Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum

Pengamatan Respirasi Bakteri

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi


Yang dibina oleh Kennis Rozana, S,Pd., M.Si
dan Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si.

.
Andien Sahira Fitrinia (190341621696)
Annisa Aulia Magfirlana (190341621608)
Nuriyah (190341621636)
Rutmini Martauli Pakpahan (190341621611)
Sukma Putri Riyanti (190341621710)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Maret 2021
A. TOPIK
Pengamatan respirasi bakteri.
B. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sifat respirasi pada bakteri.
C. DASAR TEORI
Mikroorganisme membutuhkan sumber energi metabolik Dalam proses
pertumbuhannya. Mekanisme utama yang dibutuhkan mikroorganisme untuk menghasilkan
energi metabolik yaitu dengan cara respirasi, fermentasi, dan fotosintesis. Jika
mikroorganisme sedang melakukan pertumbuhan, minimal satu mekanisme tersebut harus
dilakukan (Putri, dkk., 2017). Semua organisme hidup termasuk sel bakteri melakukan
aktivitas kehidupan, salah satunya membutuhkan sumber energi untuk melangsungkan
hidupnya. Pola dasar dalam metabolisme mikroorganisme yaitu terjadinya perubahan dari satu
bentuk energi yang kompleks menjadi bentuk energi yang lebih sederhana, meskipun jenis
substansi yang berperan sebagai sumber energi pada mikroorganisme berbeda-beda. Bakteri
dapat mengubah zat kimia dan energi radiasi ke dalam bentuk yang bermanfaat untuk
kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis (Sumberarta, 2016).
Respirasi merupakan serangkaian proses metabolik yang membutuhkan energi, terjadi
melalui peristiwa pelepasan energi dari suatu bakteri. Reduksi kimia yang terjadi dari suatu
akseptor elektron (oksidan) melalui rangkaian khusus pembawa elektron di dalam membran
menimbulkan gaya gerak proton pada membran bakteri (Putri, dkk., 2017). Kebutuhan bakteri
terhadap oksigen bebas untuk proses respirasinya berbeda-beda, tergantung dari enzim
biooksidatif yang terdapat pada setiap spesies. Respirasi dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan kebutuhan organisme terhadap oksigen yaitu respirasi aerob dan respirasi
anaerob. Respirasi aerob adalah respirasi yang membutuhkan oksigen bebas sedangkan
respirasi anaerob ialah respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas (Suberarta, 2016).
Medium cair berfungsi untuk memperjelas pengamatan terhadap sifat respirasi bakteri.
Dalam media cair pertumbuhan bakteri dapat teramati lebih jelas dengan melihat akumulasi
sel-sel bakteri yang tumbuh pada medium cair. Bakteri aerob akan terakumulasi bagian atas
permukaan medium cair karena bakteri tersebut mengambil oksigen bebas dari udara,
sedangkan bakteri anaerob akan terakumulasi di dasar permukaan medium. Pada bakteri
anaerob fakultatif, pertumbuhannya tersebar pada medium cair. Sedangkan bakteri
mikroaerofil akan tersebar sedikit dibawah atau di tengah permukaan medium cair (Utami,
dkk., 2018).
Mikroba yang membutuhkan Oksigen sebagai agensia untuk mengoksidasi senyawa
organik menjadi karbondioksida dikenal sebagai mikroba aerob. Pada respirasi anaerob lazim
disebut fermentasi, meskipun tidak semua fermentasi anaerob. Tujuan dari fermentasi sama
dengan tujuan respirasi pada umumnya, yaitu untuk memperoleh energi. Energi yang
diperoleh dari fermentasi lebih sedikit dibandingkan pada respirasi biasa (Harahap, 2012).
Mikroba anaerob memperoleh energi dengan cara memecahkan senyawa organik tanpa
memerlukan Oksigen (fermentasi). Beberapa jenis mikroba bersifat obligat anaerob atau
anaerob sempurna. Adapula yang bersifat fakultatif anaerob, yaitu memiliki dua mekanisme
dalam menghasilkan energi. Apabila terdapat Oksigen, energi diperoleh secara respirasi aerob,
tetapi apabila tidak ada Oksigen maka energi diperoleh secara fermentasi anaerob (Hidayati,
2016).
Sifat respirasi bakteri dapat diketahui dengan mengamati tempat distribusi sel-sel
bakteri yang ditandai dari letak zona yang tampak keruh pada medium cair (Hastuti, 2012).
Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dikelompokkan menjadi empat kelompok
sebagai berikut.

