ABSTRACT
This study aims to record painting artists in West Sumatra who have worked with the
Minangkabau concept. The method used refers to qualitative research methodology, namely
observation, interviews and literature. Then for the research report, the collected data is presented
based on citation data such as words / sentences and data in the form of interview scripts, field notes,
photos, videos, personal documents or other official documents. The theory used refers to the opini
of Kartodirjo, Becker, and Dwi Marianto.
The presence of painting artists who raised the theme of Minangkabau nature such as: Kamal
Guci, Afianto Arifin, Evalyna Dianita, Idran Wakidi, Yazid. Painting artists who work with this
Minangkabau concept still exist to maintain their style of work, and not a few of art appreciators like
or collect the work of the artist. It can be concluded that the presence of artists like this is very helpful
in preserving the art of painting in West Sumatra which has been pioneered long time ago by painters
like Wakidi and M.Syafei.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendata seniman lukis di Sumatera Barat yang eksis berkarya
dengan konsep Minangkabau. Metode yang dipakai merujuk pada metodologi penelitian kualitatif,
yaitu pengamatan, wawancara dan kepustakaan. Kemudian untuk laporan penelitian, data-data yang
terhimpun disajikan berdasarkan kutipan data baik berupa kata/kalimat maupun data berupa naskah
wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi ataupun dokumen resmi lainnya. Teori
yang digunakan merujuk kepada pendapat Kartodirjo, Becker, dan Dwi Marianto.
Kehadiran seniman lukis yang mengangkat tema alam Minangkabau seperti: Kamal Guci,
Afianto Arifin, Evalyna Dianita, Idran Wakidi, Yazid. Seniman lukis yang berkarya dengan konsep
Minangkabau ini masih eksis mempertahankan corak karya mereka, dan tidak sedikit para penikmat
seni menyukai atau mengoleksi karya seniman tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kehadiran
seniman seperti ini sangat membantu dalam dalam pelestarian seni lukis di Sumatera Barat yang
sudah dirintis jauh hari oleh pelukis Wakidi dan M.Syafei.
55
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018
56
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...
menjadi identitas tersendiri dan mudah dikenali as menunjukkan secara pasti apa yang akan
karyanya oleh para penikmat seperti karya dikerjakan dalam hubungan dengan masing-
Wakidi dan pengikutnya. Dari sinilah muncul masing aspek dalam eksistensi seniman ter-
ketertarikan mengangkat seniman yang konsis- sebut. Sebagai lokasi dalam penelitian ini
ten mengangkat alam Minangkabau dalam berada dalam ruang lingkup Sumatera Barat
karyanya pada sebuah penelitian. Dasar meliputi: Bukittinggi, Payakumbuh, Padang.
ketertarikan ini disebabkan oleh keunikan karya Subjek penelitian ini adalah Seniman
masing-masing seniman yang berbeda-beda. yang masih eksis menghasilkan karya lukisan di
Dan juga masih konsistenya seniman berkarya Sumatera Barat yang mengedepankan nuansa
di Sumatera Barat memakai konsep Minangkabau dalam karyanya. Adapun yang
Minangkabau tanpa dipengaruhi oleh seni lukis menjadi objek penelitian ini mencakup karya-
kontemporer yang membuming pada saat ini. karya yang dihasilkan oleh seniman, serta
Indikasi semacam inilah yang kemudian akan informasi lain yang terkait dengan penelitian.
