Anda di halaman 1dari 31

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Penapisan Fitokimia Simplisia Tumbuhan Obat Sambiloto


(Andrographis paniculata)

Asisten Laboratorium: Nurfadilah Yusuf

Rizky Indah F

Siti Rafa Amirah 260110190029

Kelompok (4)

Hari/Tanggal Praktikum: Senin, 15 Maret 2021

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020/2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM

Melakukan pengujian penapisan fitokimia terhadap simplisia

tumbuhan obat Sambiloto (Andrographis paniculata) sehingga diketahui

golongan metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia tersebut.

II. TEORI DASAR

Penapisan (skrining) fitokimia adalah tahap pendahuluan dalam

penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai

golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang diteliti. Metode

skrining fitokimia dapat dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna

dengan pereaksi warna (Simaremare, 2014).

Fitokimia yaitu bahan-bahan unik yang menyokong kehidupan

tumbuhan. Contohnya rasa pahit dan bau khas yang dimiliki bagian tumbuhan

merupakan kerja fitokimia melindungi tumbuhan dari serangga dan hewan

lain. Sehingga dapat disebutkan bahwa fitokimia merupakan bagian daya

hidup tumbuhan. Selain itu fitokimia juga berperan penting bagi kesehatan

dan gizi manusia yaitu pembantu mineral dan vitamin yang berperan sebagai

pengatur (Shinya, 2010).

Saat ini masyarakat cenderung mengkonsumsi bahan organik

sebagai makanan dan obat karena lebih aman dan harganya pun murah.

Simplisia merupakan bahan organik yang belum diolah untuk

menyembuhkan penyakit (Perwitasari, et al., 2015).


Tanaman dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang

bersifat toksik dan dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit

pada manusia. Golongan senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid (Baud, et al., 2014).

III. ALAT DAN BAHAN

3.1.Alat

a. Cawan penguap b. Corong kaca c. Gelas kimia

d. Hot Plate e. Kapas f. Kertas saring

g. Mortar dan alu h. Penangas air i. Penjepit tabung


reaksi

j. Pipet k. Rak tabung reaksi l. Sinar UV

m. Spatula n. Stopwatch o. Tabung reaksi


3.2.Bahan

a. Air
b. Amillalkohol
c. Amonia 10%
d. Etanol
e. Eter
f. FeCl3 1%
g. Gelatin 1%
h. H2SO4 pekat
i. HCl 2N
j. Kloroform
k. KOH 5%
l. NH4OH 10%
m. Pereaksi Dragendorff
n. Pereaksi Liebermann
Burchard
o. Pereaksi Mayer
p. Serbuk Mg
q. Serbuk Simplisia
r. Vanilin 10%
IV. PROSEDUR KERJA

a. SKRINING ALKALOID

1 gram serbuk simplisia

Membasakan dengan 10 mL amonia 10%

Menggerus menggunakan mortar

+ 5 mL kloroform

Menggerus kuat

Memipet & menyaring dengan pipet disumbat kapas

Lapisan
Residu
kloroform

Memasukkan ke tabung reaksi

+ HCl 2N (1:10 v/v)

Mengocok kuat

Lapisan non-asam Lapisan asam

Memipet

Membagi menjadi 3 bagian

Filtrat 1 Filtrat 2 Filtrat 3 (Blanko)

+ Pereaksi Mayer + Pereaksi Dragendorff

Kekeruhan atau
Endapan jingga
endapan putih (+
coklat (+ Alkaloid)
Alkaloid)
b. SKRINING SENYAWA POLIFENOLAT

50 mg serbuk simplisia dalam tabung reaksi

Mendidihkan di 50 mL air 15 menit

Mendinginkan

Menyaring

Filtrat A dalam
Residu
tabung reaksi

+ Larutan pereaksi FeCl3 1%

Warna biru-hitam (+ Polifenolat)

c. SKRINING TANIN

50 mg serbuk simplisia dalam tabung reaksi

Mendidihkan di 50 mL air 15 menit

Mendinginkan

Menyaring

Filtrat A dalam
Residu
tabung reaksi

+ Larutan gelatin 1%

Endapan putih
(+ Tanin)
d. SKRINING FLAVONOID

1 gram serbuk simplisia

+ 50 mL air panas

Mendidihkan selama 5 menit

Menyaring

Filtrat Residu

+ Sedikit serbuk Mg

+ 5 mL HCl 2N

+ Amillalkohol

Mengocok kuat-kuat

Membiarkan hingga memisah

Warna kuning
hingga merah
yang dapat
ditarik dengan
amil alkohol
(+ Flavonoid)
e. SKRINING MONO-TERPENOID & SESQUI-TERPENOID