Gambar 1. Pengelompokkan bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen


Sumber: Tankeshwar (2016)
a) Bakteri aerob yaitu kelompok bakteri yang membutuhkan Oksigen sebagai agensia
untuk mengoksidasi senyawa organik menjadi karbondioksida.
b) Bakteri anaerob yaitu kelompok bakteri yang biasanya tidak dapat tumbuh apabila
terdapat oksigen. Oksigen adalah racun bagi mereka. Mereka menggunakan zat lain
sebagai akseptor elektron terminal. Metabolisme mereka sering merupakan jenis
fermentasi dimana mereka mengurangi senyawa organik yang tersedia untuk berbagai
produk akhir seperti asam organik dan alkohol. Bakteri anaerob obligat yaitu
kelompok bakteri yang tumbuh hanya di bawah kondisi intensitas reduksi tinggi.
c) Bakteri anaerob fakultatif adalah organisme serbaguna yang mampu tumbuh di bawah
kondisi aerob maupun anaerob. Mereka lebih suka menggunakan oksigen sebagai
akseptor elektron terminal.
d) Bakteri mikroaerofil adalah kelompok bakteri yang dapat tumbuh di bawah oksigen
tereduksi (5% hingga 10%) dan peningkatan karbon dioksida (8% hingga 10%).
Konsentrasi oksigen yang lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan bakteri ini.
(Tankeshwar, 2016).

D. ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Timbangan
- Sendok
- jarum inokulasi berkantong
- Kaca pengaduk
- labu Erlenmeyer
- Incubator
- gelas ukur 10ml
- otoklaf
- kompor gas
- rak gedung baru

Bahan :
- Beef ekstrak
- Bacto peptone
- Aquades
- Kapas
- Kasa
- alkohol 95%
- lisol
- Vaseline
- sabun cuci

E. PROSEDUR

Dibuat medium cair dengan formula seperti medium Nutrient Agar (NA) tanpa
penambahan agar powder

Diisi dua tabung reaksi untuk setiap kelompok kerja, diisi masing-masing 5 ml
medium

Disterilisasi semua medium dan aquades dengan menggunakan otoklaf

Ditunggu selama 1x24 jam, jika medium tetap jernih berarti medium tersebut steril
dan dapat digunakan

Dipilih 2 macam macam koloni bakteri yang akan diperiksa

Dibuang kelebihan zat warna tersebut kedalam mangkung dan dibilas sediaan dengan
air kran
Ditunggu selama 1x24 jam, jika medium tetap jernih berarti medium tersebut steril
dan dapat digunakan
Ditunggu selama 1x24 jam, jika medium tetap jernih berarti medium tersebut steril
dan dapat digunakan
Diinokulasi bakteri kedua macam bakteri ke dalam medium cair sebanyak masing-
masing 1 kolong jarum inokulasi. Diputar-diputar tabung reaksi diantara kedua belah
tangan sehingga diperoleh suspensi yang merata

Diinkubasikan biakan bakteri pada suhu 37 oC lalu diamati pertumbuhan dan sifat
respirasi bakteri setelah 1x24 jam
Ditunggu selama 1x24 jam, jika medium tetap jernih berarti medium tersebut steril
dan dapat digunakan
Ditunggu selama 1x24 jam, jika medium tetap jernih berarti medium tersebut steril
F. HASIL PENGAMATAN
dan dapat digunakan
Letak Distribusi Sel Tipe Respirasi
No Gambar
Bakteri Dalam Tabung Bakteri

