Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Anestesi Perioperatif

[JAP. 2014;2(2): 162–8 ]  LAPORAN KASUS


Penatalaksanaan Anestesi Pasien Transposition of the Great Arteries
pada Operasi Mouth Preparation
Ade Aria Nugraha, Suwarman, Ardi Zulfariansyah
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Abstrak

Transposition of the great arteries (TGA) disebabkan kegagalan pemisahan trunkus arteriosus, sehingga
aorta keluar dari bagian anterior ventrikel kanan dan arteri pulmonal keluar dari ventrikel kiri. TGA
termasuk kelainan jantung bawaan tipe sianotik. Laporan kasus ini bertujuan memaparkan konsiderasi
penatalaksanaan anestesia pada pasien TGA. Seorang anak perempuan berusia 4 tahun datang untuk
perawatan dan pencabutan gigi sebagai persiapan untuk operasi koreksi TGA di Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung pada Januari 2014. Anamnesis didapatkan riwayat kebiruan sejak bayi dan pada
pemeriksaan fisis didapatkan anak yang tampak sianosis, SpO 2 70–80%, murmur sistol, dan jari tabuh.
Pada pemeriksaan ekokardiografi didapatkan kelainan TGA. Manajemen anestesi pada pasien ini
dilakukan dengan menggunakan ketamin dan vekuronium untuk induksi serta pemeliharaan dengan O 2
dan air, serta sevofluran. Manajemen anestesi dilakukan dengan target mencegah penurunan miring
systemic vascular resistance (SVR) dibandingkan dengan pulmonary vascular resistance (PVR). Simpulan,
prinsip pengelolaan perioperatif pembedahan nonkardiak pada pasien TGA adalah menjaga agar tidak
terjadi penurunan SVR dan peningkatan PVR.

Kata kunci: Kelainan jantung kongenital sianotik, pulmonary vascular resistance (PVR), systemic vascular
resistance (SVR), transposition of the great arteries (TGA)

Management of Anesthesia in Transposition of the Great Arteries


Patient Undergoing Mouth Preparation Surgery
Abstract

Transposition of the great arteries (TGA) results from failure of the truncus arteriosus to spiral leading to,
aorta arises from the anterior portion of the right ventricle and pulmonary artery arises from the left
ventricle. TGA is a type of cyanotic congenital heart disease. A 4-year-old girl came for treatment and tooth
extraction as the preparation for TGA surgical correction of at Dr. Hasan Sadikin General Hospital
Bandung in January 2014. Patient had a history cyanosis when she was a baby and, on physical
examination, was found cyanotic child looking cyanosis, with SpO 2 of 70–80%, syistolic murmur, and
clubbing finger. Abnormalities on echocardiography showed TGA condition. Anesthetic management for
this patients was performed using ketamine and vecuronium for induction and O 2, N2O, and sevoflurane
for maintenance. This management was targeted to prevent cyanotic attacks by increasing systemic
vascular resistance (SVR) compared to pulmonary vascular resistance. In conclusion, perioperative
management principle for non-cardiac surgery in transposition of the great arteries (TGA) patient is to
keep SVR from declining and to increase PVR.

Key words: Cyanotic congenital heart defects, pulmonary vascular resistance (PVR), systemic vascular
resistance (SVR), transposition of the great arteries (TGA)  
Penatalaksanaan Anestesi Pasien Transposition of the Great Arteries pada Operasi Mouth Preparation 163

Korespondensi: Ade Aria Nugraha, dr, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas
Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, Jl. Pasteur No. 38, Bandung, Telp. 022-2038285, Mobile 081271536100,
Email adearianugraha@gmail.com

