238-Article Text-586-2-10-20210131

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PREMARITAL SERVICES AT

TEGALREJO COMMUNITY HEALTH PUBLIC, YOGYAKARTA

INTERPROFESSIONAL COLLABORATION DALAM PELAYANAN PRANIKAH DI


PUSKESMAS TEGALREJO, KOTA YOGYAKARTA

Eka Vicky Yulivantina1*, Gunarmi2, Mufdlilah3

ABSTRACT
Reproductive health is the start point for the development of maternal and child health that can be
prepared early, even before a woman becomes pregnant and becomes a mother. The purpose of
this study was to explore Interprofessional Collaboration in Premarital Services at Tegalrejo Health
Center, Yogyakarta City. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach
on department involved at premarital services. Data collection techniques with in-depth interviews.
Data analysis using content analysis. The results showed that the implementation of
interprofessional collaboration in premarital services that has been implemented at the Puskesmas
Tegalrejo Yogyakarta City includes midwifery services, laboratory services, general practitioner
services, nutrition services, psychological services and teeth services.

Keywords: Health, Interprofessional Collaboration, Premarital

INTISARI
Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan kesehatan ibu dan anak yang dapat
dipersiapkan sejak dini, bahkan sebelum seorang perempuan hamil dan menjadi ibu. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi Interprofessional Collaboration Dalam Pelayanan
Pranikah Di Puskesmas Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi pada pihak yang terlibat dalam pelayanan pranikah. Teknik
pengumpulan data dengan indepth interview. Analisa data menggunakan content analysis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan interprofessional collaboration dalam pelayanan
pranikah yang telah diterapkan di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta meliputi pelayanan
kebidanan, pelayanan laboratorium, pelayanan dokter umum, pelayanan gizi, pelayanan psikologi
dan pelayanan gigi.

Kata kunci: Kesehatan, Interprofessional Hollaboration, Pelayanan Pranikah

PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Afiliasi Penulis Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator
utama derajat kesehatan masyarakat. Angka
STIKES Guna Bangsa Yogyakarta Kematian Ibu di Indonesia merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara yaitu 359 per
Korespondensi kepada
100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Eka Vicky Yulivantina Bayi 35 per 1000 kelahiran hidup. (SDKI,
ekavicky.yulivantina@gmail.com 2012).

42 | Vol. 8 | No. 1
Angka kematian ibu dan bayi Pemerintah telah melakukan upaya
disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan untuk melakukan skrining pra konsepsi pada
dan persalinan sebagai akibat dari tidak ada wanita usia subur untuk mempersiapkan
perencanaan kehamilan yang baik. perempuan dalam menjalani kehamilan dan
Kesehatan reproduksi menjadi titik awal persalinan yang sehat dan selamat serta
perkembangan kesehatan ibu dan anak yang memperoleh bayi yang sehat melalui
dapat dipersiapkan sejak dini, bahkan Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun
sebelum seorang perempuan hamil dan 2014 tentang pelayanan kesehatan masa
menjadi ibu. Kesehatan prakonsepsi sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan
merupakan bagian dari kesehatan secara masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan
keseluruhan antara perempuan dan laki-laki pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan
selama masa reproduksinya. Perawatan kesehatan seksual. Skrining prakonsepsi
kesehatan prakonsepsi berguna untuk yang dapat dilakukan pada calon pengantin
mengurangi resiko dan mempromosikan gaya minimal adalah pemeriksaan tanda vital dan
hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan pemeriksaan status gizi. Dalam hal ini
sehat. (WHO, 2013). interprofessional collaboration dibutuhkan
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan agar terlaksana pelayanan pranikah terpadu.
Kota Yogyakarta, jumlah kasus HIV-AIDS Peran bidan dalam skrining prakonsepsi
paling banyak menyerang usia 20-24 tahun tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan
dan 25-49 tahun. Usia ini merupakan usia Nomor 320 tahun 2020 Tentang Standar
reproduktif sehingga apabila terjadi kehamilan Profesi Bidan bahwa bidan mampu
pada penderita atau pasangan penderita HIV melakukan skrining terhadap masalah dan
tanpa terdeteksi sebelumnya maka akan gangguan pada bayi baru lahir (neonatus),
meningkatkan resiko penularan HIV dari ibu bayi, balita dan anak prasekolah, remaja,
ke bayi. Masalah kesehatan lainnya yang masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa
dapat menyebabkan komplikasi pada persalinan, masa pasca keguguran, masa
kehamilan dan menyerang usia reproduktif di nifas, masa antara, masa klimakterium,
Kota Yogyakarta adalah anemia dan pelayanan Keluarga Berencana, kesehatan
kekurangan energi kronis. Cakupan angka reproduksi dan seksualitas perempuan.
anemia pada ibu hamil di Kota Yogyakarta dari (Kepmenkes, 2020).
tahun 2010 sampai tahun 2015 mengalami
fluktuatif dengan kecenderungan adanya METODE
peningkatan. Pada tahun 2015 cakupan Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
anemia pada ibu hamil di Kota Yogyakarta dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian
mencapai 32,39% dan merupakan angka ini bertujuan untuk mengeksplorasi
anemia tertinggi di Daerah Istimewa interprofessional colaboration pada pelayanan
Yogyakarta. Presentasi ibu hamil dengan pranikah pada calon pengantin di puskesmas
kondisi kekurangan energi kronis di Kota Tegalrejo Kota Yogyakarta dari sisi petugas
Yogyakarta pada tahun 2015 merupakan yang kesehatan sebagai pemberi layanan dan
tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu calon pengantin perempuan sebagai
sebesar 13,41%. Angka ini mengalami penerima layanan sehingga hasilnya akan
kenaikan pada tahun 2016 menjadi 13,65%. lebih mendalam bila dikaji secara kualitatif.
(Dinkes,2017). Dengan pendekatan fenomenologi peneliti
dapat mengeksplorasi secara mendalam

Journal of Health | 43
journal.gunabangsa.ac.id
pelayanan yang diberikan oleh petugas indepth interview hingga data jenuh selama 3
kesehatan dan diterima oleh calon pengantin bulan. Informan dalam penelitian ini terbagi
serta masalah yang timbul dalam pelayanan menjadi dua bagian yaitu informan utama dan
skrining prakonsepsi sehingga data yang informan pendukung. Informan utama dalam
didapatkan betul-betul dirasakan oleh penelitian ini terdiri dari tim pelayanan
partisipan. Hasil penelitian ini disajikan dalam kesehatan skrining pranikah pada calon
bentuk deskriptif naratif dengan memaparkan pengantin di Puskesmas Tegalrejo sebagai
pelaksanaan interprofessional collaboration pemberi layanan di Puskesmas dan calon
dalam pelayanan pranikah di Puskesmas pengantin perempuan sebagai penerima
Tegalrejo, Kota Yogyakarta. pelayanan skrining prakonsepsi di Puskesmas
Tegalrejo.
PROSEDUR PENELITIAN Karakteristik informan utama yang
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif memberikan pelayanan kesehatan pada calon
di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pengantin perempuan dalam penelitian ini
Peneliti melakukan pengkajian data melalui dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1 | Karakteristik Informan Utama Tim Pelayanan Kesehatan Pada Calon Pengantin di Puskesmas
Tegalrejo

Kode
No. Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan
Partisipan
1. 31 th Perempuan DIII Petugas gizi UG 1
2. 29 th Perempuan DIII Bidan jaga UB 1
3. 54 th Perempuan DIII Bidan jaga UB 2
4. 28 th Perempuan S2 Psikolog UP 1
5. 34 th Perempuan S1 Dokter Umum UD 1
Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa tim pelayanan kesehatan pada calon pengantin
perempuan di Puskesmas Tegalrejo terdiri dari bidan, petugas gizi, dokter, psikolog dan calon
pengantin perempuan. pendidikan terendah dari petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
skrining prakonsepsi adalah jenjang DIII dan pendidian tertinggi adalah jenjang S2.

Tabel 2 | Karakteristik Informan Utama Calon Pengantin Perempuan di Puskesmas Tegalrejo

Kode
No Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan
Partisipan
1. 20 th Perempuan SMK Mahasiswa UC 1
2. 21 th Perempuan SMA Mahasiswa UC 2
3. 25 th Perempuan SI Karyawan swasta UC 3
Sumber : data primer,2019

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa pranikah di Puskesmas Tegalrejo berada


calon pengantin yang mengakses layanan pada usia reproduktif dengan usia terendah 20

44 | Vol. 8 | No. 1
tahun dan usia tertinggi 25 tahun. Latar 1) Pemeriksaan Fisik
belakang pendidikan calon pengantin Pemeriksaan fisik pada calon pengantin
berbeda-beda, pendidikan terendah yang perempuan di Puskesmas Tegalrejo terdiri
ditempuh calon pengantin adalah dari penimbangan berat badan, pemeriksaan
SMA/sederajat dan pendidikan tertinggi yang tekanan darah, dan pemeriksaan lingkar
ditempuh calon pengantin adalah S1. lengan atas. Hal ini diperjelas dengan bukti
wawancara sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN “Yang pertama daftar, terus dapat
Pelaksanaan interprofessional status, dibawa ke KIA, di KIA di ukur fisiknya
collaboration pada calon pengantin di seperti timbang berat badan dan ukur lila, vital
Puskesmas Tegalrejo secara umum sudah sign, kemudian dapat surat pengantar ke
dilaksanakan dengan baik, hal ini terlihat dari laboratorium...” (UB1).
adanya layanan terpadu pada calon “Yaa, dari awal kita anamnesa, terus
pengantin. Seperti yang disampaikan oleh ada TTV, timbang, ukur lila nanti kita kasih
informan tim pelayanan kesehatan berikut ini: rujukan untuk ke lab....” (UB2).
“Kan pelayanan pada catin disini “Ee selama ini biasanya kalau untuk
terpadu ya, melewati KIA dulu, nanti ada si pemeriksaan anamnesa dan tanda vital kalau
alurnya lab, gizi, psikolog terus nanti ke pasien poli umum sendiri kan eee dari awal
umum....” (UD1). itu semua poli umum. Cuman kalau catin kan
“Iya semua calon pengantin perempuan dari awal di KIA, jadi untuk tanda vital,
disini pasti mendapatkan pelayanan caten. anamnesa dan lainnya langsung dari bidan....”
Catennya nanti pelayanannya terpadu, jadi (UD 1).
ada KIA, terus nanti ada lab, gizi, psikolog, Berdasarkan hasil wawancara di atas, 3
dokter umum, nanti ke KIA lagi untuk dari 5 partisipan tenaga kesehatan
imunisasi” (UB2). mengatakan bahwa pemeriksaan fisik
“Jadi kalau caten itu kan daftarnya nanti dilaksanakan di poli KIA, petugas pelaksana di
ke KIA, nah ini kan terpadu melibatkan poli KIA adalah bidan. Calon pengantin
beberapa poli mbak. Setelah dari KIA kan setelah mendaftar akan diarahkan ke poli KIA,
dirujuk ke lab. Nah dari hasil lab tersebutlah di poli KIA calon pengantin perempuan akan
nanti terus ke gizi. Karena kalau hasil lab yang di anamnesa untuk di gali informasi mengenai
Hb dan PP test belum keluar, maka kami hari pertama haid terakhir, rencana menikah,
belum bisa memberikan konseling” (UG1). dan keluhan yang dirasakan. Pada
Berdasarkan hasil wawancara di atas, 3 pemeriksaan fisik di lakukan pengukuran
dari 5 partisipan tenaga kesehatan berat badan, pengukuran tekanan darah dan
mengatakan bahwa pelayanana kesehatan pengukuran lingkar lengan atas.
pranikah di Puskesmas Tegalrejo di 2) Pemeriksaan Penunjang
laksanakan secara terpadu melibatkan Pemeriksaan penunjang pada calon
beberapa poli. Adapun poli yang terlibat dalam pengantin perempuan di Puskesmas
pelayanan pranikah adalah poli KIA, Tegalrejo dilakukan di unit laboratorium.
laboratorium, poli gizi, poli umum, dan poli Adapun pemeriksaan yang wajib
psikolog. Interprofessional collaboration dilaksanakan dalam paket layanan terpadu
pelayanan pranikah di puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan kehamilan (urine) dan
terbagi dalam layanan sebagai berikut: pemeriksaan kadar hemoglobin dan
pemeriksaan penunjang yang bersifat

