Anda di halaman 1dari 2

Ruang lingkup filsafat ilmu meliputi asumsi, yakni spekulasi realitas akan hakikat yang ada, baik

dalam wujud abstrak (hanya terdapat dalam tataran idea atau konsep) atau dalam wujud konkret
(sesuatu yang sungguh-sungguh ada dalam kenyataan), perlu dibuktikan kebenarannya, dan
asumsi ini juga diperlukan dalam sebuah penelitian. Ruang lingkup yang kedua adalah landasan,
yakni dasar tempat berpijak, tempat dimulainya suatu perbuatan. Landasan dari filsafat ada
rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme adalah aliran yang mengutamakan pikiran dan
pertimbangan yang logis, menurut pikiran yang sehat, cocok dengan akal. Yang termasuk dalam
landasan ini adalah ontologi dan dan idealisme. Sedangkan empirisme adalah aliran yang
berpendapat bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Yang dijuluki sebagai
bapak empirisme adalah Aristoteles dan Plato. Ruang lingkup yang ketiga adalah metode, yakni
tahapan dalam mencapai tujuan. Metode ini dibagi menjadi dua, kualitatif (bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis) dan kuantitatif (sistematis terhadap bagian-bagian dan
hubungannya). Dan ruang lingkup yang ke empat adalah teori ilmiah, yakni himpunan yang
saling berkaitan yang menyajikan pandangan sistematis tentang gejala-gejala dengan jalan
menetapkan hubungan yang ada diantara variabel-variabel.

Sejarah filsafat ilmu dimulai dari zaman purba, zaman penalaran, zaman pertengahan, zaman
renaissance, zaman modern, dan zaman kontemporer. Pada zaman purba ini terjadi sekitar tahun
600 SM (revolusi 1.0), di zaman ini ilmuwan barat berani mengklaim kelahiran Adam, Idris,
Nuh, dan lainnya, padah sebelum masehi ia bernama hermes. Munculnya Undangundang
humurabi yang ada saat peradaban kuno sebelum islam. Zaman pra sejarah/ pra yunani (zaman
batu) muncul lahirnya filsafat sehingga orang mencari jawaban rasional tentang problem alam
semesta. Pada masa ini, pengetahuan mereka hanya bisa mengamati dan mengklasifikasikan
(mengelompokkanbenda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan).

Contoh sederhananya seperti membedakan antara kelapa, kambing hutan, benda tajam, akar
pohon, dan tombak. Ciri-ciri yang lainnya yakni masyarakat mulai menetap dan mengendalikan
alam (bercocok tanan) ini cara yang dilakukan mereka untuk mencegah banjir, mulai ditemukan
tulisan, masyarakat mulai merenung atau berabstraksi, penalaran reseptif (kemampuan untuk
mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar) dan penalaran empiris (kemampuan yang
didapatkan dari pengalaman mereka) contohnya seperti mencoba makan nasi dengan garam.
Yang kedua yakni zaman penalaran (yunani) (revolusi 2.0), ciri yang paling mendasar pada
zaman ini adalah mereka mulai menyelidiki dengan cara yang logis bukan dengan cara yang
mitos, munculnya filosof-filosof (seseorang yang memiliki daya pikir orang filsafat) tentang
alam, meskipun penalaran mereka sederhana tetapi sudah menalar, tidak ada sikap receotif
attitude (mudah menerima apa adanya), dan mereka cenderung memakai sikap an inquiry
attitude (sifat yang berusaha untuk menyelidiki). Pada zaman pertengahan atau juga disebut
dengan zaman kegelapan, ciri-ciri zaman ini adalah pratistik (para pemimpin gereja, ini dipilih
dari golongan atas atau golongan ahli pikir) dan skolastik (mempunyai corak sematamata agama,
sering disebut filsafat nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja). Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada masa zaman pertengahan ini semuanya bergantung terhadap gereja.

Zaman reanissance juga disebut sebagai zaman pencerahan, zaman pembaharuan, berkembang
kira-kira pada abad ke-14 sampai 17. Ciri-ciri pada zaman ini adalah individualisme
(kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri), humanisme
(mengedepankan nilai dan kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria dalam
segala hal), lepas dari agama (tidak mau diatur), empirisme (berasal dari pengalaman) dan
rasionalisme (mengutamakan pikiran dan akal). Selanjutnya adalah zaman modern (revolusi 3.0),
ditandai dengan perubahan dalam bentuk-bentuk kesadaran atau pola pikir yakni subjektivitas
(tafsiran berdasarkan persaan atau pikiran manusia), kritik dan kemajuan. Terjadi penggabungan
antara akal dan indra, muncullah metode ilmiah.

Yang terakhir adalah zaman kontemporer (proses profesionalisasi disiplin keilmuan filsafat)
(revolusi 4.0). Yang dibahas pada zaman antara lain tentang manusia, dan baha manusia, ilmu
pengetahuan, kuasa dan struktur yang mengungkung hidup manusia, hak asasi manusia, dsb.
Filsuf bukan hanya profesional di bidang masing-masing, tetapi mereka juga membentuk
komunitas dan asosiasi profesional dibidang tertentu yang berdasarkan minat dan keahlian
mereka masing. Dapat ditarik kesimpulan pada masa ini terjadi penggabungan antara teori ilmiah
dengan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai