Anda di halaman 1dari 11

MODUL

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


Disajikan pada Minggu ke- 5
Dosen Pengampu:

Dr. Ahmad Kosasih, M.A

Materi -5

AQIDAH 1:
(KONSEP DAN RUANG LINGKUP AQIDAH ISLAM)
Learning Outcomes
Memahami, menganalisis dan menguasai materi Akidah Islam, sehingga mampu memperkuat iman
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

A. Konsep Aqidah Islam

Secara bahasa Aqidah berasal dari bahasa Arab ( ‫ ) َع ْق ٌد‬yang berarti buhul, ikatan, janji atau
kepercayaan. Aqidah dalam arti ikatan karena aqidah merupakan tali yang menghubungkan hati
antara manusia dan Tuhannya. Tali itu berupa kepercayaan/keyakinan dan oleh karenanya aqidah
disebut juga dengan keimanan. Aqidah dalam arti janji ialah karena setiap manusia pada dasarnya
sudah mengikat janji dengan Sang Maha Pencipta (al-khaliq) bahwa ia telah mengakui Allah
sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Seperti diisyaratkan dalam surat al-A'raf ayat
172:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Berdasarkan ayat ini para ulama berpendapat bahwa setiap manusia punya naluri
ketuhanan yang di dalam Islam disebut dengan fitrah (Q.S.30:30). Kepercayaan terhadap yang
Mahakuasa (Tuhan) terdapat di mana-mana di semua bangsa. Naluri ketuhanan tumbuh dan
berkembang seiring pula dengan perkembangan akal manusia. Demikian pula persepsi dan
penyebutan tentang yang Mahakuasa itu berbeda-beda sesuai taraf pemikiran serta bahasa yang
lazim digunakan dalam masyarakat yang bersangkutan. Ada yang mempersepsikan Tuhan sebagai
kekuatan yang maha dahsyat sehinga lahir penggambaran tentang Tuhan sebagai sesuatu yang

1
menakutkan serta menyeramkan. Sebaliknya ada pula yang mepersepsikan Tuhan sebagai yang
maha pengasih sehinga lahirlah penggambaran mengenai Tuhan sesuatu yang indah-indah, penuh
kasih sayang sehingga melahirkan rasa cinta dan kerinduan kepada-Nya. Ada pula
mempersonifikasikan Tuhan dengan alam atau benda-benda tertentu sehingga muncullah patung-
patung (tamatsil) sebagi representasi dari yang Mahakuasa itu dalam penyembahan kepada-Nya
yang biasa disebut dengan berhala. Dari situlah munculnya paham keberhalaan dalam masyarakat
yang meyakininya.
Di kalangan bangsa-bangsa kuno ribuan tahun sebelum kedatangan agama Islam sudah
ada kepercayaan/keyakinan tentang banyak tuhan/dewa (polytheisme). Misalnya di kalangan
bangsa Yunani Kuno muncul keyakinan bahwa Venus adalah dewa kecantikan, Mars adalah dewa
peperangan, Minerva adalah dewa kekayaan dan Apollo adalah dewa Matahari yang dianggap
sebagai Tuhan tertinggi. Di kalangan orang-orang Hindu masa dulu ada kepercayaan kepada
banyak dewa yang diyakini sebagai Tuhan-tuhan. Demikian pula di kalangan umat Majusi
berkembang keyakinan tentang adanya dua kekuatan Mahadahsyat yang mengendalikan alam
semesta ini yaitu Dewa Cahaya (Ahura Mazda) dan Dewa Kegelapan (Ahrimam). Yang pertama
itu diyakini sebagai sumber dari segala kebaikan, sedangkan yang kedua diyakini sebagai sumber
dari segala kejahatan.
Nenek moyang bangsa Indonesia yang mendiami kepulauan Nusantara jauh sebelum
kedatangan agama-agama besar seperti Hindu, Islam dan Kristen, sudah punya
kepercayaan/keyakinan kepada roh-roh dan kekuatan-kekuatan benda tertentu yang disebut
animisme dan dinamisme. Roh-roh dan kekuatan tersebut diyakini dapat memberi efek tertentu
terhadap kehidupan manusia sehingga ia dipuja dan disembah. Semua itu menjadi bukti bahwa
manusia memilki fitrah ketuhanan, dengan kata lain memiliki akidah/kepercayaan.
B. Akidah Islam
Aqidah Islam (al-‘aqidah al-islamiyyah) berpangkal dari pengakuan bahwa tidak ada
tuhan selain Allah. Dengan kata lain, hanya Allah yang boleh dipertuhan dan tidak menyembah
kepada selainnya. Itulah yang disebut dengan tauhid (peng-Esaan) tuhan. Sebagian ulama
menggunakan istilah aqidah Islam ada pula yang menyebutnya akidah tauhid dan ada pula yang
cenderung menggunakan istilah akidah Muslim (‘aqidah al-Muslim). Terlepas dari perbedaan
istilah tersebut, inti dari pada aqidah Islam itu ialah meyakini keesaan Allah diikuti dengan
pokok-pokok keimanan lainnya yang disebut dengan rukun iman. Penjelasan selanjutnya tentang
Tauhid akan kemukakan pada tema Pemeliharaan dan Pemurnian Akidah/iman. Sebagaiman
disebutkan sebuah hadis:

Artinya: ….Maka ceritakanlah kepadaku tentang iman. (Rasulullah, Saw) berkata: Hendaklah
kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, hari yang akhir dan
engkau hendaklah beriman kepada kadar baik dan kadar buruk-Nya”(H.R. Mjuslim).

1. Ruang Lingkup Akidah Islam

Untuk meluruskan kepercayaan/keyakinan manusia kepada Tuhan Allah Swt mengutus


para Rasul dari masa ke masa kepada bangsa tertentu. Pada dasarnya pokok ajaran yang dibawa
para Rasul itu sama yakni meyakini keesaan Allah (tauhid), agar manusia menyembah hanya
kepada-Nya dengan menaati aturan-aturan yang akan membawanya kepada kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup di alam dunia sampai akhirat. Secara garis besar ruang lingkup Aqidah Islam
meliputi empat hal pokok yakni; uluhiyat (ketuhanan), nubuwat (kenabian), ruhaniyat (keyakinan
kepada makhluk-makhluk tanpa jisim seperti malaikat, jin, iblis/syetan dan roh), dan sam’iyat

2
(berita-berat tentang alam barzakh dan akhirat). Kemudian dikembangkan menjadi keyakinan
kepada Enam Pokok-pokok Keimanan yakni iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari
kiamat dan takdir (qadha & qadar). Inilah yang lazim disebut Rukun Iman (arkan al-iman).
Keenam macam obyek pokok keimanan ini wajib diyakini oleh setiap Muslim. Beriman kepada
Allah berarti juga mengimani/meyakini bahwa dia mengutus seorang Rasul-rasul-Nya dengan
menurunkan kitab suci sebagai sumber ajaran melalui malaikat-Nya. Ajaran tersebut jika ditaati
akan membawa kepada kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, bagi yang
mengingkari bakal menerima pembalasan siksaan di akhirat. Juga mengajarkan kepada manusia
bahwa alam semesta bergerak/berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah yang bersifat
baku dan disebut dengan sunnatullah. Rukun iman merupakan pokok-pokok keyakinan dan
sebagai fondasi yang di atasnya tegak syariat Islam untuk mengatur semua aspek kehidupan
manusia. Hubungan antara aqidah dan syari’ah itu ibarat hubungan antara fondasi dan bangunan.
Bangunan akan dapat beridiri dengan kokoh apabila fondasi kokoh dan begitulah sebaliknya. Bila
diibaratkan dengan sebatang pohon, aqidah merupakan urat tunggang yang menopang tegaknya
pohon itu. Syari’ah ibarat batang, cabang dan ranting serta daunnya, sedangkan akhlak merupakan
buahnya. Istilah lain tentang aqidah disebut juga dengan iman dan syari’ah disebut dengan islam
sedangkan yang berkaitan dengan akhlak atau perilaku lazim disebut dengan ihsan.Tentang
syariah dan akhlak akan dibahas masing-masingnya pada pokok bahasan tersendiri.
2. Argumen tentang Wujud Tuhan

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa rasa bertuhan itu adalah fitrah setiap
manusia, akal fikiran manusia dapat mengenal dan mempercayai adanya tuhan berdasarkan bukti
bukti-bukti melalui dua bentuk argumen yaitu ‘aqli (dalil akal) dan naqli (Al-Qu’an dan Hadis).
Dengan memberdayakan potensi akal manusia dapat membangun argument tentang adanya Tuhan
dan diperkokoh dengan informasi wahyu dari Tuhan. Adapun argumen aqli tersebut dapat
dijelaskan sebagai beikut:
a. Argumen ontologi
Ontologi terdiri dari susunan dua kata: ontos = sesuatu yang berwujud, dan logos =
logika atau pemikiran maka ontologi dalam pengertian ini adalah teori tentang wujud, tentang
hakikat yang ada. Ringkasanya argument ini adalah bahwa semua yang berwujud (ada) dapat
dikelompokkan dalam dua kategori. Pertama, wujud yang bersifat mutlak (wajibul wujud),
kedua wujud yang bersifat relatif (mumkinul wujud). Wujud yang mutlak hanya satu,
keberadaanya tidak tergantung pada yang lainnya dan tidak diikat oleh ruang dan waktu.
Karena itu dia ada di mana-mana dan kapan saja. Keberadaanya menjadi penyebab bagi
adanya yang lain, namun ia tidak disebabkan oleh yang lain. Sedangkan wujud yang besifat
relatif itu keberadaannya tergantung kepada yang lain. Keberadaannya diikat oleh ruang dan
waktu, karena itu ia tidak bersifat kekal.
Wujud kategori yang pertama itu tidak disebabkan oleh wujud yang selainnya tetapi
berdiri dengan sendirinya. Wujudnya bersifat kekal dan maha segala-galanya yang tidak ada
tandingannya. Akal kita mengharuskan demikian adanya. Itulah yang didalam ajaran agama
disebut dengan Tuhan (Ind), God (Ingr), Theo (Yunani), Ilah (Arab) dsb. Sedangkan wujud
kategori kedua adalah wujud yang bersifat relatif dan tidak kekal. Itulah wujud alam semesta.
Selain Tuhan disebut alam atau makhluq (yang diciptakan) sedangkan Tuhan adalah Sang
Pencipta (khaliq). Argumen ini dimunculkan pertama kali oleh Plato, seorang filosuf Yunani
yang hidup pada masa 428-348 SM.

3
B Argumen Cosmologi
Kata cosmos menurut makna asalnya adalah teratur, harmoni dan tersusun rapi.
Kemudian maknanya berkembang menjadi "alam raya" karena alam raya bila diamati
bergerak dengan serba teratur dan harmoni. Argumen cosmologi ini disebut juga dengan
argumen sebab akibat (sabab wal musabbab). Ringkasnya argumen ini bahwa segala sesuatu
di alam ini terjadi melalui proses sebab dan akibat. Misalnya, adanya banjir disebabkan
adanya hujan, hujan turun disebabkan adanya awan tebal yang mengandung air, awan
disebabkan adanya penguapan air laut. Terjadinya penguapan disebabkan adanya panas atau
cahaya dan terjadinya panas karna adanya matahari. Begitulah seterusnya sampai kepada
penyebab pertama yang tidak disebabkan oleh yang lainnya sehingga akal manusia tidak
mampu menjelaskannya lagi. Aristoteles menyebutnya dengan istilah penyebab pertama
(prima causa). Pemikiran tersebut juga diadobsi oleh Al-Farabi, seorang filosuf Muslim yang
menyebutnya dengan istilah al-muharrik al-awwal (penggerak pertama). Penggerak pertama
tersebut mestilah maha sempurna dan tidak berhajat kepada yang lain. Dia merupakan akal
yang suci (divine, muqaddas). Itulah asal dari segala-galanya, yang didalam bahasa agama-
agama dikenal sebagai tuhan.

b. Argumen Moral
Argumen Moral ini dikemukakan pertama kali oleh Immanuel Kant (1724-1804 M).
Inti dalam argumen ini adalah : "wujud tuhan hannya dapat ditetapkan dengan tanda-tanda
dalam jiwa manusia. Tanda-tanda tersebut berbentuk "laranggan moral" (al-wasi'ul akhlaqi)
atau tanda wajib (Al-Akkad, Ketuhanan …,1981:191).
Didalam diri setiap manusia ada satu timbangan yang disebut “kata hati " (dhamir), ia
tidak pernah berbohong dan selalu mengingatkan kepada kebenaran, kebaikan dan keadilan.
Di dalam alam semesta tidak ditemukan timbangan kebenaran moral untuk menanamkan
kewajiban tersebut. Lalu dari manakah timbulnya kebenaran moral yang ada dalam diri
manusia itu kalau bukan dari sesuatu yang diluar dirinya? Kalau pada alam semesta tidak
ditemukan bisikan moral itu lalu dari mana lagi datangnya? Pastilah bisikan moral itu berasal
dari Yang Maha Baik, dan itulah yang diyakininya sebagai Tuhan. "kesadaran moral adalah
kesadaran tentang diri kita sendiri ketika kita berhadapan dengan keadaan baik atau buruk”.
Pada saat yang sama manusia dapat membedakan antara yang halal (benar) dan yang haram
(tidak benar), yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan meskipun ia dapat melakukanya.
Dalam hal ini kita dapat melihat sesuatu yang sepesifik atau khusus manusiawi. Contoh
kongritnya ialah adanya ucapan-ucapan: "perbuatan si A itu tidak pantas sebagai manusia".
Inilah bukti adanya kesadaran moral itu di dalam diri manusia” (Dirjakara, Percikan Filsafat,
1962:13). Perintah itu sifatnya absolut dan universal (categorical inperative). Suatu perbuatan
diketahui baik karena “perintah” (kata hati) itu mengatakan demikian. Demikian pula suatu
perbuatan jahat ditinggalkan karena “perintah” itu mengatakan demikian dan tidak layak
dikerjakan. Semuanya dilandasi oleh rasa “wajib” secara moral (Harun Nasution,Falsafat
Agama, 1991:64-65).
c. Informasi Al-Qur'an tentang Tuhan
Bila kita perhatikan Al-Qur'an menggunakan beberapa macam kata yang menunjuk
kepada pengertian Tuhan, dan belum termasuk lagi nama-nama yang baik (al-asma’ul-husna)
serta sifat-sifatnya. Di antara kata yang sering digunakan oleh Al-Qur'an adalah Rabb ( ّ‫)رب‬
dan llah (‫ )اله‬. Pertama, kata Rabb mengandung makna mengatur, mendidik dan memelihara.
Maka Allah sebagai Tuhan tidak hanya mencipta tapi juga mendidik dan memelihara ciptaan-
Nya. Sebagai contoh firman-Nya:

4
"Dan kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata,
Rabb (Tuhan) kami adalah Rabb (pencipta) langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru
Tuhan selain Dia" (Q.S Al- Kahfi / 18:14). Contoh lainya dapat dilihat dalam
S.al-Baqarah/2:21-22;. S.al-Isra'/17:66; S.Fusshilat/41:30, dan S.al-An'am /675-79. Kedua,
kata llah dalam bahasa Arab menunjuk kepada sesuatu yang disembah atau dipuja oleh
manusia dalam hidupnya. Misalnya firman-Nya:
"Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan
kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah melainkan Aku, maka sembahlah oleh kamu sekalian
akan Aku" (Q.S. Al-Anbiya/21:25). Contoh lain dapat dilihat dalam Q.S.Al-A'raf/7:59; S.al-
Baqarah/2:163 dan S.al-Furqan/25:69.
Secara umum keterangan Al-Qur'an tentang bukti-bukti keesaan Tuhan dapat dibagi
dalam 3 bagian pokok, yaitu: (1) Menjelaskan kenyataan wujud yang tampak (fenomena alam
semesta) (2) Menjelaskan rasa yang terdapat dalam jiwa manusia, dan (3) Menjelaskan
dengan dalil-dalil yang menyentuh dan merangsang logika manusia atau dalil-dalil naqli yang
merangsang akal pikiran.
Untuk yang pertama itu Al-Qur'an menggunakan seluruh wujud sebagai bukti. Semua
fenomena yang terjadi di alam semesta merupakan saksi-saksi tentang keberadaan-Nya.
Melalui cara ini Al-Qur'an merangsang nalar manusia untuk memikirkanya hingga sampai
kepada satu kesimpulan dan keyakinan akan kemahakuasaan-Nya. Sebagai contoh firman-
Nya dalam surat Al- Ghasyiyah/88:17-20:
“maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan; dan langgit
bagaimana ia di tinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia di tegakkan; dan bumi
bagaimana ia di hamparkan” ? Contoh lain dapat dilihat dalam S.Qaf/50:6-7;
S.al-Ra'du/13:4; S. al-Mulk/67:3-4. Sedangkan untuk yang kedua, Al-Qur'an sering berbicara
tentang situasi dan kondisi jiwa manusia, sebagai contoh firman-Nya berikut:
Katakanlah, terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang
kepadamu hari kiamat apakah kamu menyeru (tuhan) Selain Allah jika kamu orang-orang
yang benar!" (Q.S. al-An'am/6:40-41).
Kemudian dalam S. Yunus/46:4 dan S.al-A'raf/7:97-99. Karena itu tidak mengherankan bila
ada satu teori di dalam antropologi agama menyebutkan bahwa awal rasa beragama di
kalangan suku-suku primitif adalah adanya rasa kagum dan takut terhadap gejala alam yang
dahsyat. Ketakutan itu mendorong mereka untuk mencari perlindungan sehingga muncullah
pikiran pikiran mereka tentang Yang Maha Kuasa.
Ketiga, adalah dialog Al-Qur'an yang banyak mengarah serta menyapa akal manusia
sehingga manusia dapat berfikir secara kritis, logis dan sistematis untuk meyakini adanya
Sang Maha Pencipta. Misalnya firman Allah:
"Apakah mereka menggambil tuhan-tuhan dari bumi yang dapat menghidupkan (orang-
orang mati)? Sekiranya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
keduanya telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'arasy dari pada yang
mereka sifatkan" (Q.S.al-Anbya'/21:21-22).
Juga dapat dilihat dalam S. Al-Ahqaf/46:4; S. Al-Anbiya/21:62-66; S. Al-An'am/6;101 dan
S. Yusuf/12:39

5
C. Konsep Tauhid

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa dikarena kepercayaan manusia terhadap


yang Maha kuasa (Tuhan) itu hanya didasarkan kepada akal semata, maka muncullah berbagai
macam persepsi, penanaman serta cara-cara penyembahan kepada Tuhan. Untuk itu Allah
mengirim para utusanya (rasul) untuk membimbing manusia kepada akidah yang benar, yakni
tauhid. Tauhid berasal dari kata wahhada artinya Meng esakan Tuhan. Tauhid menuntut adanya
persamaan persepsi serta sebutan tentang tuhan yang Maha Esa itu. Al-Qur'an menamakanya
Allah, tauhid berpangkal dari sebuah pengakuan bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah yang
tersimpul dalam kalimat " la ilaha illahllah".
Dalam bahasa Arab, kata la didalam rumusan ini berfungsi sebagai pengingkaran, kata
llah (tuhan) berfungsi sebagai yang diingkari atau dinafikan. Kata illa adalah `adad istitsna (alat
pengecualian). Sedangkan kata Allah adalah yang di kecualikan (mustatsna). Susunan kalimat
seperti ini bertujuan pemantapan terhadap keesaan Allah. Keyakinan tentang adanya yang Maha
kuasa selain Allah itulah yang disebut dengan syirik. Ia merupakan lawan bagi tauhid yang
mengajarkan untuk tidak menyembah dan memuja kepada selain Allah. Sedangkan syirik akan
menyelamatkan kita dari penghambaan kepada benda (materi) yang dapat menjatuhkan harkat dan
martabat kita sebagai manusia.
1. Aspek-Aspek Ketauhidan
a. Tauhid Rububiyah
Yang di maksud Tauhid Rububiyah adalah meyakini Allah sebagai satu-satunya tuhan yang
mencipta dan memelihara alam semesta. Gerak alam semesta yang bejalan secara teratur dan
harmoni menunjukan bahwa pengendalinya hanya satu. Bila pengendalinya lebih dari satu
maka akan terjadi kekacauan yang berujung dengan kehancuran (Q.S. Al-Anbiya /21:22).
Tapi kenyataannya tidaklah demikian adanya, alam bergerak dengan teratur ibarat sebuah
mesin raksasa yang tak pernah istirahat.

b. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah meyakini Allah sebagai satu-satunya yang wajib disembah.
Penyembahan atau pemujaan kepada selain-Nya mengakibatkan rusaknya ketauhidan kita.
Misalnya menyembah atau memuja dan memimta kepada tempat-tempat atau benda-benda
keramat, roh-roh nenek moyang dan yang sejenisnya. Antara peyembahan dan permohonan
harus sejalan, keduanya harus ditujukan kepada sasaran yang satu, yakni Allah swt, inilah
hakikat ucapan: "iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'an" yang diulang-ulangi di setiap rakaat
sholat.

