Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Boraks atau biasa disebut asam borat, memiliki nama lain, sodium
tetraborate biasa digunakan untuk antiseptik dan zat pembersih selain itu
digunakan juga sebagai bahan baku pembuatan detergen, pengawet kayu,
antiseptik kayu, pengontrol kecoa (hama), pembasmi semut dan lainnya
(Adinugroho, 2013).
Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan
seperti bakso, pentol, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat,
pangsit dan sebagainya. Selain bertujuan untuk mengawetkan makanan
boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal, dan
memperbaiki penampilan makanan, utuh tidak rusak, menekan biaya
produksi, praktis dan efektif mengawetkan makanan.
Dari hasil pengujian sampel, Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) yang dilakukan selama tahun 2011 mencakup wilayah Bandar
Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram,
dan Makassar selama tahun 2011 telah dilakukan pengambilan sampel dan
pengujian laboratorium sejumlah 20.511 sampel pangan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa 2.902 (14,15%) sampel tidak memenuhi persyaratan
keamanan dan mutu antara lain : 151 sampel mengandung Formalin; 138
sampel mengandung Boraks; 3 sampel mengandung Methanyl Yellow; 1
sampel mengandung Auramin; 197 sampel mengandung Rhodamin B; dan
1.002 sampel mengandung cemaran mikroba melebihi batas. Selain itu,
masih terdapat 253 sampel mengandung pengawet Benzoat, 416 sampel
mengandung pemanis buatan (siklamat/sakarin/aspartame/asesulfam) yang
penggunaannya melebihi batas yang diizinkan, dan atau tidak memenuhi
syarat label karena tidak mencantumkan jenis pemanis yang digunakan dan
jumlah Acceptable Daily Intake (ADI), serta 1204 sampel TMS lainnya
(Badan POM, 2011).

1
Boraks dapat menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam
jumlah banyak boraks menyebabkan demam, anuria, koma, kerusakan
sistem saraf pusat, sianosis, kerusakan ginjal, anemia, muntah, diare,
pingsan, bahkan kematian (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
(Dandik Widayati, 2011) Melakukan penelitian terhadap kandungan
boraks pada bakso. Berdasarkan dari uji laboratorium, bola bakso yang
diambil dari 35 warung bakso yang tersebar pada Kecamatan Sumbersari
diketahui bahwa tidak ada satupun bakso tersebut mengandung boraks.
Pentol adalah sebutan untuk sejenis bakso yang komposisi dagingnya
lebih sedikit dari pada bakso. Bahkan kadang hanya tepung kanji saja, di
variasikan dengan tahu, siomay, telur puyuh, dan pangsit. Pentol disajikan
dengan campuran saus tomat, kecap maupun saus kacang (Paito, 2015).
Di Banjarnegara banyak penjual yang menjual pentol sebab pentol
sangat di gemari oleh anak-anak hingga orang dewasa, salah satunya ada di
sekitar Alun-alun Banjarnegara. Dengan banyaknya penjual pentol di
Banjarnegara, memungkinkan untuk terjadinya keracunan makanan akibat
boraks. Walaupun di Banjarnegara belum ada penjual jajanan pentol yang
mengandung boraks maka dari itu salah satu upaya untuk mengurangi
keracunan makanan akibat boraks dapat dilakukan identifikasi zat
pengawet boraks pada jajanan pentol di sekitar Alun-alun Banjarnegara.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Identifikasi Zat Pengawet Boraks pada Jajanan
Pentol di Sekitar Alun-alun Banjarnegara. Sebab masih jarang dilakukan
penelitian tentang jajanan pentol.

1.2 Perumusan Masalah


1. Umum
Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah umum yang
diangkat adalah Bagaimana gambaran kualitas jajanan pentol yang dijual di
sekitar Alun-alun Banjarnegara dilihat dari segi kandungan boraks pada
tahun 2019?

2
2. Khusus
a. Bagaimana gambaran kandungan boraks yang terdapat dalam jajanan
pentol yang dijual di Alun-alun Banjarnegara?
b. Bagaimana ciri-ciri fisik jajanan pentol yang diteliti?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Mengetahui ada tidaknya kandungan zat pengawet boraks sebagai bahan
tambahan makanan pada jajanan pentol di sekitar Alun-alun
Banjarnegara.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kualitas jajanan boraks yang dijual di sekitar
Alun-alun Banjarnegara dilihat dari segi kandungan boraks pada
tahun 2019.
b. Mengidentifikasi ciri-ciri fisik jajanan pentol yang mengandung
boraks dan jajanan pentol yang tidak mengandung boraks.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini :
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dorongan dalam
pengawasan kualitas makanan yang baik.
2. Bagi Masyarakat
Memberi informasi pada masyarakat dalam memilih makanan olahan
yang aman untuk dikonsumsi dan menambah wawasan tentang
bahayanya boraks.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dalam pengembangan wawasan berfikir
penulis dalam mengaplikasi teori dengan kenyataan.

3
4. Bagi Dinas Kesehatan
Tambahan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara
dalam memudahkan pemantauan makanan yang mengandung zat
pengawet boraks sehingga lebih dilakukan pengawasan terhadap
bahan pangan.

1.5 Ruang Lingkup


1. Lingkup Keilmuan
Bidang keilmuan yang berkaitan dalam penelitian ini adalah Ilmu
Kesehatan Lingkungan.
2. Lingkup Materi
Materi yang berkaitan dengan penelitian ini adalah khususnya dalam
penyehatan makanan dan minuman dalam konteks bahan tambahan
makanan.
3. Lingkup Lokasi
Lokasi penelitian berada di sekitar Alun-alun Banjarnegara.
4. Lingkup Metode
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif melalui uji laboratorium
untuk mengetahui ada tidaknya kandungan boraks pada jajanan pentol di
sekitar Alun-alun Banjarnegara.
5. Lingkup Obyek
Obyek dalam penelitian ini meliputi jajanan pentol di sekitar Alun-alun
Banjarnegara.
6. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2019.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Boraks
Boraks atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama
“bleng” (bahasa jawa) yaitu serbuk kristal lunak yang mengandung
boron, berwarna putih atau transparan tidak berbau dan larut dalam air.
Boraks dengan dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai natrium
tetraborate decahydrate. Boraks mempunyai nama lain natrium biborat,
natrium piroborat, natrium tetraborat yang seharusnya hanya digunakan
dalam industry non pangan.
Boraks atau biasa disebut asam borat, memiliki nama lain, sodium
tetraborate biasa digunakan untuk antiseptik dan zat pembersih selain itu
digunakan juga sebagai bahan baku pembuatan detergen, pengawet kayu,
antiseptik kayu, pengontrol kecoa (hama), pembasmi semut dan lainnya
(Adinugroho, 2013).
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, boraks dikenal sebagai
bahan pembasa preparat farmasi. Boraks juga digunakan sebagai bahan
bakterisida lemah dan astringen ringan dalam lotion, obat kumur dan
pembersih mulut. Boraks juga disebut sebagai sodium pyroborate dan
sodium tetraborate.
Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai
industri nonpangan, khususnya industry kertas, gelas, pengawet kayu, dan
keramik. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptik kayu.
Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat
didalamnya.
Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika.
Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata
dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat
kumur, semprot hidung, dan salep. Namun, bahan ini tidak boleh diminum
atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam

5
tubuh.
Boraks atau biasa disebut asam borat, memiliki nama lain, sodium
tetraborate biasa digunakan untuk antiseptik dan zat pembersih selain itu
digunakan juga sebagai bahan baku pembuatan detergen, pengawet kayu,
antiseptik kayu, pengontrol kecoak (hama), pembasmi semut dan
lainnya (Adinugroho, 2013).
Karakteristik boraks antara lain berkilau seperti kaca, bentuknya seperti
kristal, transparan ke tembus cahaya, sistem hablur adalah monoklin,
perpecahan sempurna di satu arah, warna lapisan putih. Karakteristik
yang lain yaitu suatu rasa manis yang bersifat alkali (Riandini, 2008).
Boraks mempunyai rumus kimia Na2B4O2(H20)10 dengan berat
molekul 381,43 dan mempunyai kandungan boron sebesar 11,34 %. Boraks
bersifat basa lemah dengan pH (9,15 – 9,20). Boraks umumnya larut
dalam air, kelarutan boraks berkisar 62,5 g/L pada suhu 25°C dan
kelarutan boraks dalam air akan meningkat seiring dengan peningkatan
suhu air dan boraks tidak larut dalam senyawa alkohol.

B. Kegunaan Boraks
Boraks atau biasa disebut asam borate, memiliki nama lain,
sodium tetraborate biasa digunakan untuk antiseptik dan zat pembersih
selain itu digunakan juga sebagai bahan baku pembuatan detergen,
pengawet kayu, antiseptik kayu, pengontrol kecoak (hama), pembasmi
semut dan lainnya.
Efek jangka panjang dari penggunaan boraks dapat menyebabkan
merah pada kulit, gagal ginjal, iritasi pada mata, iritasi pada saluran
respirasi, mengganggu kesuburan kandungan dan janin. Dosis yang dapat
menyebabkan kematian atau biasa disebut dengan dosis letal pada
orang dewasa adalah sebanyak 10-25 gram, sedangkan pada anak-anak
adalah sebanyak 5-6 gram.