ditelusuri dimulai mendata seniman yang eksis Dalam upaya menentukan populasi dan
berkarya dengan konsep Minangkabau yang pengambilan sampel dalam penelitian ini, maka
meliputi kota-kota di Sumatera Barat seperti: dikumpulkan semaksimal mungkin data-data
Padang, Padangpanjang, Bukittinggi hingga meskipun dalam bentuk foto atau foto repro-
kota/daerah lain di Sumateran Barat. Dengan duksi. Hal ini terkait pembahasan terhadap
dilaksanakannya penelitian ini menjadi cacatan pembacaan karya-karya tersebut. Selain itu,
tersendiri bagi penulis dan seni rupa di beberapa narasumber juga ditentukan untuk
Sumatera Barat khususnya. Dilatar belakangi dimintai keterangan mengenai seniman lukis
oleh fenomena tersebut sehingga menjadi daya yang masih eksis berkarya seni di Sumatera
tarik sendiri untuk memecahkan teka-teki Barat. Mereka dijadikan sebagai narasumber
eksistensi mereka dan mengetahui bagaimana dipilih secara terstruktur. Adapun populasi
pengakuan masyarakat seni rupa di Sumatera dalam penelitian ini adalah seniman yang
Barat atas keberadaan dan eksistensi seniman berkarya seni lukis di berbagai kota/daerah di
tersebut. Sumatera Barat yang mengangkat nuansa
Penelitian ini bertujuan ingin men- Minangkabau dalam karyanya. Dari populasi
jawab rumusan masalah yang telah diuraikan yang telah tersedia, sebagai sampel mewakili
tersebut, penelitian ini juga bertujuan: setiap seniman diwakili oleh dua buah karya.
Menambah perbendaharaan tentang seniman Narasumber yang dijadikan sebagai sampel
lukis di Sumatera Barat. Ingin mengetahui ditetapkan sesuai dengan kebutuhan.
seniman yang eksis berkarya dengan konsep Teknik pengumpulan data dilakukan
Minang-kabau dan dampaknya terhadap melalui observasi, studi kepustakaan, studi
perkembangan seni di Sumatera Barat. dokumen, data yang dibutuhkan dalam pene-
Menambah spirit dan motivasi bagi seniman litian ini dikumpulkan melalui:
muda di Sumatera Barat dalam menghasilkan Metode Kepustakaan, baik data primer
karya yang berkualitas. Dengan terlaksananya maupun data sekunder (untuk meleng-
penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan kapi atau memperkuat data primer)
pembanding untuk penelitian selanjutnya. ditelusuri dengan metode kepustakaan,
Desain penelitian ini dapat juga diar- yaitu pelacakan sumber melalui buku-
tikan sebagai “rancangan penelitian”. Meren- buku, arsip, dokumen, koran, majalah,
canakan itu mencakup komponen-komponen catalog pameran, brosur, dan sejenis-
penelitian yang diperlukan. Sehubungan de- nya yang relevan dengan permasalahan
ngan hal ini, mendefenisikan rancangan yang dikaji.
penelitian sebagai suatu usaha merencanakan
kemungkinan-kemungkinan tertentu secara lu-
57
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018
58
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...
59
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018
Mencermati tema dalam karya Kamal di Minangkabau, fokus karyanya hanya pada
Guci pada dasarnya mengangkat budaya alam alam dan budaya bukan kepada manusianya.
Minangkabau sebagai ide penciptan karyanya. Kamal Guci yang dilahirkan dan dibesarkan di
Subject mater atau tema pokok ialah ransangan Ranah Minang bukan suatu hal yang sulit lagi
cipta seniman dalam usahanya untuk mencip- untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan
takan bentuk-bentuk yang menyenangkan. sekitanya walau sudah lima tahun berkiprah
Bentuk yang menyenangkan adalah bentuk berkarya di Taman Mini Jaya Ancol. Norma-
yang dapat memberikan konsumsi batin manu- norma yang sudah melekat dalam diri Kamal
sia secara utuh, dan perasaan keindahan dapat Guci dan ditanamkan semenjak kecil suatu
menangkap harmoni bentuk yang disajikan kekhawatiran saat sekarang ini menyikapi
serta mampu merasakan lewat sensitivitasnya fenomena-fenomena yang terjadi dikalangan
(Dharsono, 2007:31). Hamparan alam Minang- masyarakat khususnya di Minangkabau pada
kabau dalam tema lukisan Kamal Guci menun- saat sekarang. Norma-norma yang telah
jukkan kehidupan orang Minangkabau pada mengalami perubahan terhadap masyarakat
masa dulu dengan dihadirkannya suasana per- sekarang menggugah Kamal Guci untuk
kampungan; ada rumah gadang, surau, kincir mengekspresikannya kedalam sebuah karya
beserta penduduk. seni dengan cara
Dalam lukisan Kamal memperhatikan kