Anda di halaman 1dari 12

1.

Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2015), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang

bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Artinya apabila suatu instrumen tersebut dikenakan

pada sejumlah subjek yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan tetap sama

atau relatif sama. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas

instrumen angket gaya belajar adalah rumus Alpha Cronbach, yaitu:

2
∑ σb
r 11 = [ ][k
k −1
1−
σ t2 ]
2
2 (∑ X )
Dengan Varian σ t=¿ ∑X − n
n

Keterangan:

r 11 : Koefisien reliabilitas

k : Banyak butir soal/pernyataan

∑ σ b2 : Jumlah varians skor butir

σ t2 : Varians total

X : Skor tiap butir soal

n : Banyak siswa

Pengujian reliabilitas instrumen penelitian menggunakan aplikasi IBM SPSS

Statistic 21. Penentuan reliabilitas instrumen dilakukan dengan membandingkan

nilai r 11 hasil perhitungan dari rumus Alpha Cronbach dengan harga r tabel yang

mengambil nilai α = 0,05 = 5%. Apabila r 11 > r tabel , maka butir soal/pernyataan

tersebut reliabel. Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas suatu instrumen

digunakan kategori sebagai berikut:


Tabel 3.1 Kriteria Koefisien Korelasi Alpha (r11) Terhadap Reliabilitas

Interval nilai r 11 Interpretasi


0,800 ≤ r 11 ≤ 1,000 Reliabilitas Sangat Tinggi
0,600 ≤ r 11 ≤ 0,799 Reliabilitas Tinggi
0,400 ≤ r 11 ≤ 0,599 Reliabilitas Cukup
0,200 ≤ r 11 ≤ 0,399 Reliabilitas Rendah
0,000 ≤ r 11 ≤ 0,199 Reliabilitas Sangat Rendah
Sumber: (Hadi, 1999 dalam Prayitno, 2019)

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas angket adalah korelasi

Product Moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Karl Pearson,

sebagai berikut:

N ( ∑ XY ) −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
2 2
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara skor butir soal/item pernyataan X dan total skor Y

∑X : Jumlah skor butir soal/skor item pernyataan

∑Y : Total skor

N : Banyak siswa

Pengujian dilakukan menggunakan bantuan aplikasi IBM SPSS Statistic 21.

Untuk memberikan penafsiran terhadap harga rxy, digunakan tabel r product

moment dengan taraf signifikansi 5% dan jika rxy > rtabel maka instrumen tersebut

dapat dikatakan valid.

Interpensi mengenai besarnya koefisien kolerasi yang menunjukan nilai

validitas ditunjukan oleh tabel berikut :

Tabel 2. Kriteria Koefiesien Korelasi Validitas Instrumen

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas


0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Sedang
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
(Arikunto, 2012 dalam Prayitno, 2019)

Adapun pelaksanaan uji coba dilakukan diluar subjek penelitian. Berikut

langkah-langkah analisis hasil uji coba, yaitu

2. Transformasi Data Ordinal ke Interval

Transformasi data ordinal ke interval perlu dilakukan dalam penelitian ini

karena data yang dihasilkan dari pemberian angket gaya belajar berskala ordinal.

Metode yang digunakan untuk mentransformasi data ordinal ke interval adalah

dengan MSI (Metode Succesive Interval). Langkah-langkah transformasi data

ordinal ke interval dengan metode MSI adalah sebagai berikut.

a. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan.

b. Pada setiap butir, menentukan jumlah orang yang mendapat skor 1,2,3, dan 4;

yang disebut sebagai frekuensi.

c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut

proporsi.

d. Menentukan nilai proporsi kumulatif dengan menjumlahkan nilai proporsi

secara berurutan.

e. Menggunakan tabel distribusi normal, menghitung nilai Z untuk setiap

proporsi kumulatif yang diperoleh.

f. Menentukan nilai tinggi densitas untuk nilai Z yang diperoleh (dengan

menggunakan tabel tinggi densitas).


g. Menentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:

( Density at Lower Limit )−( Density at Upper Limit )


NS =
( Area Below Upper Limit )−( Area Below Lower Limit )

h. Menentukan nilai transformasi dengan rumus:

Y = NS + [1 + |NSmin|]11

Jones & Knuth (dalam Idharwati, Rasiman, & Utami, 2019) menyebutkan representasi adalah

model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah atau aspek dari suatu situasi masalah

yang digunakan untuk menemukan solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapat

direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau simbol matematika.

