Anda di halaman 1dari 8

C.

Tingkat Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Pengembangan KBK seperti pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari beberapa
tingkat, yaitu tingkat nasional, tingkat lembaga, tingkat bidang studi dan tingkat satuan
bahasan (modul)[7].

1. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional

Pada tingkat ini pengembangan kurikulum dibahas dalam lingkup nasional, meliputi jalur
pendidikan sekolah dan luar sekolah dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan
nasional. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah
melalui kegiatan pembelajaran secara berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan jalur
pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui
kegiatan pembelajaran yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan, termasuk
pendidikan keluarga. Dalam kaitannya dengan KBK, pengembangan kurikulum tingtkat
nasional dilakukan dalam rangka mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing
jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.

2. Pengembangan Kurikulum Tingkat Lembaga

Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis lembaga pendidikan
pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara
lain ;

a. Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada


berbagai jenis lembaga pendidikan.

b. Mengembangkan bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan


tujuan tersebut.

c. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan (guru dan non-


guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.
d. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk member kemudahan
belajar.

3. Pengembangan Kurikulum Tingkat Bidang Studi (Penyusunan Silabus)

Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk bidang studi berbagai jenis lembaga
pendidikan. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah:

a. Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan setiap bidang studi

b. Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan, serta mengelompokannya


sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemempuan (keterampilan), nilai, dan sikap

c. Mendiskripsikan kompetensi serta mengelompokannya sesuai dengan skope dan


sekuensi.

d. Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria pencapaian

Penyusunan silabus mengacu pada KBK dan perangkat komponen-komponennya yang


disusun oleh pusat kurikulum, badan penelitian dan pengembangan, Departemen Pendidikan
Nasional. Sekolah yang mempunyai kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya setelah mendapat persetujuan dari Dinas
Pendidikan` setempat (provinsi, kabupaten/kota).

Penyusunan silabus dapat dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relefan di
daerah setempat seperti tokoh masyarakat, instansi pemerintah, instansi swasta termasuk
perusahaan dan industry, atau perguruan tinggi. Bantuan dan bimbingan teknis untuk
penyusunan silabus sepanjang diperlukan dapat diberikan oleh pusat kurikulum.

4. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Bahasan (modul)

Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi dan diurutkan sesuai dengan


tingkat pencapaiannya pada setiap bidang studi, selanjutnya dikembangkan program-program
pembelajaran. Dalam KBK program pembelajaran yang dikembangkan adalah modul,
sehingga kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan
mengembangkan paket-paket modul.
D. Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolok atau sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya sesuatu
proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan
kurikulum menunjuk pada titik tolok atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum.

Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang terhadap


sekolah dan masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak berpegang pada salah satu
pendekatan secara murni, tetapi menganut beberapa pendekatan yang sesuai. Pendekatan
dalam pengembangan kurikulum mempunyai arti yang sangat luas. Hal tersebut bisa berarti
penyusunan kurikulum baru (curriculum construction), bisa juga penyempurnaan terhadap
kurikulum yang sedang berlaku (curriculum improvement).[8] Jadi, pendekatan dalam
kurikulum adalah asumsi atau pandangan mengenai hal ihwal pembelajaran. Meliputi
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, seperangkat
mata pelajaran, atau yang lebih meluasnya lagi seluruh kegiatan dalam sebuah pembelajaran
baik formal maupun non formal.

Dalam hal ini, Syaodih mengemukakan pendekatan pengembangan kurikulum berdasarkan


sistem pengelolaan dan berdasarkan fokus sasaran.

1. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Sistem Pengelolaan

Dilihat dari pengelolaanya pengembangan kurikulum dibedakan antara system pengelolaan


yang terpusat (sentralisasi) dan tersebar (desentralisasi). Dengan adanya kebijakan otonomi
daerah maka pengelolaan kurikulum tidak lagi sentralisasi tetapi desentralisasi sehingga
pengembangan kurikulum lebih berbasis daerah atau. kewilayahan. Model kurikulumnya
akan beragam sesuai dengan tujuan, fungsi, dan isi program pendidikan.

2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Fokus Sasaran


Berdasarkan fokus sasaran, pengembangan kurikulum dibedakan antara pendekatan yang
mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan yang menekankan pada isi atau materi,
penguasaan kemampuan standar yang menekankan pada penguasaan kemampuan potensial
yang dimiliki peserta didik sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya, penguasaan
kompetensi yang menekankan pada pemahaman dan kompetensi tertentu disekolah,
pembentukan pribadi yang menekankan pada pengembangan atau pembentukan aspek-aspek
kepribadian secara utuh, baik pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap, dan
penguasaan kemampuan memecahkan masalah sosial kemasyarakatan yang menekankan
pada pengembangan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang ada dimasyarakat.

3. Pendekatan Kompetensi

Pendekatan kompetensi merupakan pendekatan pengembangan kurikulum yang menfokuskan


pada penguasaan kompetensi tertentu berdasarkan tahap-tahap perkembangan peserta didik.
Peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek
kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan
belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan. Setiap tahap perkembangan memiliki
sejumlah potensi bawaan yang dapat dikembangkan, tetapi pemekarannya sangat tergantung
pada kesempatan yang ada dan kondisi lingkungannya. Pendidikan merupakan lingkungan
utama yang memberikan kesempatan dan dukungan bagi perkembangan potensi-potensi
peserta didik.