6
C. Penyalahgunaan Boraks
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722 tahun 1988, boraks
digolongkan sebagai bahan tambahan pangan yang tidak izinkan di
Indonesia. Penyebab boraks dilarang penggunaanya adalah karena boraks
banyak menimbulkan penyakit bagi kesehatan.
Boraks dapat menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam
jumlah banyak boraks menyebabkan demam, anuria, koma, kerusakan sistem
saraf pusat, sianosis, kerusakan ginjal, anemia, muntah, diare, pingsan,
bahkan kematian (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Boraks sebagai pengawet dalam makanan dilarang penggunaannya
sesuai dengan Permenkes RI No 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang
Perubahan atas Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan
Tambahan Makanan.
Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang
salah pada kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan
manusia. Boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem
metabolisme manusia sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain
yang merusak kesehatan manusia (Suklan, 2002). Bahaya yang dapat
ditimbulkan antara lain adalah bahaya akut (jangka pendek) dan bahaya
kronis (jangka panjang). Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan:
a. Tanda dan gejala akut:
Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis :
 Nafsu makan menurun
 Gangguan pencernaan
 Gangguan SSP
Bila kontak dengan mata dalam waktu yang lama dan berulang-
ulang dapat menyebabkan radang selaput mata (conjunctivitis). Bila tertelan
berulang-ulang dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan (anorexia),
turunnya berat badan, iritasi ringan disertai gangguan pencernaan, kulit
ruam dan merah-merah, kulit kering dan mukosa membran dan bibir

7
pecah-pecah, lidah merah, radang selaput mata, anemia, luka pada ginjal,
bisa juga terjadi kejang- kejang (Rahayu, 2011).

D. Pengertian Pentol
Pentol adalah sebutan untuk sejenis bakso yang komposisi dagingnya
lebih sedikit dari pada bakso. Bahkan kadang hanya tepung kanji saja, di
variasikan dengan tahu, siomay, telur puyuh, dan pangsit. Pentol disajikan
dengan campuran saus tomat, kecap maupun saus kacang (Paito, 2015).
Pentol atau di daerah lain disebut cilok merupakan makanan ringan /
jajanan yang di modifikasi dari makanan bakso yang memiliki akar dari
seni kuliner Tionghoa - Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari istilah “bakso”
berasal dari kata Bak dan so dalam bahasa hokkien yang secara harfiah berarti
“daging giling“ (Kuliner Indonesia, 2010)

E. Ciri-ciri Pentol Yang Mengandung Boraks


Belum adanya ciri-ciri pentol yang mengandung boraks sehingga
menggunakan ciri-ciri dari bakso yang mengandung boraks sebab bahan yang
digunakan dalam pembuatannya hampir sama. Ciri-ciri bakso yang
mengandung boraks yaitu struktur bakso yang kenyal dan lebih keras, memilki
daya tahan penyimpanan yang sangat lama, bertahan sampai lima hari, tekstur
sangat kenyal, warna tidak kecoklatan seperti penggunaan daging namun lebih
cenderung berwarna agak putih, bau tidak alami atau ada bau lain yang
muncul, dan bila dilempar ke lantai akan memantul seperti bola (BPOM,
2013).
F. Peralatan Yang Digunakan Untuk Menjual Pentol
Penjual pentol banyak dijumpai di setiap daerah, dengan bermacam
varian pentol dan trade mark atau branding masing-masing penjual. Pentol
atau cilok / cilot memang jajanan yang digemari oleh anak-anak dan orang
dewasa sekalipun. Bentuk pentol ada yang kecil seperti kerikil dan besar
seperti layaknya pentol bakso. Cara berjualan pentol menggunakan rombong
yang diletakan diatas sepeda motor agar lebih mobile dan portable serta

8
fleksibel (Paito, 2015)
Sasaran utama penjualan pentol adalah para anak kecil dari Sekolah
Dasar atau Taman Kanak- Kanak. Bisa dengan berkeliling dari kampung ke
kampung atau dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Dengan cara berdagang
seperti ini penjual lebih mudah mobilisasi ditempat keramaian (Paito, 2015).
Ada beberapa peralatan yang harus dibawa oleh pedagang pentol
ketika berjualan, diantaranya adalah:
1. Sepeda motor atau sepeda kayuh
Untuk dapat berjualan berkeliling pedagang membutuhkan kendaraan
untuk alat bertransportasi agar memudahkan dalam berpindah tempat.
Pedagang pentol yang paling sering menggunakan sepeda motor dan
sepeda kayuh (Paito, 2015)
2. Rombong atau kotak tempat dagang pentol
Rombong biasanya diposisikan dibagian belakang kendaraan sepeda
motor, rombong berguna untuk menyimpan seluruh barang dagangan
dan barang-barang lain yang diperlukan untuk dibawa saat pedagang
berkeliling ( P a i t o , 2015)
3. Panci tempat pentol
Panci tempat pentol disimpan terbuat dari bahan stainless steel anti karat.
Panci tersebut memiliki ukuran yang berbeda-beda, dibedakan oleh
diameter nya. Harga nya pun bervariasi sesuai ukuran yang ada.
Diameter yang sering digunakan adalah 32 cm, 35 cm, dan 40 cm.
Disesuaikan dengan besar tempat yang disediakan pada rombong ( P a i t
o , 2015)
4. Pentol dan makanan pelengkap lain
Dalam sekali berkeliling, pedagang pentol tidak hanya membawa pentol
saja untuk dijual tetapi beberapa pelengkap lainnya juga disediakan.
Pedagang pentol pada umumnya membawa lebih dari satu jenis
dagangan yaitu:
Pentol yang dijual memiliki beberapa variasi jenis, diantaranya
adalah:pentol kasar, pentol halus, pentol kecil, pentol besar, dan pentol

9
isi telur puyuh. Tetapi dengan berkembangnya kreatifitas penjual pentol
pun memiliki isi yang makin bervariasi seperti pentol isi keju, pentol isi
sambal, dan pentol isi sayuran/jamur ( Paito,  2015).

10
G. Kerangka Teori

Pentol

Bahan Tambahan Makanan

Pewarna Pengawet Pengempal

Kimia

Boraks Asam, Gula dan Garam,


Benzoat, Asam Sorbet, Sulfat
Dioksida, Antioksidan

Identifikas Kandungan
Boraks

Dampak bagi kesehatan :


Uji Kualitatif gangguan otak, hati, dan
ginjal

Positif Negatif

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Nurkhasanah yang telah dimodifikasi (2011, h.30)

11
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Penelitian
1. Komponen penyusun
a. Input
1) Pentol yang dijual di Alun-alun Banjarnegara.
2) Kondisi fisik pentol yang dijual di Alun-alun Banjarnegara.
b. Proses
1) Pemeriksaan kandungan boraks pada pentol yang dijual di Alun-
alun Banjarnegara.
2) Pemeriksaan secara fisik pada sampel pentol yang diambil dari
Alun-alun Banjarnegara.
c. Output
1) Kandungan boraks pada sampel pentol yang dijual di Alun-alun
Banjarnegara.
2) Ciri-ciri fisik pentol yang mengandung boraks dan tidak
mengandung boraks.

12
2. Kerangka Penelitian

INPUT
1) Pentol yang dijual di Alun-alun Banjarnegara.
2) Kondisi fisik pentol yang dijual di Alun-alun Banjarnegara.

PROSES
1) Pemeriksaan kandungan boraks pada pentol yang dijual di
Alun-alun Banjarnegara.
2) Pemeriksaan secara fisik pada sampel pentol yang diambil dari
Alun-alun Banjarnegara.

OUTPUT
1) Kandungan boraks pada sampel pentol yang dijual di Alun-
alun Banjarnegara.
2) Ciri-ciri fisik pentol yang mengandung boraks dan tidak
mengandung boraks.

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

13
3. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
N Variabel Definisi Cara Satuan/ Skala
o Operasional Pengumpulan Kategori Data
Data
1 2 3 4 5 6
1 Pentol Pentol yang Pengamatan Perporsi (gram) Rasio
dijual di Alun-
alun
Banjarnegara
yang terbuat
dari daging atau
tepung kanji
yang telah
mengalami
pengolahan.
2 Kandungan Boraks Pemeriksaan 1. Positif Nominal
Boraks merupakan Laboratorium 2. Negatif
garam natrium
yang banyak
digunakan di
berbagai
industri
nonpangan,
khususnya
industri kertas,
gelas, pengawet
kayu, dan
keramik.
Kandungan
boraks pada
sampel pentol

14
yang dijual di
Alun-alun
Banjarnegara.
3 Kondisi Ciri-ciri Fisik Pentol
a. Tekstur Tekstur Pengamatan 1. Kenyal Nomianl
kompak, elastis, dan pengujian membal
kenyal, tetapi dengan panca 2. Kenyal tidak
tidak liat atau indera membal
membal, tidak
ada serat
daging, tidak
lembek, tidak
basah berair,
dan tidak rapuh.
b. Warna Coklat muda Pengamata 1. Coklat muda Nominal
cerah atau dan pengujian 2. Coklat muda
sedikit agak dengan panca agak
kemerahan atau indera keputihan
coklat muda 3. Tidak
hingga coklat berwarna
muda agak coklat muda
keputihan atau
abu-abu. Warna
tersebut merata
tanpa warna
lain yang
mengganggu
(jamur).
c. Bau Bau khas Pengamata 1. Bau khas Nominal
daging segar dan pengujian daging segar
rebus dominan, dengan panca rebus
tanpa bau indera 2. Tidak bau

15
tengik, asam, khas daging
basi, atau segar rebus
busuk. Bau
bumbu cukup
tajam.
d. Rasa Rasa lezat, Pengamata 1. Tidak Nominal
enak, rasa dan pengujian terdapat rasa
daging dominan dengan panca asing yang
dan rasa bumbu indera mengganggu
cukup menonjol 2. Terdapat
tapi tidak rasa asing
berlebihan. yang
Tidak terdapat menggangu
rasa asing yang
mengganggu.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini termasuk
dalam penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui ada
dan tidaknya kandungan boraks pada sampel pentol yang diteliti dan
mengetahui ciri-ciri fisik pentol yang mengandung dan tidak mengandung
boraks dilihat dari tekstur, warna, bau dan rasa.

C. Waktu dan Lokasi


1. Waktu
a. Persiapan : Maret 2019
b. Pelaksanaan : April 2019 – Mei 2019
c. Penyelesaian : Juni 2019
2. Lokasi
a. Lokasi pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan di Alun-alun Banjarnegara.

16
b. Lokasi pemeriksaan sampel
Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Kesehatan
Lingkungan Politeknik Banjarnegara.

D. Subyek Penelitian
a. Subyek yang diteliti
Pentol yang dijual di Alun-alun Banjarnegara.
b. Jumlah subyek
Jumlah subyek yang diteliti adalah pentol yang dijual di Alun-alun
Banjarnegara. Jumlah yang akan diteliti tergantung penjual pentol
yang berjualan di sekitar Alun-alun Banjarnegara baik yang menetap
maupun yang tidak menetap.
c. Cara pengambilan subyek
Pengambilan subyek dengan mendata jumlah penjual pentol di Alun-
alun Banjarnegara baik yang menetap maupun yang tidak menetap
dan mengambil sampel dari setiap penjual pentol tersebut. Kemudian
memeriksa kandungan boraks pada sampel pentol di Laboratorium
Kesehatan Lingkungan Politeknik Banjarnegara.
E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a) Data Umum
Data umum dalam penelitian ini meliputi data jumlah penjual
pentol yang berada di Alun-alun Banjarnegara baik yang menetap
maupun tidak menetap.
b) Data Khusus
Data khusus dalam penelitian ini meliputi data sampel pentol yang
mengandung boraks.
2. Sumber Data
a) Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium tentang
ada dan tidaknya kandungan boraks pada pentol serta ciri-ciri fisik

17
dari pentol tersebut.
b) Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari beberapa penelitian sejenis dari
peneliti lain.
3. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dengan cara pengamatan dan
pembelian pentol di Alun-alun Banjarnegara dengan mengambil
sampel pada penjual pentol bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri fisik
pada pentol yang mengandung boraks dan melakukan chekcklist pada
sampel pentol yang akan diperiksa.
Penelitian ini juga melakukan pengamatan langsung dan
melakukan uji laboratorium dengan menggunakan pemeriksaan
laboratorium pada boraks dengan metode nyala api/pembakaran.
4. Alat Pengumpulan Data
a) Uji nyala api/pembakaran dengan tanur
b) Checklist
c) Alat tulis
F. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara manual melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Editing dilakukan dengan cara memeriksa kembali hasil pemeriksaan
sampel pentol.
2. Coding
Coding adalah pemberian kode jawaban untuk mempermudah proses
pengolahan data.

3. Klasifikasi data
Klasifikasi data adalah mengklasifikasikan data berdasarkan jenis-
jenisnya.
4. Tabulating

18
Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi, disusun berdasarkan
subyek yang diteliti menurut kelompok subyek dan crosstabs dengan
mics. Exel.
5. Saving
Saving atau menyimpan data dalam bentuk file dan flashdisk.

G. Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah univariat yang
dilakukan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan dari masing-
masing variabel dalam bentuk analisis tabel yaitu ada tidaknya kandungan
boraks pada sampel pentol di laboratorium.

19

Anda mungkin juga menyukai