1 gram simplisia

Menggerus

+ 5 mL eter

Memipet & menyaring dengan pipet disumbat kapas

Filtrat B Residu

Menempatkan dalam cawan penguap

Membiarkan menguap hingga kering

Residu

+ Vanilin 10% dalam H2SO4 pekat melalui pinggir cawan

Warna-warna (+
Mono dan
Sesquiterpenoid)
f. SKRINING STEROID DAN TRITERPENOID

1 gram simplisia

Menggerus

+ 5 mL eter

Memipet & menyaring dengan pipet disumbat kapas

Filtrat B Residu

Menempatkan dalam cawan penguap

Membiarkan menguap hingga kering

Residu

Meneteskan 2-3 tetes Liebermann Burchard

Warna ungu (+ Triterpenoid) Warna biru hijau (+ Steroid)

g. SKRINING KUINON

50 mg serbuk simplisia dalam tabung reaksi

Mendidihkan di 50 mL air 15 menit

Mendinginkan

Menyaring

Filtrat A dalam
Residu
tabung reaksi

+ Larutan KOH 5%

Warna kuning hingga merah (+ Kuinon)


h. SKRINING SAPONIN

50 mg serbuk simplisia dalam tabung reaksi

Mendidihkan di 50 mL air 15 menit

Mendinginkan

Menyaring

10 mL filtrat A
Residu
dalam tabung reaksi

Mengocok vertikal dalam tabung reaksi 10 detik

+ Asam klorida Mendiamkan ±10 menit

Busa yang persisten (+ Saponin)


i. SKRINING KUMARIN

Simplisia

Mengekstraksi dengan etanol

Menguapkan etanol

Residu Filtrat

Melarutkan dengan air distilasi panas 1-2 mL

Membagi menjadi 2 bagian

Bagian 1 Bagian 2

+ 0,5 mL NH4OH 10%

Menotolkan pada kertas saring

Mengamati pada sinar UV 366 nm

Flourosensi berwarna kebiruan yang intens (+ Kumarin)

V. HASIL

1. Dalam melakukan penapisan fitokimia, bagaimana Anda menentukan

jenis pelarut yang digunakan dalam mengekstraksi senyawa yang akan

diuji? Jelaskan dengan contoh golongan senyawa yang akan diskrining

(Rayhan Zarra Safira 260110190025)


Jawaban:

Dalam melakukan penapisan fitokimia, jenis pelarut dalam ekstraksi

dapat mempengaruhi perolehan kadar zat aktif dari tumbuhan. Maka

dari itu pemakaian pelarut yang terbaik akan semakin mempertinggi

optimalisasi dalam pengekstraksi sampel (Zulharmitta, dkk., 2010).

Penentuan pelarut yang digunakan didasarkan pada kelarutan (Ansel,

1989).

Tanaman Obat Herba Sambiloto (Andrographis paniculata)

memiliki senyawa target adrografolid yang termasuk pada golongan

diterpenoid. Senyawa ini mudah larut dalam pelarut semi polar seperti

methanol dan etanol (1:9), pyridine, asam asetat dan aseton (1:10), dan

sedikit larut dalam ether dan air (1:150) (Kumoro dan Hasan, 2007).

Pada praktikum ini pemilihan pelarut untuk penapisan fitokimia

diterpenoid sama seperti monoterpenoid dan sesquiterpenoid yaitu

menggunakan pelarut eter.

2. Berdasarkan review literatur yang sudah dilakukan, golongan metabolit

sekunder apa saja yang terkandung di dalam tumbuhan yang ditugaskan

untuk presentasi kelompok Anda? Jawaban yang dituliskan harus

mencakup hal-hal berikut: (Tresnafuty Rasyiida Diina 260110190030)

 Metabolit sekunder mayor (golongan, nama senyawa)

Jawaban:

Senyawa mayor pada tanaman sambiloto (Andrographis

paniculata) adalah diterpenoid, Andrografolid (C20H30O5)


adalah mayoritas diterpenoid pada sambiloto yang jumlahnya

sekitar 4%, 0,8-1,2 % dan 0,5-6% pada ekstrak tanaman, batang,

dan daun utuh yang dikeringkan. Diterpenoid utama lainnya

diantaranya :

o Deoxyandrographolide

o Neoandrographolide

o 14-deoxy-11,12-didehydroandrographide

o Isoandrographolide

(Chao dan Lin, 2010)

 Metabolit sekunder minor (golongan, nama senyawa)

Jawaban:

Senyawa minor pada tanaman sambiloto (Andrographis

paniculata) adalah flavonoid dan polifenol. Adapula senyawa

lainnya seperti alkaloid, tanin, dan saponin. Flavonoid utama

yang ada di tanaman ini diantaranya :

o 5-hidroksi-7,8-dimetoksiflavon

o 5-hidroksi-7,8-dimetoksiflavanon

o 5-hidroksi-7,8,2’,5’-tetrametoksiflavon

o 5-hidroksi-7,8,2’,3’-tetrametoksiflavon

o 7-O-metilwogonin

o 2’-metileter

(Chao dan Lin, 2010; Nagajothi, et al., 2018)


 Bagaimana cara mendeteksi senyawa tersebut secara kualitatif

melalui metode penapisan fitokimia? (hanya untuk senyawa

mayor)

Jawaban:

a. Cara 1

Mendidihkan 200 mg serbuk simplisia dengan

kloroform. Kemudian menyaring hasil yang sudah

didihkan sebelumnya. Menambahkan 2 mL asam asetat

anhidrat dan H2SO4 50% filtrat. Adanya warna merah

menunjukkan keberadaan terpenoid dalam simplisia.

(Malahubban, et al., 2013)

b. Cara 2 (Salkowski test)

Mencampurkan 5 g ekstrak dalam 2 mL kloroform dan 3

mL H2SO4 yang dituangkan secara hati-hati untuk

membentuk suatu lapisan. Adanya warna coklat

kemerahan pada antar muka lapisan menujukkan

keberadaan terpenoid.

(Pandey, et al., 2019)

3. Pada uji skirining flavonoid, ekstrak metanol dicampurkan dengan

campuran logam magnesium dan asam klorida (Shinoda Test). Adanya

flavonoid akan menyebabkan campuran berwarna merah. (Siti Rafa

Amirah 260110190029)
 Untuk uji flavonoid, jelaskan kenapa ekstraksi lebih baik

dilakukan menggunakan metanol atau pelarut polar lainnya.

Jawaban:

Flavonoid merupakan senyawa yang mengandung dua cincin

aromatik dengan gugus hidroksil lebih dari satu. Senyawa fenol

dengan gugus hidroksil semakin banyak memiliki tingkat

kelarutan dalam air semakin besar atau bersifat polar, sehingga

dapat terekstrak dalam pelarut-pelarut polar (Ergina, dkk.,

2014).

 Tuliskan reaksi apa yang terjadi antara senyawa flavonoid

dengan magnesium dalam suasana asam.

Jawaban:

Tujuan penambahan logam Mg dan HCl adalah untuk mereduksi

inti benzopiron yang terdapat dalam struktur flavonoid sehingga

terbentuk garam flavilium berwarna merah atau jingga (Ergina,

dkk., 2014).
 Sebutkan uji lain yang bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya

flavonoid.

Jawaban:

a. Tes FeCl3 : terhadap ekstrak etanol sampel ditambahkan

larutan FeCl3. Warna hijau kehitaman menunjukkan

hasil positif adanya kandungan senyawa fenol.

b. Tes Asetat : terhadap ekstrak etanol sampel ditambahkan

larutan asetat. Warna kuning menunjukkan hasil positif

adanya kandungan flavonoid.

c. Tes NaOH: terhadap ekstrak etanol sampel ditambahkan

larutan NaOH. Warna kuning menunjukkan hasil positif

adanya kandungan flavonoid.

(Hanifah, dkk., 2019)

4. Hasil skrining steroid dan triterpenoid pada simplisia rimpang kunyit

memberikan hasil seperti gambar di samping kiri. (Bernap

260110190028)

 Pelarut apa yang sebaiknya digunakan untuk mengekstraksi

kelompok senyawa ini? Jelaskan jawaban anda.

Jawaban:
Untuk mengekstraksi senyawa tersebut digunakan pelarut

non polar seperti eter dan heksana. Berdasarkan struktur dari

senyawa steroid dan triterpenoid tersusun dari hidrogen dan

karbon karbon yang banyak. Struktur steroid dan triterpenoid

tersusun oleh cincin siklik atom karbon dan alifatik karbon

(Sarker dan Nahar, 2007).

 Jelaskan bagaimana prosedur uji steroid dan triterpenoid ini

dilakukan.

Jawaban:

Uji steroid dan diterpenoid dilakukan dengan reaksi

Lieberman-Burchard yaitu 1 mL ekstrak (1 gram simplisia

digerus dengan 5 ml eter) ditambahkan dengan 2 tetes asam

asetat anhidrida dan 2 tetes asam sulfat pekat, penambahan

H2SO4 pekat yang bertujuan untuk menghidrolisis air. Jika

terbentuk warna biru atau hijau menandakan adanya steroid. Jika

terbentuk warna ungu atau jingga menandakan adanya

triterpenoid (Sulasiyah, et al., 2018).

 Bagaimana hasil uji skrining yang ditunjukkan pada gambar?

Kesimpulan apa yang diperoleh?

Jawaban:

Pada gambar diatas terjadi perubahan warna menjadi ungu

pada bagian tengah (yang ditetesi reagen), sehingga dapat

disimpulkan hasil ekstrak senyawa kunyit tersebut mengandung


senyawa triterpenoid.

5. Hasil skrining monoterpenoid dan seskuiterpenoid pada simplisia daun

jambu biji menghasilkan data pengamatan seperti gambar di samping

kiri. (Aisyah Safira Mulia 260110190027)

 Apa yang Anda ketahui tentang kedua kelompok senyawa ini

dan bagaimana cara ekstraksinya?

Jawaban:

a. Monoterpenoid

Monoterpenoid merupakan suatu senyawa terpenoid

yang paling sederhana. Monoterpenoid mengandung C10,

dan terbentuk dari dua unit isoprene. Monoterpenoid

termasuk minyak atsiri yang berupa cairan tak berwarna,

tidak larut dalam air, mudah menguap dan berbau harum

(Robinson, 1995).

b. Seskuiterpenoid

Seskuiterpen merupakan suatu senyawa terpenoid yang

mengandung atom C15 dengan kata lain seskuiterpen

terdiri dari tiga satuan isoprene. Sama seperti

monoterpenoid, seskuiterpenoid juga mengandung

komponen minyak atsiri, yang berperan penting dalam


memberi aroma pada buah dan bunga. Seskuiterpenoid

asiklik yang paling utama adalah farnesol (Robinson,

1995).

Metode ekstraksi: Sebanyak 1 g serbuk simplisia

dimaserasi dengan 20 mL eter selama 2 jam (dalam

wadah yang tertutup). Selanjutnya campuran disaring

dan filtrat diuapkan dalam cawan penguap hingga

didapatkan residu (Anelia dan Jamil, 2009).

 Pereaksi apa yang digunakan untuk uji kedua kelompok

senyawa ini? Uraikan bagaimana cara pembuatan pereaksi

tersebut.

Jawaban:

Pereaksi yang digunakan adalah pereaksi anisaldehid-asam

sulfat atau pereaksi vanilin-sulfat. Jika reaksi membentuk

warna-warna maka positif mengandung senyawa tersebut

(Tjitraresmi, et al., 2020):

o Cara pembuatan pereaksi anisaldehid-asam sulfat:

Melarutkan 0,5 ml anisaldehid kedalam 50 ml asam

asetat pekat, kemudian ditambahkan 1 ml asam sulfat

pekat.

o Cara pembuatan pereaksi vanilin sulfat: Menimbang 0,5

gram vanillin, kemudian dilarutkan dalam 100 ml etanol

lalu ditambahkan asam sulfat dengan perbandingan 1 : 4.


