Lembar Jawab UTS
Lembar Jawab UTS
JAWABAN:
1. Jelaskan bagaimanakah cara pandang atas lingkungan hidup sebagai konsep holistik dan
sebagai konsep keruangan yang berbasis Wawasan Nusantara!
Lingkungan hidup sebagai konsep holistik memiliki arti menyeluruh, maksudnya pada
setiap aspek yanga ada di lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan yang meliputi meliputi berbagai makhluk hidup beserta seluruh komponen
lingkungan disekitarnya. Komponen ini meliputi komponen fisik, kimia, sosial budaya,
dll. Makhluk hidup akan mempengaruhi perubahan lingkungannya, begitu juga
sebaliknya. Dalam konsep ini menggabungkan antara tiga dimensi yang ada dalam
lingkungan, yakni biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati sepeti air, udara, dan
tanah), dan sosial budaya (nilai, gagasan, dan keyakinan manusia).
Pandangan lingkungan hidup sebagai suatu konsep keruangan yang berbasi Wawasan
Nusantara memiliki makna bahwa lingkungan hidup ini adalah segala sesuatu ruang yang
ada di wilayah NKRI yang sesuai dengan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara ini
sendiri adalah pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri sendiri dan juga
geografisnya yang berdasar pada Pancasila dan juga UUD 1945 yang mana tingkah laku
dan sikap bangsa Indonesia haruslah mencerminkan nilai-nilai yang terkandung pada
Pancasila dan UUD 1945.
2. Sebut dan jelaskan setidaknya 3 asas/prinsip hukum lingkungan hidup di Indonesia!
a. Asas Kehati-hatian (Precautionary Principle)
Dalam asas ini, dimaknai apabila terdapat suatu inovasi pada suatu teknologi atau hal
apapun dan hal tersebut belum memiliki justifikasi scientific berbahaya atau tidak,
inovasi tersebut sbeaiknya tidak disebarluaskan terlebih dahulu disebarluaskan atau
dipasarkan ke khalayak umum. Dalam konteks ini terdapat elemen prinsip kehati-
hatian, sebab masih adanya resiko yang harus diidentifikasi. Asas ini terdapat di pasal
2 (f) UUPPLH “ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha karena keterbatasan
ilmu pengethuan dan teknologi, bukanlah alasan untuk menunda langkah
meminimalisir atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup.”
b. Pembangunan keberlanjutan
Asas ini memperkenalkan suatu konsep baru, yakni suistainable development, yakni
pembangunan yang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup generasi saat ini,
namun tidak juga mengurangi hak generasi masa depan untuk memenuhi
kebutuhannya esok. Pada asas ini terdapat dua elemen dasar, yakni kebutuhan (needs)
dan batasan (limitation). Kebutuhan ini diartikan bahwa pembangunan itu harus
memenuhi kebutuhan dari manusianya, namun kebutuhan manusia itu kan
berkembang dan terus menerus semakin kompleks dan bisa saja kemudian kebutuhan
itu apabila tidak dibatasi akan menimbulkan permasalahan lingkungan. Untuk itu,
terdapat elemen kedua, yakni batasan sehingga kita sadar bahwa yang membutuhkan
pembangunan itu bukan hanya kita saja tetapi juga generasi selanjutnya. Asas ini
terdapat pada Pasal 3 UUPPLH “ Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
bertujuan: .... [i} mewujudkan pembangunan berkelanjutan.”
c. Asas Pencemar Membayar
Asas ini maksudanya ada bahwa suatu kerugian yang timbul akibat pencemaran harus
ditanggung oleh pighak yang menyebabkan pencemaran. Akan tetapi, asas ini
menimbulkan sedikit pro-kontra di kalangan sarjana hukum internasional. Menurut
Phillippe Sands terdapat dua hal yang harus diklarifikasi lebih jauh, yakni sejauh
Mana pencemar harus membayar atau memperbaiki kerusakan yang terjadi dan
pengecualian asas pencemar membayar yang berkaitan dengan aturan pemberian
subsidi. Dengan begitu, dikenal dengan istilah strict liability dan absolute liability.
Kedua hal ini adalah sama-sama menekankan pada tanggung jawab bagi seseorang
yang melakukan pencemaran wajib membayar. Akan tetapi, yang membedakan pada
strict liability terdapat pengecualian tertenti dan adanya beberapa hal yang khusus
seperti harusnya ada escape (sesuatu yang tidak seharusnya ada di suatu tempat) dan
diberlakukan pada penggunaan yang tidak alamiah. Asas ini juga diatur di Pasal 1365
KUHPer yang mana menyebabkan beban pembuktian berpindah menjadi kepada
pihak tergugat untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah atau kegiatan yang ia
lakukan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan atau dikenal sebagai asas
pembuktian terbalik.
3. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak
asasi manusia. Jelaskan tentang implikasinya terhadap hak gugat atas lingkungan sebagai
subjective rights?
Maksudnya, hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat termasuk dalam Hak Asasi
Manusia yang wajib dimiliki oleh setiap manusia. Hak atas lingkungan ini mulai dikenal
dalam konteks internasional di Pasal 1 Deklarasi Stockholm tahun 1972 bahwa
komunitas onternasional memberikan ruang dan pengakuan bahawa manusia itu memiliki
hak lingkungan untuk kesejahteraan dan kesehatannya sehingga kehidupannya semakin
bermartabat. Dalam hak atas lingkungan ini dikenal dua komponen, yakni hak substantif
dan hak prosedural. Hak subtantif adalah hak-hak dasar yang yang sifatnya universal
yang mengkondisikan martabat manusia. Sementara itu, hak Prsedural adlah hak-hak
turunan yang berfungsi untuk memastikan pencapaian dan pemenuhan dari hak-hak
substantif.
Hal tersebut berimplikasi pada hak gugat atas lingkungan sebagai subjective rights,
maksudnya setiap orang dapat menggugat orang lain yang mengambil hak atas
lingkungannya tersebut. Subjective rights disini diartikan sebagai benrtuk yang paling
luas dari perlindungan seseorang. Hak tersebut memberikan kepada yang mempunyai
suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya akan suatu lingkunagn hidup yang
baik dan sehat itu dihormati, suatu tuntutan yang dapat didukung oleh prosedur hukum,
dengan perlindungan hukum oleh pengadilan dan perangkat-perangkat lainnya.
Terkait pengaturan Hukum lingkungan di Indonesia juga terjadi perkembangan yang pada
dasarnya di setiap perkembangan tersebut telah memuat prinsip-prinsip dalam Dekralasi
Stockholm seperti, persoalan kewenangan negaram hak, dan kewajiban masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Perkembangan ini dimulai ketika, Indonesia mengeluarkan UU
No. 4 Tahun 1982 tentang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang kemudian digantikan dengan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.