Anda di halaman 1dari 14

KOMPONEN DESAIN ARSITEKTURAL APARTEMEN DI BALI

BERDASARKAN PENDEKATAN REGIONALISME KRITIS


(Objek Studi: Apartemen Di Kawasan Seminyak, Kuta)

Hana Maliantha Gunawan


Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia
Email: hanamalianthagunawan@gmail.com

Abstrak
Bangunan seharusnya dirancang sesuai dengan kehidupan masyarakat setempat. Kemunculan
bangunan bertingkat sebagai salah satu solusi untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan
menyebabkan terbentuknya International Style dimana bangunan tidak lagi mengindahkan
karakteristik tempat ia dibangun. Menurut teori Regionalisme Kritis, unsur kontemporer seharusnya
diintegrasikan dengan unsur tradisional. Bali sebagai salah satu kawasan di Indonesia dengan
kebudayaan yang kaya dianggap pantas untuk menerapkan teori tersebut. Bangunan bertingkat yang
dipilih adalah apartemen, yang saat ini terlihat fenomena pembangunannya di Bali, serta merupakan
bangunan dengan fungsi permukiman yang dekat dengan aktivitas penduduk sehingga berkaitan erat
dengan kebudayaan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan sejauh mana unsur
lokal dan unsur kontemporer telah diterapkan pada bangunan apartemen yang telah didirikan di daerah
Bali berdasarkan teori Regionalisme Kritis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
menggunakan prinsip Regionalisme Kritis oleh Ken Yeang berupa pendekatan Hubungan Fungsional
untuk menganalisis kasus studi. Terdapat empat langkah pendekatan tersebut, yaitu Koneksi Langsung,
Koneksi Tidak Langsung, Koneksi Inklusif Kontemporer, dan Koneksi Lingkungan. Pada hasil
penelitian terlihat bahwa pada kasus studi terdapat kekurangan dalam penerapan prinsip Regionalisme
Kritis pada prinsip bentuk bangunan, penggunaan konsep tradisional, ketersediaan fasilitas, dan
penanganan terhadap kondisi lingkungan.

Kata kunci: regionalisme kritis, bali, apartemen, lokal, kontemporer

Abstract

Title: Apartment Architectural Design Components in Bali Based On Critical Regionalism


Approach

A building is supposed to be designed suitable for the community’s life. The emergence of
multistoreyed building as a solution over limited usable land has caused the practice of International
Style where a building no longer regards the characteristics of place where they are built. According
to the theory of Critical Regionalism, there should be appropriate integration between local and
contemporary factors. Bali as one of many region in Indonesia with abundance of culture is seen as a
suitable place to applicate this theory. The type of multistoreyed building chosen was apartment,
which is becoming a prevalent phenomenon in the mentioned region, and also as a settlement building
type it is seen as the closest type to inhabitant’s activity thus has a close connection with the
community’s culture. The research is made to discover how far has the local and contemporary
factors been applied to apartments build in Bali according to the theory of Critical Regionalism. This
research utilizes qualitative method through the use of Critical Regionalism principles from Ken
Yeang in the form of Functional Connection to analyze the case study. There are four steps of said
principle, Direct Connection, Indirect Connection, Inclusive Contemporary Connection, and

117
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. I, Nomor 2, Juni 2017
ISSN 2541-0598

Landscape Connection. At the result of this research, it was found that there was a lack in application
of Critical Regionalism principles particularly in principles of building form, the usage of traditional
concepts, facilities availability, and treatment towards environtment.

