Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

HAK KEWAJIBAN KONSUMEN DALAM MERETURN BARANG

Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pendidikan Konsumen

Dosen pengampu:

Dra, Cucu Ruhidawati, M.Si

Disusun oleh:

Khansa Haura (1806374)

Nur ilmi Shobriyah (1802313)

Siska Khoirunnisa (1801542)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan


Konsumen”. Pembahasan dalam makalah ini mengenai perlindungan konsumen
terhadap pembelian suatu produk berupa barang elektronik melalui via E-
Commerce. Dengan beberapa artikel yang ditemukan untuk dibahas lebih
mendalam mengenai hak kewajiban konsumen maupun pelaku usaha, proses
pembelian dan undang-undang perlindungan konsumen.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Strategi Pembelajaran
dengan judul “Hak Kewajiban Konsumen Dalam Mereturn Barang”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................3
D. Metode Pembahasan............................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
KAJIAN TEORI..............................................................................................................4
A. Lembaga Yayasan Konsumen Indonesia............................................................4
B. UU Pelindungan Konsumen................................................................................5
C. Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku Usaha..........................................6
D. Bentuk Perlindungan Konsumen........................................................................9
E. Proses Pembelian..................................................................................................9
F. Pengembalian Barang (Return)........................................................................11
BAB III...........................................................................................................................13
PEMBAHASAN.............................................................................................................13
A. 5 Artikel Mengenai Pembelian Barang Elekronik melalui E-Commerce......13
a) ARTIKEL 1....................................................................................................13
b) Analisis Artikel 1............................................................................................13
a) ARTIKEL 2....................................................................................................15
b) Analisis Artikel Ke 2......................................................................................16
a) ARTIKEL 3...................................................................................................18
b) Analisis Artikel Ke 3......................................................................................19
a) ARTIKEL 4....................................................................................................20
b) Analisis Artikel Ke 4......................................................................................21
a) ARTIKEL 5....................................................................................................21
b) Analisis Artikel Ke 5......................................................................................22
BAB IV............................................................................................................................23

ii
PENUTUP.......................................................................................................................23
A. Kesimpulan.........................................................................................................23
B. Saran...................................................................................................................24
DAFTRA PUSTAKA.....................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan.


Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan
perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan,
masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan
konsumen perlu diperhatikan.

Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara
seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang
dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun
penawaran barang secara langsung.

Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan,


konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak
bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang/jasa
yang dikonsumsinya.

Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang kian


hari kian meningkat telah memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada
konsumen karena ada beragam variasi produk barang dan jasa yang bias
dikonsumsi. Perkembangan globalisasi dan perdagangan besar didukung oleh
teknologi informasi dan telekomunikasi yang memberikan ruang gerak yang
sangat bebas dalam setiap transaksi perdagangan, sehingga barang/jasa yang
dipasarkan bisa dengan mudah dikonsumsi.

Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar bagaimana


memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yang menyangkut pada
kesadaran semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun konsumen itu

1
sendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa
mereka harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang
berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang
berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan
undang-undang serta peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan
berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga
bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut
dengan baik.

Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan


konsumen yang direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan
kesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam
menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang
perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang dilindungi
oleh undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat melakukan sasial
kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan
lahirnya undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
diharapkan upaya perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan.

Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana


perlindungan terhadap konsumen serta apa saja hak dan kewajiban konsumen.
Dalam makalah ini kami juga akan menjelaskan tentang prinsip ,asas-asas dan
tujuan perlindungan konsumen yang mungkin akan berguna bagi pembaca
khususnya mahasiswa/I dimasa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang Dimaksud Lembaga Yayasan Konsumen Indonesia (LYKI)?


2. Apa Saja Kedudukan Dan Tugas Lembaga Yayasan Konsumen Indonesia
(LYKI)?
3. Bagaimana Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku Usaha?
4. Apa Saja Bentuk Perlindungan Konsumen?
5. Apa Saja Proses Pembelian Konsumen?

2
6. Apa Yang Dimaksud Dengan Return?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Lembaga Yayasan Konsumen Indonesia (LYKI)?


2. Mengetahui Kedudukan Dan Tugas Lembaga Yayasan Konsumen
Indonesia (LYKI).
3. Mengetahui Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku Usaha dalam
perlindungn konsumen.
4. Mengetahui Bentuk Perlindungan Konsumen.
5. Mengetahui langkah Proses Pembelian Konsumen
6. Mengetahui pengertian dan return pembelian dan penjualan.

D. Metode Pembahasan

Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode literatur kaji


pustaka terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang kami
buat dan juga bersumber dari beberapa artikel dari internet dan buku sumber.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Lembaga Yayasan Konsumen Indonesia

a. Pengertian Lembaga Yayasan Konsumen Indonesia

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (disingkat: YLKI)


merupakan organisasi masyarakat yang bersifat nirlaba dan independen yang
didirikan pada tanggal 11 Mei 1973. Keberadaan YLKI diarahkan pada usaha
meningkatkan kepedulian kritis konsumen atas hak dan kewajibannya, dalam
upaya melindungi dirinya sendiri, keluarga, serta lingkungan.
Awal YLKI berdiri karena keprihatinan terhadap sekelompok ibu-ibu
akan kegemaran konsumen Indonesia dalam mengkonsumsi produk luar
negeri. Terdorong oleh keinginan agar produk dalam negeri mendapat tempat
di hati masyarakat Indonesia. maka para pendiri YLKI tersebut
menyelenggarakan aksi promosi berbagai jenis hasil industri dalam negeri
dan mendukung kepedulian masyarakat akan penggunaan produk-produk
dalam negeri.
b. Kedudukan dan Tugas LYKI

Berdasarkan Pasal 1 bab 9 UU Perlindungan Konsumen, kedudukan


YLKI sebagai Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
(LPKSM) yang telah diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan
menangani perlindungan konsumen.

Tugasnya meliputi kegiatan [Pasal 44 ayat (3) UU Perlindungan


Konsumen:

1. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak


dan
Kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;

4
2. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;
3. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen;
4. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk
menerima keluhan atau pengaduan konsumen;
5. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap
pelaksanaan perlindungan konsumen.

B. UU Pelindungan Konsumen

Sejak 20 April 1999, UU no 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen


atau UUPK mulai sah diberlakukan. Undang-undang ini mengatur secara rinci
tentang pemberian perlindungan kepada konsumen dalam rangka pemenuhan
kebutuhannya sebagai konsumen. Cakupan hukum yang berlaku mengenai hak
dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban pelaku usaha, dan cara-cara
mempertahankan hak dan menjalankan kewajiban tersebut.

Masih banyak konsumen yang menganggap undang-undang ini benar-


benar dibutuhkan pada saat dirinya tersangkut kasus pidana atau perdata saja.
Padahal, jika konsumen (termasuk juga kita. Berdasarkan ketentuan “pasal 1 ayat
1 UU no 8 tahun 1999 definisi perlindungan konsumen meliputi seluruh upaya
untuk memastikan kepastian hukum demi memberikan perlindungan kepada
konsumen”.

Perlindungan konsumen memilki lima azas yang dianut sesuai ketentuan UU no 8


tahun 1999 pasal 2 : manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan keselamatan
konsumen, serta kepastian hokum.

UU no 8 tahun 1999 merupakan landasan hukum yang kuat bagi


pemerintah serta lembaga swadaya masyarakat yang peduli akan konsumen
Indonesia untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan
dan pendidikan konsumen secara merata.

5
C. Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku Usaha

a. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha

Sesuai dengan yang diatur oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Pasal 1
ayat 2 tentang perlindungan konsumen. Konsumen adalah semua pihak yang
menggunakan atau memakai barang atau jasa yang ada di masyarakat, baik itu
untuk kepentingan pribadi, orang lain maupun lainnya dan tidak untuk dijual
kembali. Kata konsumen sendiri awalnya muncul dari consumer yang artinya
setiap orang yang menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk baik itu barang
maupun jasa.

Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi

Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat
dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh konsumen.

b. Hak dan Kewajiban Konsumen

1. Hak Konsumen

a) Konsumen memiliki hak atas kenyamanan, keamanan serta keselamatan


dalam penggunaan produk tersebut baik itu barang maupun jasa.
b) Konsumen memiliki hak atas pilihannya terhadap barang atau jasa sesuai
dengan nilai tukar uang dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
c) Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas
dan jujur terkait kondisi dan jaminan barang atau jasa yang dibeli.

6
d) Konsumen memiliki hak untuk didengar pendapat serta keluhan terkait
barang atau jasa yang digunakan
e) Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan atau
upaya penyelesaian masalah atau sengketa perlindungan konsumen secara
patut
f) Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan pembinaan serta pendidikan
g) Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan serta pelayanan
yang baik dan jujur juga tidak diskriminatif
h) Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi serta
penggantian apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai

2. Kewajiban Konsumen

Kewajiban konsumen, sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan


Konsumen Pasal 5 berikut ini:

a) Konsumen wajib membaca serta mengikuti segala petunjuk informasi


maupun prosedur penggunaan atau pemanfaatan barang dan jasa, demi
keamanan serta keselamatan.
b) Konsumen juga harus mempunyai itikad baik saat melakukan transaksi
pembelian barang dan jasa.
c) Konsumen wajib membayar pembelian barang dan jasa sesuai dengan nilai
yang sudah disepakati sebelumnya.
d) Konsumen juga wajib untuk mengikuti upaya penyelesaian hukum dari
sengketa maupun permasalahan perlindungan konsumen secara patut.

c. Hak dan kewajiban pelaku usaha / pengusaha

Hak dan kewajiban pelaku usaha / pengusaha diatur dalam pasal 6 dan 7
UU No. 8 / 1999.

1. Hak pelaku usaha

7
a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
b) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik;
c) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen;
d) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
e) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.

2. Kewajiban pelaku usaha


a) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
d) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
e) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;

8
g) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.

