Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Akupuntur

1. Pengertian Akupuntur

Akupuntur adalah jenis pengobatan yang menggunakan teknik

tusukan pada titik-titik tertentu pada tubuh yang dinamakan

Acupunture Poin. Menurut buku Huang Ti Nei Ching (The Yellow

Emperror’s Classic of Internal Medicine) ilmu akupuntur berkembang

sejak zaman batu, dimana pengobatan ini menggunakan jarum batu

untuk menyembuhkan penyakit [ CITATION Koo17 \l 1033 ]

Akupuntur adalah cara pengobatan dengan cara menusuk jarum

dan secara harfiah berasal dari kata Acus = jarum dan Punture =

penusukan, sedangkan kata asal dalam bahasa Cina adalan Cen Ciu.

Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia

menjadi akupuntur atau tusuk jarum. Akupuntur merupakan stimulasi

terhadap titik anatomis tertentu pada tubuh dengan berbagai macam

teknik melalui penyisispan jarum besi yang tipis menembus kulit

menggunakan tangan ataau dengan stimulasi listrik [ CITATION Sur13 \l

1033 ].

2. Teori – teori Dasar

Akupuntur adalah pengobatan dengan sejumlah jarum yang

ditusukkan pada tubuh. Metode akupuntur adalah pengobatan dengan

menancapkan jarum khusus akupuntur pada titik syaraf tertentu dengan


dihubungan dengan mesin elektronik melalui kabel yang dialirkan

listrik dengan menyesuaikan gejala penyakit untuk mengurangi bahkan

menghilangkan penyakit [ CITATION She14 \l 1033 ].

Dasar dari TCM ( Tradisional Chinese Medicine ) adalah teori Yin

Yang dan lima unsur. Dasar tersebut diformulasikan oleh Orang Cina

kuno, melalui suatu observasi yang panjang tentang fenomena alam.

Sedangkan yang mendasarinya adalah Qi. Kedua teori tersebut

menolong untuk mengerti keberadaan alam semesta dan semua

perubahan – perubahan yang terjadi didalamnya. Teori tersebut berasal

dari orang – orang Cina kuno, dimana dunia mereka termasuk filosofi

kuno dan dapat dianggap sebagai permulaan dari gaya pemikiran

materialis. Teori Yin Yang mengemukakan bahwa segala sesuatu di

bumi ini terdiri dari dua hal yang berlawanan yaitu Yin dan Yang.

Sedangkan hubungan Yin dan Yang merupakan suatu kekuatan dari

dalam yang menjadi penyebab semua perkembangan dan perubahan.

Sedangkan teori lima unsur menyatakan segala sesuatu di alam

mempuyai lima dasar unsur : kayu, api, tanah, logam, dan air. Secara

bersama-sama kedua teori tersebut dipergunakan untuk mengerti

fungsi fisiologis manusia dan untuk menganalisa dan menguraikan

perubahan patologinya [ CITATION Koo17 \l 1033 ]

a. Teori Yin – Yang dan Wu – Xiang

Kedua teori ini sangat penting karena sebagai pedoman dalam

diagnosis dan terapi :


1) Teori Yin – Yang

Pada tubuh manusia, yin menunjukkan substansi nutrient

(bahan makanan) dan menunjukkan aktivitas fungsional

nampak pada bagian dalam, oleh karena itu yin terletak di

dalam, sedangkan aktivitas fungsional nampak pada bagian

luar. Manifestasi yang pada bagian luar adalah pelayanan dari

yin, yin yang terletak pada bagian dalam adalah bahan dasar

untuk aktivitas fungsional dan ole karena itu disebut “Pelindung

Yang”. Mengetahui dan menganalisis gangguan keseimbangan

yin dan yang adalah basis dari pembedaan sindrom penyakit,

sementara memulihkan keseimbangan adalah basis dari

pembedaan sindrom penyakit, sementara memulihkan

keseimbangan yin dan yang adalah basis terapi TCM.

2) Teori Wu – Xiang

Wu Xiang adalah pergerakan dan perubahan dari lima unsur

yang berupa : kayu, api, tanah, logam, air. Dimana “Wu”

berarti “lima” menunjukkan lima unsur pembentuk alam

semesta yang berupa kayu, api, tanah, logam, air, sedangkan

“Xing” adalah “pergerakan” dan perubahan dari kelima unsur

tesebut. Di samping itu teori lima unsur digunakan pula untuk

diagnosis dan terapi akupuntur. Organ – organ tubuh manusia


sebagaimana sifat – sifat yang dimiliki dapat digolongkan

menjadi lima kategori, yakni :

1. Organ air : ginjal dan kandung kemih

2. Organ kayu : hati dan kandung empedu

3. Organ api : jantung, usus kecil, selaput jantung, dan tri

Pemanas

4. Organ tanah : limpa dan lambung

5. Organ logam : paru – paru dan usus besar

Kelima unsur tadi saling berhubungan satu sama lain secara

interaktif menciptakan keseimbangan dinamis yang membentuk

kulaitas kesehatan dalam diri maanusia. Ketika hubungan

antara organ – organ dari kelima unsur berkelainan atau tidak

terjdi keseimbangan, maka kondisi tersebut akan menimbulkan

penyakit atau rasa sakit pada manusi bersangkutan.

b. Teori Organ Zang-Fu

Teori ini membicarakan fungi fisiologis dan patologis dari

organ zang-fu diantaranya yaitu :

1. Jantung

(a) Menguasai sirkulasi darah dan aktivitas kehidupan sehingga

bila chi jantung kuat maka detak jantung normal dan darah

mengalir lancar keseluruh tubuh.

(b) Mengendalikan pikiran, bila chi jantung kuat visalitas tubuh

berada pada level tinggi dan pikiran terang. Sedngkan


sebaliknya jika chi jantung lemah maka sirkulasi drah lemah

mengakibatkan jantung berdebar, rasa takut, pelupa

insomnia, gangguan pikiran dan lain-lain.

(c) Dicerminkan pada wajah dan terbuka pada lidah, bila chi

jantung kuat dan darah sehat, wajah akan segar dan

cemerlang, lidah berkilauan. Dan sebaliknya maka wajah

akan tampak lesu, lidah berwarna merah gelap serta ulcerasi

pada ujung lidah.

2. Paru

(a) Menguasai chi pernapasan, mengendalikan sirkulasi chi dan

darah, bila chi paru kuat pernapasan dan sirkulasi darah

lancar. Jika sebaliknya akan terjadi batuk, sesak napas, dan

terjadi stagnasi sirkulasi darah.

(b) Mengatur cairan tubuh, kelemahan chi paru akan

menimbulkan dahak berlebihan, batuk, sesak napas, oliguri,

dan lain-lain.

(c) Menguasai kulit, bila chi paru lemah maka faktor pathogen

dapat masuk pori-pori kulit ke dalam tubuh.

(d) Terbuka pada hidung

3. Limpa

(a) Menguasai pencernaan dan otot, bila chi limpa lemah

menyebabkan nafsu makan berkurang, diare otot menjadi

kurus, lemah, pucat, pusing, edema, dan lain-lain.


(b) Mengendalikan darah, bila chi limpa lemah akan terjadi

anemia dan pendarahan urogenital, pencernaan, dan

pernapaan.

(c) Terbuka pada mulut dan tercermin pada bibir, bila chi limpa

kuat maka pengecapan dan nafsu makan baik.

4. Hati

(a) Menyimpan darah

(b) Mengendalikan aliran chi bebas dan emosi

(c) Mengendalikan tendon dan terbuka pada mata

5. Ginjal

(a) Menyimpan jing (bahan dasar dari kehidupan manusia),

menguasai pertumbuhan dan reproduksi.

(b) Menguasai metabolism air dan mengendalikan yin – yang.

(c) Mengendalikan chi paru

(d) Menguasai tulang dan otak, dicerminkan pada rambut,

terbuka pada telinga, uretra dan anus.

c. Teori Meridian Jing-Lou

Meridian dalam bahasa mandarin disebut Jing Luo. Secara haarfiah

Jing berarti saluran, sedangkan Lou berarti penghubung. Meridian

adalah sebuah sistem yang dapat menghubungkan saluran area

dalam tubuh manusia. Dan juga dengan adanya meridian, seluruh

tubuh manusia dapat memperoleh energi dan nutrisi yang cukup

untuk aktivitas sehari-hari. Sistem meridian terdiri dari :


Jing : 12 Meridian umum, 12 Meridian Cabang, 8 Meridian

Istimewa.

Luo : 15 Lou,Saluran Lou dan Sun Luo tak terhitung banyaknya

Pelengkap : 12 Meridian Tendon, 12 Daerah kulit, 12 meridian

umun, 8 meridian dan 15 Luo adalah yang terpenting.

3. Teknik Penggunaan Alat-Alat Akupuntur

a. Teknik Penusukan Jarum

Definisi tusuk jarum adalah sebuah cara pengobatan penyakit yang

menggunakan jarum untuk menusuk titik-titik akupuntur pada

badan. Tujuan pengobatan tusuk jarum adalah mengatur Qi

meridian, sehingga dapat memulihkan keseimbangan Yin Yang

dalam tubuh dan menghilangkan penyebab penyakit [ CITATION

Koo17 \l 1033 ].

Teknik penusukan jarum akupuntur dengan jari telanjang sebagai

berikut :

1) Jari salah satu tangan memegang bagian pegangan jarum,

arahkan mata jarum pada titik akupuntur terpilih, dan tusukkan

dengan teknik tegak lurus, sejajar, menyudut, dan lain-lain.

2) Jari salah satu tangaan memegang pegangan jarum dan tangan

lainnya memegang batang jarum sebagai pengarah mata jarum

dan penunjang jarum.


3) Jari telunjuk dan ibu jari menjepit batang jarum, kemudian

jarum ditusukkan dengan cara memegaskan jari telunjuk dan

jempol.