Keywords: critical regionalism, bali, apartment, local, contemporary

Pendahuluan dengan tradisi setempat agar sesuai


dengan kehidupan masyarakat setempat.
Minette de Silva, salah seorang Fenomena pembangunan vertikal dapat
kontributor dalam prinsip Regionalisme terlihat di berbagai kawasan di
Kritis, menyebutkan bahwa sebuah Indonesia. Bali, salah satu kawasan di
bangunan ada untuk disesuaikan dengan Indonesia yang memiliki kebudayaan
kehidupan setiap manusia, sehingga yang kaya, juga tidak terlepas dari
penting untuk menyerap arsitektur fenomena pembangunan vertikal.
kontemporer yang dikembangkan dari Kebudayaan masyarakat Bali yang
dunia modern di barat sekaligus menjaga beragama Hindu tercermin pada kegiatan
bentuk-bentuk terbaik dari tradisi masyarakat, lingkungan sosial, serta
setempat (Lefaivre, 2012). Regionalisme bentuk arsitekturnya, terutama pada
Kritis merupakan gerakan yang muncul bangunan rumah tradisional dan tempat
pada abad ke-19 yang mengkritik desain ibadahnya. Konsep dan bentuk bangunan
arsitektur yang mencerminkan rumah tradisional masyarakat Bali
International Style karena dinilai tidak didasarkan pada metafisika untuk
mengindahkan ciri-ciri lingkungan, menjaga keharmonisan antara manusia
individualitas sosial, dan ciri khas dengan lingkungan sekitarnya. Penataan
kebudayaan pada tempat dimana desain orientasi dan bentuk bangunan rumah di
tersebut dibangun. International Style Bali mengikuti konsep tradisional seperti
merupakan gaya yang muncul mengikuti tri angga, nawa sanga, pempatan agung,
dimulainya masa Revolusi Industri dan sebagainya (I Nyoman Gelebet,
dimana pembangunan vertikal berupa 1985). Konsep penataan ini juga terdapat
kantor, hotel, dan apartemen mulai pada peraturan daerah setempat sebagai
dikenal. Pembangunan vertikal adalah dasar persyaratan bangunan arsitektur di
salah satu solusi yang diberikan untuk Bali. Di masa kini dimana terlihat
mengatasi permasalahan yang pembangunan vertikal, khususnya
ditimbulkan oleh keterbatasan lahan. bangunan dengan fungsi permukiman
International Style muncul karena yang berkaitan erat dengan aktivitas
persepsi fungsionalisme yang berlebihan sehari-hari manusia yaitu apartemen,
oleh para arsitek di masa tersebut dipertanyakan apakah bangunan tersebut
(Hitchcock, 1997). sudah memenuhi persyaratan tersebut.
Di Indonesia juga terlihat pembangunan Dalam permasalahan penelitian ini,
vertikal. Di kawasan yang memiliki terdapat apartemen sebagai unsur
tradisi yang kaya seperti Indonesia, kontemporer yang mencerminkan
menurut pandangan Regionalisme Kritis, fenomena pembangunan di masa kini
bangunan setempat seharusnya dan kebudayaan masyarakat Bali sebagai
menggabungkan unsur kontemporer unsur tradisional yang masih berjalan

118
Hana Maliantha Gunawan, Komponen Desain Arsitektural Apartemen Di Bali
Berdasarkan Pendekatan Regionalisme

hingga sekarang. Regionalisme Kritis lapangan yang diambil dari studi kasus
digunakan karena teori ini berusaha berupa pengamatan langsung, foto, dan
untuk mengintegrasikan unsur gambar kerja.
kontemporer dengan unsur tradisional. Pada studi literatur didapatkan bahwa
Pengamatan pada kasus studi salah satu metode perancangan yang
menggunakan teori Hubungan sesuai dengan prinsip Regionalisme
Fungsional (Ken Yeang, 1987), dimana Kritis adalah berupa Hubungan
prinsip bentuk arsitektur tradisional, Fungsional (Ken Yeang, 1987). Pertama,
konsep dasar arsitektur tradisional, Koneksi Langsung, yaitu proses
elemen desain kontemporer, dan mengadaptasi dan mengembangkan
karakteristik lingkungan sekitar bentuk, pola, dan estetika arsitektur yang
diperhitungkan. Diharapkan masing- sudah ada di dalam arsitektur tradisional
masing bagian dari Hubungan setempat. Kedua, Koneksi Tidak
Fungsional dapat dijabarkan melalui Langsung, yaitu proses adaptasi prinsip-
komponen desain arsitektural pada kasus prinsip budaya setempat. Ketiga,
studi sehingga ditemukan sejauh mana Koneksi Inklusif Kontemporer, yaitu
unsur lokal dan unsur kontemporer telah menggabungkan teknologi, material, ide
diterapkan pada bangunan apartemen atau konsep, dan bentuk arsitektur
yang telah didirikan di daerah Bali kontemporer yang dapat dilokalisasikan
berdasarkan teori Regionalisme Kritis untuk memenuhi kebutuhan bangunan.
agar berikutnya dapat menjadi salah satu Terakhir adalah Koneksi Lingkungan,
inspirasi dalam mendesain bangunan di dimana arsitek memperhitungkan
kawasan yang memiliki kebudayaan karakteristik lingkungan sekitar seperti
yang kaya yang mengikuti konteks iklim, landscape, topografi, vegetasi,
tempatnya dibangun. dan ekologi setempat.
Dalam penelitian ini, unsur tradisional
yang menjadi pedoman adalah konsep
Metode Penelitian dan bentuk arsitektur tradisional Bali.
Konsep arsitektur tradisional Bali
Penelitian ini menggunakan metode dipengaruhi oleh kosmologi yang
kualitatif dengan cara mengamati dan memandang microcosm sebagai refleksi
menilai kasus studi dengan pandangan dari macrocosm. Masyarakat setempat
subjektif. Penelitian kualitatif ini bergantung pada orientasi ruang tertentu
digunakan untuk menemukan kesesuaian dan ritual-ritual untuk menjaga
apartemen yang telah didirikan di keharmonisan antara kehidupan mereka
kawasan Seminyak, Kuta, Bali dengan dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini
konteks tempat apartemen tersebut terlihat pada konsep tata ruang seperti tri
dibangun. Penelitian ini dilaksanakan angga, nawa sanga, dan pempatan
pertama melalui studi literatur berupa agung. Rumah tradisional Bali terdiri
teori Regionalisme Kritis (Ken Yeang, atas kumpulan paviliun tersusun di
1987), konsep dan bentuk Arsitektur dalam ruang berdinding yang disebut
Tradisional Bali (I Nyoman Gelebet, pekarangan. Bentuk paviliun tersebut
1985), dan teori proses perancangan terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
apartemen (John Mascai, 1976), kepala, badan, dan kaki (I Nyoman
kemudian melalui pengumpulan data Gelebet, 1985). Unsur modern atau

119
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. I, Nomor 2, Juni 2017
ISSN 2541-0598

kontemporer yang menjadi perhatian keamanan dan mekanikal. Selain itu juga
pada penelitian ini adalah apartemen. dibutuhkan pengumpulan data lokasi
Apartemen merupakan salah satu bentuk yang terdiri atas karakteristik permukaan
hunian berupa bangunan dengan tiga tanah, utilitas, iklim, faktor bencana,
atau lebih unit hunian. Desain apartemen kemacetan, fasilitas sekitar, dan kondisi
yang baik adalah yang dilahirkan visual.
melalui program data yang spesifik, Pemahaman akan faktor-faktor yang
sehingga bangunan yang diciptakan telah disebutkan kemudian digunakan
sesuai dengan kondisi lingkungan dan dalam analisis pada data berupa
sosial dimana bangunan tersebut berdiri pengamatan langsung.
(John Mascai, 1976). Dalam
mengumpulkan data terdapat faktor-
faktor yang dibagi dalam beberapa
kategori, yaitu unit hunian, bangunan,
servis, gudang, ruang rekreasi, serta

Gambar 1. Kerangka penelitian


Sumber: Hasil Analisis, 2016

120
Hana Maliantha Gunawan, Komponen Desain Arsitektural Apartemen Di Bali
Berdasarkan Pendekatan Regionalisme

Kasus Studi unit menghadap ke arah barat dan timur.


Denah bangunan ini berbentuk persegi
Bangunan yang dijadikan objek panjang dengan area void di tengah
penelitian adalah De Lagoon Residence seperti sistem courtyard. Bangunan ini
dan Clio Apartment. Kedua bangunan terdiri atas lima lantai. Di tiap lantai
tersebut dipilih karena berada di terdapat 34 unit. Setiap unit memiliki
kawasan Seminyak, Kuta yang balkon, dan memiliki view ke arah
merupakan kawasan yang menjadi kolam renang dan taman yang terletak di
perhatian pada penelitian ini. tengah tapak. Bangunan ini memiliki
dua elevator dan empat tangga darurat.
1. De Lagoon Residence Seluruh fasilitas pendukung berupa
De Lagoon Residence merupakan kolam renang, cafe, restoran, ruang
bangunan apartemen yang terdiri atas duduk, dan gym, serta area servis
lima lantai. Fasilitas pendukung berada terletak di lantai dasar.
pada lantai dasar bangunan. Unit yang De Lagoon Residence dibangun di jalan
terletak pada lantai satu sampai dengan Dewi Saraswati 3 yang memiliki lebar
lantai tiga dikelola sebagai hotel. Unit tiga meter. Akses menuju apartemen ini
yang terletak pada lantai empat dan lima dicapai melalui jalan Sunset Road dan
dikelola sebagai apartemen. jalan Kunti II. Lahan parkir untuk
penghuni dan pengunjung apartemen
disediakan di lahan terbuka. Jumlah unit
yang tersedia masing-masing lantai
adalah 34 unit, dibagi menjadi 24 unit
studio, 8 unit dua kamar, dan 2 unit tiga
kamar. Unit 3 kamar terletak di bagian
utara bangunan, sementara unit studio
dan unit dua kamar terletak di bagian
timur dan barat. Setiap unit terdiri atas
ruang tidur, ruang duduk, pantry, kamar
tidur, dan balkon.

Gambar 2. Foto dan denah arsitektural De


Lagoon Residesnce Gambar 3. Ruang tidur pada unit De Lagoon
Sumber: www.delagoonbali.com, 2016 Residesnce
Sumber: www.delagoonbali.com, 2016
Apartemen ini dirancang dengan axis
utara selatan, sehingga sebagian besar

121
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. I, Nomor 2, Juni 2017
ISSN 2541-0598

2. Clio Apartment
Clio Apartment merupakan bangunan
apartemen yang terdiri atas tiga lantai.
Seluruh bangunan ini berfungsi sebagai
apartemen. Apartemen ini tidak
memiliki fasilitas pendukung.

Gambar 4. Unit satu kamar De Lagoon


Residesnce
Sumber: www.delagoonbali.com, 2016

Gambar 7. Foto exterior dan interior Clio


apartment
Sumber: www.cliobali, 2016

Gambar 5. Unit dua kamar De Lagoon Denah bangunan ini berbentuk U,


Residesnce dengan taman di area tengah denah.
Sumber: www.delagoonbali.com, 2016 Sebagian besar unit menghadap ke arah
timur dan barat. Apartemen ini
merupakan apartemen skala kecil,
dengan jumlah total unit hanya sebanyak
14 unit. Setiap unit merupakan unit satu
kamar, terdiri atas enam jenis dengan
perbedaan pada luas dan jenis ruangan.
Terletak di jalan Raya Seminyak, Gang
Mangga, yang memiliki lebar sepanjang
tiga meter. Akses menuju apartemen ini
dicapai dengan melalui jalan Raya
Gambar 6. Unit tiga kamar De Lagoon Seminyak atau melalui jalan Kunti.
Residesnce Lahan parkir untuk pengunjung atau
Sumber: www.delagoonbali.com, 2016

122
Hana Maliantha Gunawan, Komponen Desain Arsitektural Apartemen Di Bali
Berdasarkan Pendekatan Regionalisme

penghuni apartemen berada pada lahan


terbuka di depan bangunan.

Gambar 11. Unit loft 2 Clio apartment


Sumber: www.cliobali, 2016

Gambar 8. Unit single dan twin Clio


apartment
Sumber: www.cliobali, 2016

Gambar 12. Unit loft 3 Clio apartment


Sumber: www.cliobali, 2016

Gambar 9. Unit deluxe Clio apartment


Sumber: www.cliobali, 2016

Gambar 12. Unit loft 3 Clio apartment


Sumber: www.cliobali, 2016

Analisis terhadap data yang telah


didapatkan dilakukan sehingga
ditemukan apakah kasus studi yang
diamati sudah sesuai dengan
Gambar 10. Unit loft 1 Clio apartment Regionalisme Kritis melalui keempat
Sumber: www.cliobali, 2016 Hubungan Fungsional yang telah
dijelaskan sebelumnya. Dari data
tersebut kemudian dapat disimpulkan
kekurangan pada apartemen yang berada
di kawasan yang diamati.

123
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. I, Nomor 2, Juni 2017
ISSN 2541-0598

Hasil dan Pembahasan


1. De Lagoon Residence
a. Koneksi langsung

Batas Ketinggian Bangunan

15

(Perda Bali no.5 2005)


Memenuhi syarat, bangunan terdiri atas lima lantai, masing-
masing dengan ketinggian 3 meter.
Susunan dan Proporsi
Bagian-Bagian Bangunan Kepala

Badan

(Perda Bali no.5 2005)


Pembagian elemen bangunan jelas, kepala dan badan bangunan.
Prinsip Bentuk Kepala
Bangunan Limas dan
Pelana

(Perda Bali no.5 2005)

Bangunan ini menggunakan bentuk atap campuran limas dan


pelana, keduanya serupa dengan prinsip bentuk kepala bangunan
Bali.

Tabel 1. Koneksi langsung pada De Laggon Residence


Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dilihat dari prinsip bentuk bangunan sesuai dengan prinsip karena hampir
tradisional Bali, pada susunan bagian tidak memiliki perbedaan ketinggian
bangunan, terlihat bahwa susunan bagian dengan tanah. Bangunan ini tidak
bangunan pada apartemen ini telah menggunakan sistem pekarangan dengan
sesuai dengan prinsip, terutama pada susunan paviliun dan tidak
atap bangunan yang menggunakan menggunakan bentuk elemen arsitektur
campuran bentuk pelana dan limas, akan tradisional Bali.
tetapi terdapat kekurangan pada kaki
bangunan. Kaki bangunan tidak terlihat

124
Hana Maliantha Gunawan, Komponen Desain Arsitektural Apartemen Di Bali
Berdasarkan Pendekatan Regionalisme

b. Koneksi tidak langsung pada De Lagoon Residence

Jenis Kegiatan Privat -Terdiri atas Ruang Tidur, Dapur, dan Ruang Terbuka
Unit apartemen ini menyediakan kebutuhan dasar ruang
seperti yang telah disebutkan di atas, ditambah dengan
Kamar Mandi.
Jenis Kegiatan Publik -Tempat Pertunjukan atau Olahraga
-Ruang Duduk (Kegiatan Sosial)
Apartemen ini menyediakan kolam renang untuk kegiatan
olahraga, dan ruang duduk dengan restoran dan cafe
untuk menampung kegiatan sosial.
Pempatan Agung

Kelompok hunian, secara tradisional


Hunian dibagi menjadi empat bagian, dengan ruang
berupa desa, memakai sistem
terbuka yang terletak di tengah.
Pempatan Agung yang membagi
kelompok hunian menjadi empat
bagian, dengan Alun-alun terletak di
tengah. (I Nyoman Gelebet, 1985)

Tabel 2. Koneksi tidak langsung pada De Laggon Residence


Sumber: Hasil Analisis, 2016

Hubungan Fungsional ini dianalisis khusus untuk musyawarah, ibadah,


berdasarkan konsep dasar arsitektur perdagangan, dan ruang serbaguna. Dari
daerah setempat. Dalam Arsitektur hasil analisis juga tidak ditemukan
Tradisional Bali, hal yang paling penggunaan konsep tri angga dan nawa
mempengaruhi bentuk arsitektur adalah sanga pada unit hunian. Sedangkan
jenis kegiatan dan organisasi ruang. untuk konsep pempatan agung,
Organisasi ruang pada Arsitektur bangunan ini mengadaptasi ide yang
Tradisional Bali dapat diterapkan serupa dengan konsep tersebut dengan
melalui tata nilai ruang tri angga, nawa memiliki ruang terbuka di tengah tapak,
sanga, dan pempatan agung. dikelilingi oleh unit hunian. Akan tetapi
Tidak terlihat ruang yang fungsinya jalur sirkulasi pada bangunan ini masih
khusus untuk menunjang kegiatan tidak sesuai dengan pempatan agung.
ibadah pada faktor jenis kegiatan privat
dan tidak terlihat ruang yang fungsinya

125
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. I, Nomor 2, Juni 2017
ISSN 2541-0598

c. Koneksi inklusif kontemporer

Elemen kontemporer yang service, storage, kebutuhan rekreasi dan


dipertimbangkan pada kasus ini adalah sosial, serta mekanikal. (John Mascai,
apartemen. Secara umum elemen desain 1976)
apartemen dibagi menjadi unit hunian,