Journal of Health | 45
journal.gunabangsa.ac.id
rekomendasi. Hal ini diperjelas dengan bukti poli umum, poli psikologi, dan poli KIA untuk
wawancara sebagai berikut: menentukan konseling yang akan diberikan
“...Sama lab, labnya ada Hb, ada test kepada calon pengantin sehingga
urine untuk test kehamilan, itu yang wajib. pemeriksaan penunjang harus dilakukan
Kalau untuk yang penunjangnya bisa kita terlebih dahulu. Calon pengantin yang sudah
tawarkan untuk gula darah sama kolesterol, di anamnesa dan melakukan pemeriksaan
nanti untuk persiapan kehamilannya juga. fisik di poli KIA akan mendiskusikan pilihan
Catinnya boleh memilih untuk yang pemeriksaan penunjang dengan bidan di poli
penunjang, misalnya ada riwayat gula darah KIA, setelah disepakati jenis pemeriksaan
dalam keluarga maka dianjurkan untuk penunjang yang akan dilakukan, poli KIA
melakukan pemeriksaan. Tujuannya seperti memberikan rujukan ke unit laboratorium dan
itu”(UB2). mendampingi calon pengantin untuk ke unit
“Kami kemarin juga ada tambahan untuk laboratorium.
catin yaitu gula darah sewaktu, terus
kolesterol tambah asam urat apa ya, lupa 3) Pemberian Imunisasi
saya. Dua atau tiga item. Tapi itu kami Pemberian imunisasi merupakan bagian
tanyakan dulu ke pasiennya, dia bersedia atau terpenting dalam layanan pranikah pada calon
enggak, kalau gak bersedia ditambah itu ya pengantin perempuan. Imunisasi yang
cuman Hb dan PP test. Jadi ceritanya kayak diberikan kepada calon pengantin perempuan
istilahnya posbindu. Jadi terpadu, udah adalah imunisasi TT. Bukti imunisasi TT harus
sampai sini ya sekalian skriningnya” (UG1). diserahkan ke KUA sebagai salah satu syarat
“HIV, Hepatitis, IMS, misalnya keputihan administrasi mendaftar pernikahan. Hal ini
dan sudah melakukan hubungan seksual juga didukung dengan hasil wawancara sebagai
ditawarkan untuk pemeriksaan swab” (UB1). berikut :
“Iya ada pemeriksaan yang bersifat “...Yang mendukung ini dari KUA.
rekomendasi, sebenarnya kan kita skrining Karena ada syarat TT untuk menikah...”
penyakit tidak menular itu kan sejak usia ya 20 (UB1).
ya, sehingga ditawarkan ke caten jadi untuk “Kalau setau saya itu dukungannya
skrining kayak kolesterol, gula, terus emm karena kami kerja sama pula dengan KUA
kalau yang untuk penyakit menularnya menjadi syarat nikah. Syarat nikahnya
terutama untuk yang status HIV nya kayak gitu sebenarnya hanya TT. Tetapi disini
cuman itu belum wajib.Hepatitis B ada cuman dimodifikasi untuk menjadi pelayanan
bagi yang mau sih, belum jadi program wajib” terpadu. Untuk mendapatkan imunisasi TT
(UD1). catin harus melewati pemeriksaan” (UG 1).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, 4 Berdasarkan hasil wawancara di atas, 2
dari 5 partisipan tenaga kesehatan dari 5 partisipan tenaga kesehatan
menjelaskan bahwa pemeriksaan penunjang mengatakan bahwa imunisasi TT merupakan
lainnya yang masih bersifat rekomendasi salah satu syarat administrasi untuk
terdiri dari pemeriksaan gula darah, kolesterol, mendaftar menikah yang wajib diserahkan ke
asam urat, penyakit menular seksual seperti KUA, hal ini yang mendasari adanya
HIV-AIDS dan sifilis, golongan darah, rhesus pelayanan skrining prakonsepsi terpadu di
dan lain-lain. Puskesmas Tegalrejo. Hal ini diperkuat pula
Pemeriksaan penunjang pada unit dengan hasil wawancara dengan informan
laboratorium merupakan dasar bagi poli gizi, calon pengantin sebagai berikut:

46 | Vol. 8 | No. 1
“Jadi diawal kan dapat pengantar dari 5) Konsultasi Kesehatan
KUA untuk imunisasi TT mbak. Terus saya Konsultasi kesehatan pada pelayanan
tanya apakah harus di rumah sakit atau bebas pranikah di Puskesmas Tegalrejo dilakukan
dimana, terus di bilang di Puskesmas hampir di setiap poli. Hal ini tertuang pada
Tegalrejo bisa mbak, deket sini” (UC1). hasil wawancara sebagai berikut:
“Jadi di puskesmas dari pendaftaran kan “...Kalau konseling di KIA fokusnya ke
ndaftar sambil menyerahkan pengantar dari besok setelah menikah terus melahirkan nanti
KUA, terus diarahkan ke poli KIA, dari KIA ke mau pake alat kontrasepsi apa, terus ya dari
lab, dari lab balik ke KIA lagi baru dianter ke ini si mbak, dari kehamilannya dulu. Nanti
psikolog, sempet ke poli umum dulu, terus ke untuk persiapan kehamilannya seperti itu,
psikolog dan ke KIA lagi” (UC 2). nanti misal kalau hamil dapat buku KIA,
periksa dan sebagainya seperti itu....” (UB2).
4) Suplementasi Gizi “Di poli umum ya, nanti kan kalau di poli
Suplementasi gizi pada calon pengantin umum itu sudah dari lab, jadi kita lihat hasi
di puskesmas Tegalrejo diberikan labnya , kita melakukan pemeriksaan fisiknya
berdasarkan keadaan calon pengantin bila perlu,terutama caten laki-laki. kita
perempuan itu sendiri. Bila calon pengantin anamnesa dulu, kemudian pemeriksaan fisik,
perempuan memenuhi syarat untuk hamil dan kita lihat hasil labnya, kemudian konseling
tidak menunda kehamilan maka akan juga ya. Dalam konseling tentu saja
diberikan suplementasi asam folat. Hal ini menyesuaikan hasil labnya, kemudian
didukung dengan hasil wawancara sebagai menyesuaikan keluhannya pula” (UD1).
berikut: “Emmm konsultasi saja sih mbak,
“Oh ya mbak catinnya juga dapat asam konsultasi kami fokuskan ke masalah gizi
folat mbak, untuk persiapan kehamilannya. yang disesuaikan dengan hasil pemeriksaan
Setiap catin yang memang memenuhi syarat lab, berat badan juga dan persiapan gizi untuk
untuk hamil dikasih asam folat. Kalau yang kehamilan. Untuk suplemen itu bu bidan yang
menunda atau misal belum cukup umur emm memberikan. Kami hanya sebatas konsultasi
ga dikasih ya...” (UB 1) dan merekomendasikan kalau butuh
Hal serupa juga disampaikan oleh calon suplemen” (UG1).
pengantin yang tidak menunda kehamilan “Bisa juga sambil kita lakukan konseling
berikut ini: mengenai upaya penyelesaian masalah.
“...Terus juga yang dikasih obat asam Kayak gituu.. Misalnya ternyata belum deal,
folat itu untuk persiapan kehamilan....” (UC3). aku yo ga suka lo kalau kamu diem-dieman
Berdasarkan hasil wawancara diatas, kayak gitu, aku pengennya kamu ngomong
didapatkan informasi bahwa sebagian besar langsung misalnya. Oke berarti harus mulai
tenaga kesehatan dan penanggung jawab udah punya kesepakatan kira-kira mau diem
puskesmas telah memahami dan dulu apa mau langsung mau ngomong apa
melaksanakan aturan suplementasi gizi pada gimana baiknya. Itu juga kami konseling.
calon pengantin yang merencanakan Kami mencoba untuk tekhnik komunikasi
kehamilan dan di perkuat dengan informasi dalam menyelesaikan masalah untuk
dari calon pengantin yang telah menerima dikonseling juga gitu....” (UP1).
suplementasi asam folat. Pada poli KIA konseling yang diberikan
pada calon pengantin berdasarkan ruang
lingkup kebidanan berupa persiapan

Journal of Health | 47
journal.gunabangsa.ac.id
kehamilan, persalinan, dan kontrasepsi. Hal jelek ? nah nanti bahan yang diberikan untuk
lain yang mendasari pemberian konsultasi konsultasi kan kurang tepat kalau hasil lab
kesehatan pada calon pengantin adalah belum keluar” (UG1).
kebutuhan dari calon pengantin itu sendiri dan “...Karena untuk menggali, kemudian
hasil pemeriksaan laboratorium. Hal ini memberikan penjelasan dan tanya jawab.
didukung dengan hasil wawancara sebagai Biasanya kami menggali informasi mengenai
berikut: pola makan. Itu kalau kooperatif ya cepet,
“Kalau dari kita misalnya HB nya kalau tidak kooperatif ya lama...” (UG1).
rendah, itu langsung kita jelaskan tanda Hal ini didukung pula dengan hasil
bahaya, efeknya terhadap kehamilan, di wawancara pada calon pengantin sebagai
persalinan juga kalau HB nya rendah kan berikut:
mudah infeksi, his nya jelek..” (UB1). “...Tadi kan juga nanya ya mbak, HB nya
“...Nah nanti ditambah kalau ada rendah ini nanti gimana, terus dijawab kalau
keluhan dari catinnya kita berikan konseling misal kayak gini lagi M tu normal, lagian ini
juga sesuai keluhannya” (UB2). bukan di bawah batas normal tapi mendekati
Hal ini didukung pula oleh pernyataan calon malah diatasnya. Tadi saya sempet di bilangin
pengantin sebagai berikut : suruh banyak makan zat besi, terus asam folat
“...Sama bisa konsultasiin di bidannya apa ya, dikasih obat juga kok sama mbak
tadi, kalau saya kan soal keputihan itu katanya petugas gizinya” (UC3).
masih gak papa normal” (UC3). Pada poli umum konsultasi yang diberikan
Berdasarkan hasil wawancara di atas, pada calon pengantin juga berdasarkan hasil
semua bidan telah melaksanakan pemberian pemeriksaan laboratorium. Hal ini dibuktikan
konseling pada calon pengantin perempuan di dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Puskesmas Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Pada “kemudian konseling juga kalau
poli gizi konsultasi kesehatan yang diberikan memang butuh konseling. Menyesuaikan hasil
berkaitan dengan masalah gizi pada calon labnya..” (UD1).
pengantin perempuan, persiapan kehamilan Poli psikologi dalam memberikan
dan lain-lain. Hasil laboratorium mendasari konsultasi kesehatan berdasarkan pada hasil
pula pemberian konsultasi kesehatan pada pengkajian seperti tanggal rencana menikah,
calon pengantin di poli gizi. Sebelum menggali kelebihan dan kekurangan masing-
dilakukan konsultasi kesehatan, petugas gizi masing pasangan, harapan calon pengantin
mengkaji hasil pemeriksaan fisik dan setelah menikah, rencana tinggal, pola
pemeriksaan laboratorium, melakukan komunikasi, masalah pekerjaan dan juga
penggalian informasi mengenai pola makan dilihat hasil laboratorium untuk menentukan
kemudian memberikan konsultasi kesehatan konsultasi yang ditawarkan. Hal ini didukung
dan tanya jawab. Hal ini didukung oleh hasil dengan hasil wawancara sebagai berikut:
wawancara sebagai berikut: “...Kemudian setelah itu ditanyakan
“Jadi kalau caten itu kan daftarnya nanti kapan menikah, alamatnya dimana, gali positif
ke KIA, nanti setelah dari KIA kan dirujuk ke negatif pasangan seperti apa, terus
lab. Nah dari hasil lab tersebutlah nanti terus harapannya setelah menikah apa, kemudian
ke gizi. Karena kalau hasil lab yang HB dan saya juga akan melihat hasil labnya, kalau
PP test belum keluar, maka kami belum bisa Hbnya juga rendah, saya tanyain tadi udah
memberikan konseling. Karena kan percuma, dibilangin belum sama gizi atau kadang kalau
ya nanti kalau hasilnya baik, kalau hasilnya memungkinkan memang saya evaluasi dari

48 | Vol. 8 | No. 1
tadi di KIA dibilangin apa, di gizi dibilangin Berdasarkan hasil wawancara di atas,
apa, di dokter dibilangin apa, nanti tinggal semua tenaga kesehatan dari setiap poli
dikuatin lagi. Seperti itu, terus kalau PP test memiliki peran masing-masing dalam
nya positif sama PP testnya negatif, otomatis memberikan konseling. Untuk konseling
konselingnya juga beda. Kalau positif maka mengenai kebidanan dilakukan oleh bidan
saya melihat saya menanyakan juga sudah pada poli KIA, konseling mengenai gizi
pernah mencoba menggugurkan kayak gitu, diberikan oleh petugas gizi, konsultasi
kalau sudah pernah berarti memungkinkan mengenai kesehatan calon pengantin
gak, ada kemungkinan lagi gak diberikan oleh dokter pada poli umum, dan
menggugurkan lagi, ketika ada maka kita perlu konseling mengenai psikologi diberikan pada
konseling menguatkan, ya tadi ya misalnya poli psikologi. Selain itu didapatkan informasi
apa si efek dari menggugurkan itu, ketika bahwa hasil pengkajian dan hasil laboratorium
gugur mungkin kita akan seneng, tapi rasa sangat mempengaruhi pelayanan konsultasi
bersalah ada, bisa jadi juga ga gugur, tapi pada poli psikologi di Puskesmas Tegalrejo.
justru efeknya nanti ke anaknya, itu yang
kemudian kami edukasi kepada yang hamil 6) Pelayanan Kesehatan Lainnya
positif, seperti itu.. terus kami juga evaluasi Pelayanan kesehatan lainnya yang
perasaannya gimana.Terus juga terkait ditawarkan pada layanan pranikah di
bekerja, apakah setelah menikah bekerja Puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan
yang putri apakah enggak, itu juga pasti beda gigi. Hingga saat ini pemeriksaan gigi belum
konselingnya. Berapa lama kenal itu juga menjadi program wajib dalam pelaksanaan
penting. Kadang mereka saya tanyain layanan pranikah pada calon pengantin
memutuskan untuk menikah berapa lama, perempuan di Puskesmas Tegalrejo sehingga
setahun, dua bulan, tiga bulan, tapi saya tenaga kesehatan hanya memberikan anjuran
kuatkan kalau mempertahankan pernikahan bagi calon pengantin perempuan yang
lebih lama daripada memutuskan kayak gitu.. mengakses layanan pranikah. Hal ini
ya begitulah mbak pemeriksaan pada didukung dengan hasil wawancara sebagai
catin...”(UP 1). berikut:
Hal ini juga diperkuat dengan hasil “...Nanti bila perlu kalau memang perlu
wawancara dengan calon pengantin ke gigi bisa ke poli gigi. Tapi tidak selalu....”
perempuan mengenai pelayanan psikologi di (UB1).
Puskesmas Tegalrejo sebagai berikut: Hal ini didukung pula dengan hasil
“...ya kayak psikolog juga kan nanya ada wawancara sebagai berikut :
yg dikhawatirkan atau enggak, ya aku bilang “...tadi kan aku nanya di luar paket apa
kekhawatiranku karena besok ikut mertua aja yang bisa diambil pemeriksaannya gitu,
kalau ada masalah gimana, jadi besok ya bidannya jawab tadi kalau mau bisa periksa ke
sesuai sarannya gini ya kalau ada masalah poli gigi, , tapi kebetulan kami berdua ga ada
terbuka, di omongin gitu kayak besok gimana masalah di gigi...” (UC3).
di Kota orang, sendiri pula. Aku juga Dari hasil wawancara diatas dapat kita
nyampaikan to kalau bakal di kota orang, aku lihat bahwa bidan telah menawarkan
ga ada yang kenal, cuman kenal dia sama pemeriksaan gigi kepada calon pengantin
keluarganya gitu. Ya besok itu saya coba tetapi belum bersifat wajib. Berdasarkan hasil
menjalankan sarannya itu. Bermanfaat wawancara di atas, model interprofessional
sarannya” ( UC2). collaboration pelayanan pranikah di

Journal of Health | 49
journal.gunabangsa.ac.id
Puskesmas Tegalrejo dapat digambarikan
sebagai berikut:

1. TTV
2. LILA
Pemeriksaan fisik Poli Umum
3. Vital sign

1. Pemeriksaan
wajib
2. Pemeriksaan Pemeriksaan Unit Laboratorium
rekomendasi penunjang

Imunisasi TT
Pemberian imunisasi Poli KIA

Pemberian asam folat Suplementasi gizi Poli KIA

1. Konseling
persiapan Interprofessional
kehamilan, collaboration
persalinan nifas pelayanan
dan keluarga Poli KIA pranikah di
berencana Puskesmas
2. Konseling gizi Tegalrejo Kota
sesuai hasil lab
Konsultasi kesehatan Poli Umum Yogyakarta
dan konseling
persiapan gizi
untuk
perencanaan
kehamilan Poli Gizi
3. Konseling sesuai
hasil lab dan
keluhan
Poli Psikologi
1. Pelayanan
psikologi Pelayanan kesehatan
lainnya Poli gigi
2. Pemeriksaan gigi

Gambar 1 | Skema Interprofessional Collaboration Pada Pelayanan Pranikah di Puskesmas Tegalrejo


Kota Yogyakarta

Penerapan interprofessional Puskesmas Tegalrejo meliputi pemeriksaan


collaboration pada pelayanan pranikah di tanda-tanda vital, penimbangan berat badan
Puskesmas Tegalrejo merupakan sebuah dan pengukuran lingkar lengan atas untuk
model pelayanan yang terintegrasi untuk mengetahui status gizi calon pegantin.
meningkatkan kesehatan calon pengantin. Pemeriksaan berat badan dan pengukuran
Pemeriksaan fisik pada calon pengantin di status gizi sangat diperlukan karena berat

