Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 4
Pembuatan Kapsul Ekstrak Kencur Dan Perhitungan
Keseragaman Bobot
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK : 9

KELAS: E

Rizki Lisya Nugraha (201610410311194)

DOSENPEMBIMBING:
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Obat herbal memberikan kontribusi dan telah menjadi obat modern
melalui pengembangan obatterhadap kesehatan manusia dalam pencegahan
penyakit. Penggunaan tanaman obat untuk manfaat kesehatan sedang meningkat
di seluruh dunia. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam
penyediaan atas bahan baku tumbuhan obat (Nugroho, 2010). Berbagai jenis
tumbuhan telah digunakan secara turun-temurun dalam pengobatan tradisional
di Indonesia (Maryanto dkk, 2013).
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah distandardisasi,
status keamanan dan khasiatnya telah dibuktikan secara ilmiah melalui uji
klinikmenggunakan bahan baku yang sudah terstandar dan dibuat dengan
fasilitas produksi yang memenuhi standar Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik (CPOTB). Oleh karena ketatnya persyaratan Fitofarmaka, maka Obat
Bahan Alam kategori ini setara dengan obat sintetis modern lainnya, serta bisa
diresepkan oleh dokter. Namun sayangnya, jumlah produk Fitofarmaka di
Indonesia masih sangat sedikit. Tugas utama kita adalah melestarikan dan cinta
produk warisan leluhur sebagai tradisi yang tidak dapat digoyahkan oleh
berbagai isu dan permasalahan yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri
(Winarsa, 2019)
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tumbuhan yang
dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi. EPMS merupakan salah satu produk alam yang
terdapat pada kencur. Untuk mendapatkan EPMS tersebut dapat dilakukan
ekstraksi maserasi rendaman, maserasi kinetika dan maserasi ultrasonika
(Ramadhan, 2015).
Senyawa marker atau biasa disebut dengan senyawa penanda adalah suatu
senyawa yang terdapat dalam bahan alam dan diseleksi untuk keperluan khusus
(contoh untuk tujuan identifikasi atau standardisasi) melalui penelitian. Syarat
senyawa dapat ditetapkan sebagai penanda apabila bersifat khas, mempunyai
struktur kimia yang jelas, dapat diukur kadarnya dengan metode analisis yang
biasa digunakan, bersifat stabil, tersedia dan dapat diisolasi (Rasheed, 2012).
Komposisi kandungan senyawa kimia yang beragam dalam suatu
tanaman menyebabkan identifikasi senyawa kimia dalam tanaman menjadi sulit.
Oleh karena itu, pada identifikasi tanaman obat herbal diperlukan suatu senyawa
penanda yang dapat dijadikan identitas dari tanaman obat (Rasheed, 2012).Agar
dapat diterima oleh semua kalangan maka perlu peningkatan mutu sediaan,
pembuktian keamanan serta adanya penelitian mengenai khasiat yang dapat
dibuktikan secara ilmiah.
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes, 2014).
Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat
berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai dengan
yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan
zat aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul.Dari beberapa faktor tersebut,
maka penulisakan melakukan praktikum Pembuatan kapsul ekstrak kencur dan
perhitungan keseragaman bobot.

1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka, tujuan dari praktikum ini antara lain :
1. Untuk mengetahui pembuatan sediaan farmasi di bagian perencanaan,
pengembangan (R&D), produksi, control kualitas (QC) suatu industri
Farmasi di bagian sediaan obat tradisional.
2. Untuk memperoleh keterampilan Pembuatan kapsul ekstrak kencur dan
perhitungan keseragaman bobot.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kencur (Kaempferia galanga)


Klasifikasi Kencur
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Phanerogamae
Division : Spermatophyta
Sub Division : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Order : Scitaminales Gambar 2.1. Tanaman Kencur

Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Species : Kaemferia galangal L.
(Shetu et al, 2018)
Nama Daerah
Sumatra : Ceuko (Aceh), tekur (Gayo), kaciwer (Batak), kopuk (Mentawai),
cakue (Minangkabau), cokur (Lampung), kencur (Melayu). Jawa : cikur
(Sunda), kencur (Jawa), kencor (Madura), cekor (Kangean). Nusa Tenggara :
cekuh (Bali), cekur (Sasak), cekir (Sumba), sokus (Roti), soku (Bima). Sulawesi
: kencur, sukung, sikum (Minahasa), humo poto (Gorontalo), tukulo (Bual),
tadosi (Bari), cakuru (Makassar), ceku (Bugis). Maluku : asauli, sauleh, sahulu,
soul, umpa (Ambon), souro (Haruku), soulo (Nusa laut), onegai (Buru), bataka
(Ternate, Tidore). Irian : ukap (Marind) (Depkes RI, 1977)
Morfologi
Terna tahunan tinggi ±20 cm. Batang semu, pendekmembentuk rimpang, coklat
keputihan. Daun tunggal, menempel di permukaan tanah, melonjong
membundar, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung melancip, pangkal
menjantung, membundar, tepi rata, hijau. Bunga majemuk, kelopak membentuk
tabung, bercuping memita, benang sari panjang 4 mm, kuning, staminodium
melonjong membundar telur sungsang, putih, putik putih, putih keunguan. Akar
serabut, coklat kekuningan, membentuk umbi, membulat telur-membulat, putih
di bagian dalam. (Permenkes, 2016).Untuk permukaan daun bagian atas tidak
mempunyai bulu tetapi pada bagian bawah memiliki bulu yang halus. Kemudian
untuk tangkai daun sedikit pendekmemiliki ukuran berkisar antara 3-10 cm
yang terbenam didalam tanah, mempunyai panjang berkisar 2-4 cm yang
memiliki warna putih. Jumlah daun pada kencur tidak lebih dari 2-3 lembar
dengan susunan yang saling berhadapan. (Haryudin 2016)
Ekologi dan Penyebaran
Tumbuh di India, Malaysia, dan Indonesia. Dapat tumbuh ditempat rendah dan
dipegunungan. Menghendaki tanah yang subur dan gembur, ditempat yang
sedikit kenaungan. (Depkes RI, 1977)
Kandungan Kimia

Gambar 2.2. Struktur Kimia Kencur

Menurut (Afriastini, 2012) Kandungan kimia yang terdapat pada rimpangkencur


(Kaempferia galanga) yaitu : (1) etil sinamat, (2) etil p-metoksisinamat,
(3)p-metoksistiren, (4) karen (5) borneol, dan (6) paraffin. Rimpang Kencur
mengandung pati (4,14 %), mineral(13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %)
berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinnamat, etil aster,
asam sinamik, borneol, kamfen, paraeumarin, asam anisikα, alkaloid dan gom
(Permenkes, 2016).Dua komponen senyawa kimia terbesar yang terkandung
dalam minyak atsiri kencur yaitu Etil sinamat (65,98%) dan Etil p-metoksi
sinamat (23,65%) (Lely, N. and Rahmanisah, D.2017). Kandungan senyawa
yang terdapat didalam rimpang kencur salah satunya adalah Etil
parametoksisinamat (EPMS) senyawa ini merupakan senyawa yang paling besar
atau yang paling banyak jumlahnya yang ada didalam rimpang kencur. (Hudha,
et al 2017).
Khasiat dan Manfaat
Analgetik, antiinflamasi (Permenkes, 2016). Rimpang kencur berkhasiat sebagai
obat batuk, obat lambung, obat mual, obat bengkak dan obat bisul (Depkes RI,
2001).Senyawa Etil parametoksinamat sering dipakai sebagai bahan penelitian
karena memiliki manfaat sebagai salah satu bahan dasar sediaan kosmetik yaitu
tabir surya (pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) selain itu juga terdapat
beberapa penelitian yang menyatakan bahwa kencur memiliki aktivitas sebagai
obat asma, anti jamur dan antibakteri(Hudha, et al 2017).
Kontraindikasi
Alergi, kehamilan, gangguan GI kronik. (Permenkes, 2016).
2.2. Senyawa Marker
Senyawa marker adalah satu atau lebih senyawa yang secara alami
terdapat dalam bahan tumbuhan dengan atau tanpa memiliki aktivitas
farmakologi dan dipilih untuk tujuan kontrol kualitas oleh peneliti atau pabrik.
Pemilihan senyawa marker tergantung pada beberapa factor yaitu : stabilitas
senyawa, metode analisis, waktu dan biaya analisis, manfaatnya untuk
identifikasi, relevansi dengan efek terapeutik, indicator kulaitas, dan stablitas
produk. (McCutcheon, 2002).
Senyawa penanda dapat digolongkan menjadi empat yang didasarkan
pada bioaktifitasnya. Empat golongan ini meliputi senyawa aktif, penanda aktif,
penanda analitik dan penanda negatif. Senyawa aktif adalah senyawa yang
diketahui aktifitas secara klinik. Penanda aktif adalah senyawa yang diketahui
aktifitas farmakologi dan khasiatnya, tetapi khasiatnya belum dibuktikan secara
klinis. Penanda analitik adalah senyawa yang dipilih untuk determinasi secara
kuantitatif. Senyawa ini dimungkinkan atau tidak aktifitas biologisnya dan dapat
membantu identifikasi positif dari bahan tanaman atau ekstrak tanaman atau
digunakan untuk tujuan standardisasi. Penanda negatif adalah senyawa yang
memiliki sifat alergi atau toksik atau mengganggu bioavailabilitasnya (Rasheed,
2012).
Idealnya senyawa penanda merupakan senyawa aktif yang bertanggung
jawab terhadap efek farmakologi yang ditimbulkan oleh penggunaan herba yang
bersangkutan. Namun demikian, senyawa khas yang bukan senyawa aktif dapat
pula ditetapkan sebagai penanda. Senyawa penanda merupakan konstituen
kimia dari herba yang telah ditetapkan strukturnya yang digunakan untuk tujuan
control kualitas. Senyawa penanda digunakan manakala konstituen kimia yang
bertanggung jawab terhadap efek terapetik dari tanaman yang bersangkutan
belum diketahui (Rasheed, 2012).
Kandungan senyawa yang terdapat didalam rimpang kencur salah satunya
adalah Etil parametoksisinamat (EPMS) senyawa ini merupakan senyawa yang
paling besar atau yang paling banyak jumlahnya yang ada didalam rimpang
kencur. (Hudha, et al 2017).
2.3. Etil p-Metoksisinamat

