Anda di halaman 1dari 2

Tugas Resume Materi 5

“Konsep Ketuhanan Dalam Islam (Aqidah Islam)”


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (B)
Bapak M. Agus Budianto, S.Th.I.,M.Ag.

Nama : Putri Agung Kusuma Wardani Program Studi : Teknik Geofisika


Jurusan : Fisika Absen : 07
Fakultas : FMIPA NIM : 185090701111021

Dalam konsep ketuhanan berbagai agama dan kepercayaan terdapat konsepsi ketuhanan
bangsa romawi, konsepsi ketuhanan yahudi, konsepsi ketuhanan bangsa arab sebelum diutus Nabi
Muhammad SAW.
Konsep Ketuhanan Bangsa Romawi
Konsep Ketuhanan orang-orang romawi mirip konsep ketuhanan orang-orang yunani, Menurut
keyakinan orang-orang romawi, Tuhan berjumlah banyak. Setiap urusan manusia ada Tuhan
tersendiri yang megurusnya. Dalam keyakinan mereka ada satu tuhan/dewa utama yang diyakini
menjadi raja dari seluruh tuhan, yaitu Tuhan Yupiter atau Tuhan Zeus dalam kepercayaan Yunani.
Tuhan digambarkan seperti sosok manusia, bertubuh seperti manusia, memiliki sifat seperti
manusia, pemarah, pencemburu, bernafsu, menikah, berselingkuh, memiliki anak dan sebagainya.
Umumnya tuhan bangsa Romawi berwujud laki-laki gagah dan perempuannya cantik jelita.
Konsep Ketuhanan Bangsa Romawi
Konsep Ketuhanan Yahudi ini mewakili gambaran tentang bagaimana konsep ketuhanan
agama-agama samawi yang lain. Awalnya, konsep Ketuhanan Yahudi adalah Tauhid, yaitu berasal
dari dakwah Tauhid Nabi Ibrahim, Nabi Ya’qub, dan Nabi Musa. Konsepsi Ketuhanan Mereka
bersifat chauvinistik dan menganggap Tuhan memberi keistimewaan dan syariat khusus kepada
mereka. Hal ini pula yang membuat mereka tega berbuat jahat kepada bangsa lain sebagaimana
bisa disaksikan dalam banyak segmen sejarah.
Konsepsi Ketuhanan dalam Islam
Konsep Ketuhanan orang-orang Arab asalnya adalah Tauhid dan berubah sekitar 400 tahun
sebelum diutusnya Nabi Muhammad yang dipelopori oleh seorang yang bernama Amr bin Luhay
Al-Khuza’iy dan 4 orang yang beriman kepada Allah SWT yaitu waroqoh bin Naufal, Zaid bin Amr,
Ubaidullah bin Jahsy, dan Ustman bin Al-Huwairits.
Konsep ketuhanan dalam islam antara lain Tuhan tidak boleh diserupakan dengan Manusia yang
sudah tertera dalam surah Al-Iklas dinyatakan secara jelas bahwa tidak ada yang serupa dengan
Allah dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia. Selain itu, dalam surah Asy-Syura Dia pencipta
langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari
jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan
jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan
Melihat.
SUMBER UNTUK MENGENAL ALLAH
Sumber untuk mengenal Allah hanya wahyu, sebab hanya Allah yang paling tahu tentang diri-
Nya. Akal manusia tidak boleh menggambarkan sifat-sifat Allah. Akal manusia hanya bertugas
untuk menemukan adanya Tuhan dan memahami sifat-sifat Tuhan dari adanya wahyu tersebut.
Adapun tauhid dibagi atas 3 yaitu Tauhid Rububiyyah, Asma’ Wa Shifat, dan Uluhiyyah. Dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah adalah mengesakan Allah dari segi perbuatan-Nya. Dia-lah yang
Maha Pencipta, Pemelihara, Pengatur, Pemberi rizki, Menghidupkan, Mematikan,
Menghakimi, dan semua sifat yang mengandung makna Rabb (Tuhan). Seorang muslim harus
meyakini bahwa Allah SWT tidak memiliki sekutu dalam Rububiyyah-Nya. Terdapat pada dalil
Q.S Az-Zumar (39) ayat 62.
2. Tuauhid Asma’ Wa Shifat
Sesuai namanya, tauhid asma‟ wa shifat mengesakan Allah dari segi nama dan sifat-
sifatNya yang telah dijelaskan oleh wahyu. Serta, tidak mau menerima dan mempercayai
nama-nama dan sifat-sifatnya yang didasarkan pada akal manusia. Dalam Al-Qur‟an, Allah
menjelaskan Dia memiliki nama-nama yang baik yang patut kita imani. Terdapat pada dalil Q.S
Al-hasyr (59) ayat 23.
3. Tauhid Uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dari segi af ’al hamba. Ada juga yang
menyebut bahwa tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam segala bentuk
peribadahan, baik yang zahir maupun batin. Hamba wajib melakukan semua perbuatan
karena Allah semata. Manusia wajib berdoa, bertawakkal, takut, dan meminta pertolongan
harus ditujukan dalam rangkamenaati Allah. Terdapat pada dalil Q.S Al-Mu’min (40) ayat 60.

Anda mungkin juga menyukai