(Respati, 1986)

 Bagaimana hasil uji skrining yang ditunjukkan pada gambar?

Kesimpulan apa yang diperoleh?

Jawaban:

Hasil uji skrining yang dapat dilihat pada gambar

menunjukkan bahwa hasil pengujian tersebut adalah positif.

Terlihat pembentukan warna-warna yang ada di pinggir cawan

penguap yang merupakan tanda positif adanya metabolit

sekunder monoterpen dan seskuiterpen. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa daun jambu biji memiliki kandungan

minyak atsiri dimana hasil dari skrining monoterpenoid dan

seskuiterpenoid pada simplisia daun jambu biji adalah positif.

6. Dari skrining yang dilakukan terhadap ekstrak buah cabe jawa

menunjukkan terbentuknya endapan putih dengan penambahan pereaksi

Mayer, dan endapan jingga coklat dengan penambahan pereaksi

Dragendorff. (Tasya Amalia 260110190032)

 Jelaskan kesimpulan dari hasil tersebut!

Jawaban:
Ketika ekstrak buah cabe jawa yang ditambahkan pereaksi

mayer dan menghasilkan endapan putih, maka ekstrak tersebut

menunjukkan positif adanya senyawa alkaloid. Dan ketika

ekstrak ditambahkan pereaksi dragendorff dan terdapat endapan

jingga coklat maka dinyatakan bahwa ekstrak tersebut

menunjukkan positif senyawa alkaloid karena senyawa alkaloid

akan membentuk kompleks yang tidak larut dalam logam logam

berat (Farnsworth, 1966).

 Tuliskan prosedur lengkap dalam melakukan skrining ini.

Jawaban:

a. Penyiapan pelarut:

- Pembuatan pereaksi Mayer

Mengambil HgCl2 sebanyak 1,5 gram kemudian

dilarutkan dengan 60 mL aquades. Lalu

dilarutkan juga KI sebanyak 5 gram dalam 10 mL

aquades. Selanjutnya kedua larutan tersebut

dicampur dan diencerkan dengan aquades sampai

volume 100 mL.

- Pembuatan pereaksi Dragendorff

Mencampurkan Bismuth subnitrat sebanyak 1

gram kemudian dilarutkan dalam campuran 10

mL asam asetat glasial dan 40 mL aquades. Lalu


dilarutkan juga KI sebanyak 8 gram dengan 20

mL aquades.

(Endriani, 2016)

b. Skrining Fitokimia:

1) 1 gram serbuk simplisia dibasakan dengan 10 mL

amonia 10%, digerus menggunakan mortar.

2) Tambahkan 5 mL kloroform, gerus kuat.

3) Lapisan kloroform dipipet sambil disaring

menggunakan pipet yang disumbat dengan

kapas, masukkan ke dalam tabung reaksi.

4) Tambahkan ke dalamnya HCl 2N. Dikocok

kemudian akan menunjukkan pemisahan larutan

menjadi 2 lapis, yaitu lapisan yang diatas (lapisan

bening) dan dibawah (lapisan berwarna keruh).

Pemisahan larutan menjadi 2 lapis karena hasil

reaksi larutan dengan asam sulfat menghasilkan

air asam yang bersifat polar dan air asam tersebut

mengikat alkaloid yang sama-sama memiliki

sifat polar. Yang akan diuji disini adalah lapisan

atas karena lapisan bening ini telah mengandung

alkaloid total sedangkan yang dibawah

merupakan campuran kloroform dan zat lain

hasil pengekstrakan.
5) Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi

3 bagian:

i. Filtrat 1 : ditambahkan 1-2 tetes pereaksi

Mayer, terjadinya kekeruhan atau

endapan putih menunjukkan adanya

alkaloid.

ii. Filtrat 2 : ditambahkan 2-3 tetes pereaksi

Dragendorff, terjadinya endapan jingga

coklat menunjukkan adanya alkaloid.

iii. Filtrat 3 : digunakan sebagai blanko.

(Harborne, 1987)

7. Pada penapisan fitokimia dari simplisia herba sambiloto menghasilkan

data pengamatan sebagai berikut (Annisa Siti Salsabila 260110190026)


 Apa yang dimaksud dengan blanko/pembanding? Perlakuan apa

yang dilakukan terhadap blanko/pembanding dalam uji

penapisan fitokimia?

Jawaban:

Menurut pendapat kami, blanko/pembanding merupakan

larutan yang hanya mengandung reagen dan pelarut yang sama

seperti sampel tetapi di dalam blanko tersebut tidak terdapat

analit atau ekstrak yang akan dianalisis.

Pada uji penapisan fitokimia, blanko ini digunakan untuk

membandingkan apakah ada perubahan warna atau endapan


yang terbentuk pada sampel yang sudah ditambahkan dengan

reagen.

 Berdasarkan gambar disamping, kesimpulan golongan metabolit

apa yang terkandung pada simplisia herba sambiloto?

Jawaban:

a. Uji Alkaloid : pada sampel yang ditambahkan pereaksi

mayer terbentuk endapan putih dan sampel yang

ditambahkan pereaksi dragendorff terbentuk endapan

jingga-cokelat maka ini menunjukkan hasil yang positif.

Hasil positif adanya alkaloid ditunjukkan dengan

terbentuknya endapan jingga kecoklatan ketika

ditambahkan pereaksi dragendorff dan terbentuk

endapan putih ketika ditambahkan pereaksi mayer

(Farnsworth, 1966).

b. Uji Flavonoid : sampel berubah warna menjadi kuning

sehingga maka ini menunjukkan hasil yang positif.

Ketika sampel ditambahkan dengan amilalkohol,

reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna

merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol

(Harborne, 1987).

c. Uji kuinon : sampel berubah warna menjadi cokelat

maka ini menunjukkan hasil negatif.


Ketika sampel ditambahkan dengan larutan alkali

kuat seperti NaOH atau KOH, terbentuknya warna

merah menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon

(Harborne, 1987).

d. Uji saponin : terbentuk busa berwarna putih maka ini

menunjukkan hasil positif.

Pembentukan busa setinggi 1-10 cm yang stabil

selama kurang dari 10 menit menunjukkan adanya

saponin. Pada penambahan 1 tetes HCl 2 N, busa tidak

hilang (Depkes RI, 1995).

Dapat disimpulkan bahwa dalam ekstrak herba sambiloto

mengandung alkaloid, flavonoid, dan saponin.

8. Anda ingin mengetahui apakah daun tapak dara (Catharanthus roseus)

mengandung senyawa alkaloid. (Zilfa Syarifa Al-Aziz 260110190031)

 Usulkan metoda yang akan dilakukan, dimulai dari tahap

ekstraksi dalam skala kecil (jenis pelarut, asam/basa yang

digunakan, dll) dalam bentuk diagram alir yang sesuai

untuk ekstraksi senyawa alkaloid.


 Lengkapi dengan reagen yang digunakan untuk mendeteksi

alkaloid, dan hasil seperti apa yang memberikan hasil positif.

Jawaban:

Dari sumber yang kami baca, daun Tapak Dara positif mengandung

senyawa alkaloid yang ditandai dengan terjadinya perubahan berupa

endapan berwarna putih pada filtrat yang ditambahkan pereaksi Meyer,

dan juga terjadi perubahan warna menjadi jingga coklat setelah

ditambahkan pereaksi Dragendorf.

(Verrananda, dkk., 2016)


DAFTAR PUSTAKA

Anelia, T. & Djamil, R., 2009. Penapisan Fitokimia, Uji BSLT, dan Uji Antioksidan

Ekstrak Metanol beberapa Spesies Papilionaceae. Jurnal Ilmu

Kefarmasian Indonesia, 7(2), pp. 65-71.

Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.

Baud, G. S., Sangi, M. S. & Koleangan, H. S., 2014. Analisis senyawa metabolit

sekunder dan uji toksisitas ekstrak etanol batang tanaman patah tulang

(Euphorbia tirucalli L.) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT). Jurnal Ilmiah Sains , 14(2), pp. 106-112.