Setiap peserta didik memiliki potensi bawaan sendiri-sendiri, meskipun aspek-aspek


perkembangannya sama tetapi tingkatannya berbeda-beda. Seorang peserta didik memiliki
kemampuan berpikir matematis yang tinggi, tetapi peserta didik lain berpikir ekonomi,
politik, keruangan, keterampilan sosial, atau komunikasi yang tinggi. Guru-guru diharapkan
dapat mengenali dan memahami potensi-potensi, terutama potensi-potensi tinggi yang
dimiliki peserta didiknya. Dengan bekal pemahaman tersebut, mereka diharapkan dapat
membantu mengembangkan potensi-potensi peserta didik sehingga dapat berkembang secara
optimal.

4. Keterkaitan KBK dengan Pendekatan Lain


Keterkaitan kurikulum berbasis kompetensi dengan pendekatan kemampuan standar, adalah
bahwa keduanya sama-sama menekankan pada kemampuan, hanya berbeda jenis
kemampuannya. Dalam pendekatan kompetensi, kemampuan yang dikembangkan adalah
kemampuan yang dikembangkan adalah kemampuan yang mengarah pada pekerjaan,
sedangkan dalam pendekatan kemampuan standar pada kemampuan umum. Pendekatan
kemampuan standar dapat dipandang sebagai bagian dari pendekatan kompetensi, atau
sebaliknya pendekatan kemampuan standar mencakup kompetensi umum dan kompetensi
pekerjaan.

Kurikulum berbasi kompetensi terkait dengan pendekatan pengembangan pribadi, karena


standar kompetensi yang dikembangkan berkenaan dengan pribadi peserta didik, seperti
kompetensi intelektual, sosial dan komunikasi, penguasaan nilai-nilai, dan keterampilan-
keterampilan. Bedanya, dalam kurikulum berbasis kompetensi lebih difokuskan pada
kompetensi potensial yang ensesial, sedang pengembangan pribadi lebih menekankan
keutuhan perkembangan kemampuan-kemampuan tersebut.

Kurikulum berbasis kompetensi terkait dengan pendekatan ilmu pengetahuan, karena


kompetensi yang dikembangkan, seperti kompetensi intelektual, dan sosial berkaitan dengan
bidang-bidang ilmu pengetahuan, seperti IPA, IPS, Matematika, Bahasa, Olahraga,
keterampilan, dan kesenian. Perbedaannya, kurikulum berbasis kompetensi lebih
menekankan pada kemampuan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. Di
sisi lain, pendekatan ilmu pengetahuan lebih menekankan pada hasil belajar, namun tidak
mengabaikan kompetensi dari pengetahuan tersebut.

Kurikulum berbasis kompetensi diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,


kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

Kurikulum berbasis kompetensi memfokuskan pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu


oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan
seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa. Sehingga pencapaiannya
dapat diamati dalam bentuk prilaku atau keterampilan peserta didik sebagai sesuatu kriteria
keberhasilan.

Kurikulum berbasis kompetensi juga menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk
melakukan kerjasama dalam rangkaian meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam
hubungannya dengan pembelajaran memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kay
(1977) dalam Mulyasa, mengemukakan bahwa “pendidikan berbasis kompetensi selalu
dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan
“bagaimana” jadi perbuatan tersebut dilakukan”.[9]

Depdiknas (2002) dalam Mulyasa mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi


memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi pesertadidik baik secara individual


maupun klasikal

2. Berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang


bervariasi

4. Sumber belajar bukan guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi

Kurikulum berbasis kompetisi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik,
agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan
penuh tanggung jawab.

KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh
karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapainnya dapat dinikmati
dalam bentuk perilaku atau ketrampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membentuk peserta didik menguasai sekurang-
kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta
didik harus diberi kesempatan untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan kemampuan dan
kecepatan belajar masing-masing.

KBK menurut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun demikian konsep ini tentu saja tidak
dapat digunakan sebagai resep untuk memecahkan semua masalah pendidikan, namun dapat
memberi sumbangan yang cukup signifikan terhadap perbaikan pendidikan.

Kurikulum adalah subsistem dalam dunia pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari proses
dinamika yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan kompetensi adalah pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Jadi,
Kurikulum Berbasis Kompentensi adalah kurikulum yang secara dominan menekankan pada
kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam setiap mata pelajaran pada setiap jenjang
sekolah. Sebagai implikasinya akan terjadi pergeseran dari dominasi penguasaan kongnitif
menuju penguasaan kompetensi tertentu. Kompetensi yang dituntut terbagi atas tiga jenis,
yaitu:

1. Kompetensi tamatan yaitu, kompetensi minimal yang harus dicapai oleh siswa setelah
menamatkan sesuatu jenjang paendidikan tertentu.

2. Kompetensi mata pelajaran, yaitu kompetensi minimal yang harus dicapai pada saat
siswa menyelesaikan mata pelajaran tertentu.

3. Kompetensi dasar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh siswa dalam
setiap bahasan atau materi tertentu dalam satu bidang tertentu.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen
sebagai framework, yaitu:

1. Kurikulum dan hasil belajar. Memuat perencanaan pembangunan kompetensi peserta


didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun dan juga memuat
hasil belajar, indikator, dan materi.

2. Penilaian berbasis kelas. Memuat prinsip sasaran dan pelaksanaan penilaian


berkelanjutan yang lebih akurat dan konsistensebagai akuntabilitas public melalui identifikasi
kompetensi dari indikator belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar
yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
3. Kegiatan belajar mengajar. Memuat gagasan pokok tentang pembelajaran dan
pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan pedagogis dan
adragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.

4. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga


pendidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar, pola ini dilengkapi
dengan gagasan pembentukan kurrikulum (curriculum council), pengambangan perangkat
kurikulum

Anda mungkin juga menyukai