1 Bawah Anaerob obligat

Anaerob
2 Menyebar
fakultatif

G. ANALISIS DATA
Praktikum pengamatan respirasi bakteri dilakukan dengan menginokulasi 2 koloni
bakteri pada 2 tabung reaksi berisi 5 ml medium. Medium yang digunakan berupa medium
cair dengan formula Nutrient Agar (NA) tanpa penambahan agar powder. Medium
disterilisasi menggunakan otoklaf. Kemudian ditunggu selama 24 jam, apabila medium
tetap jernih berarti medium tersebut steril dan dapat digunakan. Selanjutnya, 2 koloni
bakteri masing-masing diinokulasikan pada masing-masing medium sebanyak masing-
masing 1 kolong jarum inokulasi dan diputar-puter diantara kedua tangan hingga suspensi
merata. Biakan bakteri diinkubasi pada suhu 37oC lalu diamati pertumbuhan dan sifat
respirasi bakteri setelah 1x24 jam.
Sifat respirasi bakteri pada tabung reaksi dapat terlihat dari persebaran koloni
bakteri. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa koloni bakteri 1 terdistribusi di bawah
tabung reaksi. Terdistribusinya koloni bakteri tersebut mengindikasikan bahwa jenis
bakteri tergolong tipe respirasi anerob obligat atau tidak membutuhkan oksigen samasekali
dalam proses respirasinya. Koloni bakteri 2 terdistribusi menyebar di seluruh medium cair.
Tersebarnya kololoni bakteri tersebut menunjukkan bahwa bakteri tergolong tipe respirasi
anaerob fakultatif atau proses repirasinya dapat terjadi dengan ada atau tidaknya oksigen.