Unit Hunian Variasi Jenis Unit, Dimensi, dan Jenis Ruang sesuai dengan standar.
- Mix (Variasi jenis Unit) Kekurangan terletak pada beberapa dimensi ruang yang tidak
- Dimensi Unit memenuhi kebutuhan.
- Jenis Ruang
- Dimensi Ruang
Service - Parkir untuk pengunjung berada di luar bangunan
- Parkir - Kekurangan terletak pada tidak adanya ketersediaan laundry dan
- Laundry letak area loading yang sama dengan drop off.
- Loading Area
Storage Tidak disediakan gudang untuk penghuni apartemen.
Rekreasi dan Sosial - Rekreasi Dewasa = Taman, Spa, Kolam Renang
- Rekreasi Campuran = Cafe, Restoran, Ruang Duduk
- Rekreasi Anak = Kolam Renang Anak
Mekanikal - Ventilasi dapur dan kamar mandi menggunakan exhaust fan.
- Ventilasi - Disediakan pendingin ruangan bertipe single.
- Air Conditioning - Susunan kamar mandi unit menunjukkan efisiensi plumbing dan
- Plumbing mempermudah maintenance.

Tabel 3. Koneksi inklusif kontemporer pada De Laggon Residence


Sumber: Hasil Analisis, 2016

d. Koneksi lingkungan
Iklim -Bangunan menggunakan atap pelana dan perisai yang sesuai untuk
area dengan curah hujan relatif tinggi.
-Orientasi bangunan sebagian besar ke arah timur dan barat. Pada
iklim tropis, arah ini menyebabkan masuknya cahaya matahari yang
berlebihan.
Kemacetan -Bangunan terletak pada tapak yang jauh dari jalan utama, dengan
lebar jalan kurang lebih 3 meter, sehingga dapat menyebabkan
kesulitan akses.
Tabel 4. Koneksi lingkungan pada De Laggon Residence
Sumber: Hasil Analisis, 2016

2. Clio Apartment
a. Koneksi langsung
Batas Ketinggian Bangunan
9m

(Perda Bali no.5 2005) Memenuhi syarat, bangunan terdiri atas tiga lantai, masing-masing
dengan ketinggian 3 meter.
Tabel 5. Koneksi langsung pada Clio
Apartment
Sumber: Hasil Analisis, 2016

126
Hana Maliantha Gunawan, Komponen Desain Arsitektural Apartemen Di Bali
Berdasarkan Pendekatan Regionalisme

Bentuk badan bangunan Clio Apartment elemen arsitektur tradisional Bali. Satu-
tidak menunjukkan elemen kepala dan satunya prinsip arsitektur yang sesuai
kaki bangunan yang sesuai dengan dengan ketentuan daerah yang terlihat
prinsip bentuk Arsitektur Tradisional pada bentuk bangunan adalah batas
Bali. Bangunan ini tidak menggunakan ketinggian bangunan.
sistem pekarangan dengan susunan
paviliun dan tidak menggunakan bentuk

b. Koneksi tidak langsung

Jenis Kegiatan Privat -Ruang Tidur


-Ruang Duduk
-Dapur
Apartemen ini menyediakan ruang yang telah disebutkan di
atas, ditambah dengan Kamar Mandi.
Jenis Kegiatan Publik -Ruang Duduk (Kegiatan Sosial)
Pempatan Agung

Kelompok hunian, secara tradisional


berupa desa, memakai sistem - Jalur sirkulasi juga terdapat di tengah tapak membelah
Pempatan Agung yang membagi deretan unit di sisi timur dan barat.
kelompok hunian menjadi empat - Ruang terbuka terdapat di tengah tapak memisahkan
bagian, dengan Alun-alun terletak di deretan unit di timur dan barat seperti pada sistem
tengah. (I Nyoman Gelebet, 1985) Pempatan Agung.

Tabel 6. Koneksi tidak langsung pada Clio Apartment


Sumber: Hasil Analisis, 2016

Tidak disediakan ruang yang fungsinya penggunaan konsep tri angga dan nawa
khusus untuk kegiatan ibadah pada unit sanga pada unit hunian. Akan tetapi
hunian. Area terbuka pada bangunan ini bangunan ini memiliki tata ruang yang
hanya disediakan untuk beberapa unit. mirip dengan pempatan agung, dengan
Tidak tersedia ruang untuk kegiatan area terbuka di tengah tapak dan jalur
olahraga, musyawarah, perdagangan, sirkulasi yang menyeberanginya.
dan ruang serbaguna. Tidak ditemukan

127
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. I, Nomor 2, Juni 2017
ISSN 2541-0598

c. Koneksi inklusif kontemporer

Unit Hunian Dimensi, dan Jenis Ruang sesuai dengan standar. Kekurangan
- Mix (Variasi jenis Unit) terletak pada beberapa dimensi ruang yang tidak memenuhi
- Dimensi Unit kebutuhan dan tidak disediakannya unit dengan jumlah kamar tidur
- Jenis Ruang lebih dari satu.
- Dimensi Ruang
Service - Parkir untuk pengunjung berada di luar bangunan
- Parkir - Kekurangan terletak pada tidak adanya ketersediaan laundry dan
- Laundry letak area loading yang sama dengan drop off.
- Loading Area
Storage Tidak disediakan gudang untuk penghuni apartemen.
Rekreasi dan Sosial Taman dan Ruang Duduk
Mekanikal - Ventilasi alami.
- Ventilasi - Disediakan pendingin ruangan bertipe single.
- Air Conditioning - Susunan kamar mandi unit menunjukkan efisiensi plumbing dan
- Plumbing mempermudah maintenance pada lantai dasar.

Tabel 7. Koneksi inklusif kontemporer pada Clio Apartment


Sumber: Hasil Analisis, 2016

d. Koneksi lingkungan

Iklim -Bangunan menggunakan atap datar yang tidak sesuai untuk area
dengan curah hujan relatif tinggi.
-Orientasi bangunan sebagian besar ke arah timur dan barat. Pada
iklim tropis, arah ini menyebabkan masuknya cahaya matahari yang
berlebihan.
Kemacetan -Bangunan terletak pada tapak yang yang sulit diakses dengan
kendaraan bermotor, karena kondisi lebar jalan.

Tabel 8. Koneksi lingkungan pada Clio Apartment


Sumber: Hasil Analisis, 2016

Kesimpulan paviliun. Konsep penataan ruang juga


tidak sesuai dengan konsep tata ruang
Dari hasil analisis ditemukan bahwa yang digunakan oleh masyarakat
pada objek De Lagoon Residence setempat. Terdapat kekurangan pada
terlihat lebih banyak komponen desain ketersediaan fasilitas, kesulitan akses
yang sesuai dengan Hubungan untuk kendaraan bermotor, serta
Fungsional dibandingkan dengan Clio kerugian yang ditimbulkan oleh orientasi
Apartment. Akan tetapi ditemukan pula bangunan pada kondisi thermal.
bahwa pada kasus studi masih terdapat
kekurangan pada keempat Hubungan
Fungsional. Kekurangan dari bentuk Daftar Pustaka
bangunan terdapat pada prinsip bentuk
bangunan yang tidak sesuai dengan Gelebet, I Nyoman. (1985). Arsitektur
proporsi arsitektur tradisional Bali dan Tradisional Daerah Bali, Indonesia:
tidak adanya penggunaan susunan Departemen Pendidikan dan

128
Hana Maliantha Gunawan, Komponen Desain Arsitektural Apartemen Di Bali
Berdasarkan Pendekatan Regionalisme

Kebudayaan Proyek Inventarisasi


dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah.
Hitchcock, Henry-Russell & Johnson,
Philip. (1997). The International
Style. W.W. Norton & Company,
United States of America.
Lefaivre, Liane & Tzonis, Alexander.
(2012). Architecture of Regionalism
In the Age of Globalization: Peaks
and Valleys in the Flat World.
Routledge, Great Britain.
Macsai, John & Holland, Eugene P. &
Nachman, Harry S. & Yacker, Julius
Y. (1976). Housing. John Wiley &
Sons, Inc. United States of America
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5
Tahun 2005 Tentang Persyaratan
Arsitektur Bangunan Gedung
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Esa.
Yeang, Ken. (1987). Tropical Urban
Regionalism: Building in a South
East Asian City. Concept Media
Pte.Ltd. Singapore.

129
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. I, Nomor 2, Juni 2017
ISSN 2541-0598

130

Anda mungkin juga menyukai