TINJAUAN PUSTAKA
konseling tidak terlepas dari bimbingan karena kedua kata ini selalu dikaitkan dan
tidak dipisahkan meskipun ada yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling
merupakan kata yang berbeda. Istilah bimbingan selalu dikaitkan dengan konseling
karena bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling
merupakan salah satu tehnik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa tehnik
Konseling adalah upaya membantu orang lain untuk dapat mengenali dirinya,
kebutuhan dirinya yang disadari dan bukan karena terpaksa atau terbujuk (Depkes,
2007). Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Wulandarai (2009) konseling
adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau
7
Menurut Rogers (2005) yang dikutip oleh Lubis (2011), konseling sebagai
konselor dan klien untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi
terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi (Kemenkes, 2012). Pernyataan ini sesjalan dengan yang dikemukan oleh
pengetahuan tentang masalah yang dihadapi klien dengan/ tujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan
intinya sama dan saling melengkapi. Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh
seorang konselor kepada klien melalui interaksi yang mendalam dalam bentuk
kesiapan konselor untuk menampung ungkapan perasaan dan masalah kliennya dan
Pada dasarnya konseling adalah kegiatan percakapan tatap muka dua arah
antara klien dengan petugas yang bertujuan memberikan bantuan mengenai berbagai
hal yang ada kaitannya dengan masalah yang dihadapi oleh klien dan pada akhirnya
klien mampu mengambil keputusan sendiri mengenai pemecahan masalah yang
masalah yang sesuai dengan kondisinya saat ini tanpa adanya unsur paksaan.
Menurut Depkes (2007) konseling menyusui adalah segala daya upaya yang
yaitu terutama pada masa kehamilan (periode antenatal care), segera setelah
persalinan (perinatal) dan pada masa menyusui selanjutnya (post natal). Adapun
pada trisemester II dan 2x pada trisemester III, pada tahap ini konselor menerangkan
bahwa begitu banyak manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi disamping bahaya pemberian susu botol. Konselor juga menjelaskan bagaimana
perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu apakah ada kelainan atau
konselor juga dapat membantu ibu menyusui tiga puluh menit setelah kelahiran
dengan menunjukan cara menyusui yang baik dan benar, upaya penting lainnya yang
juga harus dilakukan oleh konselor adalah pada masa menyusui selanjutnya
(postnatal) yaitu dengan menganjurkan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif
selama enam bulan pertama usia bayi dan teruskan menyusui sampai bayi berumur 2
tahun atau lebih. Pada tahap ini konseling diberikan sebanyak 3x yaitu pada saat bayi
berumur 7-14 hari, bayi berusia 35 hari dan pada saat bayi berumur 60 hari. Pada
Penelitian yang dilakukan Albernaz, et.al (2002) menyatakan bahwa ibu yang
diberi konseling berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif sebanyak 1,85 kali
dibandingkan dengan ibu yang tidak diberi konseling menyusui, pernyataan ini juga
sama dengan yang dilakukan oleh Aidam, et.al (2005) menyatakan bahwa ibu yang
diberi konseling ASI eksklusif pada waktu perinatal sebanyak 74,5% memberikan
ASI eksklusif.
tempat yang nyaman, aman dan tenang. untuk melakukan konseling ada 6 langkah
yang harus diperhatikan yaitu : salam, tanyakan, uraikan, bantu, jelaskan dan ulangi.
Selama konseling sampaikan informasi yang berkaitan dengan masalah klien dan
upayakan klien untuk memahami permasalahan yang diahadapi, media dan alat
langkah yang harus dilakukan yaitu penentuan tujuan konseling yaitu konselor
bertindak sebagai pendengar aktif dan berusaha meyakinkan klien bahwa dirinya
akan mampu keluar dari permasalahan yang dihadapinya, perumusan konseling yaitu
konselor dan klien sama-sama membuat kesepakatn baik tertulis maupun tidak
tertulis tentang apa-apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, pemahaman
kebutuhan klien yaitu masalah klien mulai diperjelas dan dicari kebutuhan yang ingin
rencana dan strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah klien,
perencanaan suatu tindakan klien mulai menjalani tindakan yang akan dilakukan
klien masih dapat berhubungan dengan konselor, atau konseling dihentikan karena
tujuan konseling telah tercapai dan kebutuhan klien telah terpenuhi (Lubis, 2011).
