Hakikat Dari Pembelajaran Mikro
Hakikat Dari Pembelajaran Mikro
(Micro Teaching)
Pendahuluan
Salah satu upaya untuk mempersiapkan kemampuan para calon guru atau
untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam menghadapi tugas pembelajaran yang
serba komplek itu, dapat dilakukan melalui suatu proses latihan atau pembelajaran dengan
menggunakan model atau pendekatan pembelajaran yang lebih disederhanakan atau yang
lebih populer disebut dengan pembelajaran mikro (micro teaching).
1. Dapat memahami latar belakang pembelajaran mikro sebagai salah satu pendekatan atau
model pembelajaran untuk mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan mengajar bagi
para calon guru maupun para guru
3. Dapat memahami tujuan dan manfaat pembelajaran mikro sebagai salah satu pendekatan
atau model pembelajaran untuk mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan guru yang
profesional
Beberapa kemampuan tersebut diatas sangat penting dimiliki oleh Anda sebagai calon guru
maupun bagi yang sudah bertugas sebagai guru, mengingat tugas utama guru adalah untuk
membelajarkan siswa. Adapun tugas membelajarkan itu sangat komplek dan senantiasa
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
maupun seni. Untuk menguasai tugas yang komplek itu, dan agar dapat menyesuaikan
dengan tuntutan pembelajaran yang semakin berkembang, maka bagi mahasiswa calon guru
maupun para guru harus mempersiapkan diri dan selalu melatih kemampuan mengajarnya,
antara lain melalui suatu pendekatan pembelajaran yang disederhanakan, dalam hal ini yaitu
melalui pendekatan pembelajaran mikro (Micro Teaching).
Agar dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal dari topik-topik yang akan dibahas
dalam uraian ini, silahkan ikuti beberapa petunjuk berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan bahan ajar satu ini, sehingga Anda dapat
memahami apa ... , untuk apa .... , dan bagaimana pembelajaran mikro itu ... ?.
2. Bacalah setiap uraian, contoh atau ilustrasi dari setiap kegiatan belajar yang ada dalam
bahan ajar ini, kemudian pahami ide-ide pokok pikiran dari uraian tersebut.
4. Jangan lupa kerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam bahan ajar ini, agar Anda dapat
memperoleh pemahaman yang utuh terkait dengan pokok-pokok pikiran yang terdapat di
dalamnya.
5. Jangan lupa pula berdo’alah lepada Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga diberi kemudahan
untuk memahaminya.
LATAR BELAKANG PEMBELAJARAN MIKRO (Micro Teaching)
A. Latar Belakang
Ada empat komponen utama yang saling terkait dalam proses pembelajaran yaitu:
c) metode atau cara untuk membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
dan
d) evaluasi sebagai alat untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan atau kompetensi yang
ditetapkan.
Keempat komponen tersebut antara satu unsur dengan unsur lainnya saling mempengaruhi
sehingga pembelajaran dikatakan sebagai statu sistem. Dengan demikian dalam proses
pembelajaran, seorang guru yang profesional tidak cukup hanya dengan telah menguasai
sejumlah materi pembelajaran saja, akan tetapi harus ditunjang oleh kemampuan dan
keterampilan lain sesuai dengan unsur-unsur yang terkait dengan sistem dan proses
pembelajaran. Secara khusus kemampuan utama yang harus dimiliki secara profesional,
selain menguasai materi atau bahan ajar ádalah keterampilan-keterampilan dasar mengajar.
As. Glicman menjelaskan yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar pada dasarnya
adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional
behaviours) yang harus dimiliki dan diterapkan oleh guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran (1991). Adapun jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai
oleh setiap guru antara lain: keterampilan membuka dan menutup pembelajaran,
keterampilan menjelaskan, keterampilan memberikan stimulus yang bervariasi,
keterampilan menggunakan metoda dan media secara tepat, keterampilan
mengelola lingkungan pembelajaran, keterampilan bertanya, memberikan balikan
dan penguatan, dan keterampilan-keterampilan lainnya.
Selain keterampilan dasar mengajar yang menjadi kemampuan utama yang harus dikusai
oleh setiap guru, bahwa setiap guru juga harus menguasai dan mampu melaksanakan proses
pembelajaran secara logis dan sistematis dari mulai kegiatan membuka, kegiatan inti, dan
kegiatan menutup pembelajaran.
Ketika guru mata pelajaran Ahlak di kelas VII Tsanawiyah akan mengajarkan topik “Berbuat
baik kepada orang tua” misalnya, dalam prakteknya guru tidak langsung membahas apa dan
bagaimana berbuat baik kepada orang tua. Akan tetapi terlebih dahulu guru melakukan
pembukaan untuk mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pembelajaran. Setelah
perhatian dan motivasi siswa siap untuk belajar, baru kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
inti dan seterusnya sampai pada kegiatan akhir atau penutupan.
Adapun yang menjadi persoalan, apakah setiap mahasiswa calon guru yang telah
menyelesaikan seluruh program perkuliahan pada lembaga pendidikan keguruan yang
diikutinya dapat sekaligus memiliki kemampuan melaksanakan tugas pembelajaran yang
komplek itu secara profesional di sekolah tempatnya bertugas ... ?; Apakah setiap mahasiswa
calon guru atau para guru yang sudah lama mengajar dijamin sudah menguasai dan
menerapkan keterampilan dasar mengajar secara profesional ... ?; dan apakah setiap guru
sudah memahami dan mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran secara logis dan
sistematis ... ?, atau sejumlah pertanyaan lain yang dipersyaratkan harus dimiliki oleh
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut
idealnya tentu saja ya mereka sudah memiliki kemampuan itu, karena setiap mahasiswa calon
guru selain telah mempelajarai berbagai teori keguruan dan bidang studi yang harus
diajarkannya, juga mereka telah menempuh pengalaman praktis yaitu melakukan kegiatan
praktek mengajar di sekolah tempat latihan melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL).
Demikian halnya terhadap mereka yang sudah menjabat profesi sebagai guru, kemampuan-
kemampuan yang dipersyaratkan itu seharusnya sudah melekat pada diri setiap guru sesuai
dengan jabatan profesi yang diembannya. Secara teori ketika mereka mengikuti pendidikan
keguruan telah mempelajari konsepkonsep dan praktek-praktek keguruan, ditambah dengan
pengalaman ketika telah menjadi guru, maka tentu saja kemampuan-kemampuan praktis
sesuai dengan yang dituntut oleh profesi guru telah dimilikinya.
Program pengalaman lapangan (PPL) sebagai suatu program akhir dalam struktur kurikulum
keguruan, bertujuan untuk mengaktualisasikan berbagai kemampuan yang telah dipelajari
melalui kegiatan perkuliahan di kampus.
Kegiatan praktek mengajar melalui program PPL, diharapkan menjadi sarana tempat berlatih
bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang
sebenarnya. Dari kegiatan praktek mengajar yang telah diikutinya diharapkan dapat
melahirkan para calon guru yang sudah memiliki kesiapan profesional untuk
melaksanakan tugas mengajar dan tugas-tugas kependidikan lainnya ditempatnya mengajar
kelak.
Dari hasil pengamatan dan berbagai penelitian yang dilakukan, cukup banyak memberikan
bukti yang kuat, bahwa mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh program perkuliahan
termasuk kegiatan PPL yang telah dilakukan di sekolah tempat latihan, ternyata belum cukup
memberikan pengalaman yang optimal untuk mempersiapkan calon guru (siap pakai) untuk
melaksanakan tugas mengajar secara profesional sebagaimana yang diharapkan.