3. Uji Validitas

Sugiyono (2015) mengemukakan bahwa instrumen yang valid berarti alat

ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen ini adalah korelasi

Product Moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Karl Pearson,

sebagai berikut:

N ( ∑ XY ) −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
2 2
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara skor butir soal/item pernyataan X dan total skor Y

∑X : Jumlah skor butir soal/skor item pernyataan

∑Y : Total skor

N : Banyak siswa
Pengujian dilakukan menggunakan bantuan aplikasi IBM SPSS Statistic 21.

Untuk memberikan penafsiran terhadap harga rxy, digunakan tabel r product

moment dengan taraf signifikansi 5% dan jika rxy > rtabel maka instrumen tersebut

dapat dikatakan valid.

Interpensi mengenai besarnya koefisien kolerasi yang menunjukan nilai

validitas ditunjukan oleh tabel berikut :

Tabel 3. Kriteria Koefiesien Korelasi Validitas Instrumen

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas


0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Sedang
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
(Arikunto, 2012 dalam Prayitno, 2019)

Siswa juga belum memahami gaya belajarnya yang tepat agar dapat lebih mudah

memahami permasalahan matematika. Hampir seluruh siswa masih mengandalkan cara

menghafal untuk dapat menyelesaikan soal matematika. Padahal cara ini belum tentu

cocok diterapkan bagi beberapa siswa.

Sehingga dari pengelompokan representasi tersebut, indikator kemampuan

representasi matematis yang diterapkan dalam penelitian ini berpatokan pada indikator

representasi menurut Villegas.

Rose dan Nicholl juga menyatakan pendapat yang serupa yaitu dengan

memahami gaya belajar sendiri dapat membantu menyerap informasi lebih cepat dan

mudah sehingga berkomunikasi lebih efektif dengan orang lain (Wulandari, Mirza, &

Sayu, 2014).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh gaya belajar visual, gaya

belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar berada pada

kategori sangat kuat (Sugiyono, 2007 dalam Bire, Geradus, & Bire, 2014: 78).

Menurut nasution 2013, gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan

oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir

dan memecahkan soal.

Sedangkan Kemp (1994) menyatakan bahwa “Gaya belajar adalah cara

mengenali berbagai metode belajar yang disukai yang mungkin lebih efektif bagi siswa

tersebut”.

lapangan (field research), yaitu penelitian yang langsung ke lokasi penelitian

untuk menggali data yang diperlukan. Penelitian yang dilakukan dengan terjun

langsung ke lapangan ini untuk meneliti dan menganalisis kemampuan representasi

matematis siswa kelas VIII ditinjau dari gaya belajar pada Materi Teorema Pythagoras

di SMP Negeri 1 Gunungsari Tahun Pelajaran 2020/2021.

Meskipun begitu, masih banyak anggapan bahwa matematika sulit untuk

dipelajari dan dipahami, apalagi harus dipelajari dengan sistem belajar seperti di masa

pandemi Covid-19 ini. Siswa tentu akan lebih banyak belajar secara mandiri dan

apabila tidak paham, kecil kemungkinannya bahwa siswa akan aktif menanyakan

materi yang belum dipahaminya kepada guru mata pelajaran.

Meski di penghujung tahun 2020 sebagian sekolah mulai diizinkan untuk melangsungkan
pembelajaran tatap muka, namun tetap harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat dengan
mengurangi waktu belajar atau jumlah pertemuan di sekolah. Jadi, sebagian kegiatan belajar
mengajar masih tetap dilaksanakan secara online.

Salah satu masalah yang muncul akibat sistem belajar di masa sekarang ini yaitu

banyaknya tugas-tugas yang tidak dikerjakan ataupun diselesaikan oleh siswa.


Sekalipun diselesaikan, sebagian jawaban tugas siswa yang satu dengan lainnya sama

persis, atau terlihat bahwa siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan hanya

menyalin jawaban temannya. Meski bekerja sama tidak dilarang, namun jika hanya

menyalin jawaban tanpa memahami maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

Tujuan guru-guru memberikan tugas yaitu untuk melihat tingkat pemahaman dan

kemampuan matematis siswa terkait materi yang diajarkan. Guru-guru saat ini harus

memaklumi keadaan tersebut karena sistem pembelajaran seperti ini masih butuh

penyesuaian dan sulit untuk dilaksanakan jika ingin hasil yang diperoleh sama seperti

pembelajaran tatap muka.

Namun sebagian siswa kini terpaksa mengikuti cara belajar yang diberikan guru seperti yang
hanya mengirimkan materi beserta contoh saja, ada yang dilengkapi dengan video penjelasan,
ataupun hanya memberikan langkah-langkah singkat dalam penyelesaiannya. Dengan kondisi
seperti itu, untuk sebagian siswa dirasa tidak sesuai dengan gaya belajarnya sehingga
terjadilah ketidakpahaman siswa terhadap materi yang dijelaskan. Alhasil tugas-tugas yang
diberikan tidak dikerjakan atau dikerjakan dengan menyalin jawaban teman saja. Dalam hal
ini guru perlu memahami gaya belajar siswa agar penyaluran informasi terkait materi dapat
diterima dan dipahami dengan baik.
jawaban tugas matematika siswa-siswa di kelas VIII sebagian sama persis satu

dengan lainnya. Ada siswa yang mengerjakan dan jawabannya benar, ada juga yang

mengerjakan tapi jawabannya masih salah, ada yang mengerjakan namun menyalin

jawaban temannya yang salah, dan ada juga yang tidak mengerjakan sama sekali. Hal

ini menyebabkan sulit untuk mengetahui siswa-siswa yang sudah dan yang belum

memahami materi, ataupun untuk mengetahui tingkat kemampuan matematis,

khususnya kemampuan representasi yang telah dimiliki siswa. Ditambah lagi, keadaan

di masa pandemi Covid-19 ini cukup menyulitkan guru-guru melihat perkembangan

dan memfasilitasi segala kebutuhan siswa untuk lebih memudahkannya memahami

materi yang disampaikan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Standar Isi untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Standar
Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Guntoro, S. A. (2016). Konsepsi Siswa Tentang Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP Negeri
10 Salatiga. NASKAH PUBLIKASI. FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas
Kristen Satya Wacana.
AR, R. A., & Mahmud, N. (2018). Analisis Kemampuan Representasi Matematis dalam
Pemecahan Masalah Geometri Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal
Review Pembelajaran Matematika , 3(2), 147-148.

As'ari, A. R., Tohir, M., & Valentino, E. (2017). Matematika SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Azizah, L. N., Junaedi, I., & Suhito. (2019). Kemampuan Representasi Matematis Ditinjau
dari Gaya Kognitif Siswa Kelas X pada Pembelajaran Matematika dengan Model
Problem Based Learning. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika 2 , 355-
365.

Bire, A. L., Geradus, U., & Bire, J. (2014). Pengaruh Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan
Kinestetik Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Kependidikan Penelitian Inovasi
Pembelajaran , 44(2), 168-174.

DePorter, B., & Hernacki, M. (2007). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan (1st Edition ed.). (S. Meutia, Penyunt., & A. Abdurrahman,
Penerj.) Bandung: Kaifa.

Emzir. (2019). Metodelogi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Depok:


Rajawali Pers.

Guntoro, S. A. (2016). Konsepsi Siswa Tentang Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP Negeri
10 Salatiga. NASKAH PUBLIKASI. FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas
Kristen Satya Wacana.

Herlina, Yusmin, E., & Nursangaji, A. (2017). Kemampuan Representasi MAtematis Siswa
dalam Materi Fungsi di Kelas VIII SMP Bumi Khatulistiwa. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa , 6(10).

Idharwati, T., Rasiman, & Utami, R. E. (2019). Analisis Kemampuan Representasi


Matematis Siswa SMP Kelas VIII Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent.
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika , 34-42.

Khoeron, I. R., Sumarna, N., & Permana, T. (2014). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap
Prestasi Belajar. Journal of Mechanical Engineering Education , 1(2), 291-297.
Mantiri, J. (2019). Peran Pendidikan dalam Menciptakan Sumber Daya Manusia Berkualitas
di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Civic Education , 3(1), 20-26.

Merpaung, J. (2015). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal
KOPASTA , 2(2), 13-17.

Mulyaningsih, S., Marlina, R., & Effendi, K. N. (2020). Analisis Kemampuan Representasi
Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Matematika. Jurnal Kajian
Pendidikan Matematika , 6(1), 99-110.

Mustaqim. (2016). Metode Penelitian Gabungan Kuantitatif Kualitatif/Mixed Methods Suatu


Pendekatan Alternatif. Intelegensia: Jurnal Pendidikan Islam , 4(1), 1-9.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Nurmala, S., & Adirakasiwi, A. G. (2020). Analisis Kemampuan Representasi Matematis dan
Kepercayaan Diri. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang , 2(1B), 468-469.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Standar Isi untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Standar
Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Prashnig, B. (2007). The Power of Learning Style: Memacu Anak Melejitkan Prestasi dengan
Mengenali Gaya Belajarnya. (R. Astuti, Penyunt., & N. Fauziah, Penerj.) Bandung:
Kaifa.

Pratiwi, N. K., Yusmin, E., & Yani, A. (2019). Kemampuan Representasi Matematis
Menyelesaikan Soal Segi Empat Ditinjau dari Self-Efficacy di Madrasah Tsanawiyah.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa , 8(9), 1.

Prayitno, S. (2019). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Mataram: Duta Pustaka Ilmu.

Priyatna, A. (2013). Pahami Gaya Belajar Anak! Memaksimalkan Potensi Anak dengan
Modifikasi Gaya Belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Purnama, R. N., Kusmaryono, I., & Basir, M. A. (2019). Analisis Kemampuan Representasi
Matematis Siswa Kelas VIII SMP Al Fattah Semarang. Kontinu: Jurnal Penelitian
Didaktik Matematika , 3(1), 23-36.

Pujiarti, Amin. (2013). Hubungan Antara Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas
V SD Negeri Percobaan 4 Wates Kulon Progo Tahun Ajaran 2012/2013. SKRIPSI.
Fakultas Ilmu Pendidikan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri
Yogyakarta.

Rambe, M. S., & Yarni, N. (2019). Pengaruh Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik
Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Dian Andalas Padang. Jurnal Review
Pendidikan dan Pengajaran , 2(2), 291-296.

Sabirin, M. (2014). Representasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan


Matematika , 1(2), 33-44.

Silitonga, R. H. (2020). Perbandingan Kemampuan Representasi Matematik Berdasarkan


Gaya Belajar Siswa SMP. SUPERMAT Jurnal Pendidikan Matematika , 4(1), 16-21.

Sinaga, G. F., Hartoyo, A., & Hamdani. (2016). Kemampuan Representasi Matematis Siswa
Ditinjau Dari Gaya Belajar pada Materi Fungsi Kuadrat di SMA. Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Khatulistiwa , 5(6), 1-12.

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan


Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumartini, T. S. (2015). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui


Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika , 5(1), 1-10.

Tanta. (2010). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah
Biologi Umum Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Cenderawasih.
KREATIF Jurnal Kependidikan Dasar , 1(1), 7-21.

Triwinarki, E., & Marlina, R. (2020). Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa
SMP pada Materi Segiempat dan Segitiga. Prosiding Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang , 2(1B), 392-393.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta.

Wahyuni, Y. (2017). Identifikasi Gaya Belajar (Visual, Auditorial, Kinestetik) Mahasiswa


Pendidikan Matematika Universitas Bung Hatta. JPPM (Jurnal Penelitian dan
Pembelajaran Matematika) , 10(2), 128-132.

Widayanti, F. D. (2013). Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa dalam Kegiatan


Pembelajaran di Kelas. ERUDIO Journal of Education Innovation , 2(1), 7-21.

Wijaya, C. B. (2018). Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa dalam


Menyelesaikan Soal Lingkaran Pada Kelas VII-B Mts Assyafi’iyah Gondang . Suska
Journal of Mathematics Education , 4(2), 115-124.

Wulandari, S., Mirza, A., & Sayu, S. (2014). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Ditinjau dari Gaya Belajar pada SMA Negeri 10 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa , 3(9), 1-11.

Yudhanegara, M. R., & Lestari, K. E. (2015). Meningkatkan Kemampuan Representasi


Beragam Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masaah Terbuka. Jurnal
Ilmiah Solusi , 1(4), 97-106.

Anda mungkin juga menyukai