50 | Vol. 8 | No. 1
badan dan status gizi mempengaruhi karena kebanyakan perempuan tidak
kehamilan bila tidak disiapkan dari masa merencanakan kehamilan dengan baik
prakonsepsi. Hal ini sejalan dengan hasil sehingga bila dari masa prakonsepsi ibu
penelitian dari Dean,et al (2014) bahwa berat sudah mengalami sub optimal nutrisi maka
badan ibu hamil sebelum hamil adalah faktor mereka risiko lebih tinggi untuk mengalami
signifikan yang berkontribusi terhadap anemia defisiensi besi pada kehamilan. Hal ini
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan. sejalan dngan penelitian dari Dainty, et al
Perempuan yang underweight pada periode (2014) bahwa pentingnya skrining status
prakonsepsi berkontribusi 32% lebih tinggi anemia pada masa prakonsepsi adalah agar
terhadap risiko kelahiran prematur 32%, dapat diketahui kadar hemoglobin pada calon
perempuan dengan obesitas beresiko dua kali pengantin sehingga bila terjadi anemia
lipat mengalami preeklampsia dan diabetes defisiensi besi dapat dilakukan upaya
gestasional. Perempuan dengan obesitas dan pengobatan sebelum terjadi kehamilan.
obesitas lebih dari dua kali lipat risiko (Dainty et al., 2014).
preeklamsia. (Dean et al., 2014). Pemeriksaan penunjang yang
Status gizi pada calon pengantin di dianjurkan di puskesmas Tegalrejo
Puskesmas Tegalrejo diperiksa agar dapat diantaranya adalah pemeriksaan kadar gula
dilakukan rencana tindak lanjut asuhan pada darah. Hal yang mendasari dianjurkannya
calon pengantin yang memiliki masalah gizi. pemeriksaan kadar gula darah pada calon
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari pengantin di Puskesmas Tegalrejo adalah
Prendergast dan Humphrey (2014) bahwa banyak ditemukannya pasangan usia subur
status gizi dan kesehatan ibu sebelum, terutama perempuan yang menderita diabetes
selama dan setelah kehamilan mempengaruhi mellitus. Pemeriksaan ini penting dilakukan
pertumbuhan awal anak dan bagi calon pengantin perempuan beresiko
perkembangannya sejak dalam kandungan. untuk mengetahui kadar gula darah pada
Kehamilan dengan kekurangan energi kronis calon pengantin sehingga bisa meminimalisir
menyebabkan kejadian stunting pada anak- resiko komplikasi pada kehamilan. hal ini
anak sebesar 20%. Penyebab lain dari sisi ibu sejalan dengan hasil penelitian dari Wahabi, et
antara lain ibu yang memiliki perawakan al (2010) bahwa skrining diabetes mellitus
pendek, jarak kelahiran yang terlalu dekat, pada masa prakonsepsi bermanfaat terhadap
dan kehamilan remaja. (Prendergast & pengelolaan gula darah yang lebih baik
Humphrey, 2014). sebelum terjadi kehamilan, pemberian
Pemeriksaan penunjang wajib yang suplementasi asam folat tiga bulan sebelum
dilaksanakan di Puskesmas Tegalrejo adalah konsepsi, kondisi metabolik yang lebih baik
pemeriksaan urine dan pemeriksaan kadar selama kehamilan, menurunnya risiko aborsi,
hemoglobin. Pemeriksaan lain yang dan menurunnya angka kematian bayi
direkomendasikan oleh puskesmas Tegalrejo sehingga secara tidak langsung mengurangi
adalah pemeriksaan gigi, pemeriksaan kadar komplikasi pada kehamilan. (Wahabi et al.,
gula darah, kolesterol, asam urat serta 2010).
pemeriksaan penyakit menular seperti Selain pemeriksaan kadar gula darah,
hepatitis B dan infeksi menular seksual. pemeriksaan penunjang yang
Pengukuran kadar hemoglobin sebagai direkomendasikan kepada calon pengantin di
pemeriksaan penunjang wajib di Puskesmas Puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan
Tegalrejo sangat penting untuk dilakukan HIV/AIDS. Pemeriksaan status HIV pada

Journal of Health | 51
journal.gunabangsa.ac.id
calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo sintesis DNA. Pada awal kehamilan,
bertujuan untuk menurunkan angka penularan permintaan asam folat yang tidak disintesis
HIV/AIDS kepada pasangan maupun kepada dalam tubuh manusia meningkat. Asam folat
janin yang dikandung oleh ibunya kelak. Hal yang dapat dipenuhi melalu pasokan
ini sejalan dengan hasil penelitian dari makanan yang kaya asam folat hanya sekitar
Manakan dan Sutan (2017) bahwa skrining 150-250 µg. (Bomba-Opoń et al., 2017) .
HIV pada pasangan sebelum menikah terbukti Pemeriksaan lain yang wajib diakses
mengurangi penularan HIV/AIDS. oleh calon pengantin perempuan di
(Manakandan & Sutan, 2017). Puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan
Selain pemeriksaan penunjang, psikologi. Pemeriksaan psikologi memiliki
pelayanan pranikah yang diberikan di peran penting dalam mempersiapkan mental
Puskesmas Tegalrejo adalah pemberian calon pengantin menghadapi pernikahan,
imunisasi pada calon pengantin. Pemberian kehamilan, persalinan, nifas, dan keluarga
imunisasi tetanus toxoid dilakukan dalam berencana. Hal ini sejalan dengan hasil
upaya pencegahan dan perlindungan penelitian dari Lassi, et al (2014) bahwa
terhadap penyakit tetanus. Pemberian masalah kesehatan mental ibu sering tidak
imunisasi tetanus toxoid dilakukan untuk terdiagnosis dan tidak mendapatkan
mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi perawatan kesehatan. Hasil penelitian
dasar dan lanjutan. Status T5 ditujukan agar menunjukkan keterkaitan antara kesehatan
wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. mental remaja yang buruk dan kehamilan
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari yang buruk terhadap kesehatan janin.
Lassi, et al (2014) bahwa imunisasi selama Perawatan prakonsepsi untuk kondisi
periode prakonsepsi dapat mencegah banyak kejiwaan seharusnya selalu dilakukan pada
penyakit yang mungkin memiliki konsekuensi wanita usia subur. Untuk mengidentifikasi
serius atau bahkan terbukti fatal bagi ibu atau adanya gangguan jiwa. Sehingga dapat
bayi yang baru lahir. (Lassi, Dean, et al., diberikan penanganan lebih lanjut sebelum
2014). terjadi kehamilan, misalnya konseling pada
Pelayanan pranikah lainnya adalah perempuan dengan gangguan depresi dan
suplementasi gizi pada calon pengantin. kecemasan dan pendampingan agar depresi
Pemberian suplementasi gizi di Puskesmas dan kecemasan tidak berlanjut hingga pada
Tegalrejo berupa asam folat bagi calon kehamilan dan berdampak pada ibu dan janin
pengantin yang tidak menunda kehamilan dan seperti ingin mengakhiri kehamilan, bunuh diri
calon pengantin yang mengalami anemia. Hal dan lain-lain. (Lassi, Imam, et al., 2014).
ini sejalan dengan hasil penelitian dari Opon,
et al (2017) bahwa ibu hamil biasanya tidak KESIMPULAN
menyadari bahwa dirinya hamil pada awal Interprofessional Collaboration dalam
kehamilan, sehingga suplementasi asam folat pelayanan pranikah di Puskesmas Tegalrejo
lebih baik diberikan dari sebelum hamil. Suplai meliputi kolaborasi poli KIA, laboratorium, poli
asam folat yang tepat dari masa prakonsepsi, umum, poli gizi, poli psikologi dan poli gigi.
kehamilan, dan laktasi sangat menentukan Petugas kesehatan yang bertanggung jawab
perkembangan dan pertumbuhan janin yang dalam pelayanan pranikah terdiri dari bidan,
tepat. Asam folat adalah zat yang paling petugas laboratorium, dokter umum, petugas
penting dalam unsur-unsur sel-sel pembagi gizi, psikolog dan dokter gigi. Interprofessional
karena memainkan peran penting dalam collaboration dalam pelayanan pranikah di

