Anda di halaman 1dari 17

Cobalah Menikmati Dangdut

Oleh Tri Bagus Suryahadi

Jika ada sebuah pertanyaan perihal apakah genre musik paling populer di Indonesia
mutakhir? Jelas—dengan ketetapan hati—jawaban paling layak akan disematkan pada dangdut.
Sebuah aliran musik yang telah menjadi ruh selama beberapa dekade, hilir mudik didengarkan
oleh rakyat Indonesia. Dangdut telah menjadi musik paling populer di Indonesia, menjadi musik
yang paling sering didendangkan elemen masyarakat. Mulai dari pengamen, kuli bangunan,
pedagang kaki lima, dan petani, bahkan para pegawai berseragam necis tak sungkan
melagukannya. Semuanya mendendangkan musik dengan sub-genre yang sangat beragam ini,
diikuti dengan jogetan syahdu yang menuntut terlontarnya ucapan, aseeeek!!!

Dangdut Academy (beberapa waktu lalu) turut pula menjadi tayangan yang paling
digandrungi (dengan rating tertinggi) di layar kaca tanah air. Tayangan ini memiliki tampilan
format lewat adanya beberapa peserta yang bernyanyi (tentunya dengan membawakan lagu
dangdut), dihadapan para juri seperti Inul Daratista, Benigno, Rita Sugiharto, dan Iis Dahlia.
Nampaknya, tayangan ini tak semata-mata menarik rating lewat keahlian mencengkok nada khas
dangdut semata, namun diselipi humor hingga hal berbau sentimentil. Jelas hal ini dimuat
sebagai bumbu penyedap guna peningkatan raihan jumlah penonton. Tayangan Dangdut
Academy juga digadang-gadang sebagai kelanjutan program sejenis yang beberapa waktu lalu
masif ditayangkan oleh TPI (sekarang berubah wajah menjadi MNC TV), yakni KDI dengan
berbagai serinya. Target pasar yang coba diraih dari program-program ini sudah jelas, yaitu
masyarakat pecinta dangdut seantero negeri. Masuknya dangdut dalam ranah media seperti TV,
juga telah melebarkan sayap dangdut kepada berbagai aspek kelas sosial. Dangdut tidak lagi
dianggap sebagai musiknya orang desa ataupun musiknya orang tak berpunya, namun tak dapat
dicari batas-batas konkret yang memisahkan para penikmat musik tertentu (dangdut khususnya)
—sebagai pembeda—secara kelas sosial.

Dalam suasana Dirgahayu Kemerdekaan, yang bertepatan juga ketika saya sedang
menjalankan program bertajuk “pengabdian”, beberapa desa mengadakan berbagai agenda demi
menyemarakkan hari ulang tahun negeri tercinta, Indonesia. Desa yang menjadi lokasi perayaan
adalah Desa Klampoklor (Lokasi KKN kelompok saya), sebuah desa dengan basis masyarakat
petani didalamnya. Semarak—adalah kata yang paling akurat dalam menggambarkan suasana
peringatan HUT RI ke-72 di Desa Klampoklor. Berbagai parade lomba dengan kegembiraan
yang menyertainya, telah membaurkan kita semua. Satu hal yang menarik dari prosesi KKN
yang kurang lebih telah berjalan tiga mingguan ini adalah, tak bisa rasanya telinga ini dilepaskan
dari dendangan lagu dangdut khas pantura yang ndilalah secara bertubi-tubi dilontarkan baik
oleh teman maupun para penduduk desa.

Dalam malam puncak penyerahan hadiah lomba, dangdut lagi-lagi menjadi hiburan.
Walaupun sebatas pemain organ tunggal dengan dibantu penepuk ketipung, toh rasa dangdut
tetap tersaji di telinga. Dengan para biduwanita yang cantik jelita yang mendendangkan lagu
Jaran Goyang, para penonton mencoba menikmatinya dengan berjoget bak mabuk ditelan nada.
Lagu-lagu yang tersaji kebanyakan adalah lagu-lagu baru dengan genre dangdut paling populer
rakyat pantura, yaitu dangdut koplo. Tentunya, fenomena ini akan lebih seru lagi jika disisipi
pembahasan hibriditas dalam sejarah musik dangdut. Namun, hal itu akan kita bahas di lain
kesempatan. Yang jelas, dangdut telah mengalami banyak perkembangan lewat berbagai
percampurannya dengan genre musik lain.