c. Tauhid Mulkiyah
Tauhid mulkiyah adalah meyakini Allah sebagai satu-satunya Yang Mahaberkuasa.
Kekuasaan-kekuasaan yang lain harus tunduk kepada kekuasaanya. Sebesar apapun
kekuasaan yang di miliki oleh manusia di satu saat pasti akan sirna. Oleh karna itu, seseorang
tidak boleh bertindak sewenang-wenang ketika berkuasa karena kekuasaan yang di miliki
manusia pada hakikatnya adalah anugerah dan amanah-Nya yang akan
dipertanggungjawabkan kapada-Nya di suatu saat. Bila Allah menghendaki dalam sekejap
mata saja kekuasaan itu bisa tercabut dari akarnya (Q.S Ali-Imran.3:26) dan 189; S. al-
Baqarah /2:247.

Banyak lagi macam-macam tauhid seperti dirumuskan oleh para ulama yang tidak sempat kita
jelaskan semuanya dalam ruang yang terbatas ini. Semuanya itu bertujuan untuk
mengokohkan keimanan kita tentang kemahaesaan dan kemahakuasaan-Nya.

6
2. Penyimpangan terhadap Tauhid
Penyimpangan atau lawan dari tauhid adalah syirik. Berikut ini akan dijelaskan pengertian
dan bentuk-bentuk syirik yang dilakukan oleh umat manusia di dinia.

a. Pengertian Syirik
Syirik adalah lawan dari tauhid. Tauhid berarti mengesakan Allah, sedangkan syirik
berarti memperserikatkan-Nya dengan yang lain. Syirik menurut bahasa terambil dari kata Arab
‫ شرك‬, artinya beserikat atau bersekutu. Dalam bentuk kata kerja aktif-transitifnya ialah ‫ أشرك‬yang
berarti memperserikatkan/mempersekutukan sesuatu. Menurut Imam Muhammad Abduh (79:94),
syirk ialah mempercayai adanya sesuatu yang memberi bekas serta memiliki kekuasaan mutlak
selain Allah.

b. Pembagian syirik
Secara garis besar syirik dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu syirik besar (jali) dan
syrik kecil (khafi). Yang dikatakan syirik besar ialah mempecayai tuhan selain Allah yang diikuti
dengan pemujaan atau penyembahan kepadanya secara terang-terangan. Seperti kaum penyembah
berhala (‘ābidul watsani), kepercayaa kepada dua kekuatan yang berpengaruh kepada alam
semesta yakni tuhan cahaya (Ahura Mazdak) dan tuhan kegelapan (Ahriman) sebagaimana
keyakinan umat Majusi dan kepercayaan umat agama-agama selain Islam. Penganut keyakinan
ini benar-benar berada di luar Islam, ereka disebut juga dengan kafir (orang-orang yang ingkar).
Yang dikatakan syirik kecil ialah keyakinan seorang muslim kepada selain Allah di samping
meyakini Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah. Syirik seperti ini terjadi di kalangan umat
Islam sendiri, mereka di samping percaya kepada Allah dan menyembah kepada-Nya, juga
mempercayai/meyakini benda-benda atau kekuatan-kekuatan gaib yang dianggap berpengaruh
atau dapat memberikan manfaat atau mudarat. Seperri kepercayaan terhadap benda-benda atau
tempat-tempat keramat, ramalan-ramalan nasib, klenik, dsb. Pelakunya -meskipun masih berstatus
muslim- dipandang sudah melakukan dosa besar. Syirik semcam ini disebut juga dengan syirik
khafi atau syirik terselubung.

c. Bentuk-bentuk syirik menurut Al-Qur`an


Al-Qur`an banyak mengungkapkan bentuk-bentuk syirik yang dipraktekkan oleh umat
manusia di sepanjang zaman. Praktek-praktek dimaksud antara lain:

(1) Penyembahan yang semata-mata dihadapkan kepada selain Allah. Seperti penyembahan
kepada berhala (Q.S.Al-Anbiya`/21:52), pohon-pohon, bulan, bintang dan matahari seperti
yang terdapat di kalangan umat di masa N. Ibrahim dan umat jahiliah sebelum Islam. Atau
keyakinan orang-orang majusi kepada dua kekuatan yang mereka sebut sebagai dewa (tuhan)
cahaya yang diyakini sebagai sumber dari segala kebaikan, dan dewa (tuhan) kegelapan yang
diyakini sebagai sumber dari segala kejahatan.
(2) Menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Misalnya, keyakinan orang-orang Nasrani bahwa
Isa Al-Masih adalah anak Tuhan (Allah), dan roh kudus yang keduanya dianggap sebagai
oknum Tuhan (Q.S.Al-Maidah/5:72-73).
(3) Menjadikan pemimpin-pemimpin agama sebagai Tuhan. Sebagaimana dilakukan oleh orang-
orang Yahudi dan Nasrani (Q.S.At-Taubah/9:31).
(4) Menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan (Q.S.Al-Furqan/25:43).
(5) Keyakinan bahwa hidup di dunia hanya tergantung pada masa sebagaimana keyakinan kaum
dahriyyun/ atheis (Q.S.Al-Jatsiyah/45:24).
(6) Sifat riya dalam beramal/ibadah
Dari Abu Sa’id Nabi Saw bersabda:

7
ِّ ‫ال َقا َل قُ ْل َنا َب َلى َف َق ا َل‬ ْ ‫َأ‬ ‫َأ ُأ‬
ُ ْ‫الش ر‬
‫ك‬ ِ ِ‫اَل ْخ ِب ُر ُك ْم ِب َما ه َُو ْخ َوفُ َع َل ْي ُك ْم عِ ْندِي ِمنْ المَس‬
ِ َّ‫يح ال َّدج‬
َ ُ‫ُصلِّي َفي َُزيِّن‬
‫صاَل َت ُه لِ َما َي َرى ِمنْ َن َظ ِر َرج ٍُل‬ َ ‫ْال َخفِيُّ َأنْ َيقُو َم الرَّ ُج ُل ي‬
Artinya: “Maukah kamu aku beritahu tentang sesuatu yang lebih aku takuti menimpa dirimu dari
pada Dajjal yang merajalela? Mereka menjawab, baiklah! Maka ia (Rasulullah) berkata: sirik
khafi yaitu seseorang sedang shalat lalu ia perindah shalatnya kaena ia tahu dilihat orang” (H.R.
Ibnu Majah No. 4194).
Menurut Muhammad bin Abdul Wahab (1979:110), suatu amal yang dilakukan karena
Allah, kemudian dicampuri dengan riya, kemudian sifat riya disingkirkan, maka riya itu tidak
membahayakan, tetapi jika riya itu terus menghinggapinya, maka hilanglah nilai amalannya.
d. Bahaya syirik
Syirik selain merusak iman dan amalan juga membahayakan kepada diri dan masyarakat.
Orang yang berbuat syirik hatinya akan diselimuti oleh kegelapan, jauh dari cahaya iman yang
pada akhirnya ia mudah bertindak zalim. Karena itu syirk juga dipandang sebagai kezaliman yang
paling dahsyat (Q.S.Luqman/31:12). Syrik juga akan menjatuhkan martabat sebagai manusia yang
diciptakan paling mulia di sisi Allah. Orang yang berjiwa syirik akan mudah tunduk kepada alam
sedangkan tauhid mengajarkan manusia agar tunduk dan takut kepada Allah semata. Dengan
sendirinya perbutan syirik akan membelenggu jiwa dan membungkam fikiran si pelakunya.
Sebab, keterikatannya kepada benda akan mengakibat ketergantungannya kepada benda-benda
yang diyakininya itu sehingga dapat menghilangkan pikiran yang jernih (rasional). Misalnya
orang-orang yang suka mencari perlindungan/pertolongan – dalam perkara yang ghaib- kepada
selain Allah. Al-Qur`an mengibaratkannya dengan sarang laba-laba. Firman-Nya (Q.S.Al-
Ankabut/28:41):
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah
seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah
rumah laba-laba kalau mereka mengetahui”.
Yang dimaksud dengan rumah laba-laba di sini adalah perumpamaan kerapuhan atau
ketidakstabilan jiwa orang-orang yang mencari perlindungan tesebut. Perhatikan misalnya oang-
orang yang percaya kepada ramalan-ramalan nasib, tenung (nujum) dsb, jiwanya mudah
terombang-ambing oleh keyakinannya sendiri. Akhirnya dirinya terperangkap dalam sindikat
kejahatan orang-orang yang mengambil keuntungan dalam situasi itu. Menurut Muhammad Ali
(1980:100), perbuatan syirik yang dianggap sebagai perbuatan dosa yang paling berat bukanlah
disebabkan karena Allah itu irihati, dan itu bukanlah sifat Allah. Dosa berat itu disebabkan karena
adanya kenyataan bahwa syirik itu merusak akhlak manusia, sedangkan tauhid mengangkat
manusia ke tingkat akhlak yang tinggi.
D. Upaya Pemurnian Aqidah (Iman)

Iman itu mengalami pasang-surut, adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang. Ia


ibarat grafik yang dapat naik dan turun sesuiai dengan situasi dan kondsisi yang
mempengaruhinya. Jadi, iman itu ibarat tanaman yang harus dijaga dan dipelihara agar ia tetap
subur. Tanaman yang subur tentu akan menghasilkan buah yang bagus dan berkualitas, sebaliknya
tanaman/pohon yang gersang akan menghasilkan buah yang gersang (kerdil) dan tidak
berkualitas. Iman yang subur akan melahirkan amal-amal kebajikan (amal shalih), sebaliknya
iman yang gersang, bukan saja tidak membuahkan amal shalih bahkan akan menggiring kepada
perbuatan-perbuatan maksiat. Kegersangan iman akan membuat orang mudah tergoda oleh

8
berbagai macam godaan dan rayuan sehingga mendorong lahirnya perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar. Di dalam Al-Qur`an Allah menggambarkan sebagai berikut:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan
akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun”.
(Q.S.Ibrahim/14:24-26).

Adapun yang dimaksud dengan pemurnian di sini adalah upaya pembersihan akidah atau
keimanan dari noda-noda yang merusak baik dalam bentuk keyakinan maupun perilaku.
Disamping itu juga menghidup-suburkan iman dengan membiasakan ketaatan kepada Allah Swt.
Di antara kiat-kiat pemeliharaan iman itu seperti dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (1986:157-
162) adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Menambah atau mempderdalam ilmu
Firman Allah:

“…..sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama


(orang-orang berilmu). Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun”
(Q.S.Fathir/35:28).

2. Membiasakan amal shalih


Firman Allah:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,
dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (Q.S.An-Nur/24:55)

3. Membiasakan jihad
Firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu
jika kamu mengetahuinya” (Q.S. Ash-Shafat/61:10-11)

4. Berserah diri kepada Allah (tawakal)


Firman Allah:

“(Tidak demikian), bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Q.S.Al-Baqarah/2:112)

5. Selalu mencari keridhaan Allah

9
Firman Allah:

“Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan


(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya
yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”
(Q.S.Al-Maidah/5:16

6. Memakmurkan masjid
Firman Allah:

“Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S.At-Taubah/9:18).

7. Membiasakan zikir dan membaca serta mendengarkann Al-Qur`an


Firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Q.S.Al-
Anfal/8:2)

Tugas-tugas:

1. Jelaskan pengertian akidah secara bahasa dan istilah !

2. Jelaskan ruangn lingkup akidah Islam

3. Jelaskan 3 macam argumen tentang adanya Tuhan!

4. Buktikan dengan fakta-fakta bahwa rasa bertuhan merupakan fitrah yang dimilki oleh
umat manusia pada umumnya !

5. Tulislah satu ayat yang berkaitan dengan akidah dan satu ayat yang berkaitan dengan
ketauhidan !

6. Jelaskan fungsi akidah Islam!

7. Jelaskan pembagian syirik serta kemukakan contohnya!

8. Jelaskan kiat-kiat pemeliharaan iman!

Buku sumber:

Endang, S. Anshari, 1987, Kuliah al-Islam, Jakarta: Rajawali

. M. Rasyidi, 1975, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang


Abbas, Mahmud al-Akkad, 1981, Ketuhanan Sepanjang Ajaran Agama-agama dan Pemikiran
Manusia, Jakarta: Bulan Bintang

Maulana, M. Ali, 1980, Islamologi, Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve


Zakiah Daradjat, dkk, 1986, Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: Universitas Terbuka

10
Muh. Bin Abdul Wahab, 1979, “Kitab at-Tauhid”, Terj. Oleh: Bey Arifin, dengan judul:
“Bersihkan Tauhid Anda dari Noda Syirik”, Surabaya: Bina Ilmu

11

Anda mungkin juga menyukai