KAJIAN TEORITIK
A. Kajian Teoritik
1. Pembelajaran Matematika
Matematika adalah ilmu yang merupakan alat komunikasi, alat pikir, dan
proses sosio-historis kerja manusia secara kolektif di tengah alam raya. Jadi,
matematika yang sering dianggap ilmu abstrak justru penting untuk menghadapi
simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu
tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
9
potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat
beragam agar
10
10
terjadi interaksi optimal anatara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam
adalah ilmu dasar yang dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang
tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesipulan, esensi
pemecah masalah berdasarkan proses berpikir yang kritis, logis dan rasional. Oleh
sebab itu materi kurikulum dan strategi pembelajaran perlu memperhatikan hal
mengeksplorasika pola-pola peristiwa dan proses yang terjadi di alam, tidak hanya
Prastowo, 2012: 16), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak tertulis. Bahan
ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sitematis baik tertulis maupun
untuk belajar. Pendidik harus menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan
& Aris, 2014: 171). Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang disusun
untuk mencapai tujuan pembelajaran baik tertulis maupun tidak tertulis yang
pembelajaran. Adapun fungsi bahan ajar menurut Joni yang dikutip dari Harijanto
seperti:
belajar mengajar.
d. Dapat dipakai oleh peserta didik sendiri dalam mencapai kemampuan yang
telah ditetapkan.
Menurut Amri & Ahmadi (2010: 159) bahan ajar disusun dengan tujuan:
a. Mulai dari yag mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret
siswa
keberhasilan belajar.
e. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setehap, akhirnya akan
f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa terus mencaoai
Sebuah bahan ajar paling tidak mencangkup antara lain: (1) petunjuk
belajar (petunjuk siswa/guru), (2) komptensi yang akan dicapai, (3) konten atau isi
materi pembelajaran, (4) informasi pendukug, (5) latihan-latihan, (6) petujuk kerja
dapat berua lembar kerja (LK), (7) evaluasi, (8) respon, atau balikan tehadap hasil
Bahan ajar memiliki berbagai jenis, ada yang cetak maupun non cetak.
Bahan ajar cetak yang sering dijumpia antar lain berupa handout, buku, modul,
brosur, dan lembar kerja siswa. Sedangkan bahan ajar non cetak meliputi bahan
ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam. Selain itu ada juga jenis
bahan ajar yang lain seperti bahan ajar pandang dengar (audio visual) dan bahan
belajar secara mandiri. Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
tidak ada ataupun sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah
suatu keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar referensi dapat
diperoleh dari berbai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahuan
sendiri. Demikian pula referensi dapat diperoleh dari buku, media masa, internet,
dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup
melimpah guru tidak perlu mengembangkan bahan sendiri. Seringkali bahan yang
terlalu banyak membuat siswa bingung, untuk itu maka guru perlu membuat
menggunakan bahan ajar interaktif dapat mendorong siswa untuk bersikap aktif.
Bahan ajar interaktif ini tidak seperti bahan ajar cetak atau buku teks pelajaran
yang paling banyak digunakan diantara semua bahan ajar yang bersifat pasif dan
3. Budaya Banten
wilayah Provinsi Banten berbatasan: sebelah utara bebatasan dengan Laut Jawa;
sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda; sebelah timur berbatasan dengan
Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat; sebelah selatan berbatasan dengan
Samudera Hindia.
tersendiri. Beberapa budaya material Banten yang masih dapat dilihat adalah
sebagai berikut:
a. Keraton Surosoan
yang kemudian dikenal sebagai pendiri dari Kesultanan Banten. Selanjutnya, pada
konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz
keraton sekitar kurang lebih 3 hektar. Surosoawan mirip sebuah benteng Belanda
yang kokoh bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut
bangunanya, sehinnga pada masa jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.
b. Keraton Kaibon
untuk ibu Sultan Syafiudin, Ratu Aisyah, mengingat pada waktu itu, sebagai
sultan ke 21 dari kerajaan Banten, Sultan Syafiudin masih sangat muda (masih
masih tersisa gerbang dan pintu-pintu besar yang ada dalam kompleks istana.
Pada keraton Kaibon, setidaknya oengunjung masu bisa melihat sebagian struktur
bangunan yang masih tegak berdiri. Sebuah pintu berukuran besar yang dikenal
dengan Pintu Paduraksa (khas bugis) dengan bagian atanya yang tersambung,
tampak masih bisa dilihat secara utuh. Di bagian lain, sebuah ruangan persei
empat dengan bagan dasarnya yang lebih rendah atau menjorok ke dalam tanah,
Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan
utama yang bertumuk lima, mirip pegoda China yang juga mrupakan karya arsitek
Cina yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian
menjadi pelengkap di sisi utara dan slatan bangunan utama. Masjid Agung Banten
juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti
16
Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Triyamah. Berbentuk persegi
panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno, bangunan ini dirancang oleh
d. Batik Banten
dari nama tata ruang di Kerajaan Banten, nama gelar Sultan, Pangean, dan nama
desa di Banten.
ada dalam suatu masyarakat, dianggap mempunyai sebagai fungsi, mulai dari
4. Pendekatan Etnomatematika
mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode prilaku,
mitos dan simbol. Kata dasar mathema cenderung berarti menjelaskan, megetahui,
Bentuk dari etnomatematika berupa hasil dari aktivitas matematika yng dimiliki
atau berkembang pada kelompok itu sendiri, meliputi konsep matematis pada
tradisional, dan berbagai macam hasil aktivitas yang sudah membudaya. (Rizqi
Menurut Tandiling (2013: 1), jika ditinjau dari sudut pandang riset maka
Oleh sebab itu, jika perkembangan etnomatematika telah banya dikaji maka bukan
18
setempat.
sekolah lebih relevan dan bermakna bagi siswa dan untuk mengembangkan
pembelajaran itu sendiri bahwa pembelajaran dilakukan agar peserta didik dapat
mampu menguasai konten atau materi yang diajarkan dan menerangkannya dalam
melalui perspektif budaya dapat membantu siswa untuk lebih mengetahui tentang
realitas, budaya, sosial, isu lingkungan, dan diri siswa sendiri dengan
19
siswa sukses mempelajari matematika. Hal ini dinyatakan oleh Rosa & Orey
nyata atau kontekstual yang dapat membantu siswa memahami konsep. Masalah
nyata tersebut dapat muncul melalui benda-benda budaya Banten, seperti situs
b. Menggunakan Model
yaitu dari mampu menemukan solusi masalah kontekstual secara informal, sampai
c. Interaktvitas
kepada orang lain untuk ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang
Matematika
kelas biasanya terkesan formal, kurang inovasi dan kurang kontekstual, sehinggga
siswa kurang memahami makna, manfaat matematika dan jauh dari konteks nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu diperlukan strategi yang tepat dalam
siswa, agar siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar matematika.
menyajikan budaya lokal sebagai pengantar yang mudah dipahami siswa untuk
pembelajaran yaitu guru, agar dapat mengemas budaya lokal menjadi bahan dalam
Barisan dan deret merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata
materi kelas VIII bab pertama. Pada materi ini menjadi prasyarat bagi materi
keuangan untuk siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam barisan dan deret dibahas pola urutan bilangan. Terdapat dua
bahasan utama yaitu barisan, deret aritmatika dan geometri. Selain itu, ada pula
rumus untuk menentukan suku kesekian dari satu pola bilangan untuk
1. Penelitian yang dilakukan oleh Miftah Rizqi Hanafi, dkk. (2013) dari
peneliti membahas materi barisan dan deret. Selain tiu, aspek budaya yang
bilangan asli di kelas satu dan kelas dua SD pada materi geometri
seperti: titik, garis, sudut, pojok, bangun ruang dan bangun datar.
C. Indikator Keberhasilan
bahasan barisan dan deret untuk SMP kelas VIII terselesaikan dan hasil persentase