Gambar 2.3. Struktur Etil p-Metoksisinamat

Etil p-Metoksisinamat merupakan Salah satu kandungan kimia dari


rimpang kencur. Senyawa tersebut banyak digunakan didalam industri
kosmetika yaitu sebagai bahan dasar senyawa tabir surya (pelindung kulit dari
sengatan sinar matahari) dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur
(Hudha, 2017). Etil p-metoksisinamat merupakan hasil isolasi terbesar metabolit
sekunder rimpang kencur dengan variasi 1,28% - 3% dari berat serbuk rimpang
kering. Etil p-metoksisinamat ini akan mengalami reaksi hidrolisis dalam
suasana basa maupun asam menjadi Asam p-metoksisinamat. Sebenarnya dalam
rimpang kencur sendiri terkandung senyawa Asam p-metoksisinamat tetapi
dalam variasi yang sangat kecil yaitu 0,052% - 0,75% (Barus, 2009).
EPMS termasuk kedalam senyawa ester yang mengandung cincin benzene
dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang
mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat
menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol,
etil asetat, metanol, air dan heksana (Barus, 2009).
EPMS termasuk turunan asam sinamat, dimana asam sinamat adalah
turunan senyawa phenil propanoad. Senyawa-senyawa yang termasuk turunan
sinamat adalah para hidroksi sinamat, 3,4-dihidroksisinamat, dan 3,4,5
trimetoksisinamat. EPMS termasuk kedalam senyawa ester yang mengandung
cincin benzene dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus
karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam
ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi
kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana. Dalam ekstraksi
suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara lain pelarut
dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama
atau mendekati sama (Taufikhurohmah,2008).
2.4. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang
kapsul keras bervaniasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar
(000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran nomor 00
adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Ada juga kapsul
gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE),
yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter. Kapsul
gelatin keras terdiri atas dua bagian, bagian tutup dan induk. Umumnya, ada
lekuk khas pada bagian tutup dan induk, untuk memberikan penutupan yang
baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya diletakkan sepenuhnya, yang
mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan
penanganan. Penutupan sempurna juga dapat dicapai dengan penggabungan
bagian tutup dan induk dengan cara pemanasan langsung atau penggunaan
energy ultrasonik. Kapsul gelatin keras yang diisi dipabrik dapat ditutup secara
sempuma dengan cara dilekatkan, suatu proses dimana lapisan gelatin dioleskan
satu kali atau lebih di seluruh bagian pelekatan bagian tutup dan induk; atau
dengan proses pelekatan menggunakan cairan, yaitu kapsul yang telah diisi
dibasahi dengan air-alkohol yang akan merembes ke dalam rongga bagian
kapsul tutup dan induk yang saling tumpeng tindih, kemudian dikeningkan.
Kapsul cangkang keras terbuat dari pati terdini atas bagian tutup dan induk.
Karena kedua bagian tersebut tidak melekat dengan dengan baik, maka bagian-
bagian tersebut dilekatkan menjadi satu pada saat pengisian, untuk menghindani
pemisahan. Kapsul pati dilekatkan dengan mengoleskan campuran air-alkohol
pada rongga cangkang tutup, segera sebelum dilekatkan ke cangkang induk
(Depkes, 2014).
Pelekatan kapsul gelatin cangkang keras atau pelekatan dengan cairan
pada kapsul pãti cangkang keras meningkatkan keamanan karena kapsul sukar
dibuka tanpa kerusakan nyata dan meningkatkan stabilitas isi kapsul dengan
membatasi masuknya oksigen. Kapsul bercangkang keras yang diisi di pabrik
sering mempunyai warna dan bentuk berbeda atau diberi tanda untuk
mengetahui identitas pabrik. Pada kapsul seperti mi dapat dicantumkan jumlah
zat aktif, kode produk dan lain-lain yang dicetak secara aksial atau radial. Tinta
cetak kualitas farmasi memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai pigmen dan
zat wama yang diizinkan (Depkes, 2014).
Dalam praktek pelayanan resep di apotik, kapsulcangkang keras dapat
diisi dengan tangan; carain imemilih obat tunggal atau campuran dengan
dosistepat yang paling baik bagi setiap pasien. Fleksibilitas ini merupakan
kelebihan kapsul cangkang kerasdibandingkan bentuk sediaan tablet dan
kapsulcangkang lunak. Kapsul cangkang keras biasanyaterbuat dan gelatin
berkekuatan gel relatif tinggi.Berbagai jenis gelatin dapat digunakan, tetapi
gelatindari campuran kulit atau tulang sering digunakanuntuk mengoptimalkan
kejemihan dan kekerasancangkang. Kapsul cangkan keras dapat juga dibuatdari
pati atau bahan lain yang sesuai. Kapsul cangkangkeras dapat juga mengandung
zat warna yangdiizinkan atau zat warna dari berbagai oksida besi,bahan opak
seperti titanium dioksida, bahanpendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa
danpengawet. Biasanya bahan bahan ini mengandung air antaral0%danl5%
(Depkes, 2014).
Kapsul cangkang keras biasanya diisi denganserbuk, butiran atau granul.
Butiran gula inert dapatdilapisi dengan komposisi bahan aktif dan penyalutyang
memberikan profil lepas lambat atau bersifatenterik. Sebagai altematif, bahan
aktif bentuk pellet dan kemudian disalut. Bahan semipadat atau cairan dapat
juga cairan dimasukkan dalam kapsul, salah satu teknik penutupan harus
digunakan untuk mencegahterjadinya kebocoran (Depkes, 2014).
Ukuran cangkang kapsul yang sesuai arus dipilh untuk membentuk
sediaan kapsul penuh. Cangkang kapsul tersedia dalam 8 ukuran berat jenis
campuran akan memenuhi syarat pilihan ukuran kapsul.
No kapsul 000 00 0 1 2 3 4 5

Kandungan (mg) 950 650 450 350 250 200 150 100
Tabel 2.1. Ukuran kapsul

Keuntungan Sediaan Kapsul :


a. Bentuknya menarik dan praktis.
b. Pengisian cepat karena tidak memerlukan bahan tambahan seperti pil dan
tablet.
c. Mudah ditelan cepat hancur / larut dalam pelarut sehingga obat cepat
diabsorbsi.
d. Cangkang kapsul tidak berasa sehinnga dapat menutupi obat yang memiliki
bau dan rasa yang tidak enak.
e. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosisnya yang
berbeda.
Kerugian Sediaan Kapsul :
a. Tidak dapat dibagi-bagi
b. Tidak daat diberikan utuk balita
c. Tidak dapat digunakan zat yang hirgroskopis
d. Tidak dapat digunakan untuk zat yang berinteraksi dengan cangkang kapsul
e. Tidak dapat digunakan untuk bahan yang mudah menguap karena pori pori
kapsul tidak dapat menahan penguapan
2.5. Keseragaman Bobot
Lakukan penetapan kadar zat aktif pada contoh bets yang mewakili
menggunakan metode analisis yang sesuai. Nilai mi disebut hasil A, dinyatakan
dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket (seperti tertera pada
Perhitungan nilai penerimaan) dengan asumsi kadar (bobot zat aktif per bobot
satuan sediaan) homogen. Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan dan
lakukan seperti berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud (Depkes, 2014).
Tablet tidak bersalut atau bersalut selaput Timbang saksama 10 tablet satu
per satu. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen
dan jumlah yang tertera pada etiket dari hasil Penetapan kadar masing-masing
tablet. Hitung nilai penerimaan. Kapsul keras Timbang saksama 10 kapsul satu
per satu, beri identitas masing-masing kapsul. Keluarkan isi masing-masing
kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang saksama tiap cangkang kapsul
kosong, dan hitung bobot bersih dari isi tiap kapsul dengan cara mengurangkan
bobot cangkang kapsul dari masing-masing bobot bruto. Hitung jumlah zat aktif
dalam tiap kapsul dari hasil Penetapan kadarmasing-masing isi kapsul. Hitung
nilai penenimaan (Depkes, 2014).
Kapsul lunak Timbang saksama 10 kapsul utuh satu per satu untuk
memperoleh bobot kapsul, beri identitas tiap kapsul. Kemudian buka kapsul
dengan alat pemotong bersih dan kering yang sesuai seperti gunting atau pisau
tajam, keluarkan isi, dan bilas dengan pelarut yang sesuai. Biarkan sisa pelarut
menguap dari cangkang kapsul pada suhu ruang dalam waktu lebih kurang 30
menit, lindungi terhadap penarikan atau kehilangan kelembaban. Timbang tiap
cangkang kapsul, dan hitung bobot bersih isi kapsul. Hitung jumlah zat aktif
dalam tiap kapsul dan hasil Penetapan kadarmasing-masing isi kapsul. Hitung
nilai penerimaan. Sediaan padat selain tablet dan kapsul Lakukan seperti tertera
pada Kapsul keras. Hitung nilai penerimaan. Sediaan cair Timbang saksama
sejumlah cairan yang dikeluankan dari 10 wadah satu per satu seperti
penggunaan normal. Jika perlu lakukan perhitungan kesetaraan volume setelah
penetapan bobot jenis. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap wadah dari hasil
Penetapan kadar. Hitung nilai penerimaan. Perhitungan nilai penerimaan
Hitung nilai penenimaan seperti pada uji Keseragaman kandungan, kecuali
kandungan masing-masingsatuan diganti denganperkiraan kandungan masing-
masing sebagai berikut (Depkes, 2014):

Tabel 2.2. uji keseragaman kandungan

Gunakan kriteria berikut kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing


monografi (Depkes, 2014).
Sediaan padat dan cair Keseragaman sediaan memenuhi syanat jika nilai
penerimaan 10 unit sediaan pertama tidak kunang atau sama dengan L1%. Jika
nilai penenimaan lebih besar dan L1%, lakukan pengujian pada 20 unit sediaan
tambahan, dan hitung nilai penenimaan. Memenuhi syarat jika nilai penerimaan
akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada satu
unitpun kurang dan [1 - (0,01)(L2)]M atau tidak satu unitpun lebih dan [1 +
(0,01)(L2)]M sepenti tertera pada Perhitungan nilai penerimaan dalam
Keseragamankandungan atau Keragaman bobot. Kecuali dinyatakan lain Li
adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0 (Depkes, 2014).

Tabel 2.3. perhitungan nilai penerimaan dalam


keseragaman kandungan atau keseragaman
bobot
Dosis dan perbandingan zat aktif
Bentuk
Tipe Sub tipe ≥ 25 mg dan ≥ < 25 mg atau
sediaan
25% 25%
Keseragaman Keseragaman
Keras
bobot kandungan
Keseragaman Keseragaman
Kapsul Suspensi, emulsi, atau gel
kandungan kandungan
Lunak
Keseragaman Keseragaman
Larutan
bobot bobot

Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul


sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang
seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul
dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada
kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom
B(Depkes, 1979).

Perbedaan bobot isi kapsul dalam %


Bobot rata-rata isi kapsul
A B

<120 mg ±10% ±20%

Lebih dari 120 mg ±7,5% ±15%


Tabel 2.4. Uji Keseragaman Bobot

2.6. Bahan tambahan


2.6.1. Cab – O sil
Sinonim
Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica; fumed silica; fumed
silicon dioxide; hochdisperses silicum dioxid; SAS; silica colloidalis
anhydrica; silica sol; silicic anhydride; silicon dioxide colloidal; silicon
dioxide fumed; synthetic amorphous silica.
Pemerian
Cab-O-Sil adalah sebuah fumed silica submicroscopic dengan ukuran partikel
15 nm. Cab-O-Sil berwarna putih kebiru-biruan, terang, tidak berbau, tidak
berasa, serbuk amorf tidak berpasir.
Rumus Kimia:
SiO2 (BM = 60.08)
Fungsi
Adsorbent; anticaking agent; emulsion stabilizer; glidant; suspending agent;
tablet disintegrant; thermal stabilizer; viscosity-increasing agent.Cab-O-Sil
digunakan secara luas dalam farmasi, kosmetik dan produk makanan. Cab-O-
Sil memiliki ukuran partikel kecil dan luas area permukaan spesifiknya besar
sehingga memberikan karakter aliran yang diinginkan yang dieskplorasi untuk
memperbaiki aliran serbuk kering pada proses pembuatan tablet. Penggunaan
Cab-O-Sil sebagai :
1) Aerosol = 0,5 – 2,0 %
2) Emulsion = 1,0 – 5,0 %
3) Glidant = 0,1 – 1,0 %
4) Suspending dan thickening agent = 2,0 – 10,0 %
Sifat fisika kimia
pH: 3,5-4,0 (4 % w/v aqueous dispersion), distribusi partikel: 7-16 nm
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan larutan asam, kecuali
hydrofluoric acid. Larut dalam larutan alkali hidroksida panas. Membentuk
dispersi koloidal dalam air.
Stabilitas dan kondisi penyimpanan
Cab-O-Sil higroskopis tetapi mengadsorbsi sejumlah besar air tanpa mencair.
Ketika digunakan dalam sistem aqueous pada pH 0-7.5, Cab-O-Sil dapat
meningkatkan viskositas dari sistem. Tapi pada pH lebih dari 7.5 peningkatan
viskositas Cab-O-Sil akan berkurang dan pada pH lebih dari 10.7 kemampuan
Cab-O-Sil menghilang karena Cab-O-Sil terlarut membentuk silikat.
2.6.2. Avicel
Sinonim
Avicel PH; Cellets; Celex; cellulose gel; hellulosum microcristallinum;
Celphere; Ceolus KG; crystalline cellulose; E460; Emcocel; Ethispheres;
Fibrocel; MCC Sanaq; Pharmacel; Tabulose; Vivapur.
Rumus Kimia
C6H10O5
Fungsi
Adsorbent; suspending agent; capsule diluent; tablet disintegrant.Avicel
digunakan secara luas dalam farmasi, umumnya sebagai binder/diluent pada
tablet oral dan formula kapsul dimana ini digunakan baik dalam granulasi
basah dan proses kempa langsung. Pada penambahannya sebagai
binder/diluent, avicel juga memiliki fungsi sebagai lubrikan dan disintegran
yang berguna dalam tabletasi.
Sifat Fisika Kimia
pH : 5,0-7,5
Densitas : 1,512-1,668 g/cm3
Titik lebur : 260-270oC
Distribusi partikel: 20-200 μm
Kelarutan : mudah larut dalam 5% w/v larutan NaOH, praktis tidak
larut dalam air, asam terlarut, dan sebagian besar pelarut
organik.
Kompatibilitas
Avicel inkompatibel dengan agen oksidator kuat.
2.7.
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1. Pembuatan kapsul ekstrak rimpang kencur


 Kerangka operasional

Tentukan no Hitung berat Ditimbang ekstrak,


cangkang kapsul ekstrak, cab-o-sil cab-o-sil dan
yang akan dan avicel yang avicel
digunakan dibutuhkan

Timbang
Tambahkan Masukkan cab-o-sil dan
campuran
ekstrak, gerus ad avicel ke dalam mortir,
menjadi 4
homogen gerus ad homogen
bagian

Masukkan ke
Masing-masing Bersihkan bagian
dalam cangkang
bagian dibagi luar kapsul,
kapsul, tutup
menjadi 25 kapsul masukkan wadah
kapsul

 Prosedur Operasional
Dibuat 100 kapsul dari bahan ekstrak kencur dengan komposisi senyawa
marker EPMS sebanyak 15 mg/kapsul. Bahan tambahan yang digunakan
yaitu campuran Cab-o-sil dan Avicel pada perbandingan 1:3.

Gambar 3.1. Pembuatan kapsul ekstrak


rimpang kencur
3.2. Evaluasi keseragaman bobot
 Kerangka Operasional

Gambar 3.2. Evaluasi keseragaman bobot

 Prosedur Operasional
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul
sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian
timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung
bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi
tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi
dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak lebih dari 2 kapsul yang
lebih dari yang ditetapkan pada kolom B.
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN
A. Rancangan Formulasi :
 Kadar rata-rata EPMS = 49,93%
100 % x 15 mg = 30,04 mg x 100 kapsul = 3,00 gram
61,72%
 Avicel : cab-o-sil ( 3 : 1)
3
a. Avicel = x (200mg – 30,04 mg)
4
= 127,47 mg/kapsul x 100 kapsul
= 12.747 mg ~12,75 gram
1
b. Cab-o-sil = x (200mg – 30,04 mg)
4
= 42,49 mg/ kapsu x 100 kapsul
= 4.249 mg ~ 4,25 gram

B. Total serbuk teoritis = 200 mg x100 kapsul=20.000 mg ~20 gram


C. Total serbuk yang ditimbang = 19,84 g
D. % kesalahan = Bobot teoritis – Bobot yang ditimbang x 100%
Bobot teoritis
20 gram−19,84 gram
= x 100% = 0,8 %
20 gram

Keseragaman bobot kapsul :


BOBOT
BOBOT ISI %
NO. KAPSUL + ISI KAPSUL (mg)
KAPSUL (g) PENYIMPANGAN
ISI (g)
1. 0,319 0,123 0,196 3,15
2. 0,315 0,132 0,183 3,68
3. 0,310 0,126 0,184 3,15
4. 0,312 0,126 0,186 2,10
5. 0,360 0,151 0,209 10
6. 0,342 0,151 0,213 0,52
7. 0,320 0,125 0,195 2,63
8. 0,328 0,129 0,199 4,74
9. 0,305 0,123 0,184 3,15
10. 0,322 0,127 0,195 2,63
11. 0,308 0,127 0,181 4,74
12. 0,335 0,142 0,193 1,57
13. 0,301 0,130 0,171 10
14. 0,312 0,129 0,183 3,68
15. 0,316 0,123 0,193 1,57
16. 0,361 0,175 0,236 24,21
17. 0,301 0,127 0,174 8,42
18. 0,327 0,132 0,195 2,63
19. 0,306 0,124 0,182 4,21
20. 0,284 0,130 0,154 18,95

 Bobot rata-rata kapsul = 0,190 gram ~ 190 mg


 % Kesalahan setelah dimasukkan kapsul =
Bobot sebelum dimasukkan kapsul – bobot setelah dimasukkan kapsul x 100%
Bobot sebelum dimasukkan kapsul
200 mg – 190 mg x100% = 5,26%
190 mg
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan kapsul ekstrak kencur dan
penetapan kadar senyawa marker EPMS dalam kapsul yang bertujuan untuk
membuat kapsul ekstrak kencur sesuai dengan persyaratan kapsul dan kadar
senyawa marker EPMS dalam kapsul memenuhi standar sehingga dapat
menghasilkan efek terapi saat penggunaanya. Kapul ialah sediaan padat yang
terdiri dari obat dalam cangkang kapsul keras atau lunak yang dapat larut.
Pembuatan sediaan kapsul dengan mempersiapkan bahan-bahan yang
akan digunakan seperti ekstrak kering kencur, avicel dan cab-o-sil. Bahan-bahn
ditimbang kemudian dicampur sampai homogen. Kemudian seluruh serbuk
ditiimbang dengan timbangan miligram diperoleh bobot 19,84 Gram dengan %
kesalahan sebesar 0,08%, lalu dibagi menjadi 2 sama banyak dan tiap bagian
dibagi menjadi 10 bagian secara visual. Dan diperoleh 20 bagian kemudian
dimasukkan ke dalam cangkang kapsul.
Kapsul yang telah berisi serbuk dilakukan pengujian keseragaman
bobot, bertujuan untuk mengetahui bobot tiap kapsul dan rata-ratanya isis kapsul
agar kadar yang didapat sama rata. Keseragman bobot dilakukan dengan
menimbang satu per satu kapsul dan isinya, kemudian menimbang cangkang
kapsul kosong yang telah dikeluarkan isinya. Dicatat dan dihitung % keseragman
bobot yang didapat tiap-tiap kapsul. Hasilrata-rata serbuk pada tiap kapsul yaitu
0,190 gram, denga % kesalahan setelah dimasukkan ke dalam cangkang kapsul
sebesar 5,26% sehingga isi berkurang sekitar 1 ka0psul / ± 200 mg bobot
campuran bahan yang hilang. Hasil yang baik yaitu % kesalahan mendekati 0%,
dimana semakin kecil hasil maka semakin kecil bobot yang hilang.
Bobot campuran/ isi kapsul yang hilang dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu pada saat pencampuran bahan masih ada bahan yang tertinggal
di dalam mortir dan stamper, pada saat mengkosongkan kapsul tidak sepenuhnya
isi kapsul dikeluarkan/ serbuk menempel pada kapsul. Hasil dari keseragman
bobot jika dibandingkan dengan persyaratan bobot rata-rata isi kapsul menurut
farmakope indonesia, diketahui bahwa terdapat 4 kapsul yang menyimpang dari
kolom B yang jauh dari persyaratan. Hal ini dikarenakan kurang homogennya/
tidak ratanya bobot tiap kapsul, jika banyak bobot yang hilang/ kurang maka saat
pengujian penetapan kadar dapat berpengaruh dimana kadar yang diperoleh dapat
lebih rendah dari kadar yang ditetapkan.

