Anda di halaman 1dari 6

CONTOH TREE ANALISYS Created by Irfan

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Badan Diklat Provinsi Gorontalo


dihadapkan oleh kondisi-kondisi sebagai berikut:
 Pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) pengelolaannya belum
terpusat di Badan Diklat Provinsi Gorontalo. Masing-masing Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) memiliki anggaran pengembangan SDM aparatur sendiri. Di tahun
2018 yang sedang berjalan ini, terdata sejumlah Rp. 36,053 Milyar anggaran
pengembangan kompetensi ASN di seluruh OPD, hal ini sangat berbeda
dibandingkan dengan pagu anggaran pada Badan Diklat Provinsi Gorontalo yang
hanya mencapai Rp. 4,6 milyar di tahun yang sama.
 Selain dilihat dari alokasi anggaran, pelaksanaan kegiatan pengembangan SDM
berupa Diklat Teknis masih dilaksanakan oleh masing-masing OPD, antara lain Badan
Keuangan melaksanakan Diklat Bendaharawan, Dinas Kesehatan melaksanakan
Diklat Promosi Kesehatan dan lain-lain.
 Pengembangan kompetensi ASN oleh Badan Diklat Provinsi Gorontalo hanya
terfokus pada diklat-diklat kepemimpinan dan diklat prajabatan, serta cenderung
mengabaikan Diklat Teknis dan Fungsional.
 Berdasarkan hasil pengukuran kompetensi ASN Provinsi Gorontalo masih terdapat
gap kompetensi yang cukup besar. Artinya, sebagian besar ASN belum dapat
memenuhi standar kompetensi sesuai syarat jabatan yang diembannya.
 Penentuan personel yang akan ditingkatkan kapasitas/kompetensinya tidak
berdasarkan perencanaan dan kebutuhan pengembangan kompetensi
Berdasarkan kondisi-kondisi yang dipaparkan di atas, maka dapat dikemukakan
permasalahan yang menjadi tanggung jawab Badan Diklat Provinsi Gorontalo, antara lain
sebagai berikut:
1. Kurangnya anggaran pengembangan kompetensi ASN di Provinsi Gorontalo.
2. Belum terintegrasinya penyelenggaraan diklat-diklat terutama diklat teknis dalam
pengembangan kompetensi ASN di Pemerintah Provinsi Gorontalo.
3. Belum efektifnya perencanaan dan pengembangan kompetensi ASN.
4. Kurangnya jumlah pelaksanaan diklat teknis.
5. Belum diimplementasikannya pengembangan kompetensi ASN berbasis
perencanaan dan kebutuhan.
Permasalahan-permasalahan yang diuraikan di atas jika tidak segera diselesaikan
maka akan berdampak pada kinerja Badan Diklat Provinsi Gorontalo terutama kinerjanya
dalam pengembangan kompetensi ASN antara lain dampaknya adalah: a) Tidak
terpenuhinya pemenuhan hak PNS untuk pengembangan kompetensi sebesar 20 Jam
Pembelajaran (JP) pertahun; b) Gap Kompetensi akan semakin lebar; c) Semakin
rendahnya kualitas ASN, terutama menghadapi tantangan Era Revolusi 4.0.
Dari lima permasalahan di atas, perlu dilakukan pemilihan salah satu masalah
sebagai prioritas untuk dicarikan solusi terbaik atas permasalahan itu, dan untuk itu
digunakan teori tapisan menggunakan metode AKPK untuk pemilihan satu masalah
utama. Pemilihan satu masalah utama ini didapatkan dengan menganalisis
permasalahan melalui empat kriteria sebagai berikut: 1). Aktual, yakni masalah/isu
benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan; 2). Kekhalayakan, yakni seberapa
besar masalah/isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak; 3). Problematik,
yakni seberapa besar masalah/isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks,
sehingga perlu dicarikan segera solusinya; 4). Kelayakan, yakni seberapa masuk akal dan
seberapa realistisnya, serta relevannya masalah/isu tersebut untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya.
Adapun hasil pemilihan masalah/isu yang dilakukan dengan Teknik AKPK dapat
dilihat pada matriks sebagai berikut:

N K
IDENTIFIKASI MASALAH/ISU A P K TOTAL
O
1. Kurangnya anggaran pengembangan kompetensi
5 4 5 5 19
ASN
2. Belum terintegrasinya penyelenggaraan diklat-diklat 5 3 5 5 18
3. Belum efektifnya perencanaan dan pengembangan
5 3 4 4 16
kompetensi ASN.
4. Kurangnya jumlah pelaksanaan diklat teknis 5 3 4 4 16
5. Belum diimplementasikannya pengembangan
kompetensi ASN berbasis perencanaan dan 5 3 4 4 16
kebutuhan
Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil,
1=sangat kecil).

Berdasarkan analisis teori tapisan menggunakan AKPK di atas, maka masalah/isu


terpilih adalah Kurangnya anggaran pengembangan kompetensi ASN. Dalam rangka
mencari akar permasalahan ini maka dilakukan analisis dengan menggunakan tree
analysis sebagai berikut:
POHON MASALAH

Tidak terpenuhinya 20 JP
Pengembangan Kompetensi
ASN

Kurangnya anggaran
pengembangan kompetensi ASN

Banyaknya Tingginya indeks Kurang Kurangnya


jumlah ASN biaya efektifnya kepedulian
yang harus penyelenggaraan perencanaan penganggaran
didiklatkan setiap diklat anggaran diklat diklat

Kurangnya Kurangnya Inovasi Mahalnya biaya Tingginya


pemanfaatan dalam transportasi dan penggunaan
diklat yang penyelenggaraan akomodasi diklat model
berbiaya rendah diklat fasilitator luar klasikal
daerah

Berdasarkan analisis pohon masalah di atas, masalah utama kurangnya anggaran


pengembangan kompetensi ASN disebabkan oleh masalah pokok yang terdiri atas:
a) Banyaknya jumlah ASN yang harus didiklatkan,
b) Tingginya indeks biaya penyelenggaraan setiap diklat,
c) Kurang efektifnya perencanaan anggaran diklat, dan
d) Kurangnya kepedulian penganggaran diklat.
Dari empat masalah pokok sebagai penyebab masalah utama di atas, maka
masalah tingginya indeks biaya penyelenggaraan setiap diklat yang kemudian terpilih
sebagai masalah pokok prioritas untuk dicarikan akar penyebab masalahnya, maka dari
masalah pokok prioritas tersebut dapat diidentifikasi masalah spesifik akar penyebab
masalahnya yakni:
1. Kurangnya pemanfaatan diklat yang berbiaya rendah.
2. Kurangnya inovasi dalam penyelenggaraan diklat.
3. Tingginya biaya transportasi dan akomodasi fasilitator luar daerah.
4. Tingginya penggunaan diklat model klasikal.
POHON SASARAN

Terpenuhinya 20 JP
Pengembangan Kompetensi
ASN

Terpenuhinya anggaran
pengembangan kompetensi ASN

Tercapainya Terjangkaunya Efektifnya Meningkatnya


target jumlah indeks biaya perencanaan kepedulian
ASN yang harus penyelenggaraan anggaran diklat penganggaran
didiklatkan setiap diklat diklat

Meningkatnya Meningkatnya Terjangkaunya Meningkatnya


pemanfaatan Inovasi dalam biaya penggunaan
diklat yang penyelenggaraan transportasi dan diklat model non
berbiaya rendah diklat akomodasi klasikal
fasilitator luar
daerah
Berdasarkan analisis pohon sasaran di atas, sasaran utama terpenuhinya anggaran
pengembangan kompetensi ASN disebabkan oleh sasaran pokok yang terdiri atas:
a) Tercapainya target jumlah ASN yang harus didiklatkan,
b) Terjangkaunya indeks biaya penyelenggaraan setiap diklat,
c) Efektifnya perencanaan anggaran diklat, dan
d) Meningkatnya kepedulian penganggaran diklat.
Dari empat sasaran pokok di atas, maka terjangkaunya indeks biaya
penyelenggaraan setiap diklat yang kemudian terpilih sebagai sasaran pokok prioritas,
maka dari sasaran pokok prioritas tersebut dapat diidentifikasi sasaran spesifik yakni:
1. Meningkatnya pemanfaatan diklat yang berbiaya rendah.
2. Meningkatnya inovasi dalam penyelenggaraan diklat.
3. Terjangkaunya biaya transportasi dan akomodasi fasilitator luar daerah.
4. Meningkatnya penggunaan diklat model non klasikal.
Dari empat akar sasaran, maka meningkatnya penggunaan diklat model non
klasikal terpilih menjadi sasaran spesifik terpilih.
POHON ALTERNATIF

Terpenuhinya 20 JP
Pengembangan Kompetensi
ASN

Terjangkaunya anggaran
pengembangan kompetensi ASN

Terjangkaunya
indeks biaya
penyelenggaraan
setiap diklat

Meningkatnya
penggunaan diklat
model non klasikal

Melaksanakan Melaksanakan Menyelenggarakan


Coaching Klinik program magang Diklat secara e-
Learning

Berdasarkan analisis pohon alternatif di atas, maka didapatkan tiga solusi


alternatif yang terdiri atas: a) Melaksanakan Coaching Klinik; b) Melaksanakan program
magang; c) Menyelenggarakan diklat secara e-learning
Dari tiga solusi alternatif di atas, di gunakan teori tapisan menggunakan USG
untuk memilih solusi alternatif terpilih sebagai berikut:

Matriks Pemilihan Solusi Alternatif dengan metode USG

No Masalah U S G Total

1. Melaksanakan coaching klinik 5 4 4 13


2. Melaksanakan program magang 4 4 4 12
3. Menyelenggarakan diklat secara e-learning 5 5 5 15
Keterangan : berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang,
2=kecil, 1=sangat kecil)
Atas dasar matriks tersebut maka solusi masalah yang merupakan solusi alternatif
prioritas terpilih adalah Menyelenggarakan diklat secara e-learning.
Pemilihan solusi alternatif ini di analisis melalui tiga kriteria sebagai berikut: 1)
Urgency, yakni seberapa mendesak misi tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah
dari misi tersebut; 2). Seriousness, yakni seberapa serius misi tersebut perlu dibahas
dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
timbul dari misi tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau
masalah dari misi itu tidak dipecahkan; 3). Growth, yakni seberapa besar kemungkinan-
kemungkinannya solusi tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan akan
makin memburuk jika dibiarkan.

Anda mungkin juga menyukai