162
Pendahuluan terdapat komunikasi antara 2 sirkulasi
ini. 2
Transposition of great arteries atau TGA Jadi terdapat dua sirkulasi paralel.
adalah penyakit jantung bawaan (PJB) Keadaan tersebut tidak menjamin
jenis sianotik yang bermanifestasi pada pasien hidup kecuali ada pencampuran
saat bayi baru lahir. Kelainan darah pada atrium (melalui defek
ditemukan sekitar 5–7% dari seluruh septum atrium atau foramen ovale)
penyakit jantung bawaan, terutama atau antara kedua ventrikel (melalui
pada lakilaki. Insidens TGA defek septum ventrikel), ataupun pada
diperkirakan 1:3.500–5.000 kelahiran arteri besar (melalui duktus
hidup. Etiologi TGA adalah gangguan arteriosus).2,3
embriologi pada waktu pembentukan
Transposition of great arteries
trunkus arterial. Faktor genetik diduga
merupakan penyakit jantung bawaan
berperan pada terjadinya TGA. Tanpa
tipe sianotik kedua tersering setelah
dilakukan terapi koreksi pembedahan,
kasus Tetralogy Fallot, kirakira 5% dari
30% kasus akan meninggal pada
seluruh penyakit jantung bawaan.
minggu pertama kehidupan dan 90%
Kelainan ini lebih sering ditemukan
pada usia satu tahun. Survival rate 5
pada anak laki-laki. Sepertiga kasus
tahun pascakoreksi bedah dapat lebih
mempunyai riwayat ibu yang
dari 80%. Kelainan penyerta tersering
menderita diabetes melitus. Bayi TGA
ditemukan adalah ventricular septal
jarang lahir prematur, biasanya ia lahir
defect (VSD), atrial septal defect (ASD),
dengan berat badan normal atau
patent ductus arterious (PDA), dan juga
besar.1
left ventricular outflow tract
obstruction.1 Manifestasi klinis pasien TGA ditentukan
Pada kasus TGA terjadi perubahan oleh derajat pencampuran darah yang terjadi,
tempat keluar dari pembuluh darah pasien akan tampak mengalami sianosis
besar, aorta keluar melalui ventrikel ringan sampai berat. Pada auskultasi
kanan serta terletak anterior terhadap terdengar bunyi jantung II tunggal yang
arteri pulmonalis, sedangkan arteri disebabkan oleh bunyi katup pulmonal yang
pulmonalis keluar melalui ventrikel kiri bersembunyi di belakang katup aorta. Bising
serta terletak posterior terhadap aorta. dapat tidak ada sama sekali sampai bising
Akibatnya, aorta akan menerima darah pansistolik atau bising kontinu melalui
vena sistemik yang berasal dari vena duktus arteriosus.2,3
kava, atrium kanan, ventrikel kanan, Patent ductus arteriosus (PDA)
kemudian aliran darah ini diteruskan merupakan duktus arteriosus yang tetap
ke sirkulasi sistemik, sedangkan darah terbuka. Duktus arteriosus berasal dari arkus
dari vena pulmonalis dialirkan ke aorta pada janin dan menghubungkan arteri
atrium kiri, ventrikel kiri, dan pulmonalis dengan aorta desendens. Pada
diteruskan ke arteri pulmonalis serta bayi normal saluran ini menutup secara
paru. Pada keadaan tersebut sirkulasi fungsional 10–15 jam setelah lahir dan secara
sistemik maupun paru menjadi anatomis menjadi ligamentum arteriosum
sirkulasi yang terpisah dan kehidupan pada usia 2–3 minggu, bila tidak menutup
hanya dapat berlangsung bila disebut dengan PDA. Pada saat lahir, ketika
bayi mulai bernapas, duktus arteriosus akan
menutup karena darah harus mengalir ke