adalah : konseling awal atau tahap persiapan yaitu langkah awal dimana klien
pertama sekali menghubungi konselor, konseling spesifik atau tahap keterlibatan (the
joining) yaitu sudah terjadi keterlibatan antara konselor dengan klien baik secara
isyarat maupun secara verbal, menetapkan masalah yaitu : menetapkan masalah yang
dihadapi klien, langkah interaksi yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk
tujuan, dalam hal ini klien telah mengmbil keputusan untuk berperilaku yang telah
klien dan lang terakhir adalah langkah akhir atau penutup merupakan kegiatan
mengakhiri hubungan konseling setelah tujuan untuk mengatasi masalah klien dapat
dikatakan berhasil jika terjadinya perubahan tingkah laku klien yang berkembang
kearah yang lebih positif. Dalam hal ini konseling dinyatakan berhasil jika ibu
menyusui yang telah menyapih dini atau menysusui parsial akan kembali
klien dalam mencari tahu tentang masalah yang dihadapi klien. Proses ini
memerlukan keterbukaan dari klien dan konselor agar mencapai jalan keluar
pemecahan masalah klien. Oleh karena itu konseling sangat bermanfaat bagi klien
kemampuan ibu untuk memutuskan dan bertindak serta mendorong ibu untuk
kemampuan ibu untuk mampu berpikir positif dan optimis (Depkes, 2007).
Manfaat lain konseling adalah membina hubungan baik dan membangun rasa
saling percaya, memberi informasi yang lengkap, jelas dan benar, membantu klien
(Kemenkes,2012).
Konseling akan membuat klien merasa lebih baik, tenang dan nyaman karena
dengan konseling dapat membantu klien untuk menerima setiap sisi yang ada di
dan depresi yang klien alami karena konselor telah membantu untuk mencari sumber
stres tersebut serta dibantu mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang
Berdasarkan hasil penelitian Fatma dkk, di Kota Banda Aceh (2013) diketahui
sebanyak 68,2%, setelah dilakukan analisa statistik diketahui bahwa ada pengaruh
responden yang mendapatkan konseling terhadap relaktasi (p = 0,008 < 0,05). Dalam
penelitian diketahui nilai OR sebesar 6,5 yang artinya bahwa konseling mempunyai
pengaruh 6,5 kali terhadap relaktasi pemberian ASI. Pernyataan yang sama juga
Hasil penelitian Lina (2012) juga menyatakan bahwa ibu hamil yang mendapatkan
konseling menyusui secara lengkap berpeluang sebesar 5,770 kali untuk memberikan
ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mendapatkan konseling
menyusui.
Menurut Susanto (2004) seperti yang dikutip oleh Yulifah dan Yulianto
(2008), dalam proses konseling terjadi komunikasi. Model komunikasi yang dipakai
komunikasi ini yamg paling tepat karena komunikator langsung berhadapan (face to
face) dengan komunikan sehingga terjadi perubahan perilaku ibu dalam memberikan
Sikap
Tertutup
(rangsangan dari luar). Oleh karena itu reaksi perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut
teori”S-O-R” atau stimulus organisme Respon. Dalam hal ini, stimulus (rangsangan)
yang diberikan oleh tenaga kesehatan adalah pesan mengenai pemberian ASI
eksklusif, masalah yang sedang dihadapi ibu dan bagaimana mengatasi masalah
tersebut. Pesan yang disampaikan bisa melalui berbagai metode yaitu dengan metode
interpersonal atau juga disebut konseling adalah metode yang paling efektif karena
kontak klien dengan petugas/konselor lebih intensif karena masalah yang dihadapi
Stimulus (rangsangan) berupa pesan dalam hal ini pesan kesehatan yang
masalah yang dihadapi ibu selama proses menyusui. Rangsangan yang disampaikan
atau disebut juga konseling adalah metode yang paling efektif karena kontak klien
(ibu menyusui) dengan petugas (konselor) lebih intensif. Hal ini disebabkan karena
masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya
(Notoatmodjo, 2010).
2.1.4. Tujuan Konseling
klien menjadi lebih baik. perilaku yang diubah meliputi ranah pengetahuan, ranah
perilaku yang salah adalah perilaku yang secara psikologis mengarah patologis,
dalam hal ini menurut Gladding (dikutip oleh Lubis, 2013) menjelaskan ada 5 faktor
yang mempengaruhi konseling yaitu struktur, inisiatif, tatanan (setting) fisik, kualitas
Proses konseling akan berjalan baik jika dilakukan dengan mengikuti 4 unsur
konseling adalah faktor individual meliputi fisik, sudut pandang, kondisi sosial dan
bahasa, faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi seperti tujuan dan harapan
terhadap komunikasi, faktor situasional seperti kondisi lingkungan dan faktor
perilaku kompeten dari kedua pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya
Agar konseling dapat berjalan efektif dan efisien, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh konselor yaitu menjadi pendengar yang aktif dan baik,
menggunakan bahasa verbal yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien,
konselor untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya, agar
konseling menyusui dapat berjalan dengan baik maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh konselor seperti konselor harus mampu menilai proses menyusui,
konselor mampu menggali permasalahan yang dihadapi oleh ibu dan mampu
membangun percaya diri dan memberi dukungan kepada ibu tentang bagaimana cara
mengatasi masalah yang dihadapi serta konselor juga memiliki kemampuan untuk
berjalan selain dilakukan wawancara, ibu juga dianjurkan untuk memberikan ASI
kepada bayi dengan tujuan untuk mengamati bagaimana proses menyusui yang
dilakukan ibu sehingga apabila ada hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya
masalah dapat langsung didiskusikan dan dicari solusi pemecahan masalahnya. Jadi
Menurut Elgar Dale yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), agar informasi
yang disampaikan oleh konselor dapat dimengerti oleh ibu menyusui maka selain
dengan kata-kata, praktek langsung merupakan media yang paling efektif untuk
Penyuluhan
Aspek Konseling Konsultasi
Kesehatan
2.2. Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang
seseorang dapat bekerja dengan lebih bersemangat dan lebih bergairah untuk
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar
maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha
meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan perilaku. Dalam hal ini ada hal-hal
yang dapat diobservasi dari proses motivasi. Motivasi juga mengacu pada adanya
kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena
(Notoatmodjo, 2010).
Motivasi adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan dan
insentif. Dengan demikian dapat dikatakan suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang
selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan. Kebutuhan yang merupakan segi pertama
dari motivasi, timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan
apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa
yang menurut persepsi yang bersangkutan seyogyanya dimilikinya, baik dalam arti
fisiologis maupun psikologis. Dalam motivasi ada 3 (tiga) komponen utamanya yaitu
Menurut Berelson dan Steiner (1964) yang dikutip oleh Ilyas (2012), motivasi
adalah sebagai kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka
menjadi 2 yaitu motif biologis dan motif sosial. Motif biologis adalah motif yang
tidak kita pelajari dan sudah ada sejak kita lahir, misalnya rasa lapar dan haus.
Sedangkan motif sosial adalah motif yang kita pelajari atau tidak kita bawa sejak kita
lahir, misalnya motif untuk mendapatkan penghargaan dan motif untuk berkuasa
(Notoatmodjo, 2010).
Jika dilihat atas dasar fungsinya motivasi terbagi atas: motivasi internal dan
motivasi eksternal. Motivasi internal yaitu motivasi yang berfungsi tanpa adanya
rangsangan dari luar, dari dalam individu sudah ada suatu dorongan untuk melakukan
tindakan dan motivasi eksternal yaitu motivasi yang berfungsi dengan adanya faktor
dorongan dari luar individu. Faktor yang berkaitan dengan motivasi internal yaitu
status tugas itu sendiri dan kemungkinan berkembang sedangkan faktor motivasi
(Handoko, 2005).
adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri misal perasaan
nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di rumah bersalin, motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja dukungan verbal dan non
verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial, sedangkan motivasi
terdesak adalah motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak
sedang dan motivasi lemah. Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang
harapan yang tinggi, dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa akan mudah dalam
melakukan aktivitas berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi, motivasi
sedang adalah bila dalam diri manusia memiliki keinginan yang positif, mempunyai
harapan yang tinggi, namun memiliki keyakinan yang rendah bahwa dirinya dapat
motivasi lemah adalah bila di dalam diri manusia memiliki harapan dan keyakinan
yang rendah, bahwa dirinya dapat berprestasi. Misalnya bagi seseorang dorongan dan
kehidupannya maupun mengisi waktu luangnya agar lebih produktif dan berguna.
pilihan yang di buat orang untuk mencapai suatu tujuan, yaitu teori pengharapan yang
meliputi 3 asumsi pokok, yaitu : Valence adalah seberapa jauh yang orang inginkan
terhadap hal-hal yang ditawarkan terhadap dirinya. Misalnya dalam suatu organisasi
berkaitan dengan penghargaan, waktu kerja dan sebagainya. Valence mengacu pada
keinginan atau kemampuan untuk menarik atau menolak dan memiliki sesuatu
yang potensial akan berimplikasi terhadap sesuatu yang bernilai lain, misalnya kinerja
yang baik yang berimplikasi pada promosi. Instrumentality (Sarana) didasarkan pada
hubungan yang dirasakan atau dua hasil dan Expectancy adalah bagaimana
kemungkinan seseorang menyakini bahwa apa yang telah diusahakan itu akan
eksternal. Faktor internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri manusia
seperti faktor fisik, faktor proses mental, faktor herediter, faktor keinginan dalam diri
sendiri dan faktor kematangan usia. Sedangkan faktor eksternal adalah motivasi yang
berasal dari luar diri seseorang yang merupakan pengaruh dari orang lain atau
Motivasi timbul tidak saja karena ada unsur di dalam dirinya tetapi juga
karena adanya stimulus dari luar. Seberapa pun tingkat kemampuan yang dimiliki
seseorang mereka pasti butuh motivasi. Menurut Robert Heller (1998) yang dikutip
oleh Wibowo (2014) menyatakan bahwa motivasi harus diinjeksi dari luar (dukungan
dari pihak lain). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mira, dkk
dengan motivasi ibu dalam memberikan ASI pada bayinya (p value 0,003 < 0,05).
Hasil penelitian Sasaki et.al (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara nasihat orang tua dengan motivasi ibu memberikan ASI eksklusif (p
value 0,013 < 0,05). Hal yang sama juga dikemukakan oleh penelitian Emilda (2011)
keluarga (0,0049 < 0,05), dukungan tempat kerja (0,003 < 0,05) dan pengetahuan
(2011) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara layanan bimbingan
adalah : faktor fisik yaitu motivasi yang ada didalam diri individu yang mendorong
untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan jasmani,
raga, materi, benda atau berkaitan dengan alam. Faktor fisik merupakan faktor yang
(lingkungan dan kematangan atau usia) yaitu : Motivasi yang didukung oleh
adalah motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri biasanya timbul dari perilaku
yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas dengan apa yang sudah dilakukan,
fasilitas (sarana dan prasarana) adalah motivasi yang timbul karena adanya
dibutuhkan untuk hal yang diinginkan, faktor Situasi dan kondisi yaitu motivasi yang
untuk melakukan sesuatu, faktor program dan aktifitas adalah motivasi yang timbul
atas dorongan dalam diri seseorang atau pihak lain yang didasari dengan adanya
kegiatan (program) rutin dengan tujuan tertentu, faktor audio visual (media) adalah
motivasi yang timbul dengan adanya informasi yang di dapat dari perantara sehingga
mendorong atau menggugah hati seseorang untuk melakukan sesuatu dan faktor umur
dimana semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang berfikir logis dan bekerja sehingga motivasi seseorang kuat dalam melakukan
sesuatu hal.
Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu
yang dihadapi, oleh karena itu terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang
orang lain yang menghadapi situasi yang sama. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap motivasi adalah faktor yang bersifat intrinsik/internal maupun yang bersifat
(Siagian, 2012).
Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur. Pada
umumnya ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu dengan tes proyektif,
kuesioner dan observasi perilaku. Tes proyektif merupakan cerminan diri seseorang
berdasarkan apa yang dikatakannya. Dengan demikian untuk memahami apa yang
dipikirkan klien harus diberi stimulus yang harus diinterpretasikan. Kuesioner adalah
salah satu cara untuk mengukur motivasi yaitu dengan cara meminta klien untuk
motivasi. Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan observasi perilaku yaitu
klien diminta untuk memproduksi origami dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Dengan kata lain,
sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek
(Notoatmodjo, 2012).
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap dapat bersifat positif
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul
individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
sikap ada 3 yaitu faktor sumber meliputi keahlian, dapat dipercaya, disukai, status, ras
dan agama, faktor pesan meliputi urutan argumentasi, satu sisi atau dua sisi, tipe daya
tarik dan kesimpulan implisit atau eksplisit, dan faktor yang terakhir adalah faktor
subjek penerima meliputi kemudahan dibujuk, sikap semula, intelegensi, harga diri
dan kepribadian. Perubahan sikap melalui proses perantara internal yaitu perhatian,
pemahaman dan penerimaan. Pada teori Kelman, sikap dapat berubah melalui 3
proses yaitu kesediaan, identifikasi dan internalisasi. Dalam hal ini faktor yang sangat
berperan dalam perubahan sikap adalah faktor eksternal yang dengan sengaja
dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap individu sehingga dengan sadar atau tidak
sadar individu tersebut akan mengadopsi sikap yang diinginkan (Azwar, 2013).
hamil trisemester III berbeda sebelum dan sesudah diberi konseling menyusui
terhadap inisiasi menyusui dini (IMD) sebanyak 2,9%. Hal yang sama juga
dinyatakan oleh Ramlah, dkk yaitu sikap positif ibu hamil terhadap IMD sebelum
diberi edukasi sebesar 65,0%, setelah diberi edukasi sikap positif ibu hamil
tentang imunisasi pada anak balita. Sikap juga dapat diukur dari pertanyaan tidak
langsung misalnya seandainya akan ada dibentuk kelompok pendukung ASI eksklusif
di desa ini, apakah ibu mau mendukung kegiatan tersebut?. Untuk pertanyaan secara
objek tertentu, dengan menggunakan skala likert dimana diberi nilai 5 bila sangat
setuju, nilai 4 bila setuju, nilai 3 bila biasa saja, 2 bila tidak setuju dan 1 bila sangat
Menyusui adalah suatu proses yang terjadi secara alami, maka jarang sekali
ada ibu yang gagal atau tidak mampu menyusui bayinya. Meskipun demikian,
menyusui juga perlu dipelajari terutama oleh ibu yang baru pertama kali memiliki
anak agar tahu cara menyusui yang benar. Kendati prosesnya alami, kemampuan ibu
memeberi ASI tidak datang tiba – tiba, ada serangkaian proses yang turut memberi
andil dalam kelancaran pemberian ASI, mulai dari persiapan fisik sampai batin calon
ibu. Makin dini bayi disusui/Inisiasi Menyusui Dini, maka kian cepat dan lancar
pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk penutupan
pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Menyusui juga dapat
murah dan cukup berhasil), mengecilkan rahim, lebih cepat langsing, mengurangi
kemungkinan menderita kanker, lebih ekonomis, tidak merepotkan dan hemat waktu,
mudah dibawa kemana–mana (portabel dan praktis) serta memberi kepuasan pada ibu
(Roesli, 2005).
dari kanker payudara, kanker indung telur dan kerapuhan tulang (Depkes RI, 2007).
pemberian ASI tetap lebih murah, meskipun wanita menyusui membutuhkan zat gizi
ekstra. Biaya ini diperlukan untuk pembelian dot, botol susu, alat pemasak, bahan
bakar dan yang lebih penting lagi biaya pengobatan pada bayi yang diberi susu botol
membengkak 10 kali lebih besar dibandigkan bayi yang diberi ASI (Arisman, 2010).
bayinya pada bulan pertama disebabkan bayi tidak dapat menyusu dan persepsi
tentang produksi ASI yang tidak cukup untuk bayinya. Masa sebelum air susu ibu
keluar, bayi diberikan pengganti air susu ibu seperti air putih, teh, madu sampai air
yaitu satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respon yang berbeda dan
beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama
(Azwar, 2013).
perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan
perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari
stimulus (rangsangan) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak dapat diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif dalam mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini, apabila stimulus
diterima oleh organisme bararti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut
efektif.
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah organisme
mengolah stimulus teresbut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus
Organisme
- Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan
- Pengetahuan
tentang ASI eksklusif, bagaimana cara memberikan ASI yang baik dan benar dan
bagaimana cara mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien akan direspon oleh
klien. Respon positif akan terjadi jika klien merasa bahwa stimulus yang disampaikan
oleh konselor dapat dilaksanakan dan bermanfaat bagi dirinya dan sebaliknya respon
negatif akan terjadi jika klien merasa pesan yang disampaikan tidak bermanfaat bagi
dirinya.
Motivasi Ibu
Konseling Menyusui
Sikap Ibu
menyusui, sedangkan variabel dependen adalah motivasi dan sikap ibu memberi ASI.
pemberian konseling menyusui oleh tenaga kesehatan (bidan dan tenaga pelaksana
gizi) maka ibu akan mendapatkan pemecahan masalah yang dihadapi selama proses
menyusui sehingga motivasi ibu memberi ASI akan meningkat dan sikap ibu untuk