4) Jarum tanam atau jarum telinga ditusukkan menggunakan

bantuan pinset tanpa gigi. Menggunakan mata jarum 5-7,

dengan cara memberikan pukulan ringan pada titik yang

terpilih.

b. Prosedur Penusukan

1. Tangan pengobat di disinfektan terlebih dahulu

2. Menggunakan jarum yang sudah steril

3. Permukaan kulit di disinfektan terlebih dahulu

4. Penderita diletakkan dalam posisi yang paling ideal

5. Lakukan tusukan pertama dengan gerakan cepat menembus

kulit

6. Hasil tusukan

(a) Berhasil. Tanda-tanda tusukan yang berhasil sebagai

berikut.

1) Penusuk merasa seperti ada yang menyedot ujung jarum

2) Penderita merasa linu, pegal, baal, kesemutan, seperti

terkena arus listrik pada tempat tusukan.

(b) Tidak berhasil. Tanda-tanda tusukan yang tidak berhasil

sebagai berikut.

1) Penusuk tidak merasa apa-apa pada ujung jarumnya.


2) Penderita tidak merasa apa-apa, atau hanya merasa

nyeri.

c. Penyebab Tusukan Tidak Berhasil adalah :

1. Pengambilan titik yang tidak tepat.

2. Qi meridian lemah.

3. Keadaan penderita yang sudah gawat. Dalam hal ini sebenernya

berhasil, tetapi tidak terdapat tanda-tanda berhasil.

d. Efek samping penusukan

1. Kolaps : takut, tegang, terlalu lama menunggu pelayanan,

keadaan umum yang lemah (kondisi tubuh yang lemah), belum

makan atau baru makan, setelah melakukan hubungan seksual,

terlalu lelah bekerja, manipulasi penusukan terlalu berat.

2. Jarum bengkok : salah teknik menusuk, menusuk dipaksakan,

penderita berubah posisi, jarum tertindih, terkena benturan

benda dari luar.

e. Kontra indikasi Penusukan

1. Kontra indikasi relatif adalah melakukan penusukan harus

memperhatikan dengan baik-baik letak titik yang akan ditusuk

dengan organ dan jaringan sekitarnya.

2. Kontra indikasi absolute adalah bila menurut prognose

penyakit merupakan indikasi untuk akupuntur.


B. Konsep Stroke

1. Pengertian Stroke

Stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki

karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal / global yang

berkembang dengan cepat, dengan gejala yang berlangsung lebih dari

24 jam atau menimbulkan kematian tanpa terdapat penyebab selain

yang berasal dari vaskural.

Stroke adalah penyebab utama kecacatan atau disabilitas dengan

jangka yang panjang pada orang dewasa. Kecacatan akibat dari

kerusakan jaringan otak yang dapat menyebabkan penurunan fungsi

neurologi, seperti penurunan fungsi gerak, penurunan fungsi sensori,

penurunan fungsi verbal, penurunan fungsi kognitif, dan penurunan

fungsi emosi. Bila penyakit ini terus berlanjut, dapat terjadi gangguan

atau hilangnya fungsi tersebut, yaitu kemampuan mobilitas atau

pergerakan, kemampuan berkomunikasi, kemapuan persepsi,

kemampuan sensori, kemampuan kognitif, dan mempengaruhi

emosional [ CITATION Eli19 \l 1033 ]

2. Patofisiologi

Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif karena jaringan

yang lunak maupun karena fungsinya yang sangat vital. Untuk

melindungi otak ada 2 mekanisme tubuh yang berperan yaitu

[ CITATION Ero07 \l 1033 ]:


1) Mekanisme Anastomosis

Otak dipendarahi melalui arteri karotis dan arteri

vertebralis. Arteri karotis terbagi menjadi karotis interna dan

karotis eksterna. Karotis interna memperdarahi langsung kedalam

otak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum menjadi

arteri serebri anterior dan media. Sedangkan pada karotis eksterna

memperdarahi wajah, lidah dan faring.

Meskipun arteri karotis interna dan vertebrasilaris

merupakan 2 sistem arteri yang terpisahkan yang mengalirkan

darah ke otak, tetapi keduanya disatukan oleh pembuluh dan

anastomosis yang membentuk sirkulasi wilisi.

2) Mekanisme Autoregulasi

Oksigen dan glukosa adalah dua elemen yang penting untuk

metabolism serebral yang dipenuhi oleh aliran darah secara terus-

menerus. Aliran darah serebral dipertahankan dengan kecepatan

konstanta 750 ml/menit. Kecepatan secara konstan ini

mempertahan kebutuhan nutrisi dan darah secara adekuat.

Terjadinya stroke sangat berhubungan dengan perubahan

aliran darah otak, baik karena sumbatan / oklusi pembuluh darah

otak ataupun karena perdarahan pada otak, yang akan

menimbulkan tidak adekuatnya suplay oksigen dan glukosa.

Kekurangan oksigen dalam otak (hipoksia) akan menimbulkan

iskemia. Keadaan iskemia yang relative pendek / cepat dan dapat


pulih kembali disebut Transient Ischemic Attacks (TIAs). Selamaa

periode anoksia (tidak ada oksigen) metabolism otak cepat

terganggu.

3. Klasifikasi

Stroke pada dasarnya dibagi menjadi 2 jenis [ CITATION Wiw101 \l

1033 ], yaitu :

1) Stroke Iskemik

Stroke terjadi jika aliran darah ke otak berhenti karena

penumpukan kolestrol pada dinding pembuluh darah atau bekuan

darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak

sehingga pasokan darah ke otak terganggu. Pada dasarnya stroke

iskemik disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

a. Ateroma (endapan lemak), yaitu penyumbatan yang bisa terjadi

di sepanjang arteri menuju otak. Pada penyumbatan ini bisa

terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju

ke otak, yaitu dua arteri karotis interna dan dua arteri

vertebralis.

b. Peradangan atau infeksi yang dapat menyebabkan

menyempitnya pembuluh darah yang menuju ke otak.

c. Obat-obatan, seperti kokain, dan amfetamin, juga bisa

mempersempit pembuluh darah ke otak.

d. Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba menghambat aliran

darah ke otak.
e. Emboli, yaitu endapan lemak yang terlepas dari dinding arteri

dan terbawa aliran darah lalu menyumbat arteri yang lebih

kecil.

Ada dua jenis stroke iskemik yang paling banyak terjadi, yaitu :

a. Trombotic stroke, yaitu gumpalan darah yang terbentuk dalam

salah satu arteri yang menyuplai darah ke otak

b. Embolic stroke, terjadi ketika gumpalan darah atau partikel lain

yang terbentuk diluar otak, biasanya di dalam jantung, terbawa

aliran darah, dan mempersempit pembuluh darah. Stroke ini

biasanya terjadi mendadak dan penderitanya berusia muda.

2) Stroke Haemoragik

Stroke jenis ini disebabkan oleh adanya pendarahan, yang terjadi

bila arteri pada otak pecah, darah tumpah ke otak atau rongga

antara permukaan luar otak dan tengkorak. Stroke haemoragik

terjadi pada mereka yang mempunyai tekanan darah tinggi

(hipertensi) [ CITATION Ima02 \l 1033 ]

4. Tanda dan Gejala stroke

Menurut [ CITATION Wiw101 \l 1033 ] gejala – gejala stroke yang umum

terjadi pada masyarakat antara lain sebagai berikut :

a. Mati rasa mendadak pada wajah, atau rasa lemah mendadak pada

lengan, tungkai kaki, terutama pada satu sisi tubuh.

b. Mendadak sulit berjalan, kehilangan keseimbangan tubuh, atau

koordinasi anggota tubuh.


c. Merasa lemah dan tidak bertenaga.

d. Tiba-tiba pusing atau kehilangan keseimbangan.

e. Tiba-tiba menderita sakit kepala yang parah.

f. Bingung atau kesulitan berbicara.

g. Mulut mencong ke kanan atau ke kiri.

h. Separuh badan terasa pegal, kesemutan, dan panas seperti terkena

cabai / terbakar.

i. Lidah mencong bila dijulurkan.

j. Bicara pelo / tidak jelas.

k. Sulit menelan atau saat makan/minum mudah tersedak.

l. Gerakan tidak terkoordinasi.

m. Mendadak lumpuh setengah badan (kiri atau kanan).

n. Sakit kepala berat atau vertigo parah tanpa diketahui penyebabnya.

5. Faktor Resiko

Menurut [ CITATION Ero07 \l 1033 ] keadaan yang menyebabkan

atau memperparah stroke disebut faktor resiko. Faktor resiko yang

dapat diubah, yaitu :

a. Hipertensi

Hipertensi menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah serebral

sehingga lama-kelamaan akan pecah menimbulkan perdarahan.

Stroke yang terjadi adalah stroke haemorogik.


b. Penyakit jantung

Pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan cardiac output,

sehingga terjadi gangguan perfusi serebral.

c. Diabetes Mellitus

Pada penyakit DM terjadi gangguan vaskuler, sehingga terjadi

hambatan dalam aliran darah ke otak.

d. Perokok

Rokok menimbulkan plaque pada pembuluh darah oleh nikotin

sehingga terjadi aterosklerosis.

e. Alkohol

Pada alkohol dapat mengalami hipertensi, penurunan aliran darah

ke otak dan kardiak aritmia.

f. Peningkatan kolesterol

Kolesterol dalam tubuh menyebabkan aterosklerosis dan

terbentuknya lemak sehingga aliran darah lambat.

g. Obesitas

Pada obesitas kadar kolesterol darah meningkat dan terjadi

hipertensi.
Menurut [ CITATION Wiw101 \l 1033 ] faktor resiko yang tidak dapat

diubah, yaitu sebagai berikut :

a. Usia

Beberapa penelitian membuktikan bahwa 2/3 serangan stroke

terjadi pada usia diatas 65 tahun. Meskipun demikian, bukan berarti

usia muda atau produktif akan terbebas dari serangan stroke.

b. Jenis kelamin

Penelitian menunjukkan bahwa pria lebih banyak terkena stroke

daripada wanita, yaitu mencapai kisaran 1,25 kali lebih tinggi.

Namun, lebih banyak wanita yang mengalami atroke meninggal

dunia. Hal ini disebabkan karena pria mengalami stroke pada usia

muda dan sebaliknya pada wanita mengalami stroke pada usia

tinggi (tua).

c. Garis keturunan

Faktor genetik yang berperan dalam hal ini seperti hipertensi,

diabetes, dan cacat pada pembuluh darah. Cadasil yaitu suatu cacat

pada pembuluh darah dimungkinkan merupakan faktor genetic

yang paling berpengaruh. Selain itu, gaya hidup dan pola makan

dalam keluarga yang sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah

juga menigkatkan faktor resiko stroke.

d. Asal usul bangsa

Berdasarkan literature, bangsa Afrika, Asia, dan keturunan

Hispanik lebih rentan terkena serangan stroke.


e. Kelainan pembuluh darah (Atrial Fibrillation)

Kelainan ini adalah suatu kondisi ketika salah satu bilik jantung

bagian atas berdetak tidak sinkron dengan jantung. Akibatnya,

terjadi gumpalan darah yang menyebabkan sumbatan pembuluh

darah. Gumpalan darah tersebut akan terbawa sampai ke pembuluh

darah otak dan menyebabkan stroke.

6. Perbedaan Stroke Iskemik dan Stroke Haemorogik

Gejala Stroke Iskemik Stroke Haemorogik


Onset Sub-akut kurang Sangat akut/mendadak
Waktu Mendadak Saat aktivitas
Peringatan Bangun pagi/istirahat -
Nyeri kepala +50% TIA +++
Kejang +/- +
Muntah - +
Kesadaran menurun Kadang sedikit +++
Kaku kuduk - ++
Tanda kemih - +
Edema pupil - +
Pendarahan retina - +
Bradikardia Hari ke-4 Sejak awal
Penyakit lain Tanda adanya Hampir selalu

aterosklerosis di retina, hipertensi,

koroner, perifer. Emboli aterosklerosis,

pada kelainan katub, penyakit jantung

fibrilasis, bising karotis.


[ CITATION Wul13 \l 1033 ]

C. Konsep Mobilitas Fisik

1. Pengertian Mobilitas Fisik


Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan yang dimiliki

oleh setiap orang untuk bergerak dalam lingkungan sekitarnya.

Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Activity of Daily

Living/ADL) serta pemenuhan terhadap peran yang dimilikinya dengan

kemampuan tersebut seseorang dapat melakukan aktivitas fisik yang

bersifat kebutuhan dasar, melakukan olahraga serta mampu

berpartisipasi dalam kegiatan baik dilingkuan keluarga, kelompok,

maupun masyarakat. Dengan tercapainya keadaan tersebut diperlukan

fungsi-fungsi sistem tubuh yang adekuat, sehingga tidak terjadi

keterbatasan baik fisik maupun psikologis [ CITATION Mar17 \l 1033 ]

2. Pengaturan Gerakan

Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari

sistem skeletal, otot skelet, dan sistem saraf [ CITATION And16 \l 1033 ].

a. Sistem skeletal

Skelet adalah rangka pendukung tubuh terdiri dari empat tipe

tulang, yaitu :

1) Tulang panjang

Membentuk tinggi tubuh (misalnya femur, fibula dan tibia pada

kaki) dan panjang (misalnya falang pada jari tangan dan kaki).

2) Tulang pendek
Ada dalam bentuk berkelompok, dan ketika dikombinasikan

dengan ligament dan kartilago, akan menghasilkan gerakaan

pada ekstermitas.

3) Tulang pipih

Mendukung struktur bentuk, seperti tulang ditengkorak dan

tulang rusuk di toraks.

4) Tulang ireguler

Membentuk kolumna vertebra dan beberapa tulang tengkorak

seperti mandibula.

b. Karakteristik tulang

Kekokohan tulang merupakan hasil dari adanya garam anorganik

seperti kalsium dan fosfat, yang tersebar dalam matrik tulang.

Kekokohan berhubungan dengan kekakukan tulang yang penting

untuk mempertahankan tulang panjang tetapp lurus dan membuat

tulang dapat menyangga berat badan sendiri. Tulang mempunyai

tingkat elastisitas dan fleksibelitas skelet yang dapat berubah sesuai

dengan usia.

c. Sendi

Sendi adalah hubungan diantara tulang. Sendi diklasifikasikan

menjadi 4 sesuai dengan struktur dengan tingkat mobilisasinya,

diantaranya yaitu :

1) Sendi sinostatik
Sendi ini mengacu pada ikatan tulang dengan tulang. Tidak ada

pergerakan pada sendi dan jaringan tulang yang dibentuk di

antara tulang mendukung kekuatan dan stabilitas.

2) Sendi kartilagus atau sendi sinkondrodial

Sendi ini sedikit memiliki pergerakan, tetapi elastis dan

menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya.

3) Sendi fibrosa atau sendi sisdosmodial

Sendi fibrosa adalah sendi tempat kedua permukaan tulang

disatukan dengan ligament atau membran. Serat atau

ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak

dengan jumlah terbatas.

d. Sendi sinovial

Sendi ini adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas karena

permukaan tulang yang berdekatan dilapisi dengan kartilago

artikular dan dihubungkan oleh ligament sejajr dengan membrane

sinovial .

e. Ligamen

Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwana putih,

mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu dan

menghubungkan tulang dengan kartilago. Ligament bersifat elastis

sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi.

f. Tendon
Tendon adalah jaringan fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang

menghubungkan otot dengan tulang. Tendon bersifat kuat,

fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang dan kekebalan

yang bervariasi.

g. Kartilago

Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai

vaskuler, yang terletak terutama dibagian sendi dan toraks, trachea,

laring, hidung dan telinga.

h. Otot skelet

Gerakan tulang dan sendi merupaakan proses aktif yang harus

terintegrasi secara hati-hati untuk mencapai koordinasi. Otot skelet

berfungsi untuk berkontraksi dan berelaksasi, merupakan elemen

kerja dari pergerakan. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu kontaksi

isotonik, peningkatan tekanan otot mengakibatkan otot memendek.

Kontraksi isomerik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau

kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya [ CITATION And16 \l 1033 ] :

a. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup mempengaruhi kemampuan mobilitas

seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau

kebiasaan sehari-hari.

b. Proses peyakit/cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena

dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh.

c. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas juga dipengaruhi oleh

kebudayaan. Seseorang yang memiliki budaya sering berjalan jauh

memiliki kemampuan mobilitas yang sangat kuat dan sebaliknya.

d. Tingkat energi

Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas. Agar seseorang

dapat melakukan mbilitas yang baik, dilakukan energi yang cukup.

e. Usia dan status perkembangan

Perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.

Hal ini dikaarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat

gerak sejalan dengan perkembangan usia.

4. Gangguan mobilitas

Menurut [ CITATION And16 \l 1033 ] mobilisasi mengacu pada

kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan immobilisasi

mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas.


a. Tirah baring

Tirah baring merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi

untuk tetap berada di tempat tidur untuk tujuan terapeutik.

Lamanya tirah baring tergantung penyakit atau cedera dan status

kesehatan klien.

b. Immobilisasi

Gangguan mobilitas fisik (imobilisasi) yaitu suatu keadaan invidu

mengalami atau beresiko mengalami keterbatas gerak fisik.

Perubahan tingkat mobilitas fisik dapat mengakibatkan instruksi

pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak

fisik selama penggunaan alat bantu eksternal (gips,traksi rangka),

kehilangan fungsi motorik.

c. Pengaruh fisiologis

Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur

klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat

imobilisasi yang dialami klien.

5. Perubahan perkembangan

a. Bayi

Sistem muskolokeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstermitas lentur

dan persendian memiliki rentang gerak lengkap. Pada bayi yang


matang, sistem muskolokeletal menjadi lebih kuat, bayi mampu

melawan pergerakan, emraih dan menggenggam. Pertumbuhan

pada bayi, perkembangan sistem muskolokeletal membutuhkan

dukungan berat badan untuk berdiri dan berjalan. Posturnya aneh

karena kepala dan tubuh bagian atas di bawah ke depan, karena

berat badan tidak tersebar rata sepanjang garis gravitasi, maka

menjadi tidak seimbang dan sering jatuh.

b. Toddler

Postur toddler agak berpunggung lengkung dengan perut menonjol.

Ketika anak berjalan, tungkai dan kaiknya biasanya berjauhan dan

kaki agak terbuka. Pada akhir masa toddler, postur berkurang

keanehannya, yaitu garis pada tulang belakang serviks, dan lumbal

menonjol serta eversi pada kaki menghilang.

c. Anak usia sekolah dan pra sekolah

Usia 3 tahun tubuh lebih ramping, lebih tinggi dan lebih baik

keseimbangannya. Perut yang menonjol berkurang, kaki tidak

berjauhan dan terbuka, lengan dan tungkai makin panjang. Usia 3

tahun sampai permulaan remaja sistem muskolokeletal terus

berkembang.

d. Remaja

Tahap remaja biasa ditandai dengan pertumbuhan yang pesat.