JAP, Volume 2 Nomor 2, Agustus 2014


164 Jurnal Anestesi Perioperatif

paru-paru agar mengandung banyak oksigen. terlambat dan juga infeksi saluran napas
Setelah persalinan terjadi perubahan yang berulang. Pada VSD kecil anak dapat
sirkulasi dan juga fisiologis yang dimulai tumbuh sempurna tanpa disertai keluhan,
segera setelah eliminasi plasenta dari sedangkan pada VSD besar dapat
neonatus. Perubahan tekanan, sirkulasi, dan mengakibatkan terjadi gagal jantung dini. 4–6
juga peningkatan pO2 akan menyebabkan Laporan kasus ini bertujuan memaparkan
terjadi penutupan spontan pada duktus konsiderasi penatalaksanaan anestesia pada
arteriosus dalam waktu 2 minggu, PDA akan pasien TGA.
mengakibatkan pirai (shunt) kiri ke kanan
yang dapat mengakibatkan hipertensi
Laporan Kasus
pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt)
ditentukan oleh diameter, panjang PDA, serta Seorang anak perempuan usia 4 tahun
tahanan vaskular paru (PVR).2,3 dengan diagnosis multiple caries rahang atas
Pada 95% bayi yang baru lahir, dan juga rahang bawah yang disertai TGA,
penutupan duktus terjadi dalam waktu 48– VSD, dan PDA dikonsulkan ke Departemen
72 jam. Pada beberapa kasus, duktus ini tidak Anestesiologi dan Terapi Intesif Rumah Sakit
menutup atau hanya menutup sebagian. Hal Dr. Hasan Sadikin Bandung pada 3 Januari
ini terjadi karena tidak terdapatnya sensor 2014 untuk dilakukan mouth preparation
oksigen yang normal pada otot duktus atau dalam anestesia umum. Dari anamnesis
disebabkan kelemahan otot duktus tersebut. didapatkan keterangan bahwa pasien ini
Faktor risiko terjadinya PDA adalah mempunyai kelainan jantung bawaan sejak
prematuritas serta sindrom gawat usia 7 bulan. Pasien mengalami kebiruan
pernapasan. 3
pada bibir dan juga ujung jari ketika
Manifestasi klinis PDA terjadi bila duktus menangis. Kebiruan pada kulit ini kemudian
tetap terbuka, darah yang seharusnya menetap dan bertambah saat pasien
mengalir ke seluruh tubuh kembali lagi ke menangis atau kurang beristirahat. Pasien
paru-paru, hal ini mengakibatkan darah tidak pernah dirawat atau menjalani terapi
memenuhi pembuluh darah paru-paru. karena kelainan jantung. Pasien dilahirkan
Jumlah darah tambahan yang sampai ke spontan di rumah sakit, cukup bulan, berat
paru-paru bergantung pada ukuran PDA. Jika badan lahir 3 kg, tetapi tidak langsung
PDA berukuran sangat kecil, maka darah menangis. Riwayat kehamilan ibu didapatkan
yang melewati PDA hanya sedikit. Pada bahwa ibu pasien mengalami
keadaan ini, anak tidak memiliki gejala sama
sekali dan tampak baik-baik saja.2,3
Ventricular septal defect (VSD)
merupakan kelainan kongenital septum
interventrikular yang terbuka sehingga
terjadi hubungan darah antara ventrikel kiri
dan kanan. Kelainan VSD disebabkan
malformasi embriogenik septum
interventrikularis. Aliran darah yang melalui
defek itu lebih sering bertipe left to right
shunt dan bergantung ukuran defek, serta
resistensi vaskular pulmoner. Kelainan fungsi
jantung penderita juga akan bergantung pada
ukuran defek tersebut dan juga resistensi
pembuluh darah pulmoner.2,3 Semakin besar Gambar 1 Jantung dengan VSD
pirau maka semakin berkurang darah yang
melalui katup aorta dan makin banyak
volume darah jaringan intratorakal.
Berkurangnya darah pada sistem sirkulasi
mengakibatkan pertumbuhan badan

JAP, Volume 2 Nomor 2, Agustus 2014


Penatalaksanaan Anestesi Pasien Transposition of the Great Arteries pada Operasi Mouth Preparation 165

Gambar 2 Jantung Normal dan Jantung dengan PDA


Sumber: Congenital Heart Defects4
Sumber: Congenital Heart Defects4 retraksi interkosta serta suprasternal,
Gambar 3 TGA dan Normal Jantung pemeriksaan auskultasi paru
Sumber: Congenital Heart didapatkan suara napas vesikular paru
Defects4 antara lapang paru kiri dan kanan
sama, tidak ditemukan wheezing serta
ronki. Pemeriksaan jantung didapatkan
tekanan darah tinggi sejak pertengahan bunyi murmur sistol di celah interkosta
masa kehamilan. Tidak ada riwayat II kiri. Pada hasil pemeriksaan
kelainan jantung bawaan pada keluarga abdomen didapatkan bentuk datar
pasien. Saat ini pasien tidak dengan konsistensi lembut, serta bising
mendapatkan terapi apapun. usus normal. Pemeriksaan ekstremitas
Pada pemeriksaan fisis pasien akral teraba hangat, ujung jari tampak
didapatkan berat badan 11 kg, sianosis serta terdapat clubbing finger.
kesadaran kompos mentis, tanda-tanda Pemeriksaan darah didapatkan
vital, yaitu tekanan darah 104/59 hasil kadar hemoglobin (Hb) 16,4 g/dL,
mmHg, laju nadi 120x/menit, laju hematokrit (Ht) 62%, leukosit
napas 38 x/menit, SpO2 70–80% 6.100/uL, trombosit 242.000/ uL,
dengan udara bebas, suhu 36,1 oC. kadar SGOT 35U/L, SGPT 8U/L, ureum
Pemeriksaan kepala didapatkan 14 mg/dL, kreatinin 0,22 mg/dL,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak natrium 137 mmoL/L, kalium 3,6
ikterik, mukosa bibir tampak sianosis. mmoL/L, gula darah sewaktu 70
Pemeriksaan leher dalam batas normal. mg/dL, PT 14 detik, INR 1, aPTT 34
Hasil pemeriksaan toraks didapatkan detik. Gambaran rongent toraks
bentuk serta gerak simetris, terlihat didapatkan kardiomegali dengan
bentuk apeks membulat serta tidak

JAP, Volume 2 Nomor 2, Agustus 2014


166 Jurnal Anestesi Perioperatif

terdapat gambaran TB paru aktif. Hasil endokarditis setelah dilakukannya operasi


pemeriksaan ekokardiografi jantung. Pemeriksaan pada penderita ini
didapatkan gambaran aorta keluar dari didapatkan tanda serta gejala yang sesuai
ventrikel kanan, arteri pulmonalis dengan gambaran kelainan jantung bawaan,
keluar melalui ventrikel kiri, terdapat yaitu transposition of the great arteries (TGA).
hubungan antara arteri-arteri besar, Pasien TGA akan terlihat sianotik sejak awal
VSD perimembran besar, dan PDA 4 kelahiran dan akan semakin memberat
mm. sejalan peningkatan aktivitas fisik anak. Pada
Pada saat preoperatif pasien dipuasakan pasien ini sianotik mulai tampak saat berusia
terhadap susu formula selama 6 jam, air susu 7 bulan dan semakin jelas ketika anak
ibu selama 4 jam, dan dilakukan pemasangan menangis atau saat terjadi peningkatan
akses intravena di ruang perawatan. Pada aktivitas fisik.
saat berada di dalam kamar operasi Serangan sianosis akibat TGA terjadi baik
didapatkan tanda vital tekanan darah 115/62 secara spontan ataupun ketika anak
mmHg, laju nadi 141 x/menit, laju napas 28 menangis, defekasi, agitasi, injuri, atau pada
x/menit, serta SpO2 84%. Induksi dilakukan saat demam sehingga akan meningkatkan
dengan memakai ketamin 20 mg, tonus simpatis dengan kontraktilitas jantung
vekuronium 1,5 mg, dan juga fentanil 20 mcg yang meningkat. Diagnosis TGA pasien ini
melalui intravena, kemudian dilakukan adalah berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
intubasi memakai pipa endotrakeal non- fisis, serta didukung pemeriksaan penunjang
kingking no. 4,0 dengan kedalaman 14 cm antara lain rontgen toraks yang
dan dihubungkan dengan mesin anestesia. menunjukkan kardiomegali dengan apeks
Pada saat operasi berlangsung pemeliharaan yang membulat menyerupai gambaran egg
anestesia menggunakan O2, air, dan shape. Pada gambaran jantung tersebut
sevofluran. Keadaan hemodinamik selama menunjukkan kardiomegali terutama bagian
proses operasi berlangsung dengan tekanan ventrikel kanan. Akibat aorta yang bermuara
darah sistol 89– 125 mmHg, diastol 58–75 di ventrikel kanan maka beban dari ventrikel
mmHg, laju nadi 126–145 x/menit, laju napas kanan akan meningkat karena berperan pada
25–30 x/menit dengan kontrol ventilasi peredaran darah sistemik. Diagnosis pasti
positif secara manual, SpO2 80–94%. Jumlah TGA didapatkan dari pemeriksaan
cairan yang diberikan ±500 mL kristaloid ekokardiografi yang pada pasien ini
dengan jumlah perdarahan ±30 mL. didapatkan bahwa aorta keluar dari ventrikel
Pembedahan berlangsung selama 1 jam kanan, sedangkan arteri pulmonalis keluar
45 menit. Saat pascaoperatif diberikan dari ventrikel kiri.
analgetik ketoprofen supositoria dosis 50 mg, Pada pemeriksaan darah didapatkan
kemudian pasien dipindahkan menuju ruang kadar Hb yang tinggi sebagai
pemulihan. Hasil pemeriksaan tanda vital kompensasi terhadap hipoksia kronik,
anak diperoleh tekanan darah 107/64 sedangkan hasil pemeriksaan
mmHg, laju nadi 142 x/menit, laju napas 32 laboratorium lain masih dalam batas
x/menit, dan nilai SpO2 90%. Pasien normal. Hipoksia terjadi sebagai akibat
diobservasi di ruang pemulihan selama 2 jam percampuran antara darah arteri dan
dalam kondisi stabil, kemudian dipindahkan vena karena terdapat defek VSD pada
ke ruang perawatan. pasien ini. Untuk memenuhi kebutuhan
oksigenasi jaringan, maka tubuh
Pembahasan melakukan kompensasi dengan
meningkatkan jumlah sel-sel darah
Pada kasus di atas seorang anak datang merah yang pada pasien ini ditemukan
untuk melakukan perawatan gigi sebagai kadar hemoglobin meningkat menjadi
persiapan untuk operasi koreksi 16,4 g/dL dengan nilai hematokrit 62%,
transposition of the great arteries (TGA). sedangkan nilai yang normal untuk
Keadaan ini dilakukan karena infeksi gigi anak usia 2–12 tahun adalah
dapat menjadi fokal infeksi terjadi komplikasi hemoglobin 12–15 g/ dL dengan nilai

