Anda di halaman 1dari 22

Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas

laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Jenis Auditor
 2 Tanggung Jawab Auditor
 3 Opini Auditor
 4 Auditor Sistem Informasi
 5 Pustaka
 6 Lihat pula
 7 Pranala luar

[sunting] Jenis Auditor


Auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

 Auditor Pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan
pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
o Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23E ayat (1) Undang-undang
Dasar 1945 yang berbunyi Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab tentang keuangan negara diadakan satu badan Pemeriksa
Keuangan yang bebas dan mandiri.. ayat (2) Hasil pemeriksa keuangan
negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,sesuai
dengan kewenangannya. Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang
tidak tunduk kepada pemerintah, sehingga diharapkan dapat bersikap
independen.
o Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal
Departemen/LPND, dan Badan Pengawasan Daerah.

 Auditor Intern merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya
ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

 Auditor Independen atau Akuntan Publik adalah melakukan fungsi pengauditan


atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan
pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan
besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan
mencari laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan
Publik (KAP).
Namun, Arens & Loebbecke dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu yang
diadaptasi oleh Amir Abadi Jusuf, menambahkan satu lagi jenis auditor, yaitu:

 Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen
Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat
pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor
khusus. Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak
tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.

[sunting] Tanggung Jawab Auditor


The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices
Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab auditor:

 Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan,


mengendalikan dan mencatat pekerjannya.
 Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan
pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan.
 Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk
memberikan kesimpulan rasional.
 Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada
pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan
melakukan compliance test.
 Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor melaksanakan tinjau
ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan
kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk
memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.

[sunting] Opini Auditor


Munawir (1995) terhadap hasil audit memberikan beberapa pendapat sepotong-sepotong
auditor, antara lain:

 Pendapat Wajar Tanpa Bersyarat. Pendapat ini hanya dapat diberikan bila auditor
berpendapat bahwa berdasarkan audit yang sesuai dengan standar auditing, penyajian
laporan keuangan adalah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU),
tidak terjadi perubahan dalam penerapan prinsip akuntansi (konsisten) dan
mengandung penjelasan atau pengungkapan yang memadai sehingga tidak
menyesatkan pemakainya, serta tidak terdapat ketidakpastian yang luar biasa
(material).
 Pendapat Wajar Dengan Pengecualian. Pendapat ini diberikan apabila auditor
menaruh keberatan atau pengecualian bersangkutan dengan kewajaran penyajian
laporan keuangan, atau dalam keadaan bahwa laporan keuangan tersebut secara
keseluruhan adalah wajar tanpa kecuali untuk hal-hal tertentu akibat faktor tertentu
yuang menyebabkan kualifikasi pendapat (satu atau lebih rekening yang tidak wajar).
 Pendapat Tidak Setuju. Adalah suatu pendapat bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil operasi seperti yang disyaratkan
dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Hal ini diberikan auditor karena
pengecualian atau kualifikasi terhadap kewajaran penyajian bersifat materialnya
(terdapat banyak rekening yang tidak wajar).
 Penolakan Memberikan Pendapat. Penolakan memberikan pendapat berarti bahwa
laporan audit tidak memuat pendapat auditr. Hal ini bisa diterbitkan apabila: auditor
tidak meyakini diri atau ragu akan kewajaran laporan keuangan, auditor hanya
mengkompilasi pelaporan keuangan dan bukannya melakukan audit laporan
keuangan, auditor berkedudukan tidak independent terhadap pihak yang diauditnya
dan adanya kepastian luar biasa yang sangat memengaruhi kewajaran laporan
keuangan.
 Pendapat Sepotong-sepotong. Auditor tidak dapat memberikan pendapat sepotong-
sepotong. Hasil auditnya hanya akan memberikan kesimpulan bahwa laporan
keuangan yang diaudit secara keseluruhan.

[sunting] Auditor Sistem Informasi


Seiring dengan perkembangan teknologi informasi maka berkembang pulalah suatu keahlian
dalam profesi auditor, yaitu auditor sistem informasi. Hal ini didasari bahwa semakin banyak
transaksi keuangan yang berjalan dalam sebuah sistem komputer. Maka dari itu perlu
dibangun sebuah kontrol yang mengatur agar proses komputasi berjalan menjadi baik. Saat
ini auditor sistem informasi umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan besar yang
sebagian besar transaksi berjalan secara otomatis. Auditor sistem informasi dapat berlatar
belakang IT atau akuntansi tentunya dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

[sunting] Pustaka
 Jusup haryono. Auditing (Pengauditan). STIE YKPN. Yogyakarta. 2001.
 Arens & Loebbecke. Auditing Pendekatan Terpadu. “tr by” Amir Abadi Yusuf.
Salemba Empat. Jakarta. 1996.
 Bastian Indra. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. BPFE UGM. Yogyakarta. 2001.

[sunting] Lihat pula


 Akuntan
 Akuntansi
 Akuntan Publik
 Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
 Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)
 Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa)
 Standar Auditing
 Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
 Fungsional Auditor

[sunting] Pranala luar


 Ikatan Akuntan Indonesia
 Departemen Keuangan Republik Indonesia

Kategori: Akuntansi | Audit | Pekerjaan | Pegawai negeri

 Masuk log / buat akun

 Halaman
 Pembicaraan

 Baca
 Sunting
 Versi terdahulu

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman sembarang

Komunitas

 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan

Wikipedia

Cetak/ekspor

Peralatan

 Halaman ini terakhir diubah pada 23:25, 5 September 2011.


 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons;
ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih
jelasnya.

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi


yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk
membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga
pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan
aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis".[1] Akuntansi
bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan
oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang
saham, kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal
dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana
informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan
dikomunikasikan. Auditing, satu disiplin ilmu yang terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi,
adalah suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu
organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini - yang masuk akal tapi tak dijamin
sepenuhnya - mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum.

Praktisi akuntansi dikenal sebagai akuntan. Akuntan bersertifikat resmi memiliki gelar
tertentu yang berbeda di tiap negara. Contohnya adalah Chartered Accountant (FCA, CA or
ACA), Chartered Certified Accountant (ACCA atau FCCA), Management Accountant
(ACMA, FCMA atau AICWA), Certified Public Accountant (CPA), dan Certified General
Accountant (CGA). Di Indonesia, akuntan publik yang bersertifikat disebut CPA Indonesia
(sebelumnya: BAP atau Bersertifikat Akuntan Publik).

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Akuntansi modern
 2 Sejarah
 3 Laporan akuntansi
o 3.1 Pengakuan transaksi
 4 Siklus Akuntansi
 5 Kualifikasi dan regulasi di bidang akuntansi
o 5.1 Amerika Serikat
o 5.2 Persemakmuran Inggris
 5.2.1 Kanada
 6 Kantor akuntan the Big Four
 7 Topik mengenai akuntansi
o 7.1 Auditing
o 7.2 Jenis-jenis akuntansi
o 7.3 Penggunaan komputer dalam akuntansi
o 7.4 Standar akuntansi
o 7.5 Agensi
o 7.6 Badan standar akuntansi
o 7.7 Badan standar auditing
 8 Lihat pula
 9 Topik yang berhubungan
 10 Catatan dan referensi
 11 Pranala luar

[sunting] Akuntansi modern


Jantung akuntansi keuangan modern ada pada sistem pembukuan berpasangan. Sistem ini
melibatkan pembuatan paling tidak dua masukan untuk setiap transaksi: satu debit pada suatu
akun, dan satu kredit terkait pada akun lain. Jumlah keseluruhan debit harus selalu sama
dengan jumlah keseluruhan kredit. Cara ini akan memudahkan pemeriksaan jika terjadi
kesalahan. Cara ini diketahui pertama kali digunakan pada abad pertengahan di Eropa,
walaupun ada pula yang berpendapat bahwa cara ini sudah digunakan sejak zaman Yunani
kuno.

Kritik mengatakan bahwa standar praktik akuntansi tidak banyak berubah sejak dulu.
Reformasi akuntansi dalam berbagai bentuk selalu terjadi pada tiap generasi untuk
mempertahankan relevansi pembukuan dengan aset kapital atau kapasitas produksi.
Walaupun demikian, hal ini tidak mengubah prinsip-prinsip dasar akuntansi, yang memang
diharapkan tidak bergantung pada pengaruh ekonomi seperti itu.

[sunting] Sejarah

Lukisan Luca Pacioli

Akuntansi sebagai suatu seni yang mendasarkan pada logika matematik - sekarang dikenal
sebagai “pembukuan berpasangan” (double-entry bookkeeping) - sudah dipahami di Italia
sejak tahun 1495 pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar
(Romo) Luca dal Borgo, mempublikasikan bukunya tentang “pembukuan” di Venice. Buku
berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John Gouge atau Gough
pada tahun 1543.

Sebuah buku ringkas menampilkan instruksi akuntansi juga diterbitkan di tahun 1588 oleh
John Mellis dari Southwark, yang termuat perkataanya, "I am but the renuer and reviver of an
ancient old copie printed here in London the 14 of August 1543: collected, published, made,
and set forth by one Hugh Oldcastle, Scholemaster, who, as appeareth by his treatise, then
taught Arithmetics, and this booke in Saint Ollaves parish in Marko Lane." John Mellis
merujuk pada fakta bahwa prinsip akuntansi yang dia jelaskan (yang merupakan sistem
sederhana dari masukan ganda/double entry) adalah "after the forme of Venice".

Pada awal abad ke 18, jasa dari akuntan yang berpusat di London telah digunakan selama
suatu penyelidikan seorang direktur South Sea Company, yang tengah memperdagangkan
bursa perusahaan tersebut. Selama penyelidikan ini, akuntan menguji sedikitnya dua buku
perusahaan para. Laporannya diuraikan dalam buku Sawbridge and Company, oleh Charles
Snell, Writing Master and Accountant in Foster Lane, London. Amerika Serikat berhutang
konsep tujuan Akuntan Publik terdaftar pada Inggris yang telah memiiki Chartered
Accountant di abad ke 19.

[sunting] Laporan akuntansi


Akuntansi disebut sebagai bahasa bisnis karena merupakan suatu alat untuk menyampaikan
informasi keuangan kepada pihak-pihak yang memerlukannya. Semakin baik kita mengerti
bahasa tersebut, maka semakin baik pula keputusan kita, dan semakin baik kita di dalam
mengelola keuangan. [2] Untuk menyampaikan informasi-informasi tersebut, maka
digunakanlah laporan akuntansi atau yang dikenal sebagai laporan keuangan. Laporan
keuangan suatu perusahaan biasanya terdiri atas empat jenis laporan, yaitu neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.[3]

 Neraca, adalah suatu daftar sistematis yang memuat informasi mengenai aktiva, utang dan
modal suatu perusahaan pada akhir periode tertentu. Disebut sebagai daftar yang
sistematis, karena neraca disusun berdasarkan urutan tertentu. Dalam neraca dapat
diketahui berapa jumlah kekayaan perusahaan, kemampuan perusahaan membayar
kewajiban serta kemampuan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman dari pihak luar.
Selain itu juga dapat diperoleh informasi tentang jumlah utang perusahaan kepada kreditur
dan jumlah investasi pemilik yang ada di dalam perusahaan tersebut.
 Laporan laba rugi, adalah ikhtisar mengenai pendapatan dan beban suatu perusahaan untuk
periode tertentu, sehingga dapat diketahu laba yang diperoleh dan rugi yang dialami.
 Laporan perubahan modal, adalah laporan yang menunjukkan perubahan modal untuk
periode tertentu, mungkin satu bulan atau satu tahun. Melalui laporan perubahan modal
dapat diketahui sebab-sebab perubahan modal selama periode tertentu.
 Laporan arus kas, dengan adanya laporan ini pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi
perubahan aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas)
dan kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan kas dimasa mendatang.

[sunting] Pengakuan transaksi


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengakuan transaksi akuntansi

Pengakuan suatu transaksi dalam akuntansi terbagi atas dua basis, yaitu basis akrual dan basis
kas. Pengakuan transaksi berbasis akrual adalah pengakuan suatu transaksi pada saat
terjadinya suatu transaksi, walaupun uang belum diterima. Sedangkan pengakuan transaksi
berbasis kas adalah transaksi dicatat pada saat pembayaran diterima.

[sunting] Siklus Akuntansi


Untuk Membuat Laporan Keuangan, terdapat delapan langkah, yang dikenal dengan Siklus
Akuntansi. kedelapan langkah tersebut adalah:[rujukan?]

1. Transaksi keuangan
2. Mencatat segala transaksi keuangan, berdasarkan bukti asli transaksi, dalam satu periode
akuntansi
3. Membuat Jurnal Umum berdasarkan catatan no.2
4. Membuat Buku Besar
5. Membuat Jurnal Penyesuaian
6. Membuat Laporan Keuangan: Laporan Laba rugi, Neraca, dan Leporan Perubahan Modal
7. Membuat Jurnal Penutup
8. Membuat Neraca Saldo setelah penutupan

[sunting] Kualifikasi dan regulasi di bidang akuntansi


Persyaratan untuk dapat masuk dalam profesi akuntansi berbeda di setiap negara.

[sunting] Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, akuntan yang berpraktik disebut Certified Public Accountant (CPA),
Certified Internal Auditor (CIA) dan Certified Management Accountant (CMA). Perbedaan
jenis sertifikasi adalah dalam hal jenis-jenis jasa yang ditawarkan, walaupun mungkin saja
satu orang memiliki lebih dari satu sertifikat. Sebagai tambahan, banyak pekerjaan akuntansi
dikerjakan oleh seseorang tanpa memiliki sertifikasi namun di bawah pengawasan seorang
akuntan bersertifikat.

Sertifikasi CPA dikeluarkan di negara bagian tempat kedudukan yang bersangkutan berupa
izin untuk menawarkan jasa auditing kepada publik, walaupun kebanyakan kantor akuntan
juga menawakan jasa akuntansi, perpajakan, bantuan litigasi dan konsultansi keuangan
lainnya. Persyaratan untuk mendapat sertifikat CPA bervariasi di antara negara bagian,
namun ujian Uniform Certified Public Accountant diharuskan di setiap negara bagian. Ujian
ini dibuat dan diperiksa oleh American Institute of Certified Public Accountants.

Sertifikasi CIA dikeluarkan oleh Institute of Internal Auditors (IIA), yang diberikan kepada
kandidat yang lulus dalam empat bagian ujian. CIA kebanyakan memberikan jasanya kepada
pemberi kerja langsung bukan kepada publik.

Sertifikasi CMA diberikan oleh Institute of Management Accountants (IMA), yang diberikan
kepada kandidat yang dinyatakan lulus dalam empat bagian ujian dan memenuhi pengalaman
praktik tertentu berdasarakan ketentuan IMA. CMA kebanyakan memberikan jasanya kepada
pemberi kerja langsung bukan kepada publik. CMA juga bisa menawarkan jasanya kepada
publik, namun dengan lingkup yang lebih kecil dibanding CPA.

Biro Statistik Tenaga Kerja (Bureau of Labor Statistics) dari Departemen Tenaga Kerja
Amerika Serikat (United States Department of Labor) memperkirakan ada sekitar satu juta[4]
orang yang bekerja sebagai akuntan dan auditor di Amerika Serikat.

[sunting] Persemakmuran Inggris

Di Inggris, Kanada, Australia beberapa negara persemakmuran Inggris, ekuivalen Certified


Public Accountant (CPA) diantaranya Chartered Accountant (CA - di Inggris,
Persemakmuran Inggris dan beberapa bekas negara bagian Inggris lainnya), Chartered
Certified Accountant (ACCA - Inggris), International Accountant (AIA - Inggris), Certified
Public Accountant (CPA - Irlandia dan Hong Kong), Certified General Accountant (CGA -
Kanada), dan Certified Practising Accountant (CPA - Australia).

[sunting] Kanada

Di Kanada, ada tiga lembaga yang menangani akuntansi: the Canadian Institute of Chartered
Accountants (CA), the Certified General Accountants Association of Canada (CGA), dan the
Society of Management Accountants of Canada (CMA). CA dan CGA dibentuk berdasarkan
Undang-undang Parlemen berturut-turut pada tahun 1902 dan 1913 sedangkan CMA
didirikan dalam tahun 1920.
Program CA difokuskan menjadi akuntan publik dan kandidat harus memiliki pengalaman
auditing dari kantor akuntan publik; program CGA memberikan kebebasan bagi kandidatnya
untuk memilih karier di bidanga keuangan; program CMA memfokuskan diri pada akuntansi
manajemen. Ketiganya mengharuskan setiap kandidat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan
dan pengalaman praktik sebelum memperoleh sertifikasi.

[sunting] Kantor akuntan the Big Four


Kantor akuntan the Big Four merupakan kantor akuntan internasional terbesar di dunia yang
terdiri dari:

 PricewaterhouseCoopers
 Deloitte
 Ernst & Young
 KPMG

Kalau ditelusuri, sejarah keempat kantor akuntan terbesar tersebut berasal dari Eropa, yang
sampai saat ini terbentuk dari serangkaian panjang penggabungan usaha.
PricewaterhouseCoopers dan Deloitte didirikan di Inggris. Ernst & Young didirikan oleh
seorang akuntan dari Skotlandia. KPMG merupakan produk gabungan dari dua kantor besar
dari Belgia dan Belanda. Namun, karena pengaruh ekonomi Amerika Serikat yang sangat
dominan, kantor-kantor cabang the Big Four yang berlokasi di Amerika Serikat selalu
berhasil memperoleh penghasilan yang lebih besar dibanding dengan gabungan kantor-kantor
cabangnya seluruh dunia.

Sebelum terjadinya skandal Enron dan beberapa skandal akuntansi lainnya, ada lima kantor
akuntan terbesar yang dinamakan the Big Five. Sejak pemisahan bisnis jasa atestasi Arthur
Andersen, di Amerika Serikat sebagian besar bergabung dengan KPMG sedangkan di luar
Amerika bergabung dengan Deloitte & Touche, Arthur Andersen keluar dari kelompok itu.
Sebelumnya, pengelompokan kantor akuntan terbesar ini juga dikenal sebagai the Big Six dan
the Big Eight.

[sunting] Topik mengenai akuntansi


Selengkapnya, lihat daftar topik akuntansi.

[sunting] Auditing

 Jasa atestasi
 Audit
 Audit berbantuan komputer

[sunting] Jenis-jenis akuntansi

 Akuntansi biaya
 Akrual basis dan kas basis
 Akuntansi keuangan
 Akuntan internal dan Akuntan eksternal
 Akuntansi manajemen
 Akuntansi proyek

[sunting] Penggunaan komputer dalam akuntansi

 Perangkat lunak akuntansi


 Basisdata
 spreadsheet programs

[sunting] Standar akuntansi

 Indonesia: Prinsip akuntansi yang berlaku umum


 Amerika Serikat: Prinsip Akuntansi Berterima Umum
 Inggris: Prinsip Akuntansi Berterima Umum
 Internasional: Standar Akuntansi Internasional/Standar Pelaporan Keuangan Internasional

[sunting] Agensi

 Amerika Serikat
o Cadangan Pemerintah Pusat AS (untuk bank)
o Komisi Bursa dan Sekuritas (untuk perusahaan publik)

 Uni Eropa
o Bank Sentral Eropa

[sunting] Badan standar akuntansi

 Indonesia
o Ikatan Akuntan Indonesia
o Institut Akuntan Publik Indonesia
o Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
 Amerika Serikat
o American Institute of Certified Public Accountants
o Financial Accounting Standards Board
o Governmental Accounting Standards Board
o Federal Accounting Standards Advisory Board
o Securities and Exchange Commission
 Inggris
o Institute of Chartered Accountants in England & Wales (ICAEW)
o Institute of Chartered Accountants of Scotland (ICAS)
o Association of Chartered Certified Accountants (ACCA)
o Chartered Institute of Management Accountants (CIMA)
o Chartered Institute of Public Finance Accountants (CIPFA)
o Association of International Accountants (AIA), a UK Registered Auditor is being
consulted for Standard setting.
o Association of Accounting Technicians (AAT)

 Republik Irlandia
o Institute of Chartered Accountants in Ireland

 Kanada
o Accounting Standards Board "AcSB"
 Internasional
o International Accounting Standards Board

[sunting] Badan standar auditing

 Indonesia
o Institut Akuntan Publik Indonesia
 Amerika Serikat
o Public Company Accounting Oversight Board - perusahaan publik
o American Institute of Certified Public Accountants - umum
o Government Accountability Office - penerima anggaran federal

[sunting] Lihat pula


 Reformasi akuntansi
 Bank
 Acuan bagi akuntan
 Ekonomi
 Keuangan
 Pajak tahunan
 Luca Pacioli
 Standar kebijakan akuntansi
 Pajak
 Kebijakan akuntansi kritis

[sunting] Topik yang berhubungan


 Daftar topik akuntansi
 Daftar topik keuangan
 Daftar topik manajemen
 Daftar topik manajemen SDM
 Daftar topik pemasaran
 Daftar topik ekonomi
 Daftar topik produksi
 Daftar topik manajemen teknologi informasi
 Daftar topik hukum bisnis
 Daftar topik etika bisnis, ekonomi politik, dan filosofi bisnis
 Daftar topik teori bisnis
 Daftar pemimpin perusahaan
 Daftar perusahaan