H. PEMBAHASAN
Kebutuhan oksigen bakteri untuk melakukan respirasi sangat berbeda – beda,
tergantung pada adanya sistem enzim biooksidatif yang ada pada setiap spesies sehingga
dikenal dengan istilah adanya respirasi aerob dan anaerob. Respirasi yang menggunakan
oksigen bebas sebagai penerima elektron disebut respirasi aerob, dan respirasi yang
menggunakan senyawa anorganik sebagai penerima elektron disebut respirasi anaerob.
Pengamatan terhadap kelompok bakteri yang mempunyai perbedaan sifat respirasi dapat
dilakukan pada medium cair untuk memperjelas pengamatan terhadap sifat respirasi.
Dalam medium cair pertumbuhan bakteri dapat lebih jelas dengan mengamati akumulasi
sel. Bakteri yang tumbuh dengan menggunakan medium cair berfungsi untuk
mempermudah dalam proses pengamatan dan juga kebutuhan oksigen bebas lebih banyak
dari pada medium padat (Utami, 2004).
Medium yang digunakan pada praktikum respirasi bakteri merupakan medium cair
yang dapat memperjelas pengamatan terhadap respirasi bakteri. Pada medium cair
pertumbuhan bakteri hasil inokulasi dapat diamati lebih jelas dengan cara mengamati
akumulasi dari sel – sel bakteri yang tumbuh. Bakteri yang aerob akan berada diatas
permukaan medium cair karena bakteri akan mengambil oksigen bebas dari udara
sedangkan bakteri dengan respirasi anaerob akan berada didasar jauh dari permukaan
medium (Hastuti, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa pada bakteri koloni 1 memiliki tipe respirasi anaerob obligat karena letak
dari distribusi sel bakteri pada medium berada di bawah permukaan tabung. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Sari & Prayudyaningsih (2017), bahwa bakteri dengan respirasi
anaerob obligat merupakan bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan,
apabila kontak dengan oksigen akan menyebabkan pertumbuhan bakteri menjadi
terhambat bahkan mati apabila . Bakteri menggunakan cara lain untuk membentuk ATP.
Beberapa jenis bakteri anaerob menggunakan sulfur pada aktivitas metabolismenya
sebagai pengganti oksigen, dan menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan air (H2O)
sebagai hasil sampingan dari metabolismenya.
Respirasi pada bakteri koloni 2 memiliki tipe respirasi anaerob fakultatif karena
letak dari distribusi sel bakteri yang menyebar pada medium cair. Bakteri anaerob fakultatif
yang diinokulasikan pada medium cair akan tumbuh tersebar pada seluruh medium. Bakteri
anaerob fakultatif dapat memanfaatkan oksigen jika tersedia. Bakteri dapat tumbuh dengan
memanfaatkan oksigen tersebut sebagai akseptor elektron akhir (Darmawan, 2010). Selain
itu bakteri juga dapat bertahan dan menyesuaikan hidupnya pada lingkungan yang tidak
mengandung oksigen. Jika tidak ada oksigen, bakteri dapat melakukan fermentasi atau
respirasi anaerob. Kebanyakan bakteri dapat membentuk cukup ATP untuk hidup dengan
fermentasi ataupun respirasi (Chong, dkk, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Chong, M. L., V. Sabaratnam., Y. Shirai, and M. Ali. 2009. Biohydrogen production from biomass
and industrial wastes by dark fermentation. International Journal of Hydrogen Energy, 34
(8) : 3277–3287.
Darmawan, E. 2010. Pertumbuhan Bakteri pada Medium Cair. Semarang: Universitas Negeri
Semarang
Harahap, F.. 2012. Fisiologi Tumbuhan Suatu Pengantar. Medan: UNIMED Press.
Hastuti, U. S. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMMPress.
Hastuti, U. S. 2018. Petunjuk Praktikum mikrobiologi. Malang: UMM Press.
Hidayati, P.I. 2016. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Putri, M.H., Sukini., Yodong. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi. Jakarta:Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Sari, Ramdana dan Prayudyaningsih, Retno. 2017. Karakter Isolat Rhizobia dari Tanah Bekas
Tambang Nikel dalam Memanfaatkan Oksigen untuk Proses Metabolismenya. Jurnal Info
Teknis EBONI 14 (2) : 123 – 136.
Sumberarta, I. W. 2016. Metabolisme Mikroba. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tankeshwar, A. 2016. Oxygen Requirements for Pathogenic Bacteria. (Online:
https://microbeonline.com/oxygen-requirements-for-pathogenic-bacteria/) diakses pada 22
Maret 2021.
Utami,U. 2004. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang. Universitas Islam Negeri Malang.
Laporan Praktikum

Metabolisme Bakteri

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi


Yang dibina oleh Kennis Rozana, S,Pd., M.Si
dan Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si.

.
Andien Sahira Fitrinia (190341621696)
Annisa Aulia Magfirlana (190341621608)
Nuriyah (190341621636)
Rutmini Martauli Pakpahan (190341621611)
Sukma Putri Riyanti (190341621710)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Maret 2021
A. TOPIK
Metabolisme Bakteri
B. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami metabolisme pada bakteri.
C. DASAR TEORI
Seluruh makhluk hidup termasuk bakteri juga melakukan metabolisme karena hal
tersebut merupakan salah satu ciri yang dilakukan makhluk hidup. Bakteri juga membutuhkan
energi dalam kehidupannya melalui proses metabolisme. Metabolisme adalah suatu rangkaian
reaksi bersifat kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Untuk mempertahankan
kehidupannya, makhluk hidup melakuan metabolisme. Metabolisme berasal dari bahasa
Yunani yaitu metabole yang memiliki arti perubahan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
makhluk hidup mengubah, mengolah, dan mendapatkan suatu zat melalui proses kimiawi
untuk mempertahankan hidupnya. Proses metabolisme melibatkan berbagai macam enzim
yang dapat menghasilkan nutrient sederhana seperti glukosa, asam lemak berantai panjang
ataupun senyawa lain yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup dari sel maupun
jaringan (Darkuni, 2001).
Senyawa yang dihasilkan oleh makhluk hidup dan bersifat essensial bagi proses
metabolisme sel disebut senyawa metabolisme primer. Terdapat empat kelompok senyawa
metabolisme primer, yaitu karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat. Metabolisme
dibedakan menjadi anabolisme dan katabolisme. Anabolisme merupakan proses sintesis
makromolekul kompleks seperti asam nukleat, lipid, dan polisakarida serta penggunaan
energi. Katabolisme adalah proses penguraian bahan organik yang kompleks menjadi lebih
sederhana atau bahan anorganik dan proses ini menghasilkan energi berupa ATP atau GTP.
Anabolisme terdiri dari fotosintesis, sedangkan katabolisme terdiri dari respirasi dan
fermentasi. Dalam prosesnya, seluruh aktivitas metabolisme bakteri dikatalisis oleh enzim
(Pujiati, 2015).
Enzim merupakan biokatalisator dalam proses metabolisme, kerja enzim sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu konsentrasi enzim dan substrat, suhu, serta pH enzim.
Suhu yang sangat rendah dapat menghentikan aktivitas enzim tetapi tidak menghancurkannya.
Aktivitas kerja enzim diatur melalui dua cara yaitu pengendalian katalis secara langsung dan
pengendalian genetik (Pelezar, 1986).
Proses metabolisme akan menghasilkan hasil metabolisme yang berfungsi
menghasilkan sub satuan makromolekul yang berguna sebagai penyediaan tahap awal bagi
komponen sel dalam menyediakan energi yang dihasilkan dari ATP lewat ADP dengan fosfat.
Energi ini sangat penting untuk kegiatan lain yang dalam prosesnya hanya bisa berlangsung
jika tersedia energi. Bakteri memperoleh energi melalui proses Oksidasi-Reduksi. Oksidasi
merupakan proses pelepasan elektron sedangkan reduksi merupakan proses penangkapan
elektron (Tarigan, 1988).
Reaksi Oksidasi dan Reduksi selalu bekerja sama karena elektron tidak dapat berada
dalam bentuk bebas. Hasil dari reaksi oksidasi dapat terbentuknya energi. Pada umumnya
reaksi oksidasi secara biologis dikatalis oleh enzim dehidrogenase. Enzim ini akan
mentransfer elektron dan proton bebas kepada aseptor elektron intermediet yaitu NAD + dan
NADP+, kemudian NAD+ dan NADP+ dibentuk menjadi NADH dan NADPH. Dalam proses
oksidasi, terjadi fosforilasi oksidasi yaitu elektron dengan energi tinggi ditranfer ke dalam
transpor elektron sehingga dapat ditangkap oleh oksigen sehingga tereduksi menjadi H 2O
(Dwidjoseputro, 1978).
Amilase merupakan enzim yang berfungsi untuk mendegradasi pati menjadi molkul
gula yang lebih sederhana seperti glukosa, maltosa, dan dekstrin (Silaban & Simamora, 2018).
Bakteri asam laktat yang mampu memanfaatkan pati sebagai substratnya adalah bakteri asam
laktat (BAL) yang bersifat amilolitik. Beberapa bakteri asam laktat mampu menghasilkan
enzim amilase ekstraseluler dan melakukan proses fermentasi pati secara langsung menjadi
asam laktat. Aktivitas enzim amilase ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar isolat
bakteri (Yusmarini, dkk., 2017).
Enzim lipase dapat memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Terdapat jenis
bakteri yang mampu memanfaatkan lemak atau minyak sebagai sumber karbon dan energinya,
bakteri yang memiliki kemampuan tersebut disebut sebagai bakteri lipolitik (Elyza, dkk.,
2015). Bakteri lipolitik merupakan suatu jenis bakteri yang memiliki kandungan enzim lipase
untuk mendegradasi lemak atau minyak. Minyak atau lemak merupakan senyawa organik
yang bersifat non polar dan senyawa ester dari triasigliserol. Bakteri lipolitik merupakan
bakteri yang membutuhkan konsentrasi minimal tertentu dari lemak untuk proses
pertumbuhannya. Kelompok bakteri lipolitik mampu memproduksi enzim lipase, yaitu enzim
yang dapat mengkatalis hidrolisis lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol (Karim,
2019).

D. ALAT DAN BAHAN


Alat : Bahan :
1. Jarum inokulasi lurus 1. Koloni bakteri 1
2. Pipet 2. Koloni bakteri 2
3. Tabung reaksi 3. Medium Amilum Agar
4. Inkubator 4. Medium NA yang mengandung 1%
5. Gelas ukur 10 ml lemak mentega atau minyak zaitun
6. Lampu spiritus dan neutral red
7. Beaker glass 400 ml 5. Medium nutrien cair
8. Rak tabung reaksi 6. Lisol
7. Sabun cuci
8. Lap
9. Larutan Iodium
10. Alkohol 70%

E. PROSEDUR
Uji Adanya Kemampuan Menghidrolisis Amilum

Disediakan 1 buah medium lempeng amilum agar. Tiap medium dibagi atas 2 bagian,
membuat garis tengah pada bagian dasar cawan petri.

Diinokulasi dengan menggunakan jarum inokulasi biakan murni bakteri koloni 1


pada setengah bagian medium A, biakan murni bakteri koloni 2 pada setengah
bagian medium A.

Diinkubasi pada suhu 37o C selama 1x24 jam


Dituangkan larutan iodium ke permukaan medium dan memperhatikan warna yang
terjadi di sekeliling goresan garis inokulasi. Bagian jernih di sekeliling koloni bakteri
menunjukkan adanya hidrolisis amilum oleh bakteri tersebut, sedangkan bagian
lainnya berwarna biru kehitaman.

Uji Adanya Kemampuan Menghidrolisis Lemak

Disediakan 1 buah medium lempeng NA yang mengandung 1% minyak zaitun dan


indikator Neutral Red.

Diinokulasi dengan menggunakan jarum inokulasi biakan murni bakteri koloni 1


pada setengah bagian medium A, biakan murni bakteri koloni 2 pada setengah bagian
medium A.

Diinkubasi pada suhu 37o C selama 1x24 jam

Diamati warna medium. Koloni bakteri yang dapat menghidrolisis lemak akan
menyebabkan penurunan pH medium, sehingga terbentuk warna merah pada bagian
bawah koloni bakteri. Jika tidak terjadi hidrolisis lemak, maka medium tetap dalam
pH mendekati netral dan berwarna kuning pada bagian bawah koloni bakteri.

F. HASIL PENGAMATAN
G. Tabel 1. Hasil pemeriksaan kemampuan hidrolisis bakteri
Koloni Kemampuan Menghidrolisis
Bakteri
Amilum Lemak

Koloni 1 + ++

Koloni 2 +++ -
Keterangan :
+++ = Kemampuan menghidrolisis tinggi
++ = Kemampuan menghidrolisis sedang
+ = Kemampuan menghidrolisis rendah
- = Tidak mampu menghidrolisis

H. ANALISIS DATA
Praktikum kali ini bertujuan untuk menguji metabolisme bakteri dengan menguji
kemampuan menghidrolisis amilum dan lemak. Terdapat 2 koloni bakteri yang akan di uji
kemampuan hidrolisis bakteri menggunakan medium lempeng amilum agar sedangkan
untuk uji kemampuan menghidrolisis lemak menggunakan medium lempeng NA yang
mengandung 1% minyak zaitun dan indikator Neutral Red. Praktikum dilakukan dengan
menginokulasi koloni bakteri 1 pada sebagian medium dan koloni 2 pada sebagian yang
lain. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam.
Koloni bakteri 1 memiliki kemampuan menghidrolisis amilum yang rendah karena
setelah dicampurkan dengan larutan iodium, di sekeliling bakteri hanya sedikit yang
berwarna transparan (bening). Koloni bakteri 1 memiliki kemampuan menghidolisis lemak
yang sedang karena dapat menurunkan pH medium sehingga terbentuk warna merah pada
bagian bawah medium. Koloni bakteri 2 memiliki kemampuan menghidrolisis amilum
yang tinggi karena terdapat warna bening di sekeliling koloni bakteri. Sedangkan, koloni
bakteri 2 tidak memiliki kemampuan menghidrolisis lemak. Karena medium tetap dalam
pH mendekati netral dan berwarna kuning pada bagian bawah koloni bakteri.

I. PEMBAHASAN
Metabolisme merupakan reaksi kimia yang terjadi di dalam sel hidup yang merupakan
reaksi pengubahan bahan makanan menjadi energy atau sebaliknya. Metabolisme meliputi
reaksi penyusunan molekul-molekul sederhana menjadi molekul komplek disebut anabolisme
dan pemecahan molekul komplek menjadi molekul sederhana disebut katabolisme. Pada
anabolisme disebut dengan reaksi diperlukan energy untuk penyusunan,sedangkan proses
katabolisme akan menghasilkan energy dari reaksi pembongkaran molekul kompleks
(Darkuni, 2001).
Inti dari metabolisme setiap sel adalah enzim. Tanpa enzim, reaksi-reaksi biokimiawi tidak
akan terjadi pada kecepatan yang cukup cepat bagi sel-sel untuk mempertahankan diri.
Umumnya enzim memiliki nama yang berakhiran dengan -ase. Uji metabolisme bakteri dalam
praktikum ini antara lain uji hidrolisis amilum dan uji hidrolisis lemak.
1. Uji hidrolisis Amilum
Amilum adalah makro molekul yang terdiri dari banyak monosakarida yang belum
dihubungkan dalam ikatan glikosidik. Amilum merupakan polisakarida yang dapat dipecah
menjdi glukosa untuk sinteisi ATP.(Campbell, 2002). Karena ukuran molekul yang terlalu
besar, amilum tidakdapat langsung digunakan. Amilum perlu dihidrolisis menjadi
molekulmolekul sederhana sehingga dapat masuk ke dalam sel. Hidrolisis amilum dapat
dilakukan oleh enzim α amilase, yaitu eksoenzim amilolitik yang akan menguraikan
amilum menjadi maltose (Sukarminah, 2010).
Uji hidrolisis amilum bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
menguraikan karbohidrat. Hidrolisis pati/amilum terjadi akibat adanya bantuan enzim
amilase dalam pengubahan amilum menjadi maltosa, yang ditandai dengan terbentuknya
zona bening setelah diteteskan iodium pada isolat bakteri. Hal ini terjadi karena molekul
pati/amilum dapat larut dalam air dan memberikan warna biru apabila bercampur dengan
larutan iodium serta membentuk zona bening apabila koloni bakteri menghidrolisis
pati/amilum (Samosir, dkk., 2016).
Berdasarkan koloni bakteri 1 tidak ditemukan adanya warna jernih disekeliling
koloni bakteri. Warna yang terdapat pada bakteri tersebut setelah diteteskan Iodium
berwarna biru kehitaman. Hal ini menandakan bahwa amilum yang terkandung di dalam
medium tidak mengalami hidrolisis oleh bakteri, atau dengan kata lain koloni bakteri
1 memiliki kemampuan menghidrolisis amilum rendah . Sedangkan pada koloni bakteri
2 terdapat warna jernih di sekeliling koloni bakteri. Warna jernih ini menandakan bahwa
pada bagian tersebut tidak terdapat kandungan amilum, artinya sebagian amilumyang ada
di sekeliling bakteri telah terhidrolisis. Dengan demikian koloni bakteri 2 menghasilkan
enzim amilase karena dapat menghidrolisis amilum(Hadioetomo, 1993).
2. Uji hidrolisis lemak
Lemak merupakan makromolekul yang tidak dapat larut dalam air dandapat menjadi
sumber energy untuk proses metabolisme sel. Uji hidrolisislemak pada bakteri digunakan
medium NA yang mengandung 1% lemakmentega atau minyak zaitun dan indicator
Neutral Red. Hasil positif padauji hidrolisis lemak ditunjukkan dengan adanya warna
merah pada bagian bawah koloni bakteri (Hastuti, 2018).Bakteri dapat menghidrolisis
lemak karena bakteri dapat menghasilkan eksoenzim lipase yang akan memutuskan ikatan
antamonomer lemak. Lemak akan dipecah oleh enzim lipase menjadi tigamolekul asam
lemak dan satu gliserol untuk setiap satu trigliserida (Pelczar,2007).

Berdasarkan hasil pengamatan koloni bakteri 1 menunjukkan kemampuan dalam


menghidrolisis lemak. Enzim lipase berperan dalam proses hidrolisis lemak yang dilakukan
oleh bakteri. Dengan kandungan medium yang sedikit berbeda dengan percobaan yang
telah dilakukan Kasipah, dkk. (2013), menunjukkan bahwa reaksi positif bakteri
penghidrolisis lemak adalah adanya reaksi antara enzim lipase yang dihasilkan bakteri
dengan rodamin pada media agar, sehingga diperoles hasil reaksi hidrolisis antara lipase
dengan substrat (minyak zaitun) menghasilkan produk berupa asam lemak bebas. Bakteri
lipolitik dapat menghidrolisis lemak yang terkandung dalam media NAL yang
dimodifikasi, sehingga terbentuk asam lemak dan gliserol. Media tersebut ditambahkan
lemak berupa minyak zaitun yang berfungsi sebagai substrat yang akan dihidrolisis oleh
bakteri lipolitik dan isolat bakteri yang bersifat lipolitik akan menghasilkan zona bening di
sekitar koloni bakteri (Rizky, dkk., 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Jilid 1. Edisi Kelima. Alih Bahasa:
Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Darkuni. 2001. Mikrobiologi (bakteriologi, virologi, dan mikologi). Malang: FMIPA UM.
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Elyza, F., Gofar, N., & Munawar, M. 2015. Identifikasi dan Uji Potensi Bakteri Lipolitik dari
Limbah SBE (Spent Bleaching Earth) sebagai Agen Bioremediasi. Jurnal Ilmu Lingkungan,
13(1), 12-18.
Hadioetomo, R.S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi.Jakarta:
Gramedia.
Hastuti, Sri Utami. 2018. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMMPRESS
Karim, A. 2019. Isolasi dan Uji Bakteri Lipolitk dalam Mendegradasi Minyak pada Limbah Cair
Kelapa Sawit di Kebun Marihat Pematang Siantar (Doctoral dissertation, Universitas
Medan Area)
Kasipah, C., dkk. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Pengahasil Enzim Lipase Ekstraselular
dari Lumpur Aktif Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Tekstil. Jurnal Ilmiah Arena
Tekstil, 28(1): 1-46.
Pelczar M.J. 2007.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press
Pelezar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.
Pujiati. 2015. Buku Ajar Mikrobiologi Umum. Madiun: IKIP PGRI Madiun.
Rizky, Y.M., dkk. 2017. Identifikasi Uji Kemampuan Hidrolisis Lemak dan Penentuan Indeks
Zona Bening Asam Laktat pada Bakteri dalam Wadi Makanan Tradisional Kalimantan
Tengah. Jurnal Bionature, 18(2): 87-98. DOI: 10.35580/bionature.v18i2.6137.
Samosir, F.M., dkk. 2016. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik pada Saluran
Pencernaan Ikan Mas. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Silaban, S., & Simamora, P. 2018. Isolasi dan karakterisasi bakteri penghasil amilase dari sampel
air tawar Danau Toba. EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan), 3(2), 222-231.
Sukarminah E., Sumanti, D.M., Hanidah, I. 2010.Mikrobiologi Pangan .Bandung: Universitas
Pajajaran
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tingkat Kependidikan.
Yusmarini, Y., Pato, U., Johan, V. S., Ali, A., & Kusumaningrum, K. 2017. Karakterisasi Bakteri
Asam Laktat Amilolitik dari Industri Pengolahan Pati Sagu. agriTECH, 37(1), 96-101.

Anda mungkin juga menyukai