Sebagian kalangan yang mengatasnamakan dirinya paling tahu soal musik, menganggap
dangdut sebagai musik yang hanya dinikmati oleh kalangan rendahan. Dari segi lirik maupun
barisan nada yang tercipta, juga menunjukkan unsur-unsur kesederhanaan. Tak ayal, dangdut
(koplo khususnya) dianggap sebagai musik yang tidak terlalu memperhatikan esensi dan
cenderung rendah kualitas. Kalangan ini menganggap musik yang bagus adalah musik yang
rumit dengan barisan nada yang pelik untuk dimainkan. Jazz dianggap sebagai lantunan nada bak
negeri impian, sedangkan musik populer dangdut dinilai sebagai musik sampah yang rendah
seni. Namun, bukankah penilaian ini sangat subjektif.

Adorno, sebagai seorang yang getol memperhatikan kebudayaan massa, menolak


anggapan klise ini. Baginya, musik sekelas jazz tidak lebih dari barisan nada yang memuakkan.
Ketertarikannya justru bersemai pada pembahasan mengenai musik populer yang memiliki
penikmat luas di ruang publik. Oleh Adorno, standarisasi homogen telah berlangsung pada musik
populer yang membuatnya mudah dicerna dan diterima masyarakat. Meski begitu, pemikir-
pemikir cultural studies lainnya menilai bahwa, para pemuda yang mengagumi musik populer,
tidak melulu menjadi objek yang larut selalu terbawa gemerlap budaya pop. Mereka adalah
subjek-subjek yang menikmati wacana, praktik, dan produk-produk kemajuan sebuah negara.
Dengan demikian, mereka diposisikan sebagai pihak yang dapat memilih dan memilah atas
pengaruh negatif budaya pop, dan memiliki otoritas untuk mempraktikkan “seni membuat dari
apa yang tersedia” dari budaya massa. Hal inilah yang makin menghindarkan musik populer
(dangdut salah satunya) dari kondisi seragam dan justru lebih membuatnya beragam.

Sampai titik ini barulah akan nampak bahwa tak selamanya musik-yang-merakyat,
dipandang sebelah mata. Bahkan nuansa “penuh warna” yang sangat seru, muncul ditengah-
tengah pergulatan budaya populer lewat musik dangdut. Hal ini memiliki arti penting dalam
artian bahwa, dangdut kini kian warna-warni dengan beragam tampilan yang tak lagi ndeso.
Berbagai videoklip dangdut koplo yang terbilang berkualitas, membanjiri channel Youtube
dengan jumlah tayangan yang terhitung tidak sedikit, dengan artis paling ngetop yakni Via
Vallen dan Nela Kharisma. Penampilan “trendi” juga bisa dibilang menggantikan penampilan
“seksi” para biduan dangdut, meskipun tidak secara merata ada kecenderungan ini. Namun
paling tidak, figur-figur “ratu”—dangdut koplo telah bertranformasi kedalamnya. Kemeriahan
dangdut juga tak bisa dilepaskan dari segi musikalitas dangdut sendiri yang kian meriah.
Berbagai jenis musik dari berbagai genre, nyatanya tetap enak didengar jika dicampur dengan
dangdut. Malahan, hal ini makin memperkaya dangdut dengan variannya yang beranekarupa.

Dicampurkannya genre dangdut dengan hip-hop, Reggae, Pop, dll seperti yang
dicontohkan NDX aka Familia, Sera, New Pallapa, Sagita, dan berbagai orkes dangdut (koplo)
lainnya, juga telah menunjukkan aspek keterbukaan musik dangdut terhadap genre lain. Tak
hanya sebatas genre, berbagai lagu-lagu impor pun tetap enak didengar dengan aransemen
dangdut. Contoh terbaru adalah lagu Despacito dengan lirik khas Amerika Latin yang
diaransemen ulang oleh Via Vallen dengan Sera-nya dalam berbagai kesempatan. Belum lagi
adanya fenomena baru seperti Alif Rizky di Youtube, yang banyak mengcover ulang lagu-lagu
dunia yang sedang hits dengan musik dangdut, dengan keunikan bahasa Jawa yang
menggantikan lirik aslinya.