Chao, W. W. & Linn, B. F., 2010. Review Isolation and Identification of Bioactive

compounds in Andrographis paniculata (Chuanxinlian). Chin Med J, 5,

pp. 1-15.

Depkes RI., 1995. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Endriani, L. H. 2016., Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Ergina, Nuryanti, S. & Pursitasari, I. D., 2014. Qualitative Test of Secondary

Metabolites Compounds in Palado Leaves (Agave Angustifolia) Extracted

With Water and Ethanol. Jurnal Akademika Kimia. 3(3), pp. 165-172.
Farnsworth, N. R., 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. J.

Pharm. Sci. 55.

Hanifah, H. N., Herawati, I. E. & Fatimah, T., 2019. Isolasi Senyawa Flavonoid

dari Daun Ranti (Solanum americanum Miller.). Jurnal Sabdariffarma. 5,

pp. 81-99.

Harbone, J. B., 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Edisi Pertama. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Kumoro, A. C. & Hasan, M., 2007. Supercritical Carbon Dioxide Extraction of

Andrographolide from Andrographis paniculata: Effect of the Solvent

Flow Rate, Pressure, and Temprature. China Journal of Chemical

Engineering. 51, pp. 877-883.

Malahubban, M., Alimon, A. R., Sazili, A. Q., Fakurazi, S. & Zakry, F. A., 2013.

Phytochemical Analysis Of Andrographis Paniculata And Orthosiphon

Stamineus Leaf Extracts For Their Antibacterial And Antioxidant

Potential. Tropical Biomedicine. 30(3), pp. 467-480.

Nagajothi, S., Mekala, P., Raja, A., Raja, M. J., dan Senthilkumar, P., 2018.

Andrographis Paniculata: Qualitative And Quantitative Phytochemical

Analysis. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. 7(4), pp. 1251-

1253.

Pandey, J., Saini, V. K., & Raja, W., 2019. Evaluation Of Phytochemical Analysis

Of Andrographis Paniculata Leaf And Stem Extract. 5(2), pp. 188-190.

Perwitasari, F. I., Soebroto, A. A. & Hidayat, N., 2015. Pemilihan Alternatif

simplisia menggunakan metode weighted product (WP) dan metode


simple additive weighting (SAW). Journal of Environmental Engineering

and Sustainable Technology, 2(1), pp. 20-30.

Respati., 1986. Reverse Approach, Gagasan Baru yang Merintis Analisa Kualitatif-

Kuantitatif Obat Tradisional : Buku Pedoman Bagi Produsen Obat

Tradisional. Jakarta: Universitas Pancasila.

Robinson, T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB.

Sarker, S. D., & Nahar, L., 2007. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi Bahan Organik,

Alam dan Umum. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Shinya, H., 2010. Mukjizat Mikroba: Mengubah Mikroba dalam Tubuh Menjadi

Menguntungkan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Simaremare, E. S., 2014. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal (Laportea

decumana (Roxb.) Wedd). Pharmacy, 11(1), pp. 98-107.

Sulasiyah, S., Sarjono, P. R., & Aminin, A. L., 2018. Antioxidant from Turmeric

Fermentation Products (Curcuma longa) by Aspergillus Oryzae. Jurnal

Kimia Sains dan Aplikasi. 21(1), pp. 13-18.

Tjitraresmi, A., Susilawati, Y., & Moektiwardoyo, M., 2020. Inhibition of Heme

Polymerization In Vitro Assay of Extract of Sirih Leaf (Piper Betle Linn.)

and Sunflower Leaves (Helianthus Annuus L.). Indonesian Journal of

Pharmaceutical Science and Technology. 7(1), pp. 20- 28.

Verrananda, I., Yulita, V., Febrina, L., dan Rijai, L., 2016. Identifikasi Metabolit

Sekunder Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga Tapak Dara

(Catharanthus Roseus). Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-4.

pp. 162-167.
Zulharmitta., Elrika, D., & Rivai, H., 2010. Penentuan Pengaruh Jenis Pelarut

Ekstraksi Terhadap Perolehan Kadar Senyawa Fenolat Dan Daya

Antioksidan dari Herba Miniran. Jurnal Farmasi Higea. 2(1), pp. 37–45.

Anda mungkin juga menyukai