D. Bentuk Perlindungan Konsumen

a. Konsumen Perorangan (Personal Consumer)

Pada jenis yang satu ini adalah konsumen yang membeli atau menggunakan suatu
produk baik itu barang maupun jasanya untuk keperluan diri sendiri. Personal
consumer ini juga sering disebut sebagai end user.

b. Konsumen Organisasi (Organizational Consumer)

Sedangkan konsumen organisasi ini adalah konsumen yang membeli atau


menggunakan suatu produk baik itu barang maupun jasa untuk keperluan
operasional organisasi tersebut. Contohnya perusahaan yang akan membeli bahan
baku atau keperluan lainnya agar perusahaan dapat beroperasi.

c. Badan Usaha Hukum (Pemerintah)

Badan usaha yang didirikan berdasarkan hak kepemilikan secara hukum


negara, seperti perseroan terbatas. Adanya usaha yang dikelola oleh pemerintah.

d. Bukan Badan Usaha Hukum

Sekelompok orang atau firma yang melakukan kegiatan usaha secara


insidentill. Contoh usaha penerimaan jahitan musiman yang dilakukan oleh pelaku
usaha secara perorangan tanpa hukum.

E. Proses Pembelian

Proses keputusan pembelian dimulai apabila konsumen menyadari suatu


masalah atau kebutuhan terhadap suatu produk yang diinginkan. Proses
pembelian menggambarkan alasan mengapa seseorang lebih menyukai, memilih

9
dan membeli suatu produk dengan merek tertentu. Proses keputusan pembelian
terdiri dari lima tahapan yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian.

a. Pengenalan Masalah

Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dan


kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan
internal maupun eksternal. Menurut Engel, et.al dalam Sumarwan (2011), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengaktifan kebutuhan, diantaranya waktu,
perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu, dan
pengaruh pemasaran.

b. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk


mencari informasi lebih banyak. Konsumen akan mencari informasi yang
tersimpan dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar
(pencarian eksternal). Karakteristik konsumen dan faktor situasi juga
mempengaruhi pencarian informasi. Faktor situasi seperti keadaan psikologis,
keterbatasan waktu, dan jumlah toko akan mempengaruhi pencarian informasi
konsumen terhadap produk. (Sumarwan 2011)

c. Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek dan
memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Menurut Setiadi (2003)
pada saat proses evaluasi alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan
yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Setelah konsumen
menentukan kriteria atau atribut dari produk atau merek yang dievaluasi, maka
langkah berikutnya konsumen menentukan alternatif pilihan. Setelah menentukan
alternatif yang akan dipilih, selanjutnya konsumen akan menentukan produk atau
merek yang akan dipilihnya.

10
d. Keputusan Membeli

Pada tahap keputusan membeli, konsumen akan melakukan evaluasi


membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat
pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang
paling disukai.

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi tujuan membeli dan


keputusan membeli. Faktor pertama yaitu sikap orang lain, pilihan konsumen
tergantung pada intensitas sikap orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan
konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut.

Tujuan pembelian juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor keadaan yang


tidak terduga. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor
seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan
manfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, factor
faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan merubah tujuan membeli
(Setiadi 2003).

e. Evaluasi Pasca Pembelian

Menurut, Setiadi (2003) menjelaskan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan


konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika
konsumen merasa puas, maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih
tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan berusaha
mengurangi ketidakpuasannya dengan meninggalkan atau mengembalikan produk
tersebut, atau mereka mungkin berusaha mengurangi ketidakcocokannya dengan
mencari informasi yang mungkin mengkonfirmasikan produk tersebut.

F. Pengembalian Barang (Return)

1 Retur Pembelian

Retur pembelian merupakan pengembalian barang dari pihak pembeli


kepada pihak penjual karena barang yang telah dikirim tidak sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan ataupun barang yang dikirim rusak. Dengan

11
adanya retur pembelian, utang pihak pembeli kepada pihak penjual akan menjadi
berkurang.

Akun retur pembelian dicatat pada bagian kredit dalam jurnal keuangan,
sedangkan utang dagang dicatat pada bagian debit.

Retur pembelian yang dilakukan pihak pembeli dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Retur Pembelian Secara Kredit

Pengembalian barang dagang yang diperjualbelikan antara penjual dan pembeli


secara kredit dengan angsuran dan akan dianggap lunas sesuai waktu jatuh tempo
yang sudah disepakati antara pihak pembeli dan penjual.

b. Retur Pembelian Secara Tunai

Pengembalian barang dagang yang telah dibeli oleh pihak pembeli secara tunai
kepada pihak penjual dan dicatat di arus kas dengan catatan bahwa barang bisa
diretur atau dikembalikan jika rusak.

2 Retur Penjualan

Retur penjualan adalah penerimaan barang oleh pihak penjual yang


dikembalikan dari pihak pembeli. Pengembalian ini biasanya terjadi jika barang
yang dikirim pihak penjual tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pembeli atau
mengalami kerusakan. Retur penjualan menyebabkan piutang atau tagihan dari
pihak penjual kepada pihak pembeli berkurang.

Dalam sebuah transaksi jual beli, biasanya pihak perusahaan membagi


retur penjualan dalam 3 jenis menjadi:

1. Retur penjualan yang mengembalikan kas pihak pembeli.


2. Retur penjualan yang mengurangi piutang pihak pembeli.
3. Retur penjualan untuk mengganti barang yang rusak dari pihak pembeli
dengan barang baru.

Dalam transaksi jual beli, retur penjualan dan retur pembelian merupakan
hal yang biasa terjadi. Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

12
Konsumen, jika ternyata sejak awal ada kesengajaan pengiriman dari penjual
untuk mengirimkan barang yang rusak atau barang yang salah maka penjual
dapat terkena sanksi hukum.

13
BAB III

PEMBAHASAN

A. 5 Artikel Mengenai Pembelian Barang Elekronik melalui E-Commerce

a) ARTIKEL 1

Saya Penjual yang Jadi Korban Penipuan di Shopee dengan Modus


Pengembalian Barang

Oleh Nopal pada 5 oktober 2020

Saya penjual HP di Shopee yang ditipu oleh pembeli, dengan modus si pembeli
mengajukan pengembalian barang karena alasan barang tidak sesuai. Sementara
saya jual HP yang sesuai. Karena pembeli mengajukan pengembalian barang,
otomatis Shopee akan mengembalikan dana tersebut ke pembeli.

Teknis Shopee tersebut merugikan penjual, karena kalaupun penjual tidak


setuju/konfirmasi pengembalian barang, maka pihak Shopee otomatis akan
mengembalikan dana tersebut ke pembeli dalam jangka hari yang telah ditentukan
oleh Shopee.

Saya membuat laporan ke Shopee, Shopee menyuruh saya untuk chat si pembeli.
Sementara saya sudah diblokir sama si pembeli, seolah Shopee lempar tangan
tidak peduli, gak mau tanggung jawab. Seolah lempar batu, acuh tak acuh tidak
mau tahu, saya kecewa. Saya sebagai penjual merasa dirugikan, karena barang
saya berupa HP belum dikembalikan oleh pembeli, saya ditipu.

Apa yang harus saya lakukan? Lapor polisi? SAYA HANYA INGIN HP SAYA
KEMBALI.

b) Analisis Artikel 1

Dalam artikel kedua dijelaskan bahwa seorang penjual HP yang mejual alat
elektroniknya di e-commerrece SHOPPE mendapat keluhan dri pembeli yang

14
sudah menerima barangnya bahwa barang yang dia terima tidak sesuai dengan
keinginan, tetapi di satu sisi penjual yang bernama Noval ini merasa bahwa
barang yang dia kirim sudah sesuai dengan pesanan. Setelah itu pembeli ingin
melakukan retur barang karena tidak sesuai. Maka Noval sebagi penjual yang
bertaggung jawab melakukan proses retur barang melalui aplikasi Shopee yang
secara otomatis melakukan pengembalian dana pada si pembeli. Akan tetapi
sampai hari ini Noval si penjual belum menerima barang retur tersebut. Noval
melaporkan hal ini pada pihak Shopee akan tetapi Shopee yang sudah
mengembalikan uang pada pembeli justru menyarankan Noval menghubungi si
pembeli, tapi naas ternyata kontak Noval sudah di blokir oleh si pembeli. Hingga
saat ini Noval bingung ingin melaporkan hal ini pada pihak kepolisiian atau
menunggu kebijakan dari Shopee yang seperti angkat tangan pada kasus ini.

Dari artikel tersebut adanya hak pelaku usaha untuk mendapatkan keadilan sesuai
UU No 8 Tahun 1999 pasal 6 yaitu :

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan


mengenai kondisi dan nilai tukar barang atau jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukun sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitas nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang atau jasa yang
diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.

Hak pelaku usaha sesuai dengan pasal diatas bahwa pelaku usaha berhak
menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tkar barang dan jasa yang diperdagangkan kerana Nopal sebagai pelaku
usaha dalam kasus ini sudah memberikan barang yang sesuai dengan pesanan
yang dicantumkan di E-commerece Shopee akan tetapi si konsumen justru

15
melakukan kompalain dan meminta dana dikembalikan dan barang akan diretur
tatapi ketika Nopal sudah mengembalikan dana tersebut justru si pembeli yang
tidak mengembalikan barang yang sudah dibelinya.

Selain itu pelaku usaha juga memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan
hokum karena si pembeli yang memiliki itikad tidak baik yaitu menipu si pelaku
usaha

Kewajiban Konsumen berdasarkan kasus diatas sesuai dengan UU No 8 Tahun


1999 Pasal 6 yaitu Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa dan Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
Seeharusnya kasus ini diselesaikan oleh pihak Shopee karena tidak memberikan
jalan tengah pada pelaku usaha yang sudah mencoba berbagai cara untuk
menghubungi si pembeli, Dallam kasus ini Nopal selaku pelaku usaha merasa
dirugikan oleh kedua belah pihak

a) ARTIKEL 2

Beli Laptop Dikirim yang Beda Tipe, Akulaku “Slow Respon”, Seller “No
Respon”, Apa Saya Harus “No Problem?”

Oleh Imam Hanafi pada 2 september 2020

Pada 2 September 2020 saya melakukan pemesanan sebuah laptop Hp 14s


dk1003au pada aplikasi Akulaku, dengan nomor pesanan
1599028551622153052917 pada seller OFFICIAL SHOP.

Barang saya terima pada 4 September 2020 dan langsung saya lakukan unboxing.
Dan ternyata barang yang saya terima berbeda tipe dengan barang yang saya
pesan. Hari itu juga saya komplain kepada seller karena sebelum pembelian
barang saya sempat bertanya perihal barang ready atau tidak.

Jawaban seller membuat terkejut, seller bilang bahwa produk yang saya terima
(Laptop Hp 14s dk0073au) sama dengan yang saya pesan (Laptop Hp 14S
DK1003au). Padahal saya tahu ada perbedaan dari segi prosesornya dan harganya
berbeda sekitar 1,3 juta. Hari itu juga saya komplain kepada seller supaya bisa

16
diretur, saya meminta alamat seller. Dan seller pun no respon ketika saya meminta
untuk retur barang, sampai saat ini seller pun tidak bisa dihubungi.

Saya melaporkan hal ini kepada Akulaku. Saya disuruh menunggu 14 hari sambil
tetap menghubungi seller. Setelah 14 hari saya telpon kembali call center Akulaku
dan disuruh menunggu 5 hari. Setelah 5 hari saya telpon kembali call center dan
disuruh mengirimkan screenshot bukti pembelian, bukti chat dengan seller, dan
dokumentasi barang yang datang. Setelah saya mengirimkan semua bukti
transaksi dan chat seller melalui email Akulaku, tidak ada tanggapan lagi dari
Akulaku.

Tanggal 29 September 2020 saya mendapat telpon perihal tagihan yang sudah
jatuh tempo. Saya sampaikan terus terang bahwa saya minta diretur dan jawaban
pihak Akulaku akan diproses “lagi”. 2 Oktober 2020 saya inisiatif menelpon call
center Akulaku. Jawabannya mengagetkan, tanpa pemberitahuan yang jelas
laporan pengaduan saya ditutup oleh pihak Akulaku dengan alasan saya telah
membuka produk tersebut (secara logika jika tidak dibuka mana bisa tahu produk
bener apa tidak). Inilah yang saya sebut slow respon.

Saya mencoba mencari jalan tengah dengan mengubah total tagihan saya menjadi
tagihan baru sesuai dengan harga produk yang salah kirim. Kalau memang tidak
bisa retur ya harusnya total tagihan saya diubah sesuai dengan harga laptop HP
14s dk0073au yaitu 4,4 juta. Dan pihak Akulaku bilang itu tidak bisa. Saya
disuruh terus menghubungi seller, dikasihlah kontak seller. mengejutkan karena
kontak seller tersebut tidak bisa ditelepon.

Sekarang saya harus bagaimana? Apakah tetap saya bayar tagihan 3 bulan
kedepan sehingga total tagihan saya mengikuti harga laptop yang diterima. Atau
menunggu telpon dari Akulaku yang tidak tahu kapan akan ditelpon. Sedangkan
tagihan akan terus berjalan, dan bunga akan terus berkembang. Semoga mendapat
respon dari Akulaku dan ada jalan keluarnya. Mengingat ini juga bukan salah
saya, harusnya seller respon, harusnya pihak Akulaku bisa mem-follow up kepada
seller ketika pertama saya mengajukan laporan pengaduan.

17
b) Analisis Artikel Ke 2

Dalam artikel kedua, mengenai kebutuhan konsumen terhadap produk barang


elektronik. Konsumen meminta hak nya untuk diretur barang yang di beli karena
tidak sesuai dengan pesanan yang di inginkan. Inti dari artikel ini mengenai
konsumen yang memesan barang elektronik namun spesifikasi dan harga tidak
sesuai pesanan, konsumen komplain terhadap barangnya namun tidak ada
tanggapan lanjut dari reseller nya serta dari pihak e-commerce.

Dari kasus pada artikel tersebut adanya bentuk perlindungan konsumen


perorangan hak bagi konsumen untuk mendapatkan keadilan. Berdasarkan UU
no 8 Tahun 1999 pasal 2 tentang perlindungan konsumen atau UUPK yaitu
manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, seta
kepastian hukum. Cakupan hukum yang berlaku salah satunya mengenai hak dan
kewajiban konsumen. Pelaku usaha melanggar pasal 7 huruf g UU8/1999
berkewajiban memberi kompensasi, ganti rugi dan penggantian apabila barang
dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian.

Hak konsumen dalam kasus tersebut yaitu Konsumen memiliki hak atas
pilihannya terhadap barang atau jasa sesuai dengan nilai tukar uang dan kondisi
serta jaminan yang dijanjikan, Konsumen memiliki hak untuk didengar pendapat
serta keluhan terkait barang atau jasa yang digunakan, Konsumen memiliki hak
untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi serta penggantian apabila barang atau
jasa yang diterima tidak sesuai

Dalam kasus tersebut konsumen telah melakukan evaluasi pasca pembelian karena
konsumen tidak puas, pihak pelaku usaha mengurangi ketidakcocokannya dengan
mencari informasi yang mungkin mengkonfirmasikan produk tersebut. Serta dari
pihak e-commerce yang tidak memberikan jalan tengah terhadap pemasalah yang
di alami konsumen.

18
a) ARTIKEL 3

1.866 Aduan Produk Bermasalah Masuk Kemendag, Terbanyak Elektronik

Oleh: Fadhly Fauzi Rachman, 23 Apr 2019

Bangka - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menerima 1.866 pengaduan


konsumen tentang produk bermasalah atau yang tak sesuai dengan ketentuan
perlindungan konsumen. Laporan itu masuk sepanjang 2017.

Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga


Kemendag Sri Agustina mengatakan jumlah aduan itu meningkat dari tahun
sebelumnya yang sebanyak 1.294.

Dari catatannya, Sri menjelaskan jumlah aduan terbanyak berasal dari produk
elektronik, telematika, dan kendaraan bermotor dengan jumlah 782 aduan.

"Jadi Elektronik paling banyak dari 420 di 2016, kemudian meningkat 782
pengaduan. Terdiri dari produk-produk elektronik, telematika, dan kendaraan
bermotor," ujarnya dalam seminar perlindungan konsumen di Pangkalpinang,
Bangka Belitung, Senin (23/4/2018).

Selanjutnya produk lain-lain sebanyak 665 aduan, diikuti produk obat-obatan dan
makanan sebanyak 214 aduan, kemudian jasa keuangan sebanyak 101 aduan, serta
produk e-commerce atau produk pembelian secara online sebanyak 43 aduan
selama 2017 lalu.

Untuk pengaduan produk e-commerce jumlah menurun dibandingkan 2016 yang


berjumlah 64 pengaduan.

"Artinya indikasi ada dua hal, pertama memang konsumen yang melakukan
pembelian melalui online tidak mengerti kemana harus mengadu, atau memang
pelaku usaha dari marketplace sudah memenuhi komplain itu," jelasnya.

Dibandingkan dengan aduan yang diterima Yayasan Lembaga Konsumen


Indonesia (YLKI), jumlah aduan untuk produk e-commerce yang diterima

19
Kemendag masih lebih rendah. Selama 2017, YLKI menerima aduan dari produk
tersebut sebanyak 103.

"Ini menunjukan berarti konsumen-konsumen melakukan kegiatan transaksi


online ini tahu mengadukannya ke YLKI," tuturnya. (fdl/hns)

b) Analisis Artikel Ke 3

Kasus dalam artikel mengenai masalah pada produk elektronik, telematik dan
transportasi dari pihak pelaku usaha e-commerce yang tidak menggikuti prosedur
perlindungan konsumen berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1999. Banyak laporan
pengaduan konsumen mengenai pembelian melalui online.

Terdapat bentuk perlindungan konsumen dari pihak pemerintah yaitu


Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam mengatasi pengaduan konsumen
untuk melakukan perlindungan konsumen. Serta Lembaga Yayasan Konsumen
Indonesia turun tangan dalam mengatasi pengaduan konsumen.

Konsumen memiliki hak dan kewajiban dalam melakukan transaksi pembelian


secara online melalui e-commerce. Maka dari itu pihak konsumen harus memiliki
pengetahuan mengenai perlindungan konsumen seperti yang dijelaskan dalam
pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1999 yaitu bertujuan : meningkatkan kesadaran,
kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri; mengangkat
harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif
pemakaian barang dan/atau jasa; meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen; menciptakan
sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

Peran pihak Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan LYKI dalam membatu


hak dan kewajiban perlindungan konsumen sudah memenuhi tugas dan
kewajibannya untuk membatu konsumen mengatasi permaslahan terdahap belanja
via e-commerce, terutama pada barang elektronik yang mengalami permasalahan
lebih banyak dibandingkan barang yang lain.

20
a) ARTIKEL 4

Menolak Klaim Proteksi Barang Rusak dengan Menyalahkan Tokopedia

Tanggal 1 April saya melakukan pembelian beberapa item di Tokopedia dengan


nomor invoice INV/20200401/XX/IV/513731639. Karena beberapa item adalah
elektronik jadi saya tambahkan biaya proteksi barang rusak yang tertulis di
aplikasi 90 hari.Kebetulan setelah pemakaian 1 bulan lebih sedikit, 1 barang
elektronik saya rusak yaitu exhaust fan dan langsung saya komplain ke
Tokopedia. Dari pihak Tokopedia menyarankan untuk konfirmasi ke pasarpolis
yang menyediakan layanan tersebut. Tetapi saat saya mau ajukan klaim, barang-
barang yang saya ajukan proteksi tertulis hanya 30 hari,Barang yang rusak
tersebut tetap saya ajukan klaim, karena tombol klaim masih bisa dipilih.

Awalnya saya komplain melalui telepon dan saya diminta untuk kirimkan
screenshoot melalui whatsapp keterangan 90 hari di aplikasi Tokepedia. Sudah
saya kirimkan dan setelah itu saya dihubungi oleh pihak Pasarpolis dan di infokan
pengajuan ditolak karena proteksi hanya 30 hari. Saya tidak terima pernyataan
tersebut dan mereka info akan ditindak lanjuti lebih dulu.Seminggu kemudian
saya baru follow up kembali melalui whatsapp dan dari pihak Pasarpolis
menginfokan klaim ditolak bukan karena 30 hari tersebut melainkan kronologi
yang saya cantumkan di klaim tidak menerangkan barang rusak akibat
kecelakaan.Sedangkan jika di cek di aplikasi, ketentuannya rusak total akibat
pemakaian bukan rusak akibat kecelakaan.

Karena kesal saya hubungi kembali Pasarpolis melalui telepon dan mereka tetap
pada pendiriannya ditolak karena kerusakan bukan akibat kecelakaan dan mereka
menyalahkan Tokopedia yang belum meng-update ketentuan baru dari pihak
Pasarpolis. Kalau tertulis jelas bisa klaim akibat kecelakaan mungkin barangnya
akan saya banting dulu baru saya ajukan klaim.

21
Mungkin biaya yang dikeluarkan untuk tambahan proteksi tersebut tidak seberapa,
tetapi bayangkan berapa ribu orang yang mungkin tertipu dengan hal ini. Saya
harap Tokopedia bisa lebih memilih rekanan untuk bekerjasama dan semoga tidak
ada lagi yang tertipu dengan layanan ini.

b) Analisis Artikel Ke 4

Bentuk perlindungan konsumen : Usaha pengusaha/pelaku usaha

Alasan : Dari kasus diatas dapat terlihat bahwa Tokopedia sebagai perusahaan jasa e-
commerce perantara produsen dan konsumen memberikan hak perlindungan kepada
konsumen berupa pengajuan tambahan biaya proteksi barang rusak yang tertulis di
aplikasi Tokopedia dan dapat diajukan sebelum 90 hari setelah menerima pesanan
Sedangkan di Pasarpolis hanya 30 hari. Namun, perusahaan asuransi Pasarpolis sebagai
penyedia layanan garansi barang exhaust fan tersebut menolak karena menurut mereka
di klaim tidak menerangkan barang rusak akibat kecelakaan.Sedangkan jika di cek di
aplikasi, ketentuannya rusak total akibat pemakaian bukan rusak akibat kecelakaan.
Setelah itu Pasarpolis menyalahkan Tokopedia karena belum memperbarui ketentuan
Pasarpolis. Pasarpolis angkat tangan dan tidak mau memberikan garansi untuk produk
tersebut.

a) ARTIKEL 5

Redmi Note 8 Pro dari JD.ID Baru Pakai 15 Menit Tiba-tiba Mati, Retur
Malah Diminta Klaim Garansi!

Saya mencoba ganti toko online ke JD.ID karena salah satu value-nya di website
adalah “Perlindungan Konsumen-Kami akan mengembalikan uang Anda secara
penuh, jika barang tidak sesuai dengan deskripsi atau berkualitas buruk”. Saya
membeli Xiaomi Redmi Note 8 Pro di JD.ID dengan nomor pesanan 1015575540.

Seperti biasa, di hari pertama saya nyalakan, dan mulai proses install apps yang
dibutuhkan. Namun sekitar 15 menit pemakaian, tiba-tiba HP mati, dan tidak bisa
dihidupkan kembali. Sudah dicoba charge, tetap tidak bisa. Kemudian langsung

22
malam itu juga saya mengajukan retur untuk penggantian produk, dan disetujui
oleh audit JD ID dengan nomor layanan 20136153, dan
dikirimkan guidance bagaimana proses pengembalian produk.

Setelah produk diterima kembali oleh team After Sales, kemudian ternyata


diberikan kabar bahwa produk hanya bisa “dibantu” klaim garansi. Artinya sejak
hari pertama, saya TIDAK mendapatkan pernah memakai barang baru. Namun
jika memang diperbaiki, saya hanya memakai barang “refurbish“. Ini sangat
merugikan saya.

Meski di dalam deskripsi produk, bahwa produk tidak mendukung penukaran


barang dalam 7 hari, menurut saya sangat tidak etis. Jika barang cacat produksi di
hari pertama tidak dapat ditukar, malah diminta diperbaiki, apalagi sangat banyak
produk smartphone di JD ID yang memiliki deskripsi yang serupa.

b) Analisis Artikel Ke 5

Bentuk perlindungan konsumen : Usaha pengusaha/pelaku usaha

Alasan : Harusnya pihak e-commerce memberikan penjelasan yang terperinci kepada


konsumen terkait garansi barang yang akan dibelinya. Jika barang rusak apakah pihak e-
commerce atau toko online yang bersangkutan yang akan memberikan garansi. Selain
itu harus dijelaskan juga, apabila produk rusak dan ingin menukarnya apakah konsumen
akan mendapatakan produk baru atau barang “refurbish”.

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam transaksi jual beli, retur penjualan dan retur pembelian


merupakan hal yang biasa terjadi. Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, jika ternyata sejak awal ada
kesengajaan pengiriman dari penjual untuk mengirimkan barang yang
rusak atau barang yang salah maka penjual dapat terkena sanksi hukum.
Hak konsumen yaitu Konsumen memiliki hak atas pilihannya
terhadap barang atau jasa sesuai dengan nilai tukar uang dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan, Konsumen memiliki hak untuk didengar
pendapat serta keluhan terkait barang atau jasa yang digunakan,
Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi serta
penggantian apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai

Hak pelaku usaha adalah Hak untuk menerima pembayaran yang


sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan; Hak untuk mendapat perlindungan
hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; Hak untuk
melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen; Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti
secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan; Hak-hak yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya.

Dari beberapa kasus yang ditemukan berbagai permasalahan dari


pihak pelaku usaha dan ecommerce yang tidak memenuhi procedure
perlindungan konsumen. Harus adanya pemahaman bagi semua pihak
berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

24
B. Saran

Menurut kelompok kami, dari pihak LYKI, sudah menjalankan


tugas dan kewajiban dengan benar jika dilihat dari beberapa kasus yang
telah dipaparkan dan juga kemendag (Kementrian Perdagangan juga telah
turun tangan. Hanya saja perlu adanya pemahaman baik dari pelaku usaha
maupun konsumen karena masih banyak yang tidak mengetahui hak dan
kewajiban sebelum membeli suatu barang atau jasa.
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

25
DAFTRA PUSTAKA

Abdul.A. & Rani.A. 2019. Buku Ajar Hukum Perlindungan Konsumen. Sleman:
DeepPublis

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan


Konsumen

Agus Hardiyanto. 2020. Redmi Note 8 Pro dari JD.ID Baru Pakai 15 Menit Tiba-
tiba Mati, Retur Malah Diminta Klaim Garansi. (ONLINE) Diakses Pada
16 Oktober 2020 Dari Media Konsumen:
https://mediakonsumen.com/2020/02/11/surat-pembaca/redmi-note-8-pro-
dari-jd-id-baru-pakai-15-menit-tiba-tiba-mati-retur-malah-diminta-klaim-
garansi

Alfa. 2013. Hak dan kewajiban konsumen. (ONLINE). Dikutip Pada Tanggal 16
Oktober 2020 Dari Sangkoeno: http://www.sangkoeno.com/2013/09/hak-
dan-kewajiban-konsumen-serta-pelaku.html

Fadhly Fauzi. 2019. 1.866 Aduan Produk Bermasalah Masuk Kemendag,


Terbanyak Elektronik. (ONLINE) Diakses pada 16 Oktober 2020 dari
Detik.com:https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d

Hartanto. 2017. Proses Keputusan Pembeli. (ONLINE) diakses pada 16 Oktober


2020. https://www.hestanto.web.id/proses-keputusan-pembelian/

Hanafi, Imam. 2020. Beli laptop slow respon pihak akulaku dan seller.
(ONLINE)
Diakses pada 16 Oktober 2020 dari Media Komunikasi:
https://mediakonsumen.com/2020/10/04/surat-pembaca/beli-laptop-
dikirim-yang-beda-tipe-akulaku-slow-respon-seller-no-respon-apa-saya-
harus-no-problem/amp

Lembaga yayasan konsumen Indonesia. (ONLINE). Dikutip Pada Tanggal 16


Oktober 2020 Dari Blog resmi LYKI: http://ylki.or.id/profil/tentang-kami/

Supriyatna, iwan. 2019. Agar Konsumen Tak Dirugikan, Presiden Diminta


Sahkan RPP Belanja Elektronik. (ONLINE). Dikutip Pada Tanggal 16
Oktober 2020 Dari Suara.com: https://www.suara.com/bisnis/2019/01/25/
143806/agar-konsumen-tak-dirugikan-presiden-diminta-sahkan-rpp-
belanja-elektronik

Wibowo, T. 2016. Pengertian Pelaku Usaha. (ONLINE). Dikutip Pada Tanggal


16 Oktober 2020 Dari Jurnal Hukum: https://www.jurnalhukum.com
/pengertian-pelaku-usaha/

26
Rafinska, Kezia. 2018. Retur Penjualan dan Pembelian.(ONLINE) Diakses pada
16 Oktober 2020. https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-
efaktur/retur-penjualan-dan-retur-pembelian-dalam-transaksi-jual-beli#:~:

3986007/1866-aduan-produk-bermasalah-masuk-kemendag-terbanyak-
elektronik

Rafi, Wildan. 2020. Menolak Klaim Proteksi Barang Rusak Dengan Menyalahkan
Tokopedia. (ONLINE) Diakses Pada 16 Oktober 2020 Dari Media
Konsumen:https://mediakonsumen.com/2020/05/17/surat-
pembaca/pasarpolis-com-menolak-klaim-proteksi-barang-rusak-dengan-
menyalahkan-tokopedia

27

Anda mungkin juga menyukai