Keberagaman dangdut juga sangat erat berkaitan dengan jiwa rakyat Indonesia—yang
dalam sejarah panjangnya—begitu terbuka terhadap pengaruh budaya luar. Keterbukaan bangsa
Indonesia terhadap bangsa lain secara apik dapat dilihat dalam opus magnum-nya Denys
Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya. Dalam jilid pertama buku ini, secara sekilas dijelaskan
bahwa musik yang silih berganti didendangkan di Indonesia memiliki dinamikanya tersendiri.
Meskipun keterbukaan bangsa Indonesia tak dapat dicegah, namun tak selamanya terjalin suatu
kondisi ketika masyarakat menyerbu musik asing, dan meninggalkan musik lokal semacam
gamelan. Barangkali hal ini turut pula berlaku di dalam dangdut. Ketika sampai hari inipun
dangdut masih saja eksis dan tetap terdengar cengkok, suling, ataupun gendangnya. Jelas, bahwa
situasi ini tak menghapus identitas dangdut ditengah globalisasi yang ada.

Ditengah pasang surutnya musik dangdut di Indonesia, tak dapat dipungkiri masih
banyaknya nada nyinyir terhadap dangdut. Lirik yang terkadang menjerumus kepada perbuatan
nista yang tak mempertimbangkan aspek pendengar dangdut di segala usia, telah menimbulkan
rasa antipati terhadap dangdut yang merusak moral generasi bangsa. Dalih sebagai
penggambaran kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam lirik-lirik lagu semacam Nyidam
Pentol ataupun Perawan atau Janda, jelas tak cukup kuat untuk dijadikan alasan, mengingat
tujuan sesungguhnya yakni sukses secara komersial. Bahkan terkadang munculnya sebuah lagu
dilandasi terhadap isu-isu yang lagi hits di dunia sosial. Jelas nampak strategi pasar telah
merasuki industri dangdut dengan paradigma “tak apalah karya jelek yang penting laris”.

Namun kerisauan terhadap musik dangdut yang nir-makna, mulai disegarkan lewat masih
setianya para seniman dangdut yang tetap berkarya dengan kualitas yang tak kalah ciamik. Sebut
saja Didi Kempot yang mendendangkan Suket Teki, sebuah lagu yang kurang lebih berisi
kegundahan hati dalam kehidupan berumah tangga. Belum lagi ada lagu yang sarat makna
seperti Kelayung-layung. dalam penggalan liriknya, “ditumpakke kreta jawa, rodane roda
menungsa” secara gamblang menggambarkan prosesi kematian sebagai tahapan yang pasti
terjadi dalam siklus kehidupan manusia. Penggalan lirik sarat makna lain juga terdapat dalam
lagu Ngamen II (diantara seri lagu Ngamen lainnya yang mencapai total belasan). Kira-kira
begini liriknya, “eling-eling manungso bakale mati, yen wis mati dikubur sanak famili, dipendem
jero diapit bumi”. Belum lagi ratusan lagu dakwah yang disampaikan Bang Haji Rhoma Irama,
yang sejak Soneta masih bergelora muda hingga sekarang yang telah beranak cucu dan
mengalami pemutakhiran personel, tetap setia mengisi hiburan dangdut Tanah Air.

