Anda di halaman 1dari 25

PANCASILA DALAM INDONESIA

Dosen pembimbing :
Chairuni Nst, S. H, M. Hum

Disusun oleh :
Alexander Kevin Lung
Chalista Wijaya
Cindy Silven Salim
Felix
Risca Oktavia Chandra
Roger Danuarta
Stevanie Rowantio
Steven Sim
Yusdianti Putri

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS


T.A 2020/2021
STMIK-STIE MIKROSKIL

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia................................................................1

2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia.........................................................2

3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia...............................................2

4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa..........................................................................................2

5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur.................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................4
A. Pengertian Pancasila............................................................................................................4

B. Fungsi Pancasila....................................................................................................................5

C. Indonesia tanpa Pancasila...................................................................................................8

D. Contoh kasus..........................................................................................................................9

BAB III....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia


Setiap bangsa manapun didunia ini memiliki identitas yang sesuai dengan latar
belakang budaya masing-masing. Budaya merupakan proses cipta, rasa dan karsa
yang perlu dikelola dan dikembangkan secara terus-menerus. Budaya dapat
membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan akulturasi. Pancasila
sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan
akulturasi tersebut.

Kebudayaan itu sendiri mengandung banyak pengertian dan definisi. Salah satu
defisini kebudayaan adalah sebagai berikut: ”suatu desain untuk hidup yang
merupakan suatu perencanaan dan sesuai dengan perencanaan itu masyarakat
mengadaptasikan dirinya pada lingkungan fisik, sosial, dan gagasan” (Sastrapratedja,
1991: 144). Apabila definisi kebudayaan ini ditarik ke dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, maka negara Indonesia memerlukan suatu rancangan masa depan bagi
bangsa agar masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan baru,
yakni kehidupan berbangsa yang mengatasi kepentingan individu atau kelompok.

Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan hasil inkulturasi, yaitu proses perpaduan


berbagai elemen budaya dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadikan
masyarakat berkembang secara dinamis. (J.W.M. Bakker, 1984: menyebutkan adanya
beberapa saluran inkulturasi, yang meliputi: jaringan pendidikan, kontrol, dan
bimbingan keluarga, struktur kepribadian dasar, dan self expression. Kebudayaan
bangsa Indonesia juga merupakan hasil akulturasi sebagaimana yang ditengarai Eka
Dharmaputera dalam bukunya Pancasila: Identitas dan Modernitas

Pancasila sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang
berlaku dalam masyarakat Indonesia. Karena tradisi dan kultur bangsa Indonesia
dapat diitelusuri melalui peran agama-agama besar, seperti: peradaban Hindu,
Buddha, Islam, dan Kristen. Agama-agama tersebut menyumbang dan
menyempurnakan konstruksi nilai, norma, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang
berkembang dalam masyarakat. Misalnya, konstruksi tradisi dan kultur masyarakat
Melayu, Minangkabau, dan Aceh tidak bisa dilepaskan dari peran peradaban Islam.
Sementara konstruksi budaya Toraja dan Papua tidak terlepas dari peradaban Kristen.
Demikian pula halnya dengan konstruksi budaya masyarakat Bali yang sepenuhnya
dibentuk oleh peradaban Hindu (Ali, 2010: 75).

2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam
sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Setiap pribadi mencerminkan
keadaan atau halnya sendiri, demikian pula halnya dengan ideologi bangsa (Bakry,
1994: 157).
Meskipun nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan juga
terdapat dalam ideologi bangsa-bangsa lain, tetapi bagi bangsa Indonesia kelima sila
tersebut mencerminkan kepribadian bangsa karena diangkat dari nilai-nilai kehidupan
masyarakat Indonesia sendiri dan dilaksanakan secara simultan. Nilai nilai spiritual,
sistem perekonomian, politik, budaya merupakan contoh keunggulan yang berakar
dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.

3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia


Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini kebenarannya,
kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa Indonesia yang dijadikan
sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan menimbulkan tekad
yang kuat untuk mengamalkannya dalam kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158).
Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam
kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak. Ketika
Pancasila berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka seluruh nilai
Pancasila dimanifestasi ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa
Sebagaimana dikatakan von Savigny bahwa setiap bangsa mempunyai jiwanya
masing-masing, yang dinamakan volkgeist (jiwa rakyat atau jiwa bangsa). Pancasila
sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila
telah ada sejak dahulu kala bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia (Bakry, 1994:
157).

5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur


Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian
bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political consensus) sebagai dasar negara
Indonesia (Bakry, 1994: 161). Kesepakatan para pendiri negara tentang Pancasila
sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu
merupakan sesuatu yang tepat.

Sebelum adanya pancasila sebagai dasar negara pada saat ini, Isi dasar pancasila banyak
mengalami amandemen atau perubahan

ada beberapa sejarah yang tercatat, diantaranya :


1. Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan
2. Pancasila pada Era Kemerdekaan
3. Sejarah Pancasila Pada Era Orde Baru
4. Sejarah pancasila pada Era Orde Lama
5. Sejarah Pancasila pada Masa Reformasi

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia berlalu dengan melewati suatu proses waktu
yang sangat panjang. Dalam proses waktu yang panjang itu dapat dicatat kejadian-
kejadian penting yang merupakan tonggak sejarah perjuangan. Dasar Negara
merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan
kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia dibangun juga
berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila.

Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar Negara, merupakan sumber kaidah hukum
yang mengatur Negara Replubik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-
unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya
seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara dan seluruh
kehidupan Negara Republik Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Dilihat secara etimologis (harfiah), Pancasila berasal dari
bahasa sansekerta yaitu dari negara India (bahasa kata Brahmana)
yang dijabarkan dalam dua kata yaitu “panca” yang berarti lima
dan “sila” yang berarti dasar. Oleh karena itu, Pancasila berarti
lima dasar yaitu lima dasar negara Republik Indonesia.
Istilah Pancasila menurut Prof. Darji Darmodiharjo, S.H
telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit pada abad XIV, yaitu
terdapat dalam buku Negarakertagama karangan Empu Prapanca,
dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku
Sutasoma ini istilah Pancasila di samping mempunyai arti “berbatu
sendi yang lima” (dari bahsa Sansekerta) Pancasila juga
mempunyai arti pelaksanaan Kesusilaan yang lima (Pancasila
Krama), yang meliputi:
a. Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa)
b. Tidak boleh mencuri (asteya)
c. Tidak boleh berjiwa dengki (Indriva nigraha)
d. Tidak boleh berbohong (amrswada)
e. Tidak boleh mabuk minuman keras (dama).
2. Pengertian Pancasila secara Historis
Masuknya Jepang di Indonesia mendapat sambutan yang
baik dari masyrakat Indonesia. Terlebih lagi Jepang
memperbolehkan rakyat Indonesia untuk mengibarkan bendera
merah putih yang sebelumnya dilarang oleh Belanda. Oleh sebab
3
itu, rakyat Indonesia mengira Jepang akan membebaskan mereka
dari penjajahan Belanda.
Perumusan Pancasila juga tak lepas dari adanya janji oleh
Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Jepang
membentuk suatu badan untuk mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia yang disebut dengan BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945
yang diketuai oleh dr. Radjiman Wediodiningrat. Dalam sidang
BPUPKI yang pertama membahas tentang rumusan dasar negara.
Para tokoh mengajukan rumusannya masing-masing. Para tokoh
tersebut adalah Mr. Muhammad Yamin, K. Bagoes Hadi Kosumo,
K.H.Wahid hasyim, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato secara
lisan mengenai rumusan dasar negara. Rumusan dasar negara
tersebut diberi nama oleh Ir. Soekarno “Pancasila” yang artinya
lima dasar atas usulan dari temannya yang seorang ahli bahasa.
3. Pengertian Pancasila secara Terminologis
Dengan diproklamasikannya kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945, lahirlah sebuah negara merdeka yaitu Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat kenegaraan, maka pada
sidang PPKI yang pertama merumuskan UUD negara Republik
Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 1945.
Pada saat UUD 1945 disahkan oleh PPKI, hanya
pembukaan dan batang tubuhnya saja, sedangkan penjelasannya
belum disahkan. Penjelasan tersebut baru disahkan dan dimuat
dalam UUD 1945 pada tanggal 15 Februari 1946 pada saat naskah
resminya dimuat dan diberitakan oleh berita Republik Indonesia.
Pada saat sidang pengesahan UUD 1945 beserta pembukaannya
oleh PPKI, naskah Pancasila yang terdapat dalam bagian
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
4
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Pesatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan.
e. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagaimana tecantum dalam
pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan
benar sebagai dasar negara RI.
B. Fungsi Pancasila
Menurut Dwi Sulisworo (2012:2) fungsi Pancasila dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Fungsi pokok
Secara yuridis Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
terdapat dalam Pembukaan UUD1945 alinea IV yang berbunyi
“…..maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : ketuhanan yang
maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,….”. Berdasar pada pernyataan “…
dengan berdasar kepada….” Dapat dipahami sebagai dasar filsafat
Negara Indonesia. Selanjutnya Pancasila sebagai dasar filsafat
Negara pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian Negara.
Dalam penyelenggaraan Negara jelas dibutuhkan adanya
peraturan-peraturan yang berlaku secara jelas dan tegas. Dengan
demikian secara langsung maupun tidak langsung Pancasila
merupakan sumber bagi peraturan-peratuarn yang berlaku,
termasuk peraturan hukum. Dalam hal inilah Pancasila menjadi
asas yang mutlak bagi adanya tertib hukum di Indonesia. Dalam
5
pengertian ini maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari
segala sumber hukum Indonesia. Kedudukan tersebut secara rinci
dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) di Indonesia. Pancasila merupakan asas
kerohkanian tertib hukum yang dalam Pembukaan UUD1945
dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
b. Pancasila meliputi suasana kebatinan (geistlichenhintergrund )
dari UUD1945.
c. Pancasila mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar
Negara, baik hukum tertulis maupun tidak tertulis.
d. Pancasila mengandung norma yang mewajibkan pemerintah
dan lainlain penyelenggara Negara ( termasuk para
penyelenggara partai dan golongan fungsional) untuk
memelihara budi pekerti (moral) kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini
sesuai dengan Pokok Pikiran ke empat Pembukaan UUD1945.
2. Fungsi Lain
Sebagai dasar Negara nilai-nilai Pancasila harus
diwujudkan dalam berbagai bidang, sehinngga muncullah fungsi
dan kedudukan lain, selain sebagai dasar negara. Beberapa fungsi
dan kedudukan Pancasila tersebut adalah :
a. Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila
sebagai arahan dalam kehidupan sehari-hari. Semua segmen
dan aktivitas masyarakat maupun penyelenggara Negara harus
sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila.
b. Sebagai Jati Diri Bangsa
Para pendiri Negara Indonesia pada saat mempersiapkan dasar
Negara didasarkan pada suatu semangat untuk menemukan
dasar Negara yang mengandung makna hidup bagi bangsa
Indonesia. Makna hidup bagi bangsa Indonesia tersebut
6
ditemukan dari budaya dan peradaban bangsa Indonesia
sendiri, yang merupakan perwujudan nilai-nilai yang dimiliki,
diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat
Indonesia. Masyarakat Indonesia menciptakan tata nilai yang
mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan
kerokhanian bangsa yang member corak, watak, dan ciri
masyarakat Indonesia, yang membedakan dengan bangsa lain.
Pancasila secara material berasal dari nilai-nilai masyarakat
tersebut. Sehingga Pancasila dapat dinyatakan sebagai
pembeda , penciri, atau jati diri bangsa Indonesia yang
membedakan dengan bangsa lainnya.
c. Sebagai Ideologi Bangsa
Pengertian “Ideologi” secara umum dapat dikatakan sebagai
kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan,
kepercayaan-kepercayaan, yang menyeluruh dan sistematis,
yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok
manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan. Pancasila
merupakan ideologi terbuka, artinya Pancasila merupakan
kristalisasi dari ide-ide, cita-cita, keyakinan-keyakinan,
masyarakat Indonesia sendiri, sehingga masyarakat sudah
memilikinya. Sebagai ideologi terbuka, nilai-nilai cita-cita,
ide-ide dari Pancasila bersifat tetap keberadaannya, namun
bersifat dinamis dalam perwujudannya (sesuai dengan tempat,
waktu, dan kepentingannya).
Ideologi terbuka memiliki tiga unsur yang harus selalu
dikembangkan dan dihidupkan agar ideologi menjadi
berkembang dan tahan uji. Ketiga unsur tersebut adalah :
1) Nilai dasar atau dimensi idealitas
Nilai dasar berupa kelima nilai pokok dalam Pancasila,
yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
7
keadilan. Nilai dasar merupakan cita-cita bangsa Indonesia
dan bersifat tetap.
2) Nilai instrumental atau dimensi normative / fleksibilitas
Nilai instrumental merupakan alat / media bagi
terwujudnya nilai dasar. Nilai instrumental berupa norma-
norma dan kebijakan-kebijakan, misalnya norma hukum,
norma moral,norma agama, norma sosial, GBHN, dan
kebijakan lain.
3) Nilai Praksis atau dimensi realita
Nilai praksis adalah realisasi cita-cita (nilai dasar) dalam
kehidupan setelah diproses dengan norma atau kebijakan
yang dibuat. Nilai praksis ini bersifat nyata, dan selalu
memiliki kesenjangan dengan nilai dasar. Jika terjadi
kesenjangan antara nilai dasar dan nilai praksis, maka
yang seharusnya berperan adalah dimensi normatif.
C. Indonesia tanpa Pancasila
Seperti yang diketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia. Pancasila merupakan pedoman atau pandangan hidup dalam
berbangsa dan bernegara. Pancasila juga merupakan cita-cita bangsa,
oleh karena itu tanpa adanya Pancasila negara tidak memiliki arah dan
tujuan yang jelas.
Berkaitan dengan pancasila secara mendalam, tentunya
Pancasila merupakan sebuah ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Segala perbuatan, nilai-nilai dan norma, serta perilaku kita semua
dilandaskan pada pancasila.
Lantas bagaimana Indonesia tanpa Pancasila?. Beberapa orang
mungkin beranggapan bahwa Indonesia tanpa adanya Pancasila akan
hancur, terpecah belah, kacau, dan lain sebagainya. Namun ada pula
8
orang yang menganggap bahwa jika Indonesia tanpa Pancasila akan
masih bisa bertahan atau masih tetap menjadi Indonesia.
Pancasila berperan sebagai pedoman hidup, ini berarti Pancasila
merupakan panutan dalam berperilaku. Akan tetapi, tak sedikit orang
melakukan pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila. Logikanya
adaalah Indonesia yang memiliki Pancasila saja masih terjadi
pelanggaran apalagi jika tidak memiliki Pancasila. Mungkin benar
orang-orang yang mengaggap bahwa negara Insonesia ini akan hancur,
kacau, dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi hal semacam ini, ideologi Pancasila harus tetap
dipertahankan karena Pancasila adalah pandangan hidup dan landasan
dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila harus tetap ada dalam jiwa
dan selalu diterapkan dan diterapkan di dalam hati. Jika Pancasila
sudah ternaman dalam hati dan diri, selanjutnya adalah saling
merangkul dan mengingatkan bahwa Pancasila bukan hanya sekedar
tulisan yang dibukukan. Pancasila adalah landasan yang menjadi
panutan bagi rakyat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila

1. Pengertian Pancasila secara Etimologis


Dilihat secara etimologis (harfiah), Pancasila berasal dari bahasa
sansekerta yaitu dari negara India (bahasa kata Brahmana) yang dijabarkan
dalam dua kata yaitu “panca” yang berarti lima dan “sila” yang berarti dasar.
Oleh karena itu, Pancasila berarti lima dasar yaitu lima dasar negara Republik
Indonesia.
Istilah Pancasila menurut Prof. Darji Darmodiharjo, S.H telah dikenal
sejak zaman kerajaan Majapahit pada abad XIV, yaitu terdapat dalam buku
Negarakertagama karangan Empu Prapanca, dan buku Sutasoma karangan
Empu Tantular. Dalam buku Sutasoma ini istilah Pancasila di samping
mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” (dari bahsa Sansekerta) Pancasila
juga mempunyai arti pelaksanaan Kesusilaan yang lima (Pancasila Krama),
yang meliputi:
a. Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa)
b. Tidak boleh mencuri (asteya)
c. Tidak boleh berjiwa dengki (Indriva nigraha)
d. Tidak boleh berbohong (amrswada)
e. Tidak boleh mabuk minuman keras (dama).

2. Pengertian Pancasila secara Historis


Masuknya Jepang di Indonesia mendapat sambutan yang baik dari
masyrakat Indonesia. Terlebih lagi Jepang memperbolehkan rakyat Indonesia
untuk mengibarkan bendera merah putih yang sebelumnya dilarang oleh
Belanda. Oleh sebab itu, rakyat Indonesia mengira Jepang akan membebaskan
mereka dari penjajahan Belanda.
Perumusan Pancasila juga tak lepas dari adanya janji oleh Jepang
untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Jepang membentuk suatu
badan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia yang disebut dengan
BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 yang diketuai oleh dr. Radjiman
Wediodiningrat. Dalam sidang BPUPKI yang pertama membahas tentang
rumusan dasar negara. Para tokoh mengajukan rumusannya masing-masing.
Para tokoh tersebut adalah Mr. Muhammad Yamin, K. Bagoes Hadi Kosumo,
K.H.Wahid hasyim, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato secara lisan mengenai
rumusan dasar negara. Rumusan dasar negara tersebut diberi nama oleh Ir.
Soekarno “Pancasila” yang artinya lima dasar atas usulan dari temannya yang
seorang ahli bahasa.

3. Pengertian Pancasila secara Terminologis

Dengan diproklamasikannya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus


1945, lahirlah sebuah negara merdeka yaitu Republik Indonesia. Untuk
melengkapi alat-alat kenegaraan, maka pada sidang PPKI yang pertama
merumuskan UUD negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal
sebagai UUD 1945.
Pada saat UUD 1945 disahkan oleh PPKI, hanya pembukaan dan
batang tubuhnya saja, sedangkan penjelasannya belum disahkan. Penjelasan
tersebut baru disahkan dan dimuat dalam UUD 1945 pada tanggal 15 Februari
1946 pada saat naskah resminya dimuat dan diberitakan oleh berita Republik
Indonesia. Pada saat sidang pengesahan UUD 1945 beserta pembukaannya
oleh PPKI, naskah Pancasila yang terdapat dalam bagian Pembukaan UUD
1945 adalah sebagai berikut:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Pesatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan.
e. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagaimana tecantum dalam pembukaan UUD
1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI.

B. Fungsi Pancasila
Menurut Dwi Sulisworo (2012:2) fungsi Pancasila dapat dikelompokkan menjadi
2, yaitu :

1. Fungsi pokok
Secara yuridis Pancasila sebagai dasar filsafat Negara terdapat dalam
Pembukaan UUD1945 alinea IV yang berbunyi “…..maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : ketuhanan yang maha
esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
kerakyatan yang oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,….”. Berdasar pada pernyataan “…dengan
berdasar kepada….” Dapat dipahami sebagai dasar filsafat Negara Indonesia.
Selanjutnya Pancasila sebagai dasar filsafat Negara pada hakikatnya
merupakan asas kerokhanian Negara. Dalam penyelenggaraan Negara jelas
dibutuhkan adanya peraturan-peraturan yang berlaku secara jelas dan tegas.
Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung Pancasila
merupakan sumber bagi peraturan-peratuarn yang berlaku, termasuk peraturan
hukum. Dalam hal inilah Pancasila menjadi asas yang mutlak bagi adanya
tertib hukum di Indonesia. Dalam pengertian ini maka Pancasila berkedudukan
sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia. Kedudukan tersebut
secara rinci dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib
hukum) di Indonesia. Pancasila merupakan asas kerohkanian tertib hukum
yang dalam Pembukaan UUD1945 dijelmakan lebih lanjut ke dalam
empat pokok pikiran.
b. Pancasila meliputi suasana kebatinan (geistlichenhintergrund ) dari
UUD1945.
c. Pancasila mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara, baik
hukum tertulis maupun tidak tertulis.
d. Pancasila mengandung norma yang mewajibkan pemerintah dan lainlain
penyelenggara Negara ( termasuk para penyelenggara partai dan golongan
fungsional) untuk memelihara budi pekerti (moral) kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini
sesuai dengan Pokok Pikiran ke empat Pembukaan UUD1945.

2. Fungsi Lain
Sebagai dasar Negara nilai-nilai Pancasila harus diwujudkan dalam
berbagai bidang, sehinngga muncullah fungsi dan kedudukan lain, selain
sebagai dasar negara. Beberapa fungsi dan kedudukan Pancasila tersebut
adalah :
a. Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila sebagai
arahan dalam kehidupan sehari-hari. Semua segmen dan aktivitas
masyarakat maupun penyelenggara Negara harus sesuai dengan nilai-nilai
dasar Pancasila.
b. Sebagai Jati Diri Bangsa
Para pendiri Negara Indonesia pada saat mempersiapkan dasar Negara
didasarkan pada suatu semangat untuk menemukan dasar Negara yang
mengandung makna hidup bagi bangsa Indonesia. Makna hidup bagi
bangsa Indonesia tersebut ditemukan dari budaya dan peradaban bangsa
Indonesia sendiri, yang merupakan perwujudan nilai-nilai yang dimiliki,
diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia menciptakan tata nilai yang mendukung tata
kehidupan sosial dan tata kehidupan kerokhanian bangsa yang member
corak, watak, dan ciri masyarakat Indonesia, yang membedakan dengan
bangsa lain. Pancasila secara material berasal dari nilai-nilai masyarakat
tersebut. Sehingga Pancasila dapat dinyatakan sebagai pembeda , penciri,
atau jati diri bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lainnya.
c. Sebagai Ideologi Bangsa
Pengertian “Ideologi” secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-
kepercayaan, yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut dan
mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai
bidang kehidupan. Pancasila merupakan ideologi terbuka, artinya
Pancasila merupakan kristalisasi dari ide-ide, cita-cita, keyakinan-
keyakinan, masyarakat Indonesia sendiri, sehingga masyarakat sudah
memilikinya. Sebagai ideologi terbuka, nilai-nilai cita-cita, ide-ide dari
Pancasila bersifat tetap keberadaannya, namun bersifat dinamis dalam
perwujudannya (sesuai dengan tempat, waktu, dan kepentingannya).
Ideologi terbuka memiliki tiga unsur yang harus selalu dikembangkan dan
dihidupkan agar ideologi menjadi berkembang dan tahan uji. Ketiga unsur
tersebut adalah :
1) Nilai dasar atau dimensi idealitas
Nilai dasar berupa kelima nilai pokok dalam Pancasila, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai
dasar merupakan cita-cita bangsa Indonesia dan bersifat tetap.
2) Nilai instrumental atau dimensi normative / fleksibilitas
Nilai instrumental merupakan alat / media bagi terwujudnya nilai
dasar. Nilai instrumental berupa norma-norma dan kebijakan-
kebijakan, misalnya norma hukum, norma moral,norma agama,
norma sosial, GBHN, dan kebijakan lain.
3) Nilai Praksis atau dimensi realita
Nilai praksis adalah realisasi cita-cita (nilai dasar) dalam kehidupan
setelah diproses dengan norma atau kebijakan yang dibuat. Nilai
praksis ini bersifat nyata, dan selalu memiliki kesenjangan dengan
nilai dasar. Jika terjadi kesenjangan antara nilai dasar dan nilai
praksis, maka yang seharusnya berperan adalah dimensi normatif.

C. Indonesia tanpa Pancasila


Seperti yang diketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara Indonesia.
Pancasila merupakan pedoman atau pandangan hidup dalam berbangsa dan
bernegara. Pancasila juga merupakan cita-cita bangsa, oleh karena itu tanpa
adanya Pancasila negara tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas.
Berkaitan dengan pancasila secara mendalam, tentunya Pancasila
merupakan sebuah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Segala perbuatan, nilai-
nilai dan norma, serta perilaku kita semua dilandaskan pada pancasila.
Lantas bagaimana Indonesia tanpa Pancasila?. Beberapa orang mungkin
beranggapan bahwa Indonesia tanpa adanya Pancasila akan hancur, terpecah
belah, kacau, dan lain sebagainya. Namun ada pula orang yang menganggap
bahwa jika Indonesia tanpa Pancasila akan masih bisa bertahan atau masih tetap
menjadi Indonesia.
Pancasila berperan sebagai pedoman hidup, ini berarti Pancasila merupakan
panutan dalam berperilaku. Akan tetapi, tak sedikit orang melakukan pelanggaran
terhadap nilai-nilai Pancasila. Logikanya adaalah Indonesia yang memiliki
Pancasila saja masih terjadi pelanggaran apalagi jika tidak memiliki Pancasila.
Mungkin benar orang-orang yang mengaggap bahwa negara Insonesia ini akan
hancur, kacau, dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi hal semacam ini, ideologi Pancasila harus tetap
dipertahankan karena Pancasila adalah pandangan hidup dan landasan dalam
berbangsa dan bernegara. Pancasila harus tetap ada dalam jiwa dan selalu
diterapkan dan diterapkan di dalam hati. Jika Pancasila sudah ternaman dalam hati
dan diri, selanjutnya adalah saling merangkul dan mengingatkan bahwa Pancasila
bukan hanya sekedar tulisan yang dibukukan. Pancasila adalah landasan yang
menjadi panutan bagi rakyat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.

D. Contoh kasus
Tragedi Trisakti 12 Mei 1998

1. Penembakan Mahasiswa

Kerusuhan Mei 1998 dipicu kondisi ekonomi, politik, dan sosial saat itu.
Sebelum kerusuhan Mei meletus, Indonesia baru saja selesai menggelar
Pemilu 1997 yang berujung pada diangkatnya kembali Soeharto sebagai
presiden untuk ketujuh kalinya.

Krisis moneter juga tengah melanda Indonesia saat itu. Nilai tukar rupiah
terhadap dolar di luar akal sehat, harga-harga kebutuhan pokok melonjak
tajam, utang negara di IMF dan Bank Dunia menumpuk.

Pada 4 hingga 8 Mei 1998, pemerintah membuat kebijakan menaikkan harga


minyak 70 persen dan  300 persen untuk biaya listrik. Sementara korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) semakin merajalela. Hal ini membuat rakyat
Indonesia marah, dan mulai menggelar demonstrasi melawan dan menuntut
pemerintah melakukan reformasi.   

Pada 12 Mei 1998, mahasiswa dari sejumlah kampus yang berkumpul di


Universitas Trisakti mendesak berdemonstrasi di luar kampus. Tapi hal ini
ditanggapi dengan tembakan peluru aparat yang menyebabkan 4 mahasiswa
Trisakti tewas.
Keesokan harinya kerusuhan besar pecah, terjadi penjarahan, perusakan,
pembakaran, kekerasan seksual, penganiayaan, pembunuhan, penculikan, dan
intimidasi yang berujung pada munculnya teror, sehingga pada 21 Mei 1998,
Soeharto pun mengundurkan diri.

Provokasi dan Penjarahan

2. Munculnya Provokator

TGPF menemukan, kerusuhan 13–15 Mei 1998 mempunyai pola umum yang
dimulai dengan berkumpulnya massa pasif, terdiri dari massa lokal dan massa
pendatang yang tidak dikenal.

Kemudian muncul sekelompok provokator yang memancing massa dengan


berbagai modus tindakan seperti membakar ban atau memancing perkelahian,
meneriakkan yel-yel yang memanaskan situasi, merusak rambu-rambu lalu
lintas, dan sebagainya.

Setelah itu, provokator mendorong massa untuk mulai melakukan


pengrusakan barang dan bangunan, disusul tindakan menjarah barang, dan di
beberapa tempat diakhiri dengan membakar gedung atau barang-barang lain.

3. Penjarahan

Pelaku kerusuhan 13-15 Mei 1998 terdiri dari dua golongan yakni pertama,
masa pasif (massa pendatang) yang karena diprovokasi berubah menjadi massa
aktif.
Kedua, provokator, yang umumnya bukan dari wilayah setempat. Secara fisik
mereka tampak terlatih, sebagian memakai seragam sekolah seadanya (tidak
lengkap), tidak ikut menjarah, dan segera meninggalkan lokasi setelah gedung
atau barang terbakar.

Para provokator ini juga membawa dan menyiapkan sejumlah barang untuk
keperluan merusak dan membakar seperti jenis logam pendongkel, bahan bakar
cair, kendaraan, bom molotov, dan sebagainya.

Orang Hilang dan Jumlah Korban

4. Bermula di Jakarta Barat

TGPF menemukan, titik picu awal kerusuhan di Jakarta terletak di wilayah


Jakarta Barat. Tepatnya di wilayah seputar Universitas Trisakti pada 13 Mei
1998. Pada 14 Mei 1998, kerusuhan meluas dengan awalan titik waktu hampir
bersamaan, yakni rentang antara pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB.

Khusus di Jakarta, kerusuhan dipicu oleh tertembak matinya mahasiswa


Trisakti pada sore hari, 12 Mei 1998. Penembakan mahasiswa Trisakti ini juga
memicu kerusuhan di lima daerah, kecuali di Medan dan sekitarnya, di mana
kerusuhan telah terjadi sebelumnya.

Sasaran kerusuhan adalah pertokoan, fasilitas umum (pompa bensin, tanda-


tanda lalu lintas dan lain-lain), kantor pemerintah (termasuk kantor polisi)
yang menimbulkan kerusakan berat termasuk pembakaran gedung, rumah dan
toko, serta kendaraan bermotor umum dan pribadi. Sasaran kerusuhan
kebanyakan etnis China.

5. Orang Hilang

Kerusuhan Mei 1998, tidak hanya menyebabkan 4 mahasiswa tewas. Sebagian


orang juga dinyatakan hilang, dan banyak warga mengalami luka, trauma dan
kerugian material lain.

Beberapa orang yang dilaporkan hilang ke YLBHI/Kontras dan belum


ditemukan sampai Laporan Akhir TGPF dibuat  yakni Yadin Muhidin (23
tahun) hilang di daerah Senen, Abdun Nasir (33 tahun) hilang di daerah Lippo
Karawaci, Hendra Hambali (19 tahun) hilang di daerah Glodok Plaza, dan
Ucok Siahaan (22 tahun) tidak diketahui lokasi hilangnya.  

6. Jumlah Korban

Berdasarkan data yang dihimpun TGPF, tim relawan menyebutkan korban meninggal
dunia dan luka-luka 1.190 orang akibat ter/dibakar, 27 akibat senjata, dan 91 luka-
luka.

Data Polda Metro, 451 orang meninggal, korban luka-luka tidak tercatat. Data
Kodam Jaya, 463 meninggal termasuk aparat keamanan, 69 luka-luka. Data
Pemda DKI, jumllah korban meninggal 288 orang, dan luka-luka 101 orang.

Untuk kota-kota lain di luar Jakarta, variasi angkanya sebagai berikut:

- Data Polri 30 orang meninggal dunia, luka-luka 131 orang, dan 27 orang
luka bakar.

- Data Tim Relawan 33 meninggal dunia, dan 74 luka-luka.

Opini yang selama ini terbentuk adalah bahwa mereka yang meninggal akibat
kesalahannya sendiri, padahal ditemukan banyak korban menjemput ajal bukan
karena kesalahan mereka sendiri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila merupakan lima dasar Republik Indonesia. Pancasila dirumuskan
oleh Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI. Pancasila termuat dalam pembukaan UUD
1945 yang secara konstitusi merupakan dasar negara Indonesia. Pancasila mempunya
fungsi sebagai hukum dari segala sumber hukum, sebagai pandangan hidup, sebagai
jati diri bangsa, dan sebagai ideologi bangsa.
Indonesia tanpa Pancasila mungkin akan hancur, kacau, terpecah belah, dan
lain sebagainya. Karena Pancasila merupakan pedoman hidup bangsa yang menjadi
panutan dalam berperilaku. Oleh sebab itu nilai-nilai Pancasila harus tetap
dipertahankan serta ditanamkan dan diterapkan dalam hati. Pancasila merupakan
pondasi sebuah negara Indonesia, apabila pondasi itu roboh maka akan
menghancurkan apa yang dilandaskan di atasnya.
B. Saran
Dalam hal ini, peran generasi muda sangatlah diperlukan. Dengan kata lain untuk
mempertahankan sesuatu maka kita harus berani mengorbankan sesuatu. kita harus
berfikir bagaimana sebuah ideologi pancasila dapat dipertahankan. Kita harus
memikirkan bagaimana kita dapat mempertahankan suatu keyakinan bahwa pancasila
adalah pedoman hidup. Kita harus berjuang bagaimana mempertahnkan suatu
keyakinan dan keniscayaan bahwa pancasila adalah landasan kita dalam berbagsa dan
bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Dilihat secara etimologis (harfiah), Pancasila berasal dari
bahasa sansekerta yaitu dari negara India (bahasa kata Brahmana)
yang dijabarkan dalam dua kata yaitu “panca” yang berarti lima
dan “sila” yang berarti dasar. Oleh karena itu, Pancasila berarti
lima dasar yaitu lima dasar negara Republik Indonesia.
Istilah Pancasila menurut Prof. Darji Darmodiharjo, S.H
telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit pada abad XIV, yaitu
terdapat dalam buku Negarakertagama karangan Empu Prapanca,
dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku
Sutasoma ini istilah Pancasila di samping mempunyai arti “berbatu
sendi yang lima” (dari bahsa Sansekerta) Pancasila juga
mempunyai arti pelaksanaan Kesusilaan yang lima (Pancasila
Krama), yang meliputi:
a. Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa)
b. Tidak boleh mencuri (asteya)
c. Tidak boleh berjiwa dengki (Indriva nigraha)
d. Tidak boleh berbohong (amrswada)
e. Tidak boleh mabuk minuman keras (dama).
2. Pengertian Pancasila secara Historis
Masuknya Jepang di Indonesia mendapat sambutan yang
baik dari masyrakat Indonesia. Terlebih lagi Jepang
memperbolehkan rakyat Indonesia untuk mengibarkan bendera
merah putih yang sebelumnya dilarang oleh Belanda. Oleh sebab
3
itu, rakyat Indonesia mengira Jepang akan membebaskan mereka
dari penjajahan Belanda.
Perumusan Pancasila juga tak lepas dari adanya janji oleh
Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Jepang
membentuk suatu badan untuk mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia yang disebut dengan BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945
yang diketuai oleh dr. Radjiman Wediodiningrat. Dalam sidang
BPUPKI yang pertama membahas tentang rumusan dasar negara.
Para tokoh mengajukan rumusannya masing-masing. Para tokoh
tersebut adalah Mr. Muhammad Yamin, K. Bagoes Hadi Kosumo,
K.H.Wahid hasyim, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato secara
lisan mengenai rumusan dasar negara. Rumusan dasar negara
tersebut diberi nama oleh Ir. Soekarno “Pancasila” yang artinya
lima dasar atas usulan dari temannya yang seorang ahli bahasa.
3. Pengertian Pancasila secara Terminologis
Dengan diproklamasikannya kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945, lahirlah sebuah negara merdeka yaitu Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat kenegaraan, maka pada
sidang PPKI yang pertama merumuskan UUD negara Republik
Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 1945.
Pada saat UUD 1945 disahkan oleh PPKI, hanya
pembukaan dan batang tubuhnya saja, sedangkan penjelasannya
belum disahkan. Penjelasan tersebut baru disahkan dan dimuat
dalam UUD 1945 pada tanggal 15 Februari 1946 pada saat naskah
resminya dimuat dan diberitakan oleh berita Republik Indonesia.
Pada saat sidang pengesahan UUD 1945 beserta pembukaannya
oleh PPKI, naskah Pancasila yang terdapat dalam bagian
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
4
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Pesatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan.
e. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagaimana tecantum dalam
pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan
benar sebagai dasar negara RI.
B. Fungsi Pancasila
Menurut Dwi Sulisworo (2012:2) fungsi Pancasila dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Fungsi pokok
Secara yuridis Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
terdapat dalam Pembukaan UUD1945 alinea IV yang berbunyi
“…..maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : ketuhanan yang
maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,….”. Berdasar pada pernyataan “…
dengan berdasar kepada….” Dapat dipahami sebagai dasar filsafat
Negara Indonesia. Selanjutnya Pancasila sebagai dasar filsafat
Negara pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian Negara.
Dalam penyelenggaraan Negara jelas dibutuhkan adanya
peraturan-peraturan yang berlaku secara jelas dan tegas. Dengan
demikian secara langsung maupun tidak langsung Pancasila
merupakan sumber bagi peraturan-peratuarn yang berlaku,
termasuk peraturan hukum. Dalam hal inilah Pancasila menjadi
asas yang mutlak bagi adanya tertib hukum di Indonesia. Dalam
5
pengertian ini maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari
segala sumber hukum Indonesia. Kedudukan tersebut secara rinci
dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) di Indonesia. Pancasila merupakan asas
kerohkanian tertib hukum yang dalam Pembukaan UUD1945
dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
b. Pancasila meliputi suasana kebatinan (geistlichenhintergrund )
dari UUD1945.
c. Pancasila mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar
Negara, baik hukum tertulis maupun tidak tertulis.
d. Pancasila mengandung norma yang mewajibkan pemerintah
dan lainlain penyelenggara Negara ( termasuk para
penyelenggara partai dan golongan fungsional) untuk
memelihara budi pekerti (moral) kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini
sesuai dengan Pokok Pikiran ke empat Pembukaan UUD1945.
2. Fungsi Lain
Sebagai dasar Negara nilai-nilai Pancasila harus
diwujudkan dalam berbagai bidang, sehinngga muncullah fungsi
dan kedudukan lain, selain sebagai dasar negara. Beberapa fungsi
dan kedudukan Pancasila tersebut adalah :
a. Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila
sebagai arahan dalam kehidupan sehari-hari. Semua segmen
dan aktivitas masyarakat maupun penyelenggara Negara harus
sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila.
b. Sebagai Jati Diri Bangsa
Para pendiri Negara Indonesia pada saat mempersiapkan dasar
Negara didasarkan pada suatu semangat untuk menemukan
dasar Negara yang mengandung makna hidup bagi bangsa
Indonesia. Makna hidup bagi bangsa Indonesia tersebut
6
ditemukan dari budaya dan peradaban bangsa Indonesia
sendiri, yang merupakan perwujudan nilai-nilai yang dimiliki,
diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat
Indonesia. Masyarakat Indonesia menciptakan tata nilai yang
mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan
kerokhanian bangsa yang member corak, watak, dan ciri
masyarakat Indonesia, yang membedakan dengan bangsa lain.
Pancasila secara material berasal dari nilai-nilai masyarakat
tersebut. Sehingga Pancasila dapat dinyatakan sebagai
pembeda , penciri, atau jati diri bangsa Indonesia yang
membedakan dengan bangsa lainnya.
c. Sebagai Ideologi Bangsa
Pengertian “Ideologi” secara umum dapat dikatakan sebagai
kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan,
kepercayaan-kepercayaan, yang menyeluruh dan sistematis,
yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok
manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan. Pancasila
merupakan ideologi terbuka, artinya Pancasila merupakan
kristalisasi dari ide-ide, cita-cita, keyakinan-keyakinan,
masyarakat Indonesia sendiri, sehingga masyarakat sudah
memilikinya. Sebagai ideologi terbuka, nilai-nilai cita-cita,
ide-ide dari Pancasila bersifat tetap keberadaannya, namun
bersifat dinamis dalam perwujudannya (sesuai dengan tempat,
waktu, dan kepentingannya).
Ideologi terbuka memiliki tiga unsur yang harus selalu
dikembangkan dan dihidupkan agar ideologi menjadi
berkembang dan tahan uji. Ketiga unsur tersebut adalah :
1) Nilai dasar atau dimensi idealitas
Nilai dasar berupa kelima nilai pokok dalam Pancasila,
yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
7
keadilan. Nilai dasar merupakan cita-cita bangsa Indonesia
dan bersifat tetap.
2) Nilai instrumental atau dimensi normative / fleksibilitas
Nilai instrumental merupakan alat / media bagi
terwujudnya nilai dasar. Nilai instrumental berupa norma-
norma dan kebijakan-kebijakan, misalnya norma hukum,
norma moral,norma agama, norma sosial, GBHN, dan
kebijakan lain.
3) Nilai Praksis atau dimensi realita
Nilai praksis adalah realisasi cita-cita (nilai dasar) dalam
kehidupan setelah diproses dengan norma atau kebijakan
yang dibuat. Nilai praksis ini bersifat nyata, dan selalu
memiliki kesenjangan dengan nilai dasar. Jika terjadi
kesenjangan antara nilai dasar dan nilai praksis, maka
yang seharusnya berperan adalah dimensi normatif.
C. Indonesia tanpa Pancasila
Seperti yang diketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia. Pancasila merupakan pedoman atau pandangan hidup dalam
berbangsa dan bernegara. Pancasila juga merupakan cita-cita bangsa,
oleh karena itu tanpa adanya Pancasila negara tidak memiliki arah dan
tujuan yang jelas.
Berkaitan dengan pancasila secara mendalam, tentunya
Pancasila merupakan sebuah ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Segala perbuatan, nilai-nilai dan norma, serta perilaku kita semua
dilandaskan pada pancasila.
Lantas bagaimana Indonesia tanpa Pancasila?. Beberapa orang
mungkin beranggapan bahwa Indonesia tanpa adanya Pancasila akan
hancur, terpecah belah, kacau, dan lain sebagainya. Namun ada pula
8
orang yang menganggap bahwa jika Indonesia tanpa Pancasila akan
masih bisa bertahan atau masih tetap menjadi Indonesia.
Pancasila berperan sebagai pedoman hidup, ini berarti Pancasila
merupakan panutan dalam berperilaku. Akan tetapi, tak sedikit orang
melakukan pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila. Logikanya
adaalah Indonesia yang memiliki Pancasila saja masih terjadi
pelanggaran apalagi jika tidak memiliki Pancasila. Mungkin benar
orang-orang yang mengaggap bahwa negara Insonesia ini akan hancur,
kacau, dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi hal semacam ini, ideologi Pancasila harus tetap
dipertahankan karena Pancasila adalah pandangan hidup dan landasan
dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila harus tetap ada dalam jiwa
dan selalu diterapkan dan diterapkan di dalam hati. Jika Pancasila
sudah ternaman dalam hati dan diri, selanjutnya adalah saling
merangkul dan mengingatkan bahwa Pancasila bukan hanya sekedar
tulisan yang dibukukan. Pancasila adalah landasan yang menjadi
panutan bagi rakyat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.
https://malvaspalette.wordpress.com/2017/10/01/alasan-diperlukannya-pancasila-dalam-
kajian-sejarah-bangsa-indonesia/

https://www.researchgate.net/publication/335855704_SEANDAINYA_INDONESIA_TANP
A_PANCASILA

https://www.kompasiana.com/nurewa24/5db28d11097f363d2e764542/pancasila-dalam-
kajian-sejarah-bangsa-indonesia

Anda mungkin juga menyukai