Tia Sugiri
Dosen Univ. Sangga Buana Bandung
Sekretaris Umum DPD ASTTI Jawa Barat
Ketua LPKTI ASTTI Pusat
Materi Bahasan :
• Pendahuluan
• Era Konstruksi saat ini
• Protret Tenaga Kerja Konstruksi
• Pelatihan Konstruksi
• Penutup
PENDAHULUAN
• Para pelaku konstruksi enggan untuk belajar keahlian baru. Hal ini
adalah masalah klasik di ranah manajemen sumberdaya. Tenaga kerja
senior dan sudah sangat profesional berpengalaman kebanyakan tidak
mau lagi belajar keahlian baru, tenaga kerja di lapangan juga memiliki
kapasitas yang terbatas dalam mempelajari keahlian baru
(Wirahadikusumah, R. 2021)
• Isu strategis lainnya disampaikan Dewi Chomistriana, Tri Berkah dan
Aprilia Gayatri (2021) adalah Produktivitas Tenaga Kerja “rendah” dan
perlunya Peningkatan kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi (TKK),
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, kondisi tenaga kerja konstruksi
Indonesia masih didominasi TKK berpendidikan SMA ke bawah (70%).
PENDAHULUAN
Peningkatan
Kompetensi dan
Profesionalisme Tenaga
kerja melalui Pelatihan
Konstruksi merupakan
salah satu alternatif
yang ditawarkan untuk
mengatasi hal tersebut
di atas……
ERA KONSTRUKSI SAAT INI
• Reformasi regulasi di bidang usaha diawali dengan terbitnya Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja)
yang mengubah 78 (tujuh puluh delapan) Undang-Undang, termasuk
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
• Secara umum UU Cipta Kerja memiliki tujuan untuk mereformasi
struktural dan mempercepat transformasi ekonomi demi
mewujudkan Visi Indonesia Maju 2045, salah satunya menjadi 5
(lima) besar Kekuatan Ekonomi Dunia, dengan menjadi negara
berpendapatan tinggi pada tahun 2040
ERA KONSTRUKSI SAAT INI
• Kondisi yang menjadi latar belakang penyusunan UU Cipta Kerja diantaranya:
a. Indonesia saat ini hanya tersedia lapangan kerja bagi 2,5 juta orang
per tahun, sementara sebanyak 7 juta orang mencari pekerjaan;
b. Masih banyaknya tumpang tindih regulasi. Saat ini terdapat 8.451
peraturan pusat dan 15.965 peraturan daerah;
c. Inefisiensi birokrasi (tumpang tindih kewenangan) adalah masalah
utama yang dihadapi usaha, disamping isu korupsi dan akses pendanaan;
d. Kemudahan berusaha Indonesia masih di peringkat ke-73, masih di
bawah beberapa negara ASEAN seperti Singapura (2), Malaysia (12),
Thailand (21) dan Vietnam (70); dan
e. Produktivitas tenaga kerja rendah.
ERA KONSTRUKSI SAAT INI
• Cita-cita yang hendak dicapai oleh undangundang yang dibentuk
dengan omnibus law ini adalah terciptanya lapangan pekerjaan baru
sebanyak-banyaknya bagi para pencari kerja, kemudahan berusaha
bagi masyarakat, khususnya Usaha Mikro Kecil (UMK) untuk usaha
baru dan mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.
• cita-cita besar lahirnya UU Cipta Kerja adalah untuk dapat melakukan
simplifikasi dan harmonisasi regulasi dan perizinan, investasi yang
berkualitas, penciptaan lapangan kerja yang berkualitas dan
kesejahteraan pekerja dan pemberdayaan UMKM.Pertumbuhan
ekonomi sebagaimana yang dicita-citakan hanya dapat terwujud
apabila diiringi dengan upaya peningkatan produktivitas, investasi
yang berkelanjutan, perbaikan pasar tenaga kerja, dan peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia.
POTRET TENAGA KERJA KOSNTSRUKSI
•
Pembangunan infrastruktur untuk menyediakan pelayanan
dasar merupakan salah satu prioritas utama pemerintah
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024. Hal ini dibuktikan dengan besarnya
dana yang dianggarkan untuk pembangunan infrastruktur
pelayanan dasar, sebesar Rp 6.445 T dalam jangka waktu 5
tahun dan Rp 118.712,4 miliar untuk tahun 2021.Tingginya
dana yang dianggarkan untuk pembangunan infrastruktur
secara langsung berarti kegiatan konstruksi infrastruktur di
Indonesia meningkat. Kegiatan konstruksi yang intensif
dilakukan di seluruh Indonesia tentunya memiliki
kebutuhan penyerapan tenaga kerja konstruksi yang tinggi.
