0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
29 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang indeterminisme dan determinisme. Indeterminisme berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan untuk berbuat dan berkehendak, sementara determinisme berpendapat bahwa segala sesuatu ditentukan oleh hukum sebab akibat sehingga manusia tidak memiliki kebebasan. Epikuros dan Zenon dikenal sebagai pendukung awal indeterminisme.
Dokumen tersebut membahas tentang indeterminisme dan determinisme. Indeterminisme berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan untuk berbuat dan berkehendak, sementara determinisme berpendapat bahwa segala sesuatu ditentukan oleh hukum sebab akibat sehingga manusia tidak memiliki kebebasan. Epikuros dan Zenon dikenal sebagai pendukung awal indeterminisme.
Dokumen tersebut membahas tentang indeterminisme dan determinisme. Indeterminisme berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan untuk berbuat dan berkehendak, sementara determinisme berpendapat bahwa segala sesuatu ditentukan oleh hukum sebab akibat sehingga manusia tidak memiliki kebebasan. Epikuros dan Zenon dikenal sebagai pendukung awal indeterminisme.
Indeterminisme merupakan segala sesuatu apa yang manusia kehendaki
manusia tidak terbatas. Para pendukung paham indeterisme mengartikan tindakan bebas sebagai sesuatu kejadian yang tidak berpenyebab, karena mereka percaya jika semua kejadian itu ada penyebabnya maka tidak ada tindakan yang bebas dan dengan begitu tidak ada pula tindakan moral. Padahal mereka justru ingin menegakkan tanggung jawab moral. Akan tetapi untuk menyatakan seseorang yang bertanggung jawab harus diandaikan bahwa orang tersebut menyebabkan atau melaksanakan suatu tindakan yang bebas. Padahal, bila dilakukan dengan bebas tindakan itu tidak mungkin disebabkan sejalan dengan pandangan indeterminis tentang kebebasan. Jadi konsekuensi logis dari defenisi kaum kaum indeterimnis tentang tindakan bebas adalah bahwa manusia tidak dapat bertanggung jawab terhadap tindakannya dan hal ini justru konsisten dengan keyakinan utama paham indeterminisme. Jadi tindakan bebas tersebut bersifat menghancurkan diri bagi teori indeteriminis. Kita tidak dapat mengingkari apa yang kita asumsi sendiri secara implisif. Dalam sains, indeterminisme telah didukung oleh biolog Perancis Jacques Monod dalam esainya yang berjudul "Chance and Necessity". Konsep ini juga didukung oleh Werner Heisenberg, Sir Arthur Eddington, Max Born dan Murray Gell-Mann.
Aliran indeterminisme ialah suatu aliran filsafat yang berpendapat,
bahwa manusia mempunyai kebebasan (Free Will) untuk berbuat dan berkehendak. Epikuros (314 SM-270 SM) misalnya berpendapat bahwa manusia bukan budak takdir, manusia dapat menentukan kehidupanya sendiri. Epikuros, selain menolak takdir, juga menolak mitos-mitos keagamaan (Franz Magnis Suseno, 1997: 48). Epikuros ingin mencerahkan manusia, membebaskannya dari ketakutan terhadap dewadewa. Menurutnya, tidak masuk akal berusaha agar para dewa bersikap baik kepada manusia. Karena itu, manusia hendaknya mengatur hidupnya menurut kehendaknya sendiri, tanpa takut terhadap dewa dan akhirat. Zenon (300 SM) percaya kepada Free Will. Kendati demikian, kebebasan dalam pandangan zenon sangat berbeda dengan pandangan Epikuros, kalau epikuros menolak takdir, zenon sebalikya. Menurut zenon, kebebasan bukan berarti manusia bebas dari takdir. Manusia mencapai kebebasan apabila manusia sadar dan rela menyesuaikan diri dari hukum alam yang tak terelakkan. Apabila manusia menerima apa yang telah ditentukan oleh illahi maka tidak akan terjadi sesuatu padanya melawan kehendaknya. Manusia menetukan dirinya sendiri dan tidak ditentukan faktor dari luar. Dengan tunduk dengan hukum alam, manusia hanya tunduk pada dirinya sendiri. Apapun yang terjadi pada dirinya sendiri adalah atas kehendaknya sendiri. Agustinus (354 SM) misalnya berpendapat, bahwa manusia itu mempunyai kebebasan. Menurut agustinus, dengan kebebasan tersebut manusia dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Ia menyatakan, yang menentukan kualitas moral seseorang adalah kehendaknya sendiri (Franz Magnis Suseno, 1997:71). Jean- Paul Sartre (1905-1981) berpendapat “manusia mempunyai kebebasan, kebebasan manusia tersebut adalah absolut.” Tidak ada batas-batas kebebasan, sartre mnolak adanya Allah, kaena seaeandainya Allah itu ada, maka tidak mungkin manusia itu bebas. Allah itu maha tahu dan sudah mengetahui segalanya sebelum manusia melakukan sesuatu dan Allah pulalah yang akan menentukan hukum moral (Richard E, 1984: 281). Dalam realita demikian, maka tidak ada peluang bagi kreatifitas kebebasan.
Aliran determinisme, apapun bentuk dan istilahnya, pada dasarnya
berpijak pada garis pemikiran yang sama, yaitu bahwa segala sesuatu di dunia ini ditentukan oleh hukum sebab akibat. Konsekuensi logis dari pemikiran itu adalah bahwa di dunia ini tidak ada kebebasan. Perbedaan di antara pelbagai bentuk aliran determinisme itu terletak pada aspek sudut pandang dan tekanan yang berbeda dalam melihat jenis faktor-faktor determinan. Misalnya determinisme biologis mengatakan bahwa manusia tidak memiliki kebebasan karena hidup manusia tergantung pada faktor-faktor genetis. Sedangkan determinisme teologis berpendapat bahwa manusia tidak bebas karena seluruh hidupnya telah ditentukan oleh Tuhan dan seluruh hidup manusia tergantung pada Tuhan, dan lain sebagainya.Sedangkan aliran indeterminisme mempunyai kebabasan mutlak dalam perbuatan perwujudan kodradnya sendiri.