dinas operasional seluruh
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun pengadaan bagi para pejabat. Hal ini karena
Pemprov sedang melakukan penertiban dan pendataan aset terutama kendaraan dinas.

Jika dilihat rincian berdasarkan kegunaan belanja, belanja pegawai yang bersumber dari
APBN tumbuh sebesar 26,86% (yoy) pada triwulan III 2019. Begitu juga dengan belanja
pegawai yang bersumber dari APBD tumbuh sebesar 4,12% (yoy). Hal ini merupakan
indikasi upaya peningkatan kesejahteraan pegawai sehingga akan berdampak kepada
peningkatan daya beli rumah tangga.

Dari sisi belanja modal, terjadi perlambatan realisasi dari sisi APBN dan APBD. Realisasi
belanja modal APBN baru terealisasi sebesar 43,03%, lebih rendah dibanding tahun lalu yang
mencapai realisasi 50,00%. Selanjutnya, belanja modal APBD juga tercatat rendah sebesar
26,55%, lebih rendah dibanding tahun lalu yang tercatat 28,76%. Belanja modal APBD ini
terutama untuk belanja modal jalan. Besarnya porsi realisasi belanja modal APBN dan APBD
untuk bangunan dan jalan berdampak pada sektor PMTB (investasi) dan sektor konstruksi
(sisi pemerintah).

Dari sisi belanja dana desa, realisasi anggaran dana desa yang berasal dari APBN tercatat
sebesar 60% atau tumbuh sebesar 8,78%(yoy) dibanding realisasi tahun lalu. Realisasi pada
tahun 2018 juga tercatat hampir sama 62,88%, namun dengan peningkatan jumlah dana desa
yang diberikan untuk setiap desa maka terjadi pertumbuhan realisasi secara nominal. Selain
itu, pemahaman desa akan prosedur pencairan dana desa semakin baik sehingga proses
transfer semakin cepat. Dengan tersalurkannya dana desa ini, nantinya berdampak
mendorong pembangunan desa sebagai upaya pemerataan daerah.

Dari sisi belanja barang dan jasa, realisasi belanja barang dan jasa yang bersumber dari dana
APBN tercatat sebesar 59,01%, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar
53,38%. Begitu juga dengan realisasi belanja barang dan jasa yang bersumber dari APBD
dimana tercatat sebesar 43,46%, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar
40,69%.

Tabel 1.2 Realisasi Belanja Pemerintah


Tw III 2018 Tw II 2019 Tw III 2019
Anggaran
Item Rp (%) Rp (%) Rp (%) %
Fiskal
miliar miliar miliar yoy
Belanja Bantuan 49. 79 3.7 1 1.02 49.5 -
Sosial 12.39 5 6.63 4 46.51
Belanja Barang 53. 38 1 2.93 59.0 25.25
dan Jasa 1,502.2 1,146.4 1,881.6 1
6 8 2
Belanja Modal 50. 00 4.84 43.0 0.73
1,344.2 620.05 1,354.0 3
2 5
APBN
Belanja Dana 62. 88 1 2.90 60.0 8.78
Desa 836.67 910.15 910.15 0
Belanja Pegawai 72.49 2 0.10 74.67 26.86
1,052.8 810.91 1,335.6
7 9
Belanja Total 55. 63 3 2.58 52.6 10.53
5,471.2 3,567.0 6,047.3 4
9 2 8
Belanja Bantuan 78.49 20 5 0.00 80.30 -
Sosial 365 3 326 10.68
Belanja Barang 40.6 2 3.55 43.4 23.77
dan Jasa 2,108 9 1,414 2,609 6
APBD
Belanja Modal 28.76 52 8.31 26.55 -2.86
Seluruh
1,714 1 1,665
Pemda di
Belanja Bantuan 65. 52 2 4.60 42.4 -
Papua
Keuangan 2,573 1,046 1,805 5 29.85
Barat
Belanja Pegawai 53. 87 28.1 43.1 4.12
2,913 1,978 6 3,033 7
Belanja Total 47.70 22.26 40.84 -2.05
10,481 5,595 10,266
Sumber: Kajian Fiskal Regional (KFR) Triwulan III 2019 Kanwil Perbendaharaan Papua
Barat & BPKAD Provinsi Papua Barat

Tracking Kinerja Konsumsi Pemerintah Triwulan IV 2019

Berdasarkan perkembangan beberapa indikator, konsumsi pemerintah diperkirakan


mengalami akselerasi pada triwulan IV 2019. Hal utama yang mendorong percepatan
realisasi belanja adalah beberapa program kerja yang akan berjalan, langkah percepatan yang
dilakukan demi mengatasi ketiga hambatan seperti diuraikan diatas, serta mulai realisasi
pembayaran proyek-proyek pembangunan jalan dan bangunan. Sebagaimana diketahui, baru
sekitar 40% dana yang terserap, sehingga untuk mengejar target realisasi minimal 85%
sebagaimana tahun-tahun sebelumnya perlu dilakukan akselerasi.

Tracking Kinerja Konsumsi Pemerintah Kumulatif 2019

Konsumsi pemerintah diperkirakan lebih rendah mempertimbangkan realisasi hingga


triwulan III 2019 yang masih rendah. Meskipun demikian, kondisi ini akan ditopang oleh
peningkatan APBN 2019, kenaikan UMP 2019, dan gaji pokok ASN sebesar 5% mendorong
kenaikan belanja pegawai yang berdampak pada konsumsi pemerintah.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa situasi makro suatu


perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintaan agregat masyarakat.
Apabila permintaan agregat melebihi penawaran agregat (atau output yang dihasilkan)
dalam periode tersebut, maka akan terjadi situasi “kekurangan produksi”. Pada periode
berikutnya output akan naik atau harga akan naik, atau keduanya terjadi bersama-sama.
Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka situasi
“kelebihan produksi” terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau harga akan
turun, atau keduanya terjadi bersama-sama.
DAFTAR RUJUKAN

Case, Karl E. dan Ray. C Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi Kedelapan Jilid 1.