Dalam kenyataan para mahasiswa calon guru yang telah menyelesaikan seluruh program
perkuliahannya, ternyata masih memerlukan beberapa waktu untuk melakukan proses
adaptasi dengan tugas utama yang harus dilaksanannya di tempat bekerja. Dalam bentuk yang
lain permasalahan tersebut dialami juga oleh mereka yang sudah menduduki jabatan guru.
Mengingat ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk tugas-tugas profesi guru terus
berkembang, maka kadangkadang apa yang sudah biasa dilakukan di kelas ketika mengajar
saat sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan innováis yang berkembang. Dengan
demikian kemampuan mengajar mereka masih memerlukan upaya-upaya penyegaran agar
dapat merespon dan menyesuaikan dengan tuntutan yang berkembang.
Mengingat kemampuan mengajar tidak akan didapatkan secara instan, dan secara terus
menerus harus dibina dan ditingkatkan, maka pembelajaran mikro dapat dijadikan alternatif
untuk membina dan meningkatkan kemampuan mengajar oleh calon guru maupun oleh
meraka yang sudah menduduki jabatan profesi sebagai guru. Kekurangan-kekurangan yang
masih ada, melalui pembelajaran mikro dapat diperbaiki. Dikatakan oleh Joyce (1975)
bahwa kehadiran pembelajaran mikro adalah untuk merespon terhadap kekurangan dan rasa
prustasi terhadap program pendidikan guru yang dikembangkan sebelumnya (responded to a
wider feeling of frustation). Dengan kata lain untuk mempersiapkan para calon guru agar
memiliki kemampuan yang profesional, selain mempelajari teori-teori dan praktek seperti
PPL dalam program pendidikan keguruan yang diikutinya, juga secara terus menerus mereka
dapat mengasah, memperbaharui, dan meningkatkan kemampuan mengajarnya melalui
program latihan atau model pembelajaran mikro (micro teaching).
Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Allen dan Ryan di atas memiliki makna bahwa
sebagai suatu konsep, pembelajaran mikro (micro teaching) adalah merupakan proses untuk
melatih bagi mahasiswa calon guru (pre-service) maupun untuk melatih, membina dan
meningkatkan kemampuan mengajar bagi mereka yang telah menjadi guru (in-service).
Ilmu pengetahun dan teknologi terus berkembang dengan cepat, dan dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut banyak berdampak pada tuntutan peningkatan Sumber
Daya Manusia (SDM) termasuk terhadap tuntutan peningkatan profesionalisme para guru.
Untuk merespon tuntutan tersebut, upaya-upaya inovasi dalam program penyiapan calon guru
terus menerus diupayakan, dengan tujuan agar dapat menghasilkan lulusan yang lebih
berkualitas.
Sebelum munculnya pembelajaran mikro, para calon guru yang telah menyelesaikan seluruh
mata kuliah keguruan dan bidang studi yang harus dikuasainya, kemudian dilanjutkan dengan
memberikan pengalaman praktis mengajar, yaitu dengan mengikuti kegiatan praktek di
sekolah tempat latihan melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL).
Dari hasil pemantauan ternyata pendekatan yang dilakukan seperti itu kurang memberikan
kontribusi yang cukup baik bagi penyiapan, pembinaan maupun peningkatan kemampuan
guru secara profesional. Kekurangan tersebut terutama dilihat dari kemampuan yang sangat
mendasar yaitu berkenaaan dengan keterampilan dasar mengajar (teaching skills) , seperti:
keterampilan membuka, menjelaskan, pemberian variasi stimulus, bertanya, gerak
tubuh (bahasa isyarat), pemberian balikan dan penguatan, dan
keterampilanketerampilan yang lain.
3. Fungsi pemacu pembelajaran; sangat terkait dengan fungsi motivator, bahwa setiap guru
harus mampu berperan sebagai pemacu, pembangkit semangat belajar siswa. Jika motivasi
dan semangat belajar siswa sudah dimiliki, bagiguru tidak akan terlalu sulit membimbing
kegiatan belajar siswa.
4. Fungsi pemberi inspirasi belajar; siswa adalah sebagai pebelajar yang aktif, siswa bukan
tabung kosong yang hanya siap untuk menerima. Menurut filsafat konstruktivisme siswa
adalah pembangun pengetahuan, ketika siswa masuk kedalam kelas mereka sudah membawa
sejumlah pengalaman yang siap untuk dikembangkan. Oleh karena itu dalam rangka
mengembangkan potensi siswa, guru bukan bertindak sebagai pemberi pengetahuan,
akan tetapi yang memberi inspirasi bagi siswa agar dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal.
Dengan demikian jelas bahwa guru memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pengajar dan sebagai
pendidik. Keduanya sama penting, tidak bisa dipisahkan ibarat dua sisi mata uang saling
melengkapi dan memiliki nilai yang sama.
Untuk merealisasikan kedua fungsi tersebut, maka setiap guru mutlak harus menguasai jenis-
jenis keterampilan dasar mengajar. Penguasaan terhadap setiap jenis keterampilan dasar
mengajar, tidak bisa sekaligus, akan tetapi harus melewati proses yang terencana, melalui
berbagai pendekatan pembelajaran dan dilakukan secara berkelanjutan.
Jika diibaratkan seorang guru sebagai seorang konduktor (dirigen) sebuah simponi. Sebagai
seorang dirigen bagaimana ia mampu memerankan dirinya sebagai seorang pemimpin yang
berwibawa, menguasai dan menghayati lagu-lagu yang akan ditampilkan, penampilannya
sempurna, terampil memperagakan gerakan-gerakan anggota tubuh yang dapat dimengerti
dan siap diikuti oleh para pemain simponi, sehingga akhirnya dapat menghasilkan perpaduan
orkestra yang bukan hanya enak didengar, melainkan juga indah dipandang.
Untuk menghasilkan sebuah komposisi simponi yang baik, tentu saja pada awalnya mereka
tidak langsung berada dalam satu grup memainkan setiap alat musik dalam suatu pertunjukan
yang sebenanrnya. Pada awalnya mereka berlatih secara bagian demi bagian, baik secara
individu ditempat masing-masing, maupun di studio tempat latihan. Mereka berlatih setiap
jenis keterampilan yang harus dikuasai sesuai dengan perannya masing-masing. Jika
dianggap sudah terampil, baru digabung dalam suatu kesatuan yang utuh dan bermain dalam
suatu pertunjukan yang direncanakan.
Ketika keterampilan dasar mengajar telah dikuasainya, maka akan berdampak pula pada
kesiapan dari segi mental yang harus dimiliki pula oleh setiap guru. Seorang guru ketika
berdiri di depan kelas, ia berada dalam suasana lingkungan pembelajaran yang komplek, guru
menghadapi siswa yang berjumlah antara 30 – 35 orang. Setiap siswa pada dasarnya
merupakan individu tersendiri yang memiliki karakter, sifat dan kemampuan yang berbeda-
beda. Disamping itu guru juga harus menguasai materi, mengelola kelas dan mampu
menjalankan proses (interaksi) pembelajaran secara efektif dan efisien untuk
menghasilkan pembelajaran yang berkualitas.
Seperti diketahui oleh semua pihak bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk seni
selalu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan. Akibat dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan berdampak pula pada tuntutan perkembangan dan perubahan
terhadap berbagai profesi termasuk profesi keguruan. Profesi guru digolongkan pada profesi
yang relatif baru tumbuh dan berkembang ((emerging profession) yang
tingkat kematangannya belum sampai pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi yang
sudah mapan (old profession).
Untuk lebih memantapkan profesi guru tentu saja harus didukung oleh ilmu, teori atau
pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang teruji. Dengan demikian akan semakin memperkuat
keyakinan pihak-pihak yang terkait dengan profesi guru tersebut. Salah satu metode ilmiah
untuk menguji kebenaran pengetahuan, teori atau konsep-konsep dalam keguruan khususnya
berkenaan dengan pembelajaran adalah melalui percobaan (eksperimen).
Pembelajaran mikro (micro teaching) dapat dijadikan alternatif yang tepat untuk menguji
teori atau konsep baru, sehingga dari percobaan yang diterapkan melalui pembelajaran mikro
akan dilahirkan konsep, teori atau pengetahuanpengetahuan baru tentang pembelajaran pada
khususnya dan pendidikan secara lebih luas. Misalnya ketika seorang guru menemukan
konsep ”modeling” dalam unsur-unsur model pembelajaran Contectual Teaching and
Learning (CTL). Lalu guru tersebut berkeinginan untuk menerapkan konsep tersebut dalam
pembelajaran di kelasnya. Maka yang lebih baik sebelum diterapkan dalam pembelajaran
sebenanrnya, terlebih dahulu dipelajari konsepnya, karakteristik, prinsip dari modeling
tersebut. Setelah dimiliki pengetahuan yang sukup baru melakukan uji coba dalam suatu
pendekatan pembelajaran mikro, sehingga darti percobaab tersebut dapat diketahui letak
keungulan, kelemahan, cara praktis menerapkan modeling. Setelah dilakukan uji
coba kemudian disimpulkan, sehingga menjadi pengetahuan baru penggunaan konsep
modeling dalam praktek pembelajaran.
Ketika ditemukan teori, konsep atau pengetahuan baru berkenaan dengan keguruan atau
pendidikan, maka akan semakin memperkuat pengakuan terhadap profesi guru itu sendiri.
Menurut National Education Association (NEA), bahwa suatu jabatan profesi memiliki ciri
antara lain:
Ada pernyataan klasik yang patut menjadi renungan kita bersama ”tidak ada praktek yang
baik, tanpa didasari oleh teori yang mapan; sebaliknya teori saja tanpa praktek tidak akan
memberikan dampak positif”. Artinya keduanya antara tyeori dan praktek sama-sama
pentingnya. Pengetahuan-pengetahuan baru tentang pembelajaran selalu bermunculan.
Demikian pula teori, konsep atau pengetahun-pengetahuan yang lama belum semua dapat
diungkap dan dipraktekkan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Banyak alasan kenapa belum diterapkan, misalnya belum dikuasai secara penuh, takut tidak
cocok, takut gagal, dan beberapa alasan lain. Untuk menghindari dari beberapa kecemasan
tersebut, maka melalui pembelajaran mikro dapat diatasai. Secara teori mungkin Anda
sudah menguasai beberapa jenis keterampilan dasar mengajar, tetapi secara praktis belum
pernah menerapkan karena beberapa alasan yang dikemukakan di atas. Kehawatiran tersebut
dapat dihindari melalui latihan dengan model pembelajaran mikro. Dalam pembelajaran
mikro setiap peserta tanpa harus takut salah mencobakan jenis-jenis keterampilan mengajar
seperti bagaimana keterampilan membuka pembelajaran yang baik. Pada saat praktek
tersebut dilakukan kontrol yang ketat, dan kemudian dilakukan diskusi umpan balik untuk
memberikan masukan kelebihan, kekurangan termasuk saran perbaikan yang dilakukan
dalam latihan berikutnya. Begitulah seterusnya sampai pada akhirnya guru tersebut memiliki
kemampuan optimal dan siap digunakan dalam pembelajaran yang sebenarnya.
Secara khusus selain dari kedua alasan utama yang dikemukakan di atas, bahwa alasan yang
dapat dijadikan dasar pesatnya penggunaan pendekatan pembelajaran mikro dalam
pendidikan keguruan, antara lain dapat dilihat dari beberapa pernyataan sebagai berikut:
• Pembelajaran mikro telah dirancang untuk memberi kesempatan bagi para calon maupun
guru untuk menemukan dan meningkatkan teknik dan keterampilan-keterampilan berkenaan
dengan tugas profesinya