[sunting] Catatan dan referensi


1. ^ Meigs, Walter B. and Robert F. Meigs. Financial Accounting, 4th ed. McGraw-Hill,
1970, p.1. ISBN 0-07-041534-X (old edition)
2. ^ Horngren, dkk. Akuntansi, jilid 1. edisi 6. Indeks, Jakarta:2006. ISBN 979-683-757-9
3. ^ Sugiarto. Pengantar Akuntansi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta:2002
ISBN 979-689-057-7
4. ^ Bureau of Labor Statistics America
[sunting] Pranala luar
 Luca Pacioli
 List of accounting sites
 Accounting
 Accounting history links
 Accounting, a Virtual History
 Duncan Williamson's Accounting Site
 Accounting and Valuation Research page
 MAAP's UK Accountancy Checklist The Next Year
 Bob Jensen's Accounting Site

← Chapter 10 International Segmental Reporting


Chapter 12 →

CHAPTER 20 – EXTERNAL AUDITING OF FOREIGN OPERATIONS


Posted on May 13, 2011 by anitah89

AKUNTANSI INTERNASIONAL

1.       Dalam bab ini, kita membahas kualifikasi pribadi, persyaratan pendidikan dan
persyaratan pengalaman negara-negara yang berbeda. kembangkan matriks yang mencakup
negara-negara di satu sisi dan tiga dimensi hanya menggambarkan di atas agar Anda dapat
membandingkan dan kontras yang berbeda

Jawab: Yang terlihat dalam bab ini adalah perbandinangan antara tiga model, yang pertama
model A yaitu system integrasi , model ini dipakai oleh inggris, yang mejelaskan proses
akuntan yang berawal dari level sekolah menengah,lalu pendidikan terpadu dan pengalaman
praktek, kemudian langsung pada proses uji kompetensi professional, dan akhirnya menjadi
akuntan yang berkualifikasi. Lalu pada model B yaitu system liniear yang dipakai oleh AS
dan Jerman terdapat perbedaan pada proses kedua yaitu pelatuhan universitas (mulai dari
dasar sampai level professional) lalu proses praktek,dan selanjutnya proses yang sama seperti
model A, lalu pada model C yaitu parallel system proses berjalan dimulai dari level sekolah
lalu bercabang ke pendidikan universitas yang berproses ke praktek, dengan pendidikan dan
pengalaman yang berintegrasi praktek, selanjutnya proses sama seperti model A dan B.

2.       System AS bersandar menuju persyaratan pendidikan berat yang dibarengi dengan
praktek dan system inggris bersandar lebih kearah suatu persyaratan pengalaman berat
bersamaan dengan kerja magang. Manakah system yang lebih efektif dan kenapa? System
mana yang akan anda rekomendasikan untuk sebuah Negara seperti mozambik?

Jawab: System yang lebih efektif adalah system yang berada di AS. Bias dilihat ketika AS
mengacu pada model B: linear system pada gambar 20.1, disitu dijelaskan bahwa awal
menjadi akuntan berkualitas adalah harus menjalankan step –step pendidikan serta pelatihan
menjadi akuntan termasuk praktek. Karena biasanya yang dibutuhkan untk menjadi akuntan
ialah telah memiliki sertifikasi atau tanda bukti menjalni pendidikan akuntansi.
Untuk Negara mozambik yang memiliki latar belakang tertinggal maka sepantasnya
menganut sitem akuntansi AS. Karena itu merupakan yang paling efektif.

3.       Jika anda adalah akuntan bersertifikat di Negara anda dan ingin praktek sebagai auditor
dinegara lain, anda kemungkinan besar tidak diperbolehkan untuk pratek. Mengapa ini
menjadi hambatan? Strategi apa yang anda gunakan untuk melayani klien anda di pasar
dimana anda tidak diizinkan untuk berlatih?

Jawab; Adanya hambatan ini terjadi karena perbedaan latar belakang dan standar akuntan
public diseluruh dunia. Namun kebutuhan untuk layanan audit melampaui batas nasional.
Jadi strategi yang dipakai agar dapat menjadi auditor dinegara lain adalah dengan bergabung
bersama perusahaan audit besar didunia karena perusahaan ini telah menghasilkan berbagai
cara layanan klien dari pengiriman auditor luar negeri untuk melakukan pemeriksaan untuk
pengaturan yang lebih komplek dan auditor likal luar negeri yang diperlukan layanan.

4.       Apa tujuan dari Kedelapan Instruksi yang dikeluarkan Uni Eropa? Apa menurut Anda
beberapa masalah yang memungkinkan dapat menghambat pelaksanaan program tersebut?

Jawab :   Uni Eropa mengeluarkan Instruksi Kedelapan dengan tujuan untuk menyelaraskan
persyaratan yang mengarah ke sertifikasi auditor dan yang juga membentuk kondisi bagi
negara-negara untuk dipertimbangkan dalam pemberian timbal balik kepada akuntan dari
negara-negara anggota Uni Eropa lainnya.

5.       Mengapa audit sebagian besar perusahaan global terbesar dilakukan oleh perusahaan
audit The Big Six?

Jawab :  Karena perusahaan audit The Big Six sudah jelas kualitasnya, lebih independen, dan
lebih terpercaya. Opini yang diberikan oleh perusahaan tersebut juga lebih berpengaruh dan
lebih diakui oleh para investor.

6.       Pada tahun 1989, Price Waterhouse mempertimbangkan untuk bergabung dengan
Arthur Andersen, tetapi merger berantakan. Apakah alasan awal kedua perusahaan tersebut
mempertimbangkan untuk bergabung? Apakah alasan mengapa mereka tidak menjalankan
rencana merger mereka? Apa yang mungkin menjadi konsekuensi dari kegagalan mereka
untuk bergabung?

Jawab  : Alasan awal kedua perusahaan tersebut mempertimbangkan untuk adalah untuk
meningkatkan globalisasi bisnis. Tetapi sangat sulit bagi perusahaan-perusahaan besar
tersebut untuk bersama, terutama di mana ada perbedaan yang signifikan dalam budaya
organisasi dan juga karena adanya konflik kepentingan contohnya keterkaitan bisnis
Andersen dengan IBM padahal Prince Waterhouse mengaudit IBM.

7.       Ketika Delloite & Touche terbentuk, tidak semua perusahaan anggota melakukan  
merger. Hal ini dikarenakan merger sangat sulit dilakukan bagi perusahaan besar, terutama
jika terdapat perbedaan yang signifikan dalam budaya organisasi.

8.       Beberapa cara yang dilakukan perusahaan audit dalam melayani klien globalnya,
seperti:

¨     Pendekatan tidak langsung


Dalam pendekatan ini, hubungan koresponden beragam, berkisar dari sangat lemah sampai
sangat kuat. Pada salah satu koresponden lokal ada yang melayani lebih dari satu perusahaan
akuntansi. Dan di sisi lain ada koresponden yang melayani secara eksklusif untuk satu kantor
akuntan public asing. Kunci untuk hubungan koresponden adalah bahwa tidak tidak ada
hubungan resmi antara ekuitas perusahaan.

¨     Pendekatan langsung

Pendekatan ini datang dari berbagai bentuk, dan salah satunya yang paling umum digunakan
adalah dengan mendirikan cabang di luar negeri dengan menggunakan nama perusahaan
orang tua. Perusahaan local diperoleh, pada orang lain, perusahaan yang baru dibentuk.
Konsep cabang, ditambah dengan manajemen pusat yang kuat. Memberikan control yang
lebih ketat terhadap layanan.

9.       Beberapa masalah perusahaan audit dalam melayani klien mereka yang berada di
negara lain:

¨     pembatasan pada penggunaan nama perusahaan

Di beberapa negara tidak diperkenankan perusahaan asing untuk menggunakan nama


internasional mereka saat bertugas di negara lain, akibatnya perusahaan internasional sulit
untuk mengembangkan reputasinya di dunia internasional

¨     pembatasan hak-hak pendirian dan asosiasi

Perusahaan asing biasanya diharuskan untuk mengubah cara mereka dalam melakukan bisnis
untuk menyesuaikan dengan perusahaan-perusahaan lokal. Hal tersebut dimaksudkan agar
dapat beroperasi secara independen dari perusahaan lokal. Selain itu dibeberapa negara juga
mewajibkan perusahaan asing untuk ikut dalam suatu hubungan formal dengan perusahaan
lokal.

¨     pembatasan ruang lingkup praktek

Dibeberapa negara, perusahaan asing diharuskan untuk melakukan audit dengan berdasarkan
pada undang-undang. Selain itu juga ada beberapa Negara yang

10.   Apa beberapa perbedaan pada standar cara audit dan praktek yang dikembangkan di
seluruh dunia?

Ada banyak alasan mengapa standar audit bervariasi pada tiap Negara. Di Amerika Serikat
dan Inggris, ada berbasis luas pasar modal dan profesi akuntansi yang berkualitas tinggi. Pada
pasar modal mengharuskan laporan keuangan diverifikasi secara independen, dan profesi
telah dikembangkan dan disempurnakan standar audit dari waktu ke waktu.

11.   Dalam bab ini, kami menyediakan laporan audit dari beberapa perusahaan global,
bagaimana laporan-laporan ini dibandingkan dengan pedoman audit internasional 13?

Pada dasarnya hampir semua Negara memiliki bentuk laporan audit yang seragam, hanya
sedikit yang membedakan laporan – laporan tersebut, hal ini tergantung pada regulasi
peraturan yang berlaku di tiap – tiap Negara. Namun setiap Negara tetap menjalankan atau
mematuhi segala peraturan audit yang berlaku internasional.

12.   IFAC sedang mencoba untuk mengharmonisasi standar audit dan praktek. Apa yang
anda pikir sebagai beberapa hambatan untuk harmonisasi ini? Apa saja manfaat dari
pekerjaan mereka yang sukses?

Hambatan dalam harmonisasi standar dan praktek audit :

·         Perbedaan latar belakang dan tradisi

·         Perbedaan kebutuhan dari berbagai lingkungan ekonomi

·         Tantangan standarisasi terhadap kedaulatan nasional

Manfaat :

·         Keberadaan Standar Internasional Pemeriksaan Keuangan (ISA) akan memberikan


pembaca laporan yang diproduksi di Negara – Negara lain suatu keyakinan yang dapat
dibenarkan menurut pendapat auditor. Dengan demikian pinjaman kredibiltas kerja auditor
asing memungkinkan auditor dapat memberikan kredibiltas atas laporan keuangan yang ia
laporkan.

·         ISA akan memperkuat manfaat dari adanya standar akuntansi internasional dengan
memberikan pembaca jaminan yang lebih besar bahwa standar – standar akuntansi telah
dipatuhi.

·         Menambah kekuatan ISA akan membantu pembaca dalam membuat perbandingan
keuangan internasional.

·         ISA akan memberikan insentif lebih lanjut untuk meningkatkan dan memperluas
standar.

·         Keberadaan ISA akan membantu dalam aliran modal investasi, terutama untuk Negara
– Negara berkembang.

PERANAN KOMITE AUDIT DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN


(Artikel ini telah dimuat di JURNAL AKUNTANSI PEMERINTAH, Vol. 1 No. 1, Mei
2005, Hlm. 51 – 57, ISSN : 0216-8642 , Jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Lembaga
Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah, Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan (BPPK), Departemen Keuangan R.I.)
Oleh : Muh. Arief Effendi,SE,MSi,Ak,QIA *)
Abstraksi :
Tulisan ini membahas secara singkat perkembangan komite audit di berbagai negara lain
(Amerika serikat, Inggris dan Kanada) serta di Indonesia, terutama ditinjau dari aspek
historis dan praktek. Tinjauan komite audit di Indonesia mencakup penerapan pada
perusahaan – perusahaan publik (termasuk perbankan Indonesia) dan BUMN, selain itu
juga membahas masalah efektivitas kerja komite audit.
Kata-kata kunci : Komite Audit, Efektivitas Kerja, Kinerja Perusahaan, BUMN.
A. Pendahuluan
Keberadaan komite audit pada saat ini telah diterima sebagai suatu bagian dari tata kelola
organisasi perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Selain itu kehadiran komite
audit akhir-akhir ini telah mendapat respon yang positif dari berbagai pihak, antara lain
Pemerintah, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek
Surabaya (BES), Para Investor, Profesi Hukum (Advokat), Profesi Akuntan serta Independent
Appraisal.Menurut Arrens & Loebbecke (2000) yang dimaksud dengan Komite Audit adalah
sebagai berikut:
An audit committee is a selected number of members of company board of directors whose
responsibilities include helping auditors remain independent of management. Most audit
committees are made up of three to five or sometimes as many as seven directors who are not
part of company management.
Komite audit di Indonesia masih merupakan hal yang relatif baru. Perkembangan komite
audit di negara kita , sangat terlambat dibandingkan dengan negara lain. Hal tersebut antara
lain disebabkan Pemerintah baru saja menetapkan kebijakan tentang pemberlakuan komite
audit pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tertentu pada tahun 1999. Selain itu anjuran
dari Bapepam kepada perusahaan yang telah go publik agar memiliki komite audit baru
ditetapkan pada tahun 2000. Mengingat pentingnya keberadaan Komite Audit dalam
meningkatkan kinerja perusahaan, terutama dari aspek pengendalian, maka Komite Audit
perlu mendapatkan perhatian dari manajemen dan Dewan Komisaris serta pihak-pihak terkait
yang bertindak sebagai regulator seperti Menteri keuangan, Menteri BUMN, Bapepam, Bursa
Efek Jakarta & Bursa Efek Surabaya.

B. Komite Audit di beberapa negara lain


Apabila kita ingin mengetahui lebih jauh tentang sejarah keberadaan Komite Audit, mau
tidak mau kita harus melihat perkembangan Komite Audit di negara lain. Berikut ini
dijelaskan perkembangan Komite Audit di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada sebagai
bahan studi perbandingan untuk melihat keberadaan Komite Audit di Indonesia.

1. Komite Audit di Amerika Serikat


Peraturan yang mewajibkan dibentuknya komite audit di Amerika Serikat antara lain
Accounting Series Release (ASR) No. 19/1940 dari The Securities Exchange Commission
(SEC). Ketentuan tersebut menganjurkan agar perusahaan yang telah masuk Pasar Modal (go
publik) memiliki komite audit yang beranggotakan pihak independen dari luar perusahaan.
Menurut studi Korn & Ferry International (1989) ternyata 98 % perusahaan Amerika yang
disurveinya telah memiliki komite audit. Di Amerika Serikat eksistensi komite audit selain
membawa dampak internal juga membawa dampak eksternal bagi perusahaan. Harga saham
perusahaan yang telah memiliki komite auditnya cenderung lebih diminati oleh para investor.
Pada saat ini hampir semua perusahaan di Amerika Serikat terdapat komite audit, padahal
tidak terdapat satu pun ketentuan hukum yang mengikat bahwa keberadaan tersebut
merupakan suatu keharusan (mandatory). Rekomendasi dari kongres di Amerika Serikat,
SEC dan AICPA, maupun persyaratan yang ditetapkan oleh New York Stock Exchange
bukan sebagai produk hukum (required by law ), karena sifatnya hanya sebatas anjuran saja.
Oleh karena itu pengakuan perlunya dibentuk komite audit di perusahaan dapat dapat
dipandang sebagai persyaratan mekanisme pasar (required by the market) dalam rangka
mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap mekanisme akuntansi, auditing, serta
sistem pengendalian yang lain, sehingga unsur-unsur pengendalian tersebut tetap berjalan
secara optimal dalam sistem ekonomi pasar.
American Institute Certified of Public Accountants (AICPA) menerbitkan SAS No. 60 dan 61
yang bertujuan untuk menciptakan link antara auditor dengan pemilik, yakni melalui
komunikasi antara auditor independen dengan komite audit. Hal penting yang disebutkan
dalam standar tersebut , antara lain pengungkapan kelemahan pengendalian internal, adanya
perbedaan pendapat dengan manajemen, pengaruh dari kebijakan akuntansi tertentu yang
signifikan, serta kendala yang dihadapi dalam melakukan audit.

2. Komite Audit di Inggris (U.K.)


Inggris merupakan negara pelopor dibentuknya komite audit. Komite audit tersebut sudah ada
sejak pertengahan abad ke-19. Anggotanya dipilih diantara para pemegang saham
(shareholders) yang dipandang memiliki keahlian (kompetensi) dibidang akuntansi dan
auditing. Tujuannya sebagai mediator antara para pemegang saham, manajemen serta pihak
eksternal perusahaan. The Promotion of Non-Executive Directors (Pro-ned) goup (1982)
telah memperbaiki code of practice. Pada tahun 1987 group tersebut merekomendasikan agar
perusahaan- perusahaan publik memiliki komite audit yang terdiri dari non-executive director
yang bertugas memberikan konsultasi masalah penting tentang audit dan pengendalian.
Institute of Chartered Accountant pada England & Wales Working Party (1986) telah
merekomendasikan agar komite audit bertanggungjawab atas pertemuan dan remunerasi
auditor independen, menyetujui perencanaan audit (audit plan) dan mereview laporan
manajemen (management report) yang dikeluarkan oleh auditor independen.

3. Komite Audit di Kanada


Komite audit pertama kali diperkenalkan oleh Pemerintah Kanada pada tahun 1965. The
Canada Business Corporation Act telah melakukan amandemen pada tahun 1975. Menurut
ketentuan ini semua perusahaan publik harus memiliki komite audit yang mereview laporan
keuangan tahunan sebelum disampaikan pada Board of Director. The Adams Report (1998)
merekomendasikan tentang tanggungjawab komite audit. The Canadian Institute of Chartered
Accountants (1988) mengeluarkan the Macdonald Report (Macdonald Commission) yang
antara lain mengemukakan agar semua perusahaan publik harus memiliki komite audit,
Komite audit harus melaporkan tentang tanggungjawabnya kepada pemegang saham secara
tahunan (annual report) dan Komite audit harus mereview laporan keuangan interim dan
tahunan sebelum dipublikasikan. Selain itu ketentuan mengenai perlunya komite audit di
Kanada telah dimuat dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas . The Business Corporation
Act (1975) telah diberlakukan di Negara Bagian Ontario dan British Columbia.

C. Komite Audit di Indonesia


Perkembangan praktek Komite Audit di Indonesia dapat dibedakan atas 3 (tiga) hal sesuai
dengan jenis / karakteristik perusahaan yang ada, seperti Perbankan, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Perusahaan Publik.

1.Komite Audit di Perbankan Indonesia


Komite audit yang diwajibkan (diberlakukan) dikalangan perbankan dinamakan Dewan Audit
atau Badan Audit. Dewan Audit diatur berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No.
27/163/KEP/DIR/1995 tanggal 31 Maret 1995 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.
27/8/UPPB/1995 tanggal 31 Maret 1995. Menurut ketentuan tersebut Dewan Audit dalam
perbankan memiliki 6 (enam) tanggung jawab sebagai berikut :
Menyetujui Internal Audit Charter , menanggapi rencana audit intern dan masalah-masalah
yang ditemukan oleh Auditor Intern serta menentukan pemeriksaan khusus oleh Satuan Kerja
Audit Intern (SKAI) apabila terdapat dugaan terjadinya kecurangan, penyimpangan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.
Mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam hal auditee tidak menindaklanjuti
laporan Kepala SKAI.
Memastikan bahwa laporan-laporan yang disampaikan kepada Bank Indonesia serta Instansi
lain yang berkepentingan telah dilakukan dengan benar dan tepat waktu. Selain itu, Bank juga
mematuhi ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
Memastikan bahwa manajemen menjamin baik auditor ekstern maupun intern dapat bekerja
sama dengan standar auditing yang berlaku.
Memastikan bahwa manajemen telah menjalankan usahanya sesuai prinsip pengelolaan bank
secara sehat.
Menilai efektivitas pelaksanaan fungsi SKAI.Seperti halnya komite audit di perusahaan,
Dewan Audit di perbankan dapat dipandang sebagai wujud mekanisme pengendalian yang
diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan. Dalam prakteknya Dewan Audit di
Perbankan, menurut sinyalemen dari para pengamat ekonomi / perbankan sebagian besar
ternyata tidak berjalan dengan efektif. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Bank-Bank
yang dilikuidasi (bangkrut), sehingga terpaksa harus dibekukan usahanya (ditutup). Pada
awal terjadinya krisis moneter beberapa waktu yang lalu (1997 – 1999), banyak sekali bank-
bank yang masuk kategori Bank Beku Operasi (BBO), Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU)
serta Bank dalam Likuidasi. Hal tersebut membuktikan bahwa aspek pengendalian di
perbankan kita sangat lemah, meskipun telah ada Dewan Audit. Beberapa waktu yang lalu
ternyata masih ada Bank yang terpaksa dilikuidasi lagi, misalnya bank Global.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27/163/KEP/DIR tanggal 31 Maret
1995 tersebut akhirnya dicabut dan sebagai gantinya Bank Indonesia mengeluarkan peraturan
Bank Indonesia No. I/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance
Director).
Menurut pendapat penulis, meskipun di perbankan telah ada Direktur Kepatuhan, tidak
otomatis dapat menggantikan fungsi Dewan Audit. Direktur kepatuhan tersebut tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris perbankan. Selain itu Direktur Kepatuhan hanya
terdiri dari 1 (satu) orang sedangkan Dewan Audit Sekurang-kurangnya 3 orang dan salah
satunya adalah pihak eksternal bank yang independen terhadap manajemen, kepemilikan dan
tidak ada pertentangan kepentingan (conflict of interest). Tidak adanya Dewan Audit di
perbankan mengakibatkan beban / tugas komisaris menjadi lebih berat, karena tidak ada
pihak independen & ahli dibidangnya yang membantu tugasnya dalam aspek pengendalian /
pengawasan perbankan.

1.Komite Audit di Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


Ketentuan tentang komite audit telah diatur dengan Undang Undang No. 19 tahun 2003
tanggal 19 Juni 2003 tentang BUMN, antara lain pada pasal 70 disebutkan bahwa Komisaris
dan Dewan Pengawas BUMN wajib membentuk komite audit yang bekerja secara kolektif
dan berfungsi membantu Komisaris dan Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya.
Komite audit tersebut dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggungjawab kepada Komisaris
atau Dewan Pengawas. Keterangan lebih rinci tentang komite audit telah diatur melalui
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. 103 tahun 2002, yang merupakan revisi
terhadap Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Nomor : KEP-133/M-
PBUMN/1999 tanggal 8 Maret 1999 tentang pembentukan komite audit bagi BUMN.
Selain itu berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang
penerapan praktek Good Corporate Governance pada BUMN terdapat beberapa pasal yang
mengatur tentang Komite Audit, yaitu :
Pada pasal 14 ayat 1, antara lain disebutkan bahwa Komisaris / Dewan Pengawas harus
membentuk Komite Audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris /
Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya yaitu :
a.BUMN yang mempunyai kegiatan usaha dibidang Asuransi dan Jasa Keuangan lainnya.
b.BUMN yang menjadi PT. Terbuka.
c.BUMN yang berada dalam persiapan privatisasi.
d.BUMN yang assetnya bernilai sekurang-kurangnya Rp. 1.000.000.000.000,- (satu triliun
rupiah).
Pada BUMN selain yang dimaksudkan dalam ayat 1 tersebut, Komisaris / Dewan Pengawas
dapat membentuk Komite Audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu
Komisaris / Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya. Adapun pada ayat 5,
disebutkan bahwa komite audit bertugas membantu Komisaris / Dewan Pengawas dalam
memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas external
auditor dan internal auditor.
2.Pada pasal 22 ayat 2 butir e, juga disebutkan bahwa monitoring yang merupakan salah satu
bagian dari sistem pengendalian internal adalah proses penilaian terhadap kualitas sistem
pengendalian internal termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan unit struktur
organisasi BUMN, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal, dengan ketentuan bahwa
penyimpangan yang terjadi dilaporkan kepada Direksi dan tembusannya disampaikan kepada
Komite Audit.
3.Pada pasal 25, pasa 1 dan 2 disebutkan eksternal auditor harus ditunjuk oleh RUPS /
Pemilik Modal dari calon yang diajukan oleh Komisaris / Dewan Pengawas berdasarkan usul
Komite Audit. Komite Audit melalui Komisaris / Dewan Pengawas wajib menyampaikan
kepada RUPS / Pemilik Modal alasan pencalonan tersebut dan besarnya honorarium / imbal
jasa yang diusulkan untuk external auditor tersebut.
4.Pada pasal 26, Komisaris / Dewan Pengawas dan Direksi harus memastikan bahwa external
auditor maupun internal auditor dan Komite Audit memiliki akses terhadap informasi
mengenai BUMN yang perlu untuk melaksanakan tugasnya.
Komite audit dapat berfungsi membantu kelancaran tugas komisaris, antara lain komite audit
melakukan penelaahan terhadap kebenaran informasi yang disampaikan oleh direksi kepada
komisaris Selain itu komite audit juga dapat berfungsi menilai efektivitas pengendalian
internal (internal control), termasuk fungsi Internal Auditor atau Satuan Pengawasan Intern
(SPI), sehingga dapat memberikan rekomendasi tentang peningkatan efektivitas internal
auditor untuk meningkatkan sistem pengendalian internal perusahaan. Komite Audit di
BUMN dapat berperan lebih aktif apabila ternyata eksistensi internal auditor di BUMN
kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Komite audit juga dapat melakukan sinergi dengan
internal auditor, misalnya melakukan joint audit untuk aspek-aspek strategis yang
memerlukan pendalaman audit lebih lanjut.
Pada saat ini beberapa BUMN telah membentuk komite audit, terutama untuk BUMN yang
telah go publik. BUMN yang assetnya melebihi 1 triliun sebagian telah membentuk komite
audit dan sebagian dalam proses pembentukan komite audit. Berdasarkan hasil penelitian
penulis tahun 1999 tentang Persepsi Dewan Komisaris & Direksi BUMN dalam
pembentukan komite audit, ternyata masih terdapat beberapa komisaris maupun Direksi
BUMN yang belum mengetahui arti pentingnya keberadaan komite audit. Hal tersebut
dimungkinkan karena pada saat itu komite audit baru ditetapkan oleh Menteri BUMN. Pada
saat ini seharusnya para Komisaris maupun Direksi BUMN telah mengetahui pentingnya
keberadaan komite audit tersebut, karena adanya komite audit yang efektif merupakan salah
satu aspek implementasi Good Corporate Governance.

2.Komite Audit di Perusahaan Publik


Berdasarkan Surat Edaran dari Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. SE-008/BEJ/12-2001
tanggal 7 Desember 2001 perihal keanggotaan komite audit, disebutkan bahwa :
1.Jumlah anggota Komite Audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, termasuk Ketua Komite
audit.
2.Anggota Komite Audit yang berasal dari komisaris hanya sebanyak 1 (satu) orang. Anggota
Komite Audit yang berasal dari komisaris tersebut harus merupakan Komisaris Independen
Perusahaan Tercatat yang sekaligus menjadi Ketua Komite audit.
3.Anggota lainnya dari Komite Audit adalah berasal dari pihak eksternal yang independen.
Yang dimaksud pihak eksternal adalah pihak diluar Perusahaan Tercatat yang bukan
merupakan komisaris, direksi dan karyawan Perusahaan Tercatat, sedangkan yang diamksud
independen adalah pihak diluar Perusahaan Tercatat yang tidak memiliki hubungan usaha dan
hubungan afiliasi dengan Perusahaan Tercatat, komisaris , direksi dan Pemegang Saham
Utama Perusahaan Tercatat dan mampu memberikan pendapat profesional secara bebas
sesuai dengan etika profesionalnya, tidak memihak kepada kepentingan siapapun.
Kepercayaan atas independensi sikap Komite Audit adalah sangat penting. Untuk diakui
sebagai pihak independen, anggota Komite Audit harus bebas dari setiap kewajiban kepada
Perusahaan Tercatat dan tidak memiliki suatu kepentingan tertentu terhadap Perusahaan
Tercatat atau Direksi atau Komisaris Perusahaan Tercatat dan bebas dari keadaan yang dapat
menyebabkan pihak lain meragukan sikap independensinya.Ketentuan mengenai komite audit
juga diatur dalam Surat Edaran Bapepam Nomor SE-03/PM/2000 tertanggal 05 Mei 2000 dan
Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor Kep-315/BEJ/06/2000 sebagai berikut
antara lain diatur sebagai berikut :
1.Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota, seorang
diantaranya merupakan komisaris independen Perusahaan Tercatat yang sekaligus merangkap
sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang
independen dimana sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan dibidang
akuntansi dan atau keuangan. Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris.
2.Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen kepada
dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan
komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris, yang
antara lain meliputi :
a.melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan
seperti, laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya,
b.menelaah independensi dan objektifitas akuntan publik,
c.melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik
untuk memastikan semua resiko yang penting telah dipertimbangkan,
d.melakukan penelaahan atas efektivitas pengendalian internal perusahaan,e. menelaah
tingkat kepatuhan Perusahaan Tercatat terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
Pasar Modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan,f. melakukan pemeriksaan terhadap dugaan adanya kesalahan dalam keputusan
rapat direksi. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan oleh komite audit atas biaya Perusahaan
Tercatat yang bersangkutan.Keberadaan komite audit di perusahaan publik menurut hasil
pengamatan penulis sebagian besar hanya sekedar memenuhi tuntutan regulator (Bapepam &
BEJ). Hal tersebut dapat diketahui bahwa yang ditunjuk sebagai anggota komite audit di
perusahaan publik banyak yang belum memenuhi kualitas & kompetensi seperti yang
diharapkan. Oleh karena itu pihak regulator, Bapepam & BEJ perlu melakukan monitoring
secara periodic eksistensi & efektivitas komite audit di perusahaan publik.

D. Efektivitas Komite Audit


Komite audit pada saat ini telah diakui keberadaannya di hampir semua perusahaan di negara
maju, terutama di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada, namun hingga saat ini belum ada
kesepakatan mengenai tolok ukur keberhasilan atau efektivitas komite audit. Belum terdapat
hasil pembuktian secara empiris mengenai hal tersebut, namun Sommer (1991) berpandangan
bahwa komite audit di banyak perusahaan masih belum melakukan tugasnya dengan baik.
Menurut pendapat Sommer, banyak komite audit yang hanya sekedar melakukan tugas-tugas
rutin, seperti review laporan dan seleksi auditor eksternal, dan tidak mempertanyakan secara
kritis dan menganalisis secara mendalam kondisi pengendalian dan pelaksanaan
tanggungjawab oleh manajemen. Penyebabnya diduga bukan saja karena banyak dari mereka
tidak memiliki kompetensi dan independensi yang memadai, tetapi juga karena banyak yang
belum memahami peran pokoknya (Manao, 1997).Kalbers & Fogarty (1993) telah melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit. Hasil penelitian
yang dimuat di Auditing A Journal of Practice & Theory berjudul “Audit Committee
Effectiveness : An Empirical Investigation of the Contribution of Power”, antara lain
mengungkapkan bahwa terdapat 3 (tiga) faktor yang dominan yang berpengaruh terhadap
keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya, yaitu :
1. Kewenangan formal dan tertulis bagi komite audit.
2. Kerjasama manajemen.
3. Kualitas (kompetensi) personil dari komite audit.
Salah satu aspek yang cukup penting dalam keberhasilan komite audit dalam menjalankan
tugasnya adalah masalah komunikasi. Oleh karena itu komite audit harus meningkatkan
komunikasi dengan dewan Komisaris, manajemen, internal auditor dan eksternal auditor.
Adanya komunikasi yang lancar antara komite audit dengan berbagai pihak tersebut dapat
menunjukkan eksistensi komite audit lebih efektif dan dapat meringankan tugas komisaris
dalam mengawasi jalannya perusahaan. H.

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
a.Keberadaan Komite Audit sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan,
terutama dari aspek pengendalian. Pada saat ini adanya Komite Audit yang efektif merupakan
salah satu aspek dalam implementasi Good Corporate Governance.
b.Perkembangan Komite Audit di Indonesia sangat lamban apabila dibandingkan dengan di
beberapa negara lain, seperti di Amerika Serikat, Inggeris dan Kanada. Hal ini karena
ketentuan (regulasi) yang mengatur tentang Komite Audit oleh Bapepam, BEJ dan Kantor
Menteri BUMN relatif masih baru.
c.Keberadaan Komite Audit di Perbankan, BUMN maupun Perusahaan Publik, pada saat ini
belum efektif seperti yang diharapkan berbagai pihak.

2. Saran
a.Agar Pemerintah termasuk Kementerian BUMN dan Menteri Keuangan menganjurkan pada
BUMN tertentu untuk membentuk komite audit sebagai implementasi Good Corporate
Governance.
b.Agar Bapepam , BEJ & BES mengharuskan Perusahaan Publik untuk membentuk Komite
Audit serta melakukan monitoring secara periodik untuk mencegah adanya komite audit
hanya sekedar memenuhi tuntutan regulator.
c.Agar Bank Indonesia mengkaji kembali perlu tidaknya dibentuk Dewan Audit / komite
Audit di perbankan dengan memperhatikan aspek pengendalian intern sebagai implementasi
pengawasan di perbankan.
d.Agar keberadaan Komite Audit audit di Perusahaan Publik, Perbankan maupun BUMN
dapat berjalan secara efektif, hendaknya anggota Komite Audit dipilih orang yang
independen yang berasal dari luar perusahaan sehingga tidak ada conflict of interest dengan
perusahaan. Selain itu hendaknya aspek kapabilitas serta integritas menjadi acuan utama
dalam memilih anggota Komite Audit.***
Daftar Pustaka
Baridwan, Zaki : “Peran dan Fungsi Komisaris Independen dan Komite Audit”, makalah
seminar Konvensi Nasional Akuntansi IV, Jakarta, 6-7 September 2000.

Eddie M. Gunadi & Toto J. Alamsyah : “Direktur Kepatuhan : Gantikan Fungsi Dewan
Audit”, Media Akuntansi, No.5 Tahun I, Desember 1999 – Januari 2000.

Effendi, M. Arief :”Persepsi Dewan Komisaris & Direksi Badan Usaha Milik Negara
terhadap pembentukan Komite Audit”, thesis, Program Magister Akuntansi (MAKSI),
Universitas Indonesia, 2001.

Effendi, M. Arief : “Komunikasi Komite Audit : Antara Harapan dan Kenyataan”, Majalah
Media Akuntansi, Jakarta, Edisi Juli – Agustus 2002.
Herwidayatmo : “Peran dan Fungsi Komisaris Independen dan Komite Audit”, Simposium
Nasional Akuntansi II dan Konvensi Nasional Akuntansi IV, Jakarta, 7 September 2000.

Kalbers, Lawrence P. & Forgathy, Timothy J. : “Audit Committee Effectiveness : An


Empirical Investigation of the Contribution of Power”, Auditing A Journal of Practice &
Theory, Vol. 12, No. 1, Spring, 1993.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Nomor : KEP-102/M-PBUMN/2002


tanggal 31 Juli 2002 tentang pembentukan komite audit bagi BUMN.

Manao, Hekinus : “ Efektivitas Komite Audit Perusahaan Peranan Independensi dan


Kompetensi “, makalah Seminar Pengembangan Audit Committee di lingkungan Perusahaan
di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi, FKSPI BUMN/BUMD & IIA Indonesian Chapter,
Jakarta, 5 Maret 1997.

Manao, Hekinus : “Peranan Komite Audit dalam Pengelolaan Perusahaan : Ulasan Historis,
Teori, Praktik dan Perspektif”, Profesi Akuntan Indonesia Menuju Milenium Baru, Prosiding
KNA Ke-3 , Ikatan Akuntan Indonesia, 1996.

The Institute of Internal Auditors Research Foundation : Improving Audit Committee


Performance : What Works Best, A Research Report prepared by Price Waterhouse, First
printing, 1993.

*) Muh. Arief Effendi, SE, MSi, Ak, QIA adalah Senior Auditor Operasional PT. Krakatau
Steel serta Staf Pengajar beberapa perguruan tinggi di Jakarta.
Filed under: Artikel GCG, Audit Committee, SOE's (BUMN) | Tagged: Artikel GCG, Audit
Committee, SOE's (BUMN)
« Membudayakan Tradisi Menulis di Kalangan Dosen ESQ Power-1 »

Anda mungkin juga menyukai