Jakarta: Erlangga.

EtduardusTandelin, Portofolio dan InvestasiTeori dan Aplikasi, edisipertama, Kanisius,


Yogyakarta, 2010, hlm.2.

Mankiw N. Gregory, dkk. 2012. Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta: Salemba Empat.

Miftahul, Selfie. 2018. Punya Garis Pantai Terpanjang di Dunia, Kok RI Impor Garam?
https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-4211965/punya-garis-pantai-
terpanjang-di-dunia-kok-ri-impor-garam.

diakses pada 5 Februari 2020

Katakita (2013,Juni). Analisis Permintaan Dan Penawaran Agregat


http://pustakauntuksemua.blogspot.com/2013/06/analisis-permintaan-dan-penawaran.html
diakses pada 5 Februari 2020
Contoh Berita Pengeluaran Agregat

Punya Garis Pantai Terpanjang di Dunia, Kok RI Impor Garam?

Jakarta - Indonesia adalah negara kepulauan dengan panjang garis pantai terpanjang di dunia
mencapai 99.093 km. Dengan garis pantai sepanjang itu, kok RI masih impor garam?

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita blak-blakan soal alasan Indonesia masih impor
garam meskipun punya garis pantai terpanjang di dunia.

Menurut Enggar, ada 2 faktor utama yang menyebabkan produksi garam Indonesia tak
mampu memenuhi kebutuhan nasional sehingga mengharuskan pemerintah melakukan
impor.

Pertama adalah iklim atau cuaca di Indonesia yang dianggap kurang mendukung untuk
memproduksi garam.

"Kita (Indonesia) iklim kita, di Jawa ini hujan itu 4 sampai 5 bulan dalam setahun," ujar
Enggar dalam blak-blakan di kantor detikcom, Jakarta, Kamis (13/9/2018).

Kondisi ini jauh berbeda dengan wilayah di belahan bumi lain seperti Darwin yang hanya
hujan satu bulan dalam setahun.

Faktor lainnya adalah kualitas air laut alias tingkat kemurnian air laut yang menjadi bahan
baku utama untuk memproduksi garam.

Wilayah sentra produksi garam seperti Cirebon misalnya, kualitas garamnya kurang
maksimal lantaran kualitas air lautnya yang kotor karena sudah banyak tercemar.

"Mana mungkin (menghasilkan garam berkualitas), coba lihat lautnya saja cokelat," jelas pria
66 tahun ini.

Sehingga menurutnya, panjang garis pantai tak bsa jadi patokan RI bisa meniadi produsen
garam terbesar di dunia.
"Jadi memang areal (pertambakan garam) itu tidak ditentukan panjang garis pantai. Tapi
apakah mungkin atau tidak (menjadi sentra produksi garam)? Di situ dilihat dari iklim," tutur
dia.

Meski demikian, bukan berarti Indonesia bakal selamanya menjadi budak impr garam. Ada
cara lan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi garam nasional, salah satunya
adalah menetapkan lokasi yang tepat untuk dijadikan sentra roduksi garam.

Salah satu wilayah yang paling mungkin jadi sentra produksi garam adalah Nusa Tenggara
Timur.

"Yang paling efektif dan yang paling memungkinkan adalah dari NTT," jelas Enggar.

NTT memiliki dua faktor utama yang paling memungkinkan untuk menjadi sentra produksi
garam nasional. Pertama adalah iklim cuaca.

"Di Timor, satu tahun dua bulan setengah hujan. Kemudian di Flores satu tahun 3 bulann
hujan," jelas dia.

Sementara kualitas air di sana juga terpantau cenderung lebih jernih ketimbang daerah lain di
Indonesia.

"Di NTT itu adalah yang terbaik," sambung dia.

"Itulah pemerintah pusat dan gubernur NTT yang baru ini melakukan berbagai cara untuk,
membuat NTT sebagai produsen garam," tandas Enggar.

Analisis Berita

Permasalahan ekonomi selalu menjadi daya tarik tersendiri dan masalah neraca perdagangan
selalu menjadi perbincangan hangat bagi beberapa orang tertuma kita sebagai mahasiswa
fakultas ekonomi dan bisnis. Sudah tidak asing lagi bahwa neraca perdagangan di Indonesia
selalu mengalami defisit. Salah satu faktornya adalah impor garam kita yang selalu
meningkat di setiap tahunnya padahal sesuai yang di beritakan bahwa kita mempunyai garis
pantai terbesar. Mengapa kita mengimpor dengan angka yang sangat banyak?
garam merupakan bahan dapur yang selalu dipakai oleh masyarakat indonesia untuk
memasak, semua makanan hampir memakai garam. Permintaan dari pasar yang sangat besar
tidak cukup jika kita tidak impor garam. Kalau kita memaksa tidak mengimpor garam maka
banyak masalah ekonomi yang akan muncul lagi yaitu kelangkaan stock garam akan
mempengaruhi kenaikaan harga garam tersebut. Maka dari itu pemerintah mengimpor garam
agar tidak terjadi hal seperti itu.

Lalu bagaimana caranya agar kita tidak mengimpor garam dan tidak muncul masalah
ekonomi seperti inflasi tersebut? yaitu dengan cara meningkatkan kualitas garam dan seperti
yang ada di beritakan bahwa lokasi untuk memproduksi garam sangatlah penting dan ini
harus menjadi perhatiaan dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai