Anda di halaman 1dari 2

Pemerintah Terbitkan 49 PP & Perpres, Pengusaha

Diuntungkan?

Miftakhu Royan (pemilik PT Royan Properti Land) saat diwawancarai di lokasi salah satu lokasi konstruksi yang ia pegang,
Magelang, Minggu (21/02/2021). Abulkhoir Satria.

Reporter : Abulkhoir Satria Sakti


Editor : Abulkhoir Satria Sakti
Magelang. 49 peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja resmi diterbitkan oleh pemerintah pada hari Minggu (21/2/2021). 49 tersebut terdiri
dari 45 PP dan 4 perpres. Hal ini disampaikan lewat situs resmi Kementrian Sekertariat
Negara yaitu situs Jaringan Dokumentasi Informasi dan Hukum (JDIH). 49 PP & Perpres
dapat diunduh melalui situs tersebut.
Harapan dari diresmikanya PP & Perpres ini agar dapat memulihan perekonomian
nasional. Hal ini disampaikan sejak awal dibuatnya RUU Cipta Kerja. “Sejak awal, UU Cipta
Kerja dibuat untuk menjadi stimulus positif bagi peningkatan dan pertumbuhan ekonomi
nasional yang akan membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat. UU Cipta Kerja ini
juga merupakan terobosan dan cara pemerintah menangkap peluang investasi dari luar negeri
lewat penyederhanaan izin dan pemangkasan birokrasi,” ujar Yasonna Laoly selaku Mentri
Hukum dan Hak Asasi Manusia, dikutip dari laman kemenkumham.go.id, Ahad (21/2).
Miftakhu Royan, pemilik PT. Royan Properti Land yaitu perusahaan di bidang
konstruksi bangunan merasakan dampak terhadap 49 turunan aturan tersebut. Khususnya
pada PP Nomor 14 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Jasa Konstruksi. “Pada
umumnya hal ini memang dapat menstimulasi perekonomian di Indonesia, namun saya hanya
berfokus terhadap beberapa pasal saja dan belum mengetahui secara keseluruhan” Ujar
pengusaha berumur 26 tahun itu. Pada peraturan tersebut disebutkan syarat – syarat bahwa
kontraktor baik yang dilakukan sektor pemerintahan, swasta, maupun perorangan
disamaratakan. Adapun syarat-syarat dalam PP tersebut antara lain bahwa penyedia jasa
wajib memiliki pengetahuan regulasi tentang Jasa Konstruksi terutama terkait perizinan
badan usaha jasa konstruksi, sertifikasi badan usaha dan pencatatan badan usaha jasa
konstruksi, memiliki pengetahuan tentang tata kelola administrasi dan keuangan,
berpendidikan paling rendah Strata-Satu (S-1) atau D-4 untuk Ketua Unsur Pelaksana dan
paling rendah Diploma Tiga (D3) untuk anggota, memiliki kompetensi sesuai jenis usaha
Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultansi Konstruksi, dan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi
serta klasifikasi dan subklasifikasinya, dan memiliki pengalaman di bidang Jasa Konstruksi
paling sedikit 7 (tujuh) tahun.
Ketika ditanya team kami, Miftakhu Royan atau Miro panggilan akrabnya, sangat
setuju dan merasa memang perlu adanya sertifikasi. Kendati demikian Miro bukanlah lulusan
D3 atau S1 melainkan hanya lulusan SMA saja. “Memang tidak semua penyedia jasa dapat
mengikuti aturan pemerintah tersebut karena mengikuti aturan yang berlaku itu menurut saya
seharusnya khusus untuk projek pemerintah saja” ujarnya ketika ditanyai tanggapan
mengenai PP tersebut. Menurut ia, jika ada projek yang bukan pemerintahan paling tidak
tenaga ahlinya seperti arsiteknya, tim ahli tanahnya, dan lain sebagainya memiliki pendidikan
tinggi serta penyedia jasa memiliki Surat Izin Usaha Jasa Konstuksi (SIUJK). “Kalau
penyedia jasanya mah menurut saya tidak perlu S1 ya” tambahnya.
Miro berharap kepada pemerintah agar mengedukasi kepada penyedia jasa agar
tenaga ahlinya saja yang wajib memiliki pendidikan tinggi. Menurutnya aturan yang terlalu
ketat akan menimbulkan kerugian yang signifikan juga.

Sumber: https://www.pengadaan.web.id/2021/02/pp-14-2021-peraturan-pelaksanaan-uu-jasa-
konstruksi.html, https://jdih.setneg.go.id/Terbaru

Anda mungkin juga menyukai