52 | Vol. 8 | No. 1
Puskesmas Tegalrejo merupakan upaya yang NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020
dilakukan untuk mempersiapkan kehamilan TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN.
sehat.
Lassi, Z. S., Dean, S. V., Mallick, D., & Bhutta,
APRESIASI Z. A. (2014). Preconception Care:
Pada kesempatan ini peneliti Delivery Strategies And Packages For
mengucapkan terima kasih kepada care. Reproductive Health, 11(3), 1–17.
Puskesmas Tegalrejo dan semua pihak yang https://doi.org/10.1186/1742-4755-11-
membantu terlaksananya penelitian ini S3-S7
dengan baik.
Lassi, Z. S., Imam, A. M., Dean, S. V., &
DAFTAR PUSTAKA Bhutta, Z. A. (2014). Preconception care:
Screening and management of chronic
Bomba-Opoń, D., Hirnle, L., Kalinka, J., &
disease and promoting psychological
Seremak-Mrozikiewicz, A. (2017). Folate
health. Reproductive Health, 11(Suppl 3),
Supplementation During The
1–20. https://doi.org/10.1186/1742-4755-
Preconception Period, Pregnancy And
11-S3-S5
Puerperium. Polish Society Of
Gynecologists And Obstetricians
Manakandan, S. K., & Sutan, R. (2017).
Guidelines. Ginekologia Polska, 88(11),
Expanding the Role of Pre-Marital HIV
633–636.
Screening: Way Forward for Zero New
Https://Doi.Org/10.5603/GP.A2017.0113
Infection. Open Journal of Obstetrics and
Gynecology, 07(01), 71–79.
Dainty, J. R., Berry, R., Lynch, S. R., Harvey,
https://doi.org/10.4236/ojog.2017.71008
L. J., & Fairweather-Tait, S. J. (2014).
Estimation Of Dietary Iron Bioavailability
Prendergast, A. J., & Humphrey, J. H. (2014).
From Food Iron Intake And Iron Status.
The stunting Syndrome in developing
Plos ONE, 9(10), 1–7.
countries. Paediatrics and International
Https://Doi.Org/10.1371/Journal.Pone.01
Child Health, 34(4), 250–265.
11824
https://doi.org/10.1179/2046905514Y.00
00000158
Dean, S. V., Lassi, Z. S., Imam, A. M., &
Bhutta, Z. A. (2014). Preconception Care:
SDKI (2012). Survei Demografi Kesehatan
Nutritional Risks And Interventions.
Indonesia.Jakarta :Badan Pusat Statistik.
Reproductive Health, 11(Suppl 3), 1–15.
Https://Doi.Org/10.1186/1742-4755-11-
Wahabi, H. A., Alzeidan, R. A., Bawazeer, G.
S3-S3
A., Alansari, L. A., & Esmaeil, S. A.
(2010). Preconception care for diabetic
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta (2017).
women for improving maternal and fetal
Profil Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun
outcomes: A systematic review and
2016. Yogyakarta : Dinas Kesehatan.
meta-analysis. BMC Pregnancy and
Childbirth, 10(1), 63.
Kepmenkes. (2020). KEPUTUSAN MENTERI
https://doi.org/10.1186/1471-2393-10-63
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Journal of Health | 53
journal.gunabangsa.ac.id
WHO, (2013). Preconception care:
Maximizing the gains for maternal and
child health.
https://doi.org/10.1016/S1002-
0721(09)60023-5

54 | Vol. 8 | No. 1

Anda mungkin juga menyukai