No : 33
Kelas : XI AKL 1
LEMBAR JAWABAN
3. Kitab Manu Smerti menyatakan bahwa perkawinan bersifat religius dan obligator
karena dikaitkan dengan kewajiban seseorang untuk mempunyai keturunan dan untuk
menebus dosa-dosa orang tua dengan jalan melahirkan seorang “putra”. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah Wiwaha/perkawinan dalam Agama Hindu dipandang
sebagai suatu yang amat mulia dan sakral. Dalam Manawa Dharmasastra dijelaskan
bahwa Wiwaha itu bersifat sakral yang hukumnya bersifat wajib, dalam artian harus
dilakukan oleh setiap orang yang normal sebagai suatu kewajiban dalam hidupnya.
Penderitaan yang dialami oleh seseorang dan juga oleh para leluhur dapat dikurangi
bila memiliki keturunan. Penebusan dosa dapat dilakukan oleh keturunannya, seperti
dijelaskan dalam berbagai karya sastra Hindu, baik Itihasa maupun Purana. Jadi,
tujuan utama dari Wiwaha adalah untuk memperoleh keturunan “sentana” terutama
yang “suputra”. Suputra dapat diartikan anak yang hormat kepada orang tua, cinta
kasih, terhadap sesama, dan berbhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa dan para leluhurnya. Suputra sebenarnya berarti anak yang mulia dan
mampu menyeberangkan orang tuannya dari penderitaan menuju kebahagiaan.
Seorang anak yang suputra dengan sikapnya yang mulia mampu mengangkat derajat
dan martabat orang tuannya.