Anda di halaman 1dari 6

Analisis Data

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dan berdasarkan pada tabel hasil
pengamatan. Ditemukan beberapa spesies dari tiga plot yang berbeda. Pada plot 1,
ditemukan banyak spesies tumbuhan yang berbeda. Plot 1 merupakan plot dengan paling
banyak spesies tumbuhan dibandingkan dengan plot 2 dan plot 3. Pada plot 2 ditemukan
spesies tumbuhan yang lebih sedikit dibandingkan plot 1. Pada plot 3 ditemukan spesies
tumbuhan yang paling sedikit dari ketiga plot percobaan yang kami lakukan. Dari hasil
pengamatan yang kami lakukan, terdapat 4 spesies tumbuhan yang terdapat pada ketiga
plot pengamatan, yaitu Galinsoga quadriradiata, Stemodia verticillata, Carex pundica,
dan Galycini max.
Berdasarkan data hasil perhitungan Kerapatan Relatif (KR), ditemukan bahwa
Kerapatan Relatif (KR) tertinggi terdapat pada tumbuhan Galinsoga quadriradiata
dengan KR sebesar 134,7% dan KR terendah terdapat pada tumbuhan Articarpus
heterophyllus dengan KR sebesar 3,4%.
Sedangkan Frekuensi Relatif (FR) tertinggi terdapat pada tumbuhan Galinsoga
quadriradiata dan Stemodia verticillata dengan FR sebesar 15,8%, dan FR terendah
terdapat pada tumbuhan Articarpus heterophyllus, Acroceras munroanum, dan
Chamaecyce prostrate dengan FR sebesar 5,2%.
Nilai Dominansi Relatif (DR) tertinggi terdapat pada tumbuhan Acallypha indica
dengan nilai DR sebesar 27%, dan nilai DR terendah terdapat pada tumbuhan Articarpus
heterophyllus, Acroceras monroanum, dan Chamaesyce prostrate dengan nilai DR
sebesar 3%.
Dari data yang didapatkan, besar Indeks Skala Penting (INP) yang merupakan
hasil penjumlahan dari Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, dan Dominansi Relatif,
diperoleh nilai INP tertinggi terdapat pada tumbuhan Galinsoga quadriradiata dengan
nilai INP sebesar 174,5%. Dan nilai INP terendah terdapat pada tumbuhan Articarpus
heterophyllus dengan nilai INP sebesar 11,6%. Sedangkan dari perhitungan yang
dilakukan, nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) yang diperoleh adalah sebesar
1,87736.
Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan, jenis tumbuhan dan jumlah spesies
tumbuhan berbeda-beda pada setiap plot percobaan. Terdapat plot yang hanya memiliki
sedikit tanaman, sedangkan plot yang lain lebih banyak jenis tanamannya dan jumlah
spesies juga bertambah. Menurut [1], faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
spesies di dalam suatu daerah atau wilayah antara lain sebagai berikut:
a) Iklim Fluktuasi
Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya menimbulkan
kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup
secara tetap di suatu daerah.
b) Keragaman Habitat
Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang
keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.
c) Ukuran daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan
dengan daerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan
antara luas dan keragaman spesies secara kasar adalah kuantitatif.
Setelah didapatkan data dari masing-masing spesies tumbuhan dari masing-
masing plot pengamatan, kemudian dihitung dengan beberapa rumus sebagai berikut
[2]:

1) Kerapatan (K)

individu suatu spesies


K= (1)
Jml plot x luas minimal /satuan plot

2) Dominansi (Dom)

basal area suatu spesies


Dom = (2)
Luas area

3) Frekuensi (F)
plot yang terdapat spesies a
F= (3)
seluruh plot

4) Kerapatan Relatif (KR)

N suatu spesies
KR = x 100 % (4)
N seluruh spesies

5) Dominansi Relatif (DR)

Dom suatu spesies


DR = x 100 % (5)
Dom seluruh spesies

6) Frekuensi Relatif (FR)