Pertumbuhan terkadangan tidak seimbang, sehingga remaja tampak


aneh dan tidak terkoordinasi. Pertumbuhan dan perkembangan

pada remaja putrid lebih dahulu dibandingkan pada remaja putra.

e. Dewasa

Orang dewasa mempunya postur dan kesejajaran tubuh yang benar

merasa senang. Terlihat bagus dan percaya diri. Perubahan postur

normal dan kesejajaran tubuh orang dewasa tejadi terutama pada

wanita hamil.perubahan tersebut akibat respons adaptif tubuh

terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Wanita hamil

bersandar ke belakang dan punggungnya agak melengkung. Wanita

hamil biaanya mengeluh sakit punggung.

f. Lansia

Kehilangan total masa tulang progreif pada lansia. Pengaruh

kehilangan tulang adalah tulang menjadi lebih lemah, tulang tulang

belakang lebih lunak dan tertekan, tulang panjang kurang resisten

untuk membungkuk. Lansia mengalami perubahan status fungsiona

sekunder akibat perubahan status mobilitas.

6. Kemampuan mobilitas

Kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai

kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan

berpindah tanpa bantuan. Pengkajian mobilisasi berfokus pada rentang

gerak, gaya berjalan, latihan dan toleransi aktivitas, serta kesejajaran

tubuh.

a. Rentang gerak
Merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan

sendi pada salah satu dari 3 potongan tubuh yaitu : sagital, frontal,

dan transfersal. Mobilisasi sendi di setiap potongan dibatasi oleh

ligamen, otot, dan kontruksi sendi. Bagian sagital geraknya adalah

fleksi dan ekstensi, dan hiperekstensi. Bagian frontal geraknya

adalah abduksi dan adduksi eversi dan inversi. Bagian transfersal

gerakannya adalah pronasi dan supinasi, rotasi internal dan

eksternal, dorsifleksi dan flantarfleksi.

Rentang gerak dalam mobilisasi dibagi menjadi 3 rentang gerak,

yaitu :

1) Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif berguna untuk menjaga kelenturan pada

otot dan persendian dengan menggerakkan otot-otot lain secara

pasif. Contohnya seperti mengangkat dan menggerakkan kaki

pasien.

2) Rentang gerak aktif

Rentang gerak ini berguna untuk melatih kelenturan dan

kekuatan otot serta sendi dengan cara pasien berbaring dengan

menggerakkan kakinya.

3) Rentang gerak fungsional

Rentang gerak fungsional berguna untuk memperkuat otot dan

sendi dengan melakukan aktivitas yang diperlukan.


b. Gaya berjalan

Pengkajian pada gaya berjalan memungkinkan untuk mengetahui

keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa

bantuan.

1) Kategori tingkat kemampuan

Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara
penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

2) Kemampuan rentang gerak dilakukan pada daerah bahu, siku,

lengan, panggul dan kaki.

Gerak sendi Derajat Rentang


Gerak
Bahu :
Adduksi : gerakan lengan ke lateral dari 180
posisi samping keatas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh
Siku :
Fleksi : angkat lengan bawah kearah depan 150
dan kearah atas menuju bahu
Pergelangan tangan :
Fleksi : tekuk jari-jari tangan kearah bagian 80-90
dalam lengan bawah
Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari 80-90
posisi fleksi
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan kearah 70-90
belakang sejauh mungkin
Abduksi : tepuk pergelangan tangan kesisi
ibu jari ketika telapak tangan menghadap 0-20
keatas
Adduksi : tekuk pergelangan tangan kearah
kelingking, telapak tangan menghadap 30-50
keatas
Tangan dan jari :
Fleksi :buat kepalan tangan 90
Ekstensi : luruskan jari 90
Hiperekstensi : tepuk jari-jari tangan 30
kebelakang sejauh mungkin
Abduksi : kembangkan jari tangan 20

Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari 20


posisi abduksi

D. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penelitian ini antara

lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Nur19 \l 1033 ] yang berjudul

pengaruh terapi akupuntur dan overground walking (jalan kaki)

terhadap kekuatan otot pasien pasca stroke (study di Desa Tragah

Bangkalan). Desain penelitian yang dilakukan menggunakan quasy

eksperiment dengan pendekatan pre-post test control design, dilakukan

di Desa Tragah Bangkalan. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah simple random sampling sebanyak 32 responden.

Instrumen penelitian menggunakan checklist, dengan uji statistic

menggunakan uji Wilcoxon Test dan Mann whitney Test. Hasil

penelitian menunjukkan ada perbedaan kekuatan otot pada perlakuan

sebelum dan sesudah diberikan terapi akupuntur p-0,000<0,05. Ada

perbedaan kekuatan otot pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah

diberikan overgound walking p-0,046<0,05. Ada perbedaan kekuatan

otot pasien pasca stroke pada kelompok kontrol dan perlakuan p-

0,002<0,05.

2. Penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Mar18 \l 1033 ] yang

berjudul pengaruh terapi akupuntur terhadap konstipasi pada pasien

post stroke di Klinik Akupuntur CD Bethesda Yogyakarta tahun 2018.

Desain penelitian yang dilakukan menggunakan quasy eksperiment

dengan rancangan one group pre and post test, dilakukan di Klinik

Akupuntur CD Bethesda Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah purposive sampling sebanyak 37 responden.