Sejalan dengan tren pembangunan infrastruktur, jumlah
tenaga kerja pada sektor konstruksi pun menunjukkan tren
penambahan setiap tahunnya.
POTRET TENAGA KERJA KOSNTSRUKSI
FUNGSI LSP
a. menyusun program kerja tahunan;
TUGAS LSP b. menyusun dan mengembangkan
berdasarkan standar kompetensi kerja;
skema sertifikasi
Sertifikat asesor dan SKK Konstruksi jenjang 9 atau setara Untuk pengujian kompetensi
Tercatat di LPJK dengan Kualifikasi ahli utama jabatan ahli jenjang 9
Sertifikat asesor dan SKK Konstruksi jenjang paling Untuk pengujian kompetensi
ASESOR Memiliki sertifikat asesor rendah jenjang 8 atau setara dengan Kualifikasi ahli jabatan ahli jenjang 7 dan 8
madya
KOMPETENSI dan SKK Konstruksi
dengan ketentuan: Sertifikat asesor dan SKK Konstruksi paling rendah Untuk pengujian kompetensi
jenjang 6 atau setara dengan Kualifikasi ahli muda jabatan teknisi/analis
SKK paling rendah jenjang 3 atau setara dengan Untuk pengujian kompetensi
Kualifikasi terampil kelas 1 jabatan operator
Pasal 30J
BIAYA SERTIFIKASI
sertifikat asesor diterbitkan oleh lembaga
independen yang mempunyai tugas
melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja
Lembaga Pendidikan
Perguruan Tinggi Ahli
Peserta didik lulusan Semua klasifikasi dan subklasifikasi bidang
Politeknik Lembaga Pendidikan Analis/Teknisi keilmuan Jakon yang sesuai dengan
tersebut jurusan/bidang studi Lembaga Pendidikan
SMK Operator
Lembaga Pelatihan Kerja
Ahli, Analis/Teknisi, dan
LPK Swasta 1 Klasifikasi dan paling banyak 5 subklasifikasi
Operator
LPK Pemerintah ASN pada unit LPK dan Semua klasifikasi dan subklasifikasi bidang Jakon
instansi induknya serta Ahli
jejaringnya.
Semua klasifikasi dan subklasifikasi bidang
Ahli, Analis/Teknisi, dan
LPK Perusahaan keilmuan Jakon yang sesuai dengan layanan
Operator
bidang perusahaan induknya
LSP yang telah mendapatkan Lisensi harus melakukan pencatatan kepada Menteri. Pasal 30K
PERATURAN PEMERINTAH NO 14 TAHUN 2021
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
24 tentang Perubahan atas PP Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan
DI R E K T O R AT JENDERAL BINA KONSTRUKSI Pelaksanaan UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
PEMANTAUAN DAN
Pasal 30L EVALUASI REKOMENDASI
LSP yang telah mendapatkan Lisensi dipantau dan dievaluasi terkait: SANKSI Pasal 30M
1 Lembaga pendidikan dan/atau lembaga pelatihan kerja Memiliki izin mendirikan lembaga pendidikan atau tanda
yang memilikiprogram pendidikan dan/atau pelatihan 2
daftarLembaga Pelatihan Kerja yang diterbitkan oleh
kerja di bidang JasaKonstruksi pada klasifikasi bidang instansi yang berwenangsesuai dengan ketentuan
keilmuan, yaitu: peraturan perundang-undangan;
a. arsitektur; f. perencanaan wilayah dan
3 Memiliki program kerja bidang Jasa Konstruksi;
b. sipil; kota;
c. mekanikal; g. sains dan rekayasa
d. tata lingkungan; teknik; atau Memiliki instruktur atau tenaga pengajar, dan
4
e. arsitektur lansekap, h. manajemen pelaksanaan. sarana dan prasaranapendidikan dan/atau
iluminasi, dan pelatihan kerja sesuai pedoman
desain interior; pelatihanberbasis kompetensi suatu jabatan
kerja.
LINGKUP KEGIATAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pasal 23
Klasifikasi yang di ambil oleh LPK 1. Pelatihan tingkat level 7,8 dan 9 untuk
adalah “ Managemen Pelaksanaan” 4 bidang Subklasifikasi dengan level
Subklasifikasinya adalah : Ahli Muda, Madya dan Utama
1. Management Pelaksanaan 2. Pelatihan untuk level 3 dan 4 atau
2. Management Proyek level trampil pada subklasifikasi
3. Management Mutu petugas keselamatan konstruksi
4. Management Keselamatan
5. Petugas keselamatan konstruksi
JENIS BIDANG PELATIHAN
MANAJEMEN
ARSITEKTUR SIPIL MEKANIKAL TATA LINGKUNGAN PERTAMBANGAN
PELAKSANAAN
a. Arsitek a. Ahli Teknik jalan a. Ahli teknik a. Ahli teknik a. Ahli manajemen a. Ahli konstruksi
(Mu,Md,Ut) mekanikal lingkungan konstruksi kilang
b. Ahli teknik
b. Disain Interior jembatan b. Ahli teknik sistem b. Ahli perencanaan b. Ahli manajemen b. Ahli pengeboran
(Mu,Md,Ut) tata udara wilayah dan kota proyek dalam
c. Ahli Bangunan
c. Arsitektur Gedung c. Ahli teknik c. Ahli teknik sanitasi c. Ahli K3 konstruksi c. Ahl transhles
Lanskap plambing dan dan limbah d. Ahli Sistem (galian dalam
d. Ahli bangunan air
(Mu,Md,Ut) pompa mekanik Manajemen Mutu tanah)
e. Ahli Terowongan d. Ahli teknik air
d. Iluminasi d. Ahli teknik minum e. Petugas d. Dll bidang
(Mu,Md,Ut) f. Ahli Teknik transportasi dalam pertambangan
e. dll keselamatan
landasan terbang gedung
e. Juru konstruksi
gambar/draftm g. Ahli Teknik e. dll
an (kls 1,2 ,3) dermaga
f. Tukang pada h. Ahli Teknik
pek Gedung bendungan besar
(klas 1,2,3) i. Ahli sumber daya
air
j. Ahli geotknik
PELATIHAN KONSTRUKSI
•
•
•
ILUSTRASI PELATIHAN KONSTRUKSI
BIDANG GEDUNG, AIR MINUM DAN DRAINASE
ILUSTRASI PELATIHAN KONSTRUKSI
BIDANG GEDUNG, AIR MINUM DAN DRAINASE
ILUSTRASI PELATIHAN KONSTRUKSI
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
ILUSTRASI PELATIHAN KONSTRUKSI
BIDANG SDA, TATA RUANG, DAN UMUM
ILUSTRASI PELATIHAN KONSTRUKSI
BIDANG ALAT BERAT
ILUSTRASI PELATIHAN KONSTRUKSI
ILUSTRASI PELATIHAN KONSTRUKSI
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
ILUSTRASI PELATIHAN
•
ILUSTRASI PELATIHAN
•
ILUSTRASI PELATIHAN
•
ILUSTRASI PELATIHAN
•
ILUSTRASI PELATIHAN
•
PENUTUP
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan hasil konstruksi,
ketersediaan tenaga kerja konstruksi kompeten menjadi sangat
strategis. Dari total 8.066.497 TKK di Indonesia pada tahun 2020
(sumber BPS 2020), tenaga kerja yang bersertifikat hanya berjumlah
1.004.581 yang terdiri dari SKA ahli sejumlah 273.343 dan SKT 731.238
(Sumber LPJK, Agustus 2021).
Jika dilihat dari jumlah TKK bersertifikat mengindikasikan bahwa tenaga
kerja konstruksi pada level terampil masih mendominasi dalam
pelaksanaan konstruksi. Definisi tenaga terampil adalah tenaga kerja
yang lebih banyak menggunakan kemampuan motorik kasarnya dalam
melakukan pekerjaan. Untuk dapat terus mengasah kemampuannya
dan up date terhadap perkembangan teknologi, tenaga kerja konstruksi
terampil ini harus dilatih secara kontinyu agar kompetensinya sesuai
dengan yang dibutuhkan sektor konstruksi.
PENUTUP
LPKTI ASTTI
PUSAT PELATIHAN
BIDANG JASA
KONSTRUKSI DAN
BIDANG LAINNYA
PELAKSANA
PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN (PKB)
64
FORMULIR PERIJINAN
PERIJINAN
01
02
03
04
PERIJINAN
01
02
03
04
PERIJINAN
01
02
03
04
PERIJINAN
01
02
03
04
TERIMA KASIH