F suatu spesies
FR = x 100 % (6)
F seluruh spesies
Dengan menggunakan rumus-rumus diatas, dihitung satu persatu dan dimasukkan
ke dalam tabel tabulasi data analisis vegetasi. Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan
bahwa Kerapatan Relatif (KR) tertinggi terdapat pada tumbuhan Galinsoga
quadriradiata dengan KR sebesar 134,7%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu
Galinsoga quadriradiata adalah tinggi [3]. Sedangkan nilai KR terendah terdapat pada
tumbuhan Articarpus heterophyllus dengan KR sebesar 3,4%. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah individu Articarpus heterophyllus adalah sangat rendah dibandingkan
dengan spesies yang lainnya. Menurut [4], variasi struktur dan komposisi tumbuhan
dalam suatu komunitas dipengaruhi fenologi, dispersal, dan natalitas.
Frekuensi Relatif (FR) tertinggi terdapat pada tumbuhan Galinsoga quadriradiata
dan Stemodia verticillata dengan FR sebesar 15,8%. Hal ini menunjukkan bahwa
penyebaran spesies tumbuhan Galinsoga quadriradiata dan Stemodia verticillata
merupakan yang tertinggi [5]. FR terendah terdapat pada tumbuhan Articarpus
heterophyllus, Acroceras munroanum, dan Chamaecyce prostrate dengan FR sebesar
5,2%.
Nilai Dominansi Relatif (DR) tertinggi terdapat pada tumbuhan Acallypha indica
dengan nilai DR adalah sebesar 27%. Nilai dominansi disebut juga kerimbunan atau luas
basal yang menggambarkan luas penutupan suatu area oleh tajuk atau kanopi tumbuhan
[5]. Oleh karena itu, semakin tinggi suatu nilai Dominansi Relatif (DR), berarti tumbuhan
tersebut semakin besar dalam menutupi suatu area. Dalam hal ini, tumbuhan Acallypha
indica menutupi lebih banyak area tanah dibandingkan dengan spesies lainnya.
Sedangkan nilai DR terendah terdapat pada tumbuhan Articarpus heterophyllus,
Acroceras monroanum, dan Chamaesyce prostrate dengan nilai DR sebesar 3%.
Dari data yang didapatkan, besar Indeks Nilai Penting (INP) yang merupakan
hasil penjumlahan dari Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, dan Dominansi Relatif,
diperoleh nilai INP tertinggi terdapat pada tumbuhan Galinsoga quadriradiata dengan
nilai INP sebesar 174,5%. Hal ini menggambarkan bahwa tumbuhan Galinsoga
quadriradiata memiliki pengaruh yang besar terhadap komunitas di sekitarnya [6]. Nilain
INP juga menunjukkan bahwa spesies tersebutlah yang dominan dan mencirikan
masyarakat tumbuhan di tempat tersebut [5]. Oleh karena itu, tumbuhan Galinsoga
quadriradiata yang memiliki nilai INP tertinggi menjadi ciri dari area tersebut.
Sedangkan nilai INP terendah terdapat pada tumbuhan Articarpus heterophyllus dengan
nilai INP sebesar 11,6%.
Selanjutnya, tingkat keragaman tumbuhan dari suatu area dapat diperoleh dengan
menghitung indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) [5]. Berdasarkan perhitungan yang
telah dilakukan, nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) yang diperoleh adalah
sebesar 1,87736. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keragaman spesies tumbuhan
menurut indeks diversitas Shannon-Wiener berada dalam kategori keragaman sedang [7].

Kesimpulan

Analisis vegetasi di suatu area dengan menggunakan metode kuadrat merupakan


bentuk analisis vegetasi secara kuantitatif yang mempelajari vegetasi dengan observasi
visual tanpa sampling khusus dan pengukuran. Analisis ini menghasilkan data yang
menggambarkan peranan suatu spesies di dalam vegetasinya. Dalam analisis vegetasi
dengan metode kuadrat dapat diketahui distribusi tumbuhan pada suatu area yang berupa
frekuensi, kerapatan, kerimbunan, dan luas bidang dasar spesies atau luas basal (basal
area).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

a. Kerapatan Relatif (KR) tertinggi terdapat pada tumbuhan Galinsoga quadriradiata


dengan KR sebesar 134,7%.
b. Frekuensi Relatif (FR) tertinggi terdapat pada tumbuhan Galinsoga quadriradiata
dan Stemodia verticillata dengan FR sebesar 15,8%.
c. Dominansi Relatif (DR) tertinggi terdapat pada tumbuhan Acallypha indica dengan
nilai DR adalah sebesar 27%.
d. nilai INP tertinggi terdapat pada tumbuhan Galinsoga quadriradiata dengan nilai INP
sebesar 174,5%.
e. Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) pada area pengamatan adalah sebesar
1,87736, dan tergolong memiliki keragaman sedang.

Saran

Saran yang dapat pengamat sampaikan dalam praktikum analisis vegetasi dengan
metode kuadrat adalah dibutuhkannya kecermatan dan ketelitian dalam melakukan
praktikum dan mengolah data hasil praktikum. Hal ini dikarenakan hasil data pengamatan
adalah berupa data kuantitatif , maka sangat diperlukan data yang akurat dalam proses
dan hasil pengamatan.

Daftar Pustaka

[1] Latifah, S. 2005.  Analisis Vegetasi Hutan Alam. Sumatera Utara: USU Repository.

[2] Odum, E. P., 2004. Dasar-dasar Ekologi Edisi Kelima. Yogyakarta: UGM Press.

[3] Arrijani., Setiadi. Dede., Guhardja. Edi., Qayim. Ibnul. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS
Taman Nasional Gunung Gedhe Pangrango. Boggor: IPB Press.
[4] Susanti, A. 2016. Analisis Vegetasi Herba di Kawasan Daerah Aliran Sungai Krueng Jreue
Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Sebagai Referensi Matakuliah Ekologi
Tumbuhan (Doctoral dissertation, UIN Ar- Raniry Banda Aceh).

[5] Novianti, Vivi., Pratiwi, Novida., Fardhani, Indra. 2021. Panduan Praktikum Ekologi.
Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.

[6] Jumin, H.B. 2002. Ekologi Tanaman. Jakarta: Rajawali Press.

[7] Krebs, C. J. 1989. Ecological Methodology. Harper Collins Publisher. New York. 63p.

Anda mungkin juga menyukai