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
 % rata-rata EPMS ekstrak kencur pada serbuk = 49,93%
 Rata-rata bobot isi kapsul = 0,190 g/ kapsul
 % kesalahan setelah dimasukkan kapsul = 5,26 % >0% karena
kemungkinan pada saat proses pengisian bahan ke cangkang kapsul banyak
bahan yang terjatuh sehingga ada bobot yang hilang.
 Persentase penyimpangan pada kapsul yang dibuat menunjukkann adanya 4
kapsul yang persen penyimpangannya melebihi batas kolom B. Hal ini
mungkin dikarenakan akibat kurangnya tingkat ketelitian praktikum saat
melakukan pembagian secara visual.
DAFTAR PUSTAKA

Afriastini. 2012. Daftar Jenis Nama Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil p-Metoksi Sinamat yang Diisolasi dari Kencur
(Kaempferia galanga Linn.), Tesis. Medan:Kimia Pasca Sarjana, USU.
Chan, C.C. 2004. Potency Methode Validation di dalam Analytical Methode
Validation and Instrument Perdormance Verification. New Jersey : John Wiley
and Sons Publication Inc
Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia jilid IV. Jakarta: Diktorat
Jendral POM–DepkesRI.
Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Diktorat
Jendral POM–DepkesRI.
Departemen Kesehatan RI. 1987. Analisis Obat Tradisional. Jakarta: Diktorat Jendral
POM–DepkesRI.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia Medika, Jilid.VI. Jakarta: Diktorat Jendral POM–
DepkesRI.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Diktorat Jendral POM–Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Diktorat Jendral
POM–Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Diktorat
Jendral POM–Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Diktorat
Jendral POM–Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Diktorat
Jendral POM–Depkes RI.
Heinrich, Michael., Barnes, Joanne., Gibbons, Simon., Williamso, Elizabeth M. 2004.
Fundamental of Pharmacognosy and Phytotherapi. Hungary: Elsevier
Hudha, Mohammad Istnaeny, Elvianto Dwi Daryon, Muyassaroh (2017) Minyak
Kencur Dari Rimpang Kencur Dengan Variabel Jumlah Pelarut Dan Waktu
Maserasi. Jurnal Teknik Kimia
Lely, N., dan Rahmanisah, D., 2017. Uji Daya Hambat Minyak Atsiri Rimpang
Kencur (Kaemferia galangal L) Terhadap Trichophyton Mentagrophytes dan
Trichophyton Rubrum. Jurnal Penelitian Sains.
Maryanto, ibnu dkk. 2013. Bioresource Untuk Pembangunan Ekonomi Hijau.
Jakarta: LIPI Press
Mccutcheon, J. And D.Samples.2002. Grazing Corn Residues.Extension Fact
Sheet.Ohio State University Extension. US.
Menteri Kesehatan RI. 2016. Formularioum Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta:
Menteri Kesehatan RI.
Nugroho, Ignatius Adi. 2010. Implementasi Program Pengelolahan Dan Konservasi
Sumber Daya Genetik Hutan Di Tingkat Nasional. APFORGE edisi 2
Ramadhan, Aditya. 2015. Uji Antibakteri Senyawa-Senyawa Hasil Modifikasi
Struktur Etil p-Metoksisinamat melalui Reaksi Esterifikasi terhadap Bakteri
Gram Negatif dan Gram Positif.Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rasheed, N.M.A et al. 2012. Chemical marker compounds and their essential role in
quality control of tradisionalmedicines. Institute of Chemical Technology
Tarnaka. India.
Saifuddin, A. dkk. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Graha Ilmu : Yogyakarta
Shetu,Hosne Jahan. Kaniz Taskina Trisha, Shishir Ahmed Sikta, Raihanatul Anwar,
Sadman Sakib Bin Rashed (2018). Pharmacological importance of Kaempferia
galanga (Zingiberaceae). International Journal of Research in Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences Volume 3; Issue 3; May 2018.
Sunardi. 2005. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumentasi. Depok :
Universitas Indonesia
Taufikurohmah. T. Rusmini. Nurhayati.2008. Pemilihan Pelarut Optimasi Suhu Pada
Isolasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS) Dari Rimpang Kencur
Sebagai Bahan Tabir Surya Pada Industri Kosmetik.
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi.Farmasi Edisi Ke-5. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Press
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Alih Bahasa Drs. Soendani
Noerono Soewandhi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Winarsa, Hendra. 2019. Strategi Pengembangan Jamu Kemasan di Indonesia.
Universitas Pamulang: Jurnal MADANI
Wulandari, Lstyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember : PT Taman Kampus.
Presindo
Yoangsoi, B., Jintasataporn, O., Areech, N., dan Tabthipwn, P. 2008. Validated TLC-
densitometrc analysis for determination of carotenoidds infancy carp (Cyprinus
carpio) serum and the application forpharmacokinetic parameter assessment.
Songklanakarin J.Sci. Technol. 3 (6), 693-700

Anda mungkin juga menyukai