Disusun oleh:
160112180040
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI
1 INDIKASI1 ......................................................................................................................1
2 KONTRAINDIKASI ......................................................................................................1
i
6.1.1 Gigi Insisif .......................................................................................................14
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 Pemilihan tang ekstraksi gigi sulung sangat penting sesuai ukuran giginya......5
Gambar 5.1 posisi pasien untuk pencabutan rahang atas ±120o terhadap lantai ..................13
Gambar 5.2 Posisi pasien untuk pencabutan rahang bawah ±110o terhadap lantai ............13
Gambar 6.5 a. Fiksasi rahang atas, b. Fiksasi rahang bawah kiri (region 3), c. Fiksasi
iii
1
1 INDIKASI1
2) Dapat mengiritasi
dengan pencabutan
6) Gigi yang sudah waktunya tanggal dan gigi permanen di bawahnya akan erupsi2
7) Gigi persistensi
2 KONTRAINDIKASI
a. Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya. Misalnya akut infektions
pencabutan.
2
d. Pada penyakit sistemik yang akut pada saat tersebut resistensi tubuh lebih rendah dan
e. Adanya tumor yang ganas, karena dengan pencabutan tersebut dapat menyebabkan
metastase.
f. Pada penderita Diabetes Mellitus (DM), tidaklah mutlak kontra indikasi. Jadi ada
kalanya pada penyakit DM ini boleh dilakukan pencabutan tetapi haruslah tersebut
3 EVALUASI PRE-ANESTESI
b. Evaluasi gigi yang akan dicabut baik secara klinis maupun radiografi.
c. Mengidentifikasi anatomi akar yang berpotensi sulit dan kedekatan anatomi penting
d. Identifikasi dengan jelas gigi yang akan dicabut dan konfirmasi kembali sebelum
pencabutan.
e. Anestesi lokal sangat penting. Jelaskan perasaan 'mati rasa' dan sensasinya terkait
f. Jika anak tidak dapat menghadapi ekstraksi maka sedasi atau anestesi umum harus
Prinsip lainnya
a. Gigi sulung tidak memerlukan 'primary drive' yang sering direkomendasikan untuk
gigi permanen.
b. Penggunaan luksator atau elevator pada gigi anak jauh lebih baik daripada aplikasi
tang, karena tulang alveolar pada anak-anak masih lunak sehingga gigi dapat diangkat
menggunakan tang.
c. Jika fragmen akar apikal kecil tetap ada setelah ekstraksi, mungkin boleh ditinggalkan
untuk resorb, karena upaya ekstraksi jika dilanjutkan dapat merusak gigi permanen
di bawahnya.
d. Pilih sepasang tang pencabutan yang sesuai dengan prosedur yang diperlukan. Jarak
Gambar 3.2 Pemilihan tang ekstraksi gigi sulung sangat penting sesuai ukuran giginya
6
Anastesi topikal diperoleh melalui aplikasi agen anastesi tertentu pada daerah kulit
maupun membran mukosa yang dapat dipenetrasikan untuk membaalkan ujung-ujung saraf
superfisial. Anastesi ini paling sering digunakan untuk membaalkan mukosa sebelum
untuk tujuan ini karena aksinya berjalan cukup tepat. Bahan aktif yang terkandung dalam
larutan adalah lignokain hidroklorida 10% dalam basis air yang dikeluarkan dalm jumlah
kecil dari container aerosol. Penambahan berbagai rasa buah-buahnan dimaksudkan untuk
membuat preparat lebih dapat ditolerir oleh anak, namun sebenarnya dapat menimbulkan
Tetracaine.4
2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik (gambar 1) ± 15 detik,
kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif (tergantung petunjuk pabrik).
3. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar obat
bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah
kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal
1) Jari telunjuk diletakan di belakang gigi terakhir, kemudian digeser ke lateral untuk
mencari linea obliqua eksterna, kemudian digeser ke median untuk mencari linea obliqua
2) Punggung jari harus menyentuh bucooklusal gigi yang terakhir, lalu jarum dimasukan
kira-kira pada pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu
1) Syringe digeser ke arah sisi yang akan dianestesi, harus sejajar dataran oklusal, jarum
ditusukan lebih lanjut sedalam kurang lebih 6 mm, kemudian lakukan aspirasi.
Lingualis.
8
1) Syringe digeser lagi ke arah posisi pertama tetapi tidak penuh yaitu pada regio caninus,
jarum ditusukan lebih dalam menyusuri tulang kurang lebih 10-15 mm sampai terasa
2) Lakukan aspirasi lagi, apabila negatif maka keluarkan larutan anestetikum 1 cc untuk
1. Tutup jarum.
2. Kemudian bisa melanjutkan perawatan yang lain yaitu ekstraksi.
1) Persiapan operator.
2) Persiapan pasien.
3) Alat dan bahan yang disiapkan: Baki, alat dasar (kaca mulut, sonde, pinset, probe),
5) Mensetrifugasi ampul.
7) Buka kemasan syringe, lalu kencangkan jarum pada syringe, tekan ujung plunger
sampai udara dalam syringe habis, dan masukan larutan anestetikum kedalam syringe
sampai habis.
A. Area Labial
d. Operator menentukan titik insersi yaitu pada mucobuccal fold / apikal gigi 12
e. Operator menginsersikan jarum dengan bevel menghadap tulang pada titik insersi
sepanjang 5-6 mm
f. Operator melakukan aspirasi pertama. Apabila negatif, maka jarum diputar 45o
searah jarum jam dan operator melakukan aspirasi kedua. Apabila negatif, maka
jarum dikembalikan ke arah posisi awal insersi dan lanjutkan prosedur. (Apabila
positif, maka jarum dikeluarkan secara perlahan dan operator mengganti larutan
secara perlahan.
i. Pasien diminta untuk tetap membuka mulut dengan lebar karena operator akan
B. Area Palatal
b. Operator menentukan titik insersi yaitu 5mm dari titik terendah garis servikal
gigi 12
awal).
1. Tutup jarum.
5 POSISI KERJA
Pengaturan posisi pasien dan operator ditujukan untuk kenyamanan pasien dan
kemudahan operator untuk melakukan ekstraksi. Operator dapat berada dalam posisi duduk
3. Ketinggian kursi diatur sehingga mulut pasien berada kira-kira di antara bahu dan
sikut operator.
13
Gambar 5.1 posisi pasien untuk pencabutan rahang atas ±120o terhadap lantai
2. Ketinggian kursi diatur sehingga mulut pasien berada kira-kira setinggi sikut operator
3. Posisi operator pada pencabutan gigi rahang bawah region kiri, operator berada di
4. Posisi operator pada pencabutan gigi rahang bawah region kiri region kanan operator
berada di samping belakang kanan pasien kurang lebih di antara jam 9-12 pasien.
Gambar 5.2 Posisi pasien untuk pencabutan rahang bawah ±110o terhadap lantai
14
Gigi insisif sulung, terutama jika terdapat fraktur, harus diluksasi dengan lembut
rotasi, karena gigi insisif sentral maupun lateral memiki akar tunggal yang
berbentuk kerucut dan penampang yang relative membulat. Karena alasan inilah
jarang terjadi fraktur dan dengan mudah dilakukan gerakan rotasi selama
Gigi insisif sentral maupun lateral memiki akar tunggal yang berbentuk pipih,
sehingga gigi ini dapat dimanipulasi dengan gerakan luksasi bukal dan palatal
dan gerakan ekstraksi. Menempatkan forsep saat ekstraksi gigi harus secara hati-
Gigi kaninus merupakan gigi dengan akar paling panjang dalam rongga mulut
gerakan rotasi, luksasi dan ekstraksi; namun lebih dominan gerakan rotasi
Gigi kaninus rahang bawah memiki akar tunggal yang berbentuk kerucut dan
penampang yang relative mebulat, sehingga gigi ini dapat dimanipulasi dengan
lebih banyak gerakan rotasi, dikombinasikan dengan gerakan luk dan ekstraksi.
6.1.3 Molar
Tinggi kontur gigi molar sulung rahang atas lebih dekat ke sementoenamel junction
dan akarnya cenderung lebih divergen dan diameternya lebih kecil . Karena alasan inilah ada
potensi melemahnya akar selama erupsi gigi permanen; fraktur akar pada gigi molar sulung
rahang atas biasa terjadi. Hubungan akar molar gigi sulung dengan mahkota premolar
pengganti; jika akarnya melingkari mahkota, gigi premolar bisa secara tidak sengaja
diekstraksi bersamaan dengan molar primer. elevator lurus No. 301 digunakan untuk
Tulang alveolar rahang atas memang lebih spongiosa dibandingkan dengan rahang
bawah namun gigi molar rahang atas memiliki tiga buah akar yang kuat dan divergen,
yaitu dua di bagian bukal dan satu di bagian palatal. Manipulasi dilakukan dengan
dimulai dari gerakan ke palatal terlebih dahulu, diikuti oleh gerakan bukal dan palatal
bergantian dengan lambat, namun lebih banyak melakukan luksasi ke arah bukal.
Gaya terus menerus diterapkan pada tang. Tehnik manipulasi yang sama dilakukan
Gigi molar rahang bawah pada umumnya memiliki 2 akar di bagian mesial dan distal.
Tehnik manipulasi molar rahang bawah biasanya dengan melakukan luksasi dengan
elevator lurus 301 dan forsep No. 151s atau tang berbentuk 'cow horn' ke bukal dan
Pada ekstraksi gigi Molar harus bersih dan atraumatik. Hindari cedera gingiva
molar kedua seringkali sulit dikeluarkan karena akarnya melebar secara divergen.
Pemotongan gigi secara vertikal dapat menunjang ekstraksi jika mahkota gigi rusak
parah atau akarnya mengelilingi mahkota gigi permanen yang mendasarinya. Luksasi
atau elevasi sangat penting, namun gigi geraham permanen pertama bisa jadi
memiliki tingkat kesulitan bila gigi pada sisi mesialnya tidak ada (gigi premolar
Fiksasi merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam tindakan pencabutan gigi
walaupun seringkali dianggap tidak penting. Fiksasi dilakukan dengan menggunakan tangan
kiri. Pada pencabutan gigi rahang atas anterior dan posterior, baik kanan maupun kiri, fiksasi
dilakukan dengan posisi jempol berada di palatal, dan jari telunjuk berada di bukal. Pada
pencabutan gigi rahang bawah fiksasi dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
18
1) Gigi RB anterior, kiri dan kanan,,jari tengah berada di lingual, jari telunjuk berada di
2) Gigi RB posterior kiri, jari tengah berada di lingual, jari telunjuk berada di labial, dan
3) Gigi RB posterior kanan, jari telunjuk berada di bukal, ibu jari berada di lingual dan
Gambar 6.3 a. Fiksasi rahang atas, b. Fiksasi rahang bawah kiri (region 3), c. Fiksasi rahang
bawah kanan (regio 4)
2) Melakukan lebih banyak gerakan luksasi & sedikit rotasi pada gigi berakar jamak
1) Pemeriksaan kelengkapan gigi yang telah di ekstraksi apakah gigi yang dicabut utuh
2) Pemeriksaan socket pasca ekstrasksi apakah socket pasca pencabutan halus atau
terdapat tulang yang tajam, debris atau sisa gigi, jaringan patologis.
3) Pembersihan socket dari jaringan granulasi, serpihan gigi dan serpihan tulang, dan
6) Kompres dingin pasca pencabutan 5 menit setiap jam, sebanyak 4 sampai 5 kali
21