Instrument penelitian menggunakan uji normalitas dengan Shapiro-


Wilk dan analisa data menggunakan uji statistic Wilcoxon Test. Hasil

penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi akupuntur terhadap

konstipasi pada pasien post stroke setelah 3 kali intervensi dengan nilai

p : 0,000.

3. Penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Nel15 \l 1033 ] yang berjudul

pengaruh terapi akupuntur terhadap tingkat kesembuan pasien post

stroke di Pusat Rehabilitasi Stroke Singkarak. Desain penelitian yang

dilakukan menggunakan quasy eksperiment dengan desain pre test and

post test design, dilakukan di Pusat Rehabilitasi Stroke Singkarak.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling sebanyak 10 orang. Hasil analisa univariat diketahui rata-rata

tingkat kesembuhan pasien post stroke yang menjalani terapi

akupuntur sebelum intervensi adalah 1,1, dan rata-rata tingkat

kesembuhan pasien post stroke yang menjalani terapi akupuntur

sesudah intervensi adalah 2,4. Hasil bivariat terdapat pengaruh

bermakna pelaksanaan terapi akupuntur terhadap tingkat kesembuhan

pasien post stroke nilai p = 0,022

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. (2019). Pengaruh terapi akupuntur dan overground walking (jalan kaki)
terhadap kekuatan otot pasien pasca stroke ( Study di Desa Tragah
Bangkalan).

Alianto, S. (2014). Pengobatan tradisional Cina : tinjauan singkat.


Anderson, E. (2019). Motivasi pada rehabilitasi pasca stroke.

Berliana, M. F. (2018). Pengaruh Terapi Akupuntur Terhadap Konstipasi Pada


Pasien Post Stroke Di Klinik Akupuntur CD Bethesda Yogyakarta Tahun
2018.

Hadikusumo, B. (2008). Pedoman Akupuntur Medis. Jakarta: Gramedia.

Koernia, P. K., & Galih, A. N. (2019). Efektifitas Terapi Akupuntur Terhadap


Keberhasilan Rehabilitasi Pasien Pasca Stroke : Literatur Review.

Luqman, & dkk. (2017). Pengalaman Pasien Post-Stroke Dalam Menjalani


Terapi Pijat Alternatif di Kota Lhokseumawe. Jurnal Ilmu Keperawatan .

Marlina. (2017). Mobilisasi pada pasien fraktur melalui pendekatan konseptual


model Dorothea E.Orem. Idea Nursing Journal .

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan:


Salemba Medika.

Oktaria, D., & Fazriesa, S. (2017). Efektivitas Akupuntur untuk Rehabilitas


Stroke.

Riskesdas. (2018). Hasil utama riskesdas 2018.

Saputra, K. (2017). Akupuntur Dasar : Edisi 2. University Airlangga.

Soeharto, I. (2002). Kolesterol & lemak jahat, kolesterol & lemak baik dan proses
terjadinya serangan jantung dan stroke. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Sulung, N., & Hervina, R. (2015). Pengaruh terapi akupuntur terhadap tingkat
kesembuhan post stroke di Pusat Rehabilitasi Stroke Singkarak.

Sumanto, & Kristiyawati, M. D. (2019). Efektifitas Terapi Akupuntur


Dikombinasi Dengan Diet Berserat Tinggi Pada Usia Lanjut
Hiperlipidemia di Posyandu Lansia Mojosongo, Jebres Kota Surakarta. 1-
58.

Suryani, E. S., & Tarwoto, W. (2007). Keperawatan medikal bedah gangguan


sistem pernafasan. CV. Sagung Seto.

Syahrim, & dkk. (2019). Efektifitas Latihan ROM Terhadap Peningkatan


Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke : Study Systematic Review. vol 2 no 3.

Tarigan, R., & Setiawan, E. H. (2016). Pegalaman perawat dalam menerapkan


terapi complementary alternative medicine pada pasien stroke di Sumatera
Barat. Ners Jurnal Keperawatan , 14-22.

Wahid, A., & Agianto, S. H. (2015). Batasan karakteristik dan faktor yang
berhubungan (etiologi) diagnosa keperawatan : hambatan mobilitas fisik
pada pasien stroke.

Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Buku ajar ilmu keperawatan dasar. Mitra
Wacana Media.

Wibisono, S. Y. (2019). Pendekatan intervensi fisioterapi dan akupuntur pada


penderita pasca stroke terhadap postural dan fungsi motorik. Jurnal
Fisioterapi dan Rehabilitasi .

Wijaya, S. (2013). Akupuntur, metode penghilang nyeri dari masa ke masa.

Wiwit. (2010). Stroke dan penanganannya : Memahami, Mencegah, & Mengobati


Stroke. Jogjakarta: AR-RUZ MEDIA GRUP.

Wulandari, P. R. (2013). Analisi ketepatan pengobatan pasien stroke di instalasi


rawat inap RSUD Kota Mataram.

Anda mungkin juga menyukai