JAP, Volume 2 Nomor 2, Agustus 2014


Penatalaksanaan Anestesi Pasien Transposition of the Great Arteries pada Operasi Mouth Preparation 167
hematokrit 37–40%. Kadar hematokrit anestesi inhalasi yang mencapai
yang tinggi ini akan meningkatkan sirkulasi sistemik.
risiko trombosis perioperatif. Jenis induksi yang digunakan dapat
Kateter intravena dipasang pada berupa inhalasi maupun intravena
saat pasien berada di ruangan dengan bergantung pada dosis dan juga
menggunakan cairan Ringer laktat kecepatan. Pada penggunaan obat
dengan kecepatan pemberian 42 anestesi intravena perlu
mL/jam (14 tetes/menit macro drips) dipertimbangkan keseimbangan dari
selama pasien puasa preoperatif. Pasien systemic vascular resistance (SVR)
dipuasakan selama enam jam sebelum terhadap pulmonary vascular resistance
operasi. Pemberian cairan selama puasa (PVR). Pemilihan obat induksi
tersebut bertujuan untuk menghindari anestesia pada pasien ini
hipovolumia dan dehidrasi yang akan mempergunakan ketamin intravena
berakibat peningkatan viskositas darah dosis 2 mg/kgBB. Pemilihan ketamin
sehingga risiko trombosis perioperatif adalah berdasarkan pengaruh ketamin
dapat diminimalisir. Pada pasien ini yang dapat meningkatkan denyut
durante maupun pascaoperatif tidak jantung, tekanan darah, cardiac output,
ditemukan tanda-tanda trombosis vena serta meningkatkan SVR yang dominan
serebri. bila dibandingkan dengan tahanan
Hasil anamnesis tidak didapat pembuluh darah paru (PVR).
keterangan pasien mengonsumsi obat Pemakaian ketamin juga
golongan antagonis B-adrenergik dan memberikan efek analgetik tanpa
tidak ada riwayat dirawat di rumah menimbulkan depresi napas. Selain
sakit, sehingga pasien ini kemungkinan ketamin, dapat dipakai etomidat
belum pernah mendapatkan suatu sebagai alternatif, karena memiliki efek
komplikasi yang berat akibat TGA. yang minimal terhadap kardiovaskular
Riwayat pengobatan pada pasien dan juga penurunan tahanan vaskular
dengan penyakit jantung bawaan yang sistemik, serta tidak bersifat
harus ditanyakan yaitu riwayat melepaskan histamin.
pemakaian aspirin, warfarin, Konsiderasi anestesia pada pasien
antidepresan, diuretik, ace inhibitor, dengan TGA adalah mencegah
serta antiaritmia. Penggunaan terjadinya penurunan cardiac output
obatobatan tersebut harus (CO) dan SVR, dan menjaga agar PVR
dipertimbangkan dalam memberikan lebih rendah dibandingkan dengan
anestesia karena efek samping akibat SVR. Meningkatkan aliran darah
pemakaian obat tersebut, namun pada pulmonalis sebagai dampak penurunan
pasien ini tidak ditemukan riwayat PVR akan mengakibatkan peningkatan
pemakaian obat-obatan tersebut. darah yang tercampur sehingga akan
Prinsip manajemen anestesi pada didapatkan saturasi yang lebih tinggi.
pasien TGA adalah pertimbangan Pulmonary vascular resistance
terhadap sirkulasi yang terpisah antara (PVR) dapat dikurangi dengan
sirkulasi pulmoner dan sistemik, pemberian inhalasi nitrouse oxide (NO),
sehingga pemberian obat anestesia intervensi ventilasi, peningkatan
melalui intravena akan terdistribusi konsentrasi O2, mengurangi
terhadap organ seperti jantung karbondioksida, membuat pH menjadi
maupun otak dengan dilusi yang lebih alkalosis. Pada saat bersamaan
minimal, sehingga dosis dan juga harus mencegah terjadi hipoksia,
kecepatan pemberian obat anestesia hiperkarbia, asidosis, hipotermia, tidal
intravena harus dikurangi. Onset obat- volume yang terlalu tinggi atau terlalu
obatan anestesia inhalasi akan menjadi rendah, positive end expiratory pressure
lebih lama karena hanya sejumlah kecil (PEEP) yang tinggi, dan hipoglikemia
pada neonatus.

JAP, Volume 2 Nomor 2, Agustus 2014


168 Jurnal Anestesi Perioperatif

Pada saat awal induksi didapatkan right shunt dapat dilakukan dengan menjaga
tekanan darah sistol berkisar 100–110 FiO2 rendah serta PaCO2 40 hingga 50 mmHg.
mmHg dengan diastol 60–70 mmHg. Selama Pada pasien dengan VSD perlu
anestesia terjadi penurunan tekanan darah mempertimbangkan PVR yang meningkat
berkisar 80 mmHg untuk sistol serta 60 dan harus dapat segera menangani PVR yang
mmHg untuk diastol, hal ini disebabkan tinggi dan gagal ventrikel kanan dengan
antara lain akibat pengaruh sevofluran yang pemberian NO2, dobutamin.
mempunyai sifat depresi pada kontraktilitas
otot jantung serta menurunkan tahanan Daftar Pustaka
vaskular sistemik serta tekanan darah arteri
walaupun lebih kecil bila dibandingkan 1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ.
dengan volatil lain seperti isofluran ataupun Pediatric anesthesia. Dalam:
desfluran. Kondisi ini menjadi pertimbangan Butterworth JF, Mackey DC, John
pemakaian sevofluran pada operasi ini. Wasnick J, penyunting. Clinical
Penurunan tekanan darah yang anesthesiology. Edisi ke-5. Stanford:
berlebihan akibat penurunan tahanan Appleton & Lange; 2013. hlm. 877.
vaskular sistemik menyebabkan right to left 2. Barash P, Cullen BF, Stoelting RK,
shunt yang semakin besar sehingga berakibat Calahan M, Stock MC. Pediatric
buruk ditandai dengan terjadi desaturasi anesthesia. Dalam: Barash P, Cullen
pada pasien. Pemeliharaan anestesia BF, Stoelting RK, Cahalan MK, Stock
dilakukan dengan menggunakan O2, air, dan MC, Ortega R, penyunting. Clinical
sevofluran. Pada operasi ini N2O tidak dipakai anesthesia. Edisi ke-7. Lippincott
dalam pemeliharaan dengan harapan dapat Williams & Wilkins; 2013. hlm.
memberikan fraksi oksigen yang lebih tinggi. 1206.
Selama operasi tidak terjadi desaturasi 3. Bissonnette B, Dalens BJ.
dengan saturasi tetap dipertahankan sekitar Maintenance techniques: pediatric
85–90% sesuai saturasi pasien sehari-hari. anesthesia principles and practice.
Pelemas otot yang digunakan saat induksi New York: McGraw-Hill. 2002.
ialah vekuronium dengan dosis 0,12 4. Congenital Heart Defects (diunduh
mg/kgBB. Pertimbangan pemakaian 2 Maret 2014). Tersedia
vekuronium sebagai pelemas otot dari: https://
dikarenakan vekuronium tidak menyebabkan www.heart.org/HEARTORG/Condit
pelepasan histamin yang dapat menimbulkan ions/ CongenitalHeartDefects.
vasodilatasi sistemik sehingga 5. Menghraj SJ. Anaesthetic
mengakibatkan penurunan SVR. consideration in children with
congenital heart disease undergoing
Simpulan non-cardiac surgery. Indian J
Anaesth. 2012;56(5):491–5.
Prinsip manajemen anestesia pada pasien 6. Anaesthetic considerations for
TGA adalah mencegah terjadi penurunan congenital heart disease patient
cardiac output dan SVR sementara itu kita (diunduh 2 Maret 2014) Tersedia
tetap harus menjaga PVR agar lebih rendah dari: https: //www.
dibandingkan dengan SVR. Aliran darah intechopen.com/download/pdf/
pulmonalis yang meningkat sebagai akibat 30197.
dari penurunan PVR akan mengakibatkan
peningkatan darah yang tercampur sehingga
memungkinkan mendapat saturasi yang lebih
tinggi. Pada pasien ini juga didapatkan PDA
yang manajemen anestesinya akan
bergantung pada prematuritas, tingkat
obstruksi paru, PVR serta teknik operasi yang
akan dilakukan. Untuk membatasi left to

JAP, Volume 2 Nomor 2, Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai