Disusun :
NIM 20101440119103
TA 2021
A. ANATOMI FISIOLOGI
Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferior mandibula dan
linea nuchae superior (diatas), dan incsura jugularis dan tepi superior clavicula (di
bawah). Jaringan leher dibungkus oleh 3 fasia, fasia colli superfisialis
membungkus m.sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah di leher
untuk bertemu dengan fasia sisi lain. Fasia colli media membungkus otot
pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi lain di garis tengah yang juga
merupakan pertemuan dengan fasia colli superfisialis. Ke dorsal fasia colli media
membungkus a.carotis communis , v.jugularisinterna dan n.vagus menjadi satu.
Fasia colli profunda membungkus m.prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan
fasia colli lateral.
Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a.carotis communis (dilindungi
oleh vagina carotica bersama dengan v.jugularis interna dan n.vagus, setinggi
cornu superior cartilago thyroidea bercabang menjadi a.carotis interna dan
a.carotis externa), a.subclavia (bercabang menjadi a.vertebralis dan a.mammaria
interna).
Pembuluh darah vena antara lain v.jugularis externa dan v.jugularis interna.
Vasa lymphatica meliputi nnll.cervicalis superficialis (berjalan sepanjang
v.jugularis externa) dan nnll.cervicalis profundi (berjalan sepanjang v.jugularis
interna). Inervasi oleh plexus cervicalis, n.facialis, n.glossopharyngeus, dan
n.vagus.
Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir semua
bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke
kelenjar limfe leher. Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam metastasis tumor
adalah kelenjar limfe rangkaian jugularis interna yang terbentang antara klavicula
sampai dasar tengkorak, dimana rangkaian ini terbagi menjadi kelompok superior,
media dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental,
submandibula, servicalis superficial, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius,
skalenus anterior dan supraclavicula.
Daerah kelenjar limfe leher, menurut Sloan Kattering Memorial Cancer
Center Classification dibagi dalam 5 daerah penyebaran kelompok kelenjar yaitu
daerah:
I. Kelenjar yang terletak di segitiga submental dan submandibula
II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfe jugular
superior, kelenjar digastik dan kelenjar servikal posterior superior
III. Kelenjar limfe jugularis diantara bifurkasio karotis dan persilangan
m.omohioid dengan m.sternokleidomastoid dan batas posterior m.
sternokleidomastoid.
IV. Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraclavicula
B. PENGERTIAN
Dalam pengertian umum tumor adalah benjolan atau pembengkakan
dalam tubuh yang pertumbuhannya tidak terkendali. Dalam pengertian khusus
tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.
Tumor colli adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat yang
timbul disegitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian
inferior dan mandibula serta dasar tengkorak pada bagian superior. Pada 50%
kasus benjolan pada leher berasal dari tiroid, 40% benjolan pada leher
disebabkan oleh keganasan, 10 % berasal dari peradangan atau kelainan
kongenital
Setiap massa baik kongenital maupun didapat yang timbul di segitiga
anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan
mandibula serta dasar tengkorak pada bagian superior. Pada 50% kasus benjolan
pada leher berasal dari tiroid, 40% benjolan pada leher disebabkan oleh
keganasan, 10 % berasal dari peradangan atau kelainan kongenital.
1. Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median, seperti
hygroma colli cysticum, kista dermoid
2. Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi banal
(acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih
spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku,
actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai
perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan
mononukleosis infeksiosa.
3. Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma
caroticum yang jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus
caroticum) yang berasal dari paraganglion caroticum yang terletak di
bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna. Selanjutnya tumor benigna
dari kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan
kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe
(limfoma maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis,
glandula tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot,
jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada
umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer
disuatu tempat didaerah kepala dan leher. Jika metastasis kelenjar leher
hanya terdapat didaerah supraclavikula kemungkinan lebuh besar bahwa
tumor primernya terdapat ditempat lain di dalam tubuh.
Ada dua kelompok pembengkakan di leher yaitu di lateral maupun di
midline/line mediana :
1. Benjolan di lateral
a. Aneurisma subclavia
b. Iga servikal
f. Hygroma kistik
h. Kista branchiogenik
i. Tumor otot
j. Tumor strnomastoideus
k. Kantung faringeal
n. Kista sebasea
o. Laringokel
a. Lipoma
b. Kista sebasea
e. Kista thyroglossus
f. Dermoid sublingual
g. Bursa subhyoid
C. TANDA - TANDA
a) Adanya benjolan yang mudah digerakkan
b) Pertumbuhan amat lambat
c) Tidak memberikan keluhan
d) Paralisis fasial unilateral
Tanda dan gejala yang muncul tergantung lokasi spesifik tumor,
gejala yang paling sering muncul adalah nyeri. Gejala paling umum
adalah ulkus yang tidak sembuh-sembuh, pendarahan, disphagia,
odinophagia, otalgia, nyeri muka, masa di leher, atau lesi baru dalam
rongga mulut. Gejala sekunder dapat pula terjadi akibat destruksi lokal
atau keterlibatan jaringan sekitar (saraf, jaringan linak dan tulang)
(Pasaribu & suyatno, 2010). Gejala utama yang dialami penderita
kanker kepala dan leher seperti suara serak, nyeri tenggorokan, nyeri
lidah, sulit menelan, benjolan dileher, disfagia, dyspnea, lelah, lemas,
berat badan turun (Alho et al., 2006)
1. Penyakit infeksi
Tumor colli bisa juga berupa penumpukan nanah yang berasal dari infeksi
bakteri di tempat lain, seperti amandel (tonsilitis) dan infeksi tenggorokan
(faringitis) yang bisa memicu abses (penumpukan nanah). Jika sampai
menimbulkan kondisi seperti ini, infeksi biasanya sudah berlangsung lama
tanpa diobati.
2. Penyakit tiroid
Tumor colli yang berada pada bagian depan leher biasanya berasal dari
kelenjar tiroid. Salah satu penyebab yang umum adalah gondok. Pada penyakit
ini, kelenjar gondok mengalami pembesaran dan biasanya disertai dengan
kadar hormon tiroid yang tidak normal, bisa rendah (hipotiroidisme) maupun
tinggi (hipertiroidisme).
Selain gondok, penyakit tiroid lainnya yang dapat memicu tumor colli bisa
berupa nodul tiroid dan kanker tiroid.
3. Kanker
Tidak hanya kanker tiroid, tumor colli juga bisa disebabkan oleh kanker lain.
Beberapa jenis kanker yang bisa menimbulkan gejala benjolan pada leher
adalah limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin. Kedua kanker ini
menyerang kelenjar getah bening dan bisa menyebabkan benjolan di leher
yang biasanya tidak nyeri.
Selain limfoma, kanker lain yang bisa menyebabkan tumor colli antara
lain leukemia, melanoma, dan kanker kulit yang terjadi di bagian leher.
4. Penyakit Kongenital
Beberapa tumor colli disebabkan oleh kondisi yang sudah ada sejak lahir,
misalnya fibromatosis colli dan tortikolis. Fibromatosis colli merupakan
benjolan pada otot leher bayi. Tumor ini tidak diketahui penyebabnya, namun
diduga terjadi karena cedera saat proses kelahiran. Bila tidak diobati,
fibromatosis colli dapat memicu tortikolis.
Penyebab lain yang dapat memicu tumor colli atau benjolan leher
adalah lipoma, cedera, reaksi alergi obat-obatan maupun makanan, serta
adanya batu kelenjar ludah (sialolithiasis).
F. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan , alamat,pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register dan diagnosa medis.
2. Persiapan penunjang
Meliputi laboratorium, GDS, urine.
3. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Integumen :
a. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
b. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
c. Perhatikan pigmentasi kulit4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
2) Sistem Gastrointestinalis
a. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi
b. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
c. Kaji diare & konstipasi
d. Kaji anoreksia
e. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
3) Sistem Hematopoetik
a. Kaji Netropenia
- Kaji tanda infeksi
- Auskultasi paru
- Perhatikan batuk produktif dan napas dispnoe
- Kaji suhu
b. Kaji trombositopenia : <50.000/m3 – menengah, <20.000/m3
c. Kaji anemia
- Warna kulit, capilarry refil time
- Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
4) Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
a. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk
nonproduktif – terutama bleomisin
b. Kaji tanda CHF
c. Lakukan pemeriksaan EKG
5) Sistem Neuromuskular
a. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
b. Perhatikan adanya parestesia
c. Evaluasi refleks
d. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
e. Kaji gangguan pendengaran
f. Diskusikan ADL
6) Sistem genitourinari
a. Kaji frekwensi BAK
b. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
c. Kaji : hematuria, oliguria, anuria
d. Monitor BUN, kreatinin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut/Kronis berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan: klien dapat mengontorl nyerinya
Intervensi:
1) Kaji karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya
Rasional: Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau
sensivitas pada suara – suara bising dan meningkatkan
istirahat/relaksasi.
2) Berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi
Rasional: Membantu menurunkan nyeri akibat penekanan saat
duduk.
3) Berikan bantalan flotasi di bawah leher pada saat berbaring
Rasional: Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori
yang selanjutnya akan menurunkan nyeri di lokasi yang paling
dirasakan.
4) Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri
Rasional: Menghilangkan rasa sakit dan nyeri dengan merelakskan
area nyeri
5) Berikan rendaman duduk tiga atau empat kali sehari
Rasional:
6) Berikan posisi yang nyaman pada klien sesuai indikasi
Rasional: Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
7) Berikan analgetik, sep erti asetaminofen
Rasional: Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang
berat serta meningkatkan kenyamanan dan istirahat
2. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : klien tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
1) Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2) Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
3) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk melaksanakan
teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme
7) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regener
8) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
1) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dala aktifitassehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
3) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi
4) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawat
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan :
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
1) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3) Kaji respon anak terhadap anti emetik
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise,mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung
dari mual dan muntahserta kemoterapi
2) Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan
untuk memperbaikikualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemen yangdijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4) Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
5) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
untuk menghilangkanproduk sisa suplemen dapat memainkan peranan
penting dalam mempertahankan masukan kaloridan protein yang adekuat
7) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB danpengukuran antropometri kurang dari normal
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi,imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
1) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2) Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat
terjadi dalam area radiasipada beberapa agen kemoterapi
5) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
6) Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
Dorong masukan kalori protein yang adekuatRasional : untuk mencegah
keseimbangan nitrogen yang negative
7) Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S
I. PENGKAJIAN
Tgl. Pengkajian : 22 Maret 2021 No. Register : -
Jam pengkajian : 19.00 WIB Tgl. MRS : 19 Maret 2021
Ruang/kelas : Edelweis/II
a. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Gol. Darah :-
Alamat : Dusun Bagongan, Magelang
ANALISA DATA
DIAGNOSA
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI
No Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi Ttd
kep.
1. Senin, 22 1 S : Pasien mengatakan sudah Vinka
Maret 2021 tidak nyeri
O : Klien tampak lebih rileks
A : Masalah nyeri akut
berhubungan dengan agen
pencedera fisik
P : Intervensi di hentikan
(teratasi)
DAFTAR PUSTAKA