Dangdut, sebagai musik yang barangkali telah didaku sebagai musiknya orang Indonesia,
kini jelas telah mengalami perkembangan yang beragam. Baik dalam segi musiknya, penampilan
yang mewarnainya, ataupun berbagai makna yang terkandung didalam lirik-liriknya. Kalau kita
kembali ke era Orde Baru, ada seorang Rhoma Irama yang tak hanya memanfaatkan dangdut
sebagai karya seni, namun juga sebagai media dakwah yang mengangkatnya untuk turut pula
sebagai pendakwah, disamping penyanyi dangdut. Lewat dangdut pula, Rhoma banyak
mengkritik isu-isu sosial yang terjadi dengan tetap menyelipkan materi dakwah Islamiyah, meski
hal inipun berkaitan erat dengan parpol yang menaunginya kala itu. Andrew N. Weintraub
(2010) yang meneliti musik dangdut dalam bukunya Dangdut Stories a Social and Musical
History of Indonesia’s Most Popular Music, menjelaskan bahwa sejak tahun 1960-an sampai
tahun 2000-an, terdapat beberapa kelompok besar dalam sub-genre dangdut. Periode 1960-1975
dikenal dengan istilah dangdut klasik, dengan beberapa artis pendukung seperti Chandralela,
Sinar Kemala, Klana Ria, Pancaran Muda, Soneta, Elvy Sukaesih, Muchsin, ataupun Mansyur.
Percabangan dangdut dengan genre lain juga mulai nampak seperti perpaduan dangdut dengan
musik rock, sebagaimana yang dicontohkan Rhoma Irama, Mara Karma, juga Nano Romansyah.
Belum lagi Camelia Malik, Vetty Vera, dan Itje Tresnawati yang memadukan dangdut dengan
pop. Menjelang akhir abad ke-20, perpaduan dangdut makin beragam ditengah membuncahnya
teknologi yang kian maju. Mulailah banyak subgenre baru dari dangdut seperti disco dangdut,
dangdut daerah, dangdut mandarin, dsb[iii]. Kini, dengan makin berkembangnya zaman yang
makin dipercepat dengan arus informasi, jelas keberagaman dangdut kian masif sebagaimana
yang dapat kita nikmati sekarang.

Kembali ke KKN, dalam suasana silaturahmi dengan warga, telah menggiring kami ke
berbagai obrolan ngetan-ngulon—ngalor-ngidul. Yang jelas, banyak pelajaran yang didapat dari
masyarakat di lokasi KKN kami, yang dapat dibilang begitu guyub rukun. Obrolan menarik juga,
lagi-lagi soal dangdut. Bahwa di Klampoklor (juga di beberapa desa sebelah), hampir secara
rutin mengadakan pertunjukan dangdut. Dan hampir segala usia—kenal dan menyukai— musik
dangdut. Hal ini nampak dalam perayaan memperingati HUT RI di Klampoklor, tua muda hafal
lagu-lagu dangdut dan mereka tak sungkan berjoget ria dengan ritual khas orkes dangdut, yakni
saweran. Dari berbagai obrolan ini juga, muncul bebarapa kondisi sosial yang muncul ketika ada
pertunjukan dangdut. Berbagai tawuran antar pemuda desa, kerap mewarnai acara dangdutan.
Barangkali disebabkan oleh kondisi mabuk, ataupun memang kesengajaan untuk berbuat rusuh,
kerap mewarnai obrolan kami. Kondisi ini jelas adalah realita masyarakat petani yang bisa
dibilang jarang melihat kesejahteraan selayak-layaknya. Dan lewat momen nonton dangdutlah,
mereka melepas segala penat mengurusi kebutuhan hidup.
Dangdut telah mewariskan banyak pergulatan budaya didalamnya. Elemen-elemen
penghias pertunjukan dangdut juga makin membuat seru pembahasan dari padanya. Tapi
sungguh tidak sopan anggapan nyinyir pada penikmatnya. Apalagi nulis dangdut tanpa
mengoleksi lagunya. Untuk itu, aku mau mengunduh lagu dangdut dulu ya… Salam!
Analisis artikel berdasarkan istilah-istilah yang berkaitan dalam Filsafat Ilmu

No Kalimat Istilah Alasan

1. Dangdut telah menjadi musik Pada kenyataannya, dangdut di


Teori
paling populer di Indonesia, Indonesia, hari ini terkenal dan
kebenaran
menjadi musik yang paling sering tidak heran lagi, masyarakat
korespodensi
didendangkan elemen masyarakat. Indonesia masih tetap setia
atau The
melestarikannya. Jadi pernyataan
Corresponde
tersebut memang sesuai dengan
nce Theory of
kenyataan yang ada di Indonesia
Truth
saat ini.

2. Mulai dari pengamen, kuli Variable merupakan berbagai


bangunan, pedagang kaki lima, karakteristik individu atau obyek
dan petani, bahkan para pegawai yang memiliki nilai, skor, dan
berseragam necis tak sungkan ukuran yang berbeda dalam suatu
melagukannya. Variable atau pengamatan. Dalam pernyataan
variasi disebutkan bahwa pengamen, kuli
bangunan, pedagang kaki lima,
petani, dan pegawai negeri
merupakan suatu variasi obyek
yang menikmati dangdut.

3. Dangdut Academy (beberapa Dangdut Academy merupakan


waktu lalu) turut pula menjadi ajang pencarian bakat dalam
tayangan yang paling digandrungi Konsep bernyanyi dangdut yang sedang
(dengan rating tertinggi) di layar marak-maraknya di Indonesia saat
kaca tanah air. ini.

4. Tayangan ini memiliki tampilan Variable atau Kalimat dihadapan para juri seperti
format lewat adanya beberapa variasi Inul Daratista, Benigno, Rita
peserta yang bernyanyi (tentunya Sugiharto, dan Iis Dahlia
dengan membawakan lagu merupakan pedangdut Indonesia
dangdut), dihadapan para juri dengan segala kelebihannya, jadi
seperti Inul Daratista, Benigno, kelebihan yang dimiliki oleh para
Rita Sugiharto, dan Iis Dahlia. juri tersebut merupakan variasinya
atau variable.

5. Nampaknya, tayangan ini tak Pernyataan tersebut memang sesuai


semata-mata menarik rating lewat dengan kenyataan yang dilihat di
keahlian mencengkok nada khas televisi. Tayangan tersebut tak
dangdut semata, namun diselipi hanya mendengarkan suara yang
humor hingga hal berbau Fakta indah saja melainkan orang-orang
sentimentil. yang melihatnya juga akan
disuguhkan dengan berbagai humor
yang menyebabkan orang-orang
pasti tertawa.

6. Dangdut tidak lagi dianggap Sebagaimana sudah dijelaskan


sebagai musiknya orang desa Teori diatas bahwa dangdut pada masa
ataupun musiknya orang tak koherensi sekarang ini sedang melejit di
berpunya, namun tak dapat dicari (konsistensi) Indonesia dan dangdut sudah diakui
batas-batas konkret yang atau The oleh negara sebagai salah satu ciri
memisahkan para penikmat musik Consistence khas Indonesia. Pernyataan
tertentu (dangdut khususnya)— or Coherence sebelumnya sesuai dengan
sebagai pembeda—secara kelas Theory of pernyataan ini dan dapat disebut
sosial. Truth teori koherensi.

7. Desa yang menjadi lokasi Desa Klampoklor merupakan desa


perayaan adalah Desa Klampoklor yang terletak di kota Demak, Jawa
(Lokasi KKN kelompok saya), Fakta Tengah. Dan warga disana bermata
sebuah desa dengan basis pencaharian sebagai petani.
masyarakat petani didalamnya.

8. Semarak—adalah kata yang Konsep Konsep merupakan abstraksi dari


paling akurat dalam suatu pengertian, bisa saja kata
menggambarkan suasana semarak njuga bisa diartikan
peringatan HUT RI ke-72 di Desa sebagai kemegahan untuk
Klampoklor. merayakan peringatan HUT RI ke-
72 di desa tersebut.

9. Satu hal yang menarik dari prosesi Kebenaran performatif mengatakan


KKN yang kurang lebih telah bahwa kebenaran adalah tentang
berjalan tiga mingguan ini adalah, cara menyatakan sesuatu yang
tak bisa rasanya telinga ini diiringi dengan tindakan atau
dilepaskan dari dendangan lagu perbuatan. Pada pernyataan
dangdut khas pantura yang tersebut, seseorang yang sedang
Kebenaran
ndilalah secara bertubi-tubi melakukan pengamatan tersebut
performatif
dilontarkan baik oleh teman menyatakan bahwa dangdut tidak
maupun para penduduk desa. bisa dihilangkan dari ingatannya
dan diiringi dengan tindakan yaitu
secara tidak langsung dia
mendengarkan dangdut sehingga
dia menjadi kebiasaan.

10. Sebagian kalangan yang Pernyataan tersebut sebagian orang


mengatasnamakan dirinya paling beranggapan bahwa, orang-orang
tahu soal musik, menganggap yang mengatasnamakan dirinya
dangdut sebagai musik yang yaitu orang yang paling tahu soal
hanya dinikmati oleh kalangan musik, mengatakan bahwa dangdut
Paradigma
rendahan. untuk kalangan rendahan. Disini
yang menjadi paradigma yaitu
sebagian kalangan yang
beranggapan bahwa dangdut hanya
untuk kalangan rendah.

11. Jazz dianggap sebagai lantunan Paradigma Paradigma merupakan seperangkat


nada bak negeri impian, asumsi, pernyataan tersebut
sedangkan musik populer dangdut menyatakan Jazz dianggap oleh
dinilai sebagai musik sampah orang-orang bahwa lantunan nada
yang rendah seni. Namun, nya indah. Dan pernyataan tersebut
bukankah penilaian ini sangat menjelaskan bahwa sebagian
subjektif. orang-orang berpendapat Jazz lebih
enak daripada dangdut. Sebagian
orang-orang berpendapat inilah
yang dimaksud dengan paradigma.

12. Adorno, sebagai seorang yang Menurut pandangan Adorno, dia


getol memperhatikan kebudayaan menolak anggapan bahwa lagu Jazz
massa, menolak anggapan klise tidak enak untuk didengar olehnya,
Asumsi
ini. Baginya, musik sekelas jazz jadi pernyataan tersebut merupakan
tidak lebih dari barisan nada yang asumsi yang diutarakan oleh
memuakkan. Ardono.

13. Oleh Adorno, standarisasi Asumsi Asumsi merupakan anggapan atau


homogen telah berlangsung pada pendapat seseorang terhadap
musik populer yang membuatnya sesuatu. Pendapat Ardono terhadap
mudah dicerna dan diterima musik populer merupakan asumsi.
masyarakat.
14. Berbagai video klip dangdut Pada kenyataanya memang benar,
koplo yang terbilang berkualitas, saat ini adalah perkembangan
membanjiri channel Youtube teknologi 4.0 yang mengandalkan
dengan jumlah tayangan yang internet atau teknologi sebagai
terhitung tidak sedikit, dengan sumber utama dalam mencari
Fakta
artis paling ngetop yakni Via pengetahuan dan penghidupan.
Vallen dan Nela Kharisma. Pernyataan tersebut memang benar
bahwa video klip saat ini yang
sedang trending di kalangan
masyarakat dan berkualitas.

15. Dicampurkannya genre dangdut Genre dangdut dengan hip-hop,


dengan hip-hop, Reggae, Pop, dll Reaggae, Pop, dan lain-lain
seperti yang dicontohkan NDX merupakan berbagai variasi
aka Familia, Sera, New Pallapa, perpaduan antara dangdut dengan
Variable atau
Sagita, dan berbagai orkes genre musik lainnya. Dan NDX
variasi
dangdut (koplo) lainnya, juga atau Familia, Sera, New Pallapa,
telah menunjukkan aspek Sagita merupakan berbagai variasi
keterbukaan musik dangdut grup orkes dengan kelebihan dan
terhadap genre lain. keunikannya masing-masing.

16. Tak hanya sebatas genre, berbagai Sebagian orang-orang menyukai


lagu-lagu impor pun tetap enak hal tersebut dan pada akhirnya
didengar dengan aransemen pernyataan tersebut merupakan
Paradigma
dangdut. paradigma atau sudut pandang
umum yang diutarakan oleh
sebagian masyarakat.
17. Contoh terbaru adalah lagu Pernyataan tersebut memang benar
Despacito dengan lirik khas dan sesuai dengan keyataan yang
Amerika Latin yang diaransemen ada pada saat ini. Tak hanya itu
ulang oleh Via Vallen dengan saja, mereka yang kreatif juga akan
Sera-nya dalam berbagai memberikan tontonan yang berbeda
kesempatan. Belum lagi adanya dari yang lainnya, sesuai dengan
fenomena baru seperti Alif Rizky kelebihan dan keunikan masing-
di Youtube, yang banyak masing yang ingin mengovernya.
Fakta
mengcover ulang lagu-lagu dunia
yang sedang hits dengan musik
dangdut, dengan keunikan bahasa
Jawa yang menggantikan lirik
aslinya.

18. Meskipun keterbukaan bangsa Saat ini di Indonesia, banyak


Indonesia tak dapat dicegah, musik-musik luar yang masuk dan
namun tak selamanya terjalin orang-orang tidak
suatu kondisi ketika masyarakat mempermasalahkan jika orang
Fakta
menyerbu musik asing, dan tersebut menyukai musik luar akan
meninggalkan musik lokal tetapi juga tidak boleh melupakan
semacam gamelan. musik lokal sebagai musik tanah
air.

19. Ketika sampai hari inipun dangdut Variable atau Yang menjadi variable atau variasi
masih saja eksis dan tetap variasi, Fakta dalam pernyataan tersebut yaitu,
terdengar cengkok, suling, cengkok, suling, dan gendang. Hal
ataupun gendangnya. tersebut merupakan berbagai
variasi alat dalam menciptakan
nada dan irama dangdut. Dan
faktanya dangdut masih bersinar
dengan namanya di Indonesia saat
ini.

20. Lirik yang terkadang menjerumus Di negara tercinta ini, Indonesia


kepada perbuatan nista yang tak yang mana dangdut sudah populer
mempertimbangkan aspek di kalangan masyarakat saat ini
pendengar dangdut di segala usia, tentunya. Dan masyarakat tidak
telah menimbulkan rasa antipati mempertimbangkan dalam memilih
terhadap dangdut yang merusak untuk menikmati dangdut tanpa
moral generasi bangsa. Dalih memperdulikan lirik didalamnya
sebagai penggambaran kehidupan Fakta bisa saja lirik tersebut tidak cocok
sehari-hari yang terdapat dalam untuk anak-anak sehingga anak-
lirik-lirik lagu semacam Nyidam anak yang tidak mengerti hal
Pentol ataupun Perawan atau tersebut akan mengikuti perilaku
Janda, jelas tak cukup kuat untuk orang yang mengajarinya sehingga
dijadikan alasan, mengingat merusak moral anak bangsa.
tujuan sesungguhnya yakni sukses
secara komersial.

21. Dangdut, sebagai musik yang Pernyataan tersebut memang benar


barangkali telah didaku sebagai Teori sesuai dengan kenyataan yang saat
musiknya orang Indonesia, kini kebenaran ini tengah populer di kalangan
jelas telah mengalami korespodensi masyarakat. Selain dangdut telah
perkembangan yang beragam. atau The diakui oleh Indonesia, dangdut juga
Baik dalam segi musiknya, Corresponde berkembang sesuai dengan
penampilan yang mewarnainya, nce Theory of berkembangnya negara ini dalam
ataupun berbagai makna yang Truth segi musik, lirik, dan lain
terkandung didalam lirik-liriknya. sebagainya.

22. Kalau kita kembali ke era Orde Memang benar Rhoma Irama,
Fakta
Baru, ada seorang Rhoma Irama disamping dia penyanyi, dia juga
yang tak hanya memanfaatkan seorang pendakwah tetapi metode
dangdut sebagai karya seni, dalam menyebarkannya tersebut
namun juga sebagai media melalui syair yang dibuatnya dan
dakwah yang mengangkatnya dirubah ke dalam bentuk sebuah
untuk turut pula sebagai nyanyian.
pendakwah, disamping penyanyi
dangdut.

23. Andrew N. Weintraub (2010) Teori merupakan serangkaian


yang meneliti musik dangdut asumsi, konsep, konstruk, definisi,
dalam bukunya Dangdut Stories a dan proposisi untuk menerangkan
Social and Musical History of suatu fenomena yang terjadi.
Indonesia’s Most Popular Music, Andrew N. Weintraub telah
menjelaskan bahwa sejak tahun meneliti musik dangdut dan
1960-an sampai tahun 2000-an, menerbitkan sebuah buku jadi,
Teori
terdapat beberapa kelompok besar pernyataan tersebut dinamakan
dalam sub-genre dangdut. teori karena Andrew sudah
menerbitkan buku dan proses
dalam pembuatan buku tersebut
yaitu melalui proses dari observasi,
variable, serangkaian konsep dan
lain sebagainya.

24. Periode 1960-1975 dikenal Fakta dan Faktanya pada tahun 1960-1975
dengan istilah dangdut klasik, Variable atau memang benar dapat disebut
dengan beberapa artis pendukung variasi dengan dangdut klasik. Dimana
seperti Chandralela, Sinar zaman dahulu perkembangan
Kemala, Klana Ria, Pancaran teknologi masih kurang sehingga
Muda, Soneta, Elvy Sukaesih, menyebabkan dangdut masih
Muchsin, ataupun Mansyur. sederhana dan tidak berlebihan.
Sedangkan Chandralela, Sinar
Kemala, Klana Ria, Pancaran
Muda, Soneta, Elvy Sukaesih,
Muchsin, ataupun Mansyur
merupakan berbagai variasi
penyanyi dangdut sesuai dengan
ciri khasnya.

25. Percabangan dangdut dengan Rhoma Irama, Mara Karma, Nano


genre lain juga mulai nampak Romansyah merupakan berbagai
seperti perpaduan dangdut dengan variasi yang menggunakan
musik rock, sebagaimana yang perpaduan dangdut dengan musik
Variable atau
dicontohkan Rhoma Irama, Mara rock, tentunya mereka berkarya
variasi
Karma, juga Nano Romansyah. dengan memanfaatkan musik rock
untuk melestarikan dangdut agar
para pendengar setia tidak bosan
dengan dangdut.

26. Belum lagi Camelia Malik, Vetty Bukan hanya Rhoma Irama dan
Vera, dan Itje Tresnawati yang yang lainnya saja yang memadukan
memadukan dangdut dengan pop. Variable atau dangdut dengan musik rock,
variasi Camelia Malik, Vetty Vera, dan
Itje Tresnawati juga memadukan
dangdut dengan musik pop.

27. Mulailah banyak subgenre baru Disco dangdut, dangdut daerah,


dari dangdut seperti disco Variable atau dangdut mandarin merupakan
dangdut, dangdut daerah, dangdut variasi berbagai macam variasi corak
mandarin, dsb. dangdut dengan ciri khasnya.

28. Kini, dengan makin Teori Pernyataan tersebut sesuai dengan


berkembangnya zaman yang kebenaran kenyataan atau fakta karena saat ini
makin dipercepat dengan arus korespodensi sistem teknologi dan informasi
informasi, jelas keberagaman atau The berkembang sangat pesat dan sudah
dangdut kian masih sebagaimana Corresponde jelas semakin canggih teknologi
nce Theory of maka semakin terdepan juga
yang dapat kita nikmati sekarang. perkembangan dangdut di
Truth Indonesia.

29. Dari berbagai obrolan ini juga, Pernyataan tersebut menjelaskan


muncul bebarapa kondisi sosial bahwa adanya beberapa variasi atau
yang muncul ketika ada gejala kondisi sosial yang terjadi
pertunjukan dangdut. Berbagai ketika ada pertunjukan dangdut.
tawuran antar pemuda desa, kerap Variable atau Variasi atau gejala tersebut
mewarnai acara dangdutan. variasi diantaranya, tawuran yang
Barangkali disebabkan oleh disebabkan karena mabuk dan
kondisi mabuk, ataupun memang tawuran yang memang sengaja
kesengajaan untuk berbuat rusuh, untuk menciptakan kerusuhan yang
kerap mewarnai obrolan kami. terjadi.

30. Kondisi ini jelas adalah realita Konsep merupakan abstraksi yang
masyarakat petani yang bisa mewakili obyek, sifat-sifat atau
dibilang jarang melihat fenomena-fenomena tertentu.
kesejahteraan selayak-layaknya. Dalam pernyataan tersebut
Konsep merupakan sebuah konsep yang
melibatkan obyek, yaitu
masyarakat petani dan fenomena-
fenomena yang terjadi yaitu pada
saat melihat pertunjukan dangdut.

31. Dan lewat momen nonton Mereka berpendapat atau


dangdutlah, mereka melepas berasumsi bahwa melalui tontonan
segala penat mengurusi kebutuhan dangdutlah mereka dapat melepas
hidup. Asumsi beban atau penat mereka, dengan
mendengarkan dangdut mereka jadi
lebih tenang.

32. Dangdut telah mewariskan banyak Fakta dan Dangdut memang banyak
pergulatan budaya didalamnya. Teori mewariskan perjuangan
Elemen-elemen penghias kebenaran menorehkan segala pengalaman
pertunjukan dangdut juga makin korespodensi yang terjadi semasa
membuat seru pembahasan dari atau The perkembangannya dan pernyataan
padanya. Corresponde tersebut juga tidak dipungkiri
nce Theory of bahwa pernyataan tersebut sesuai
Truth dengan kenyataan atau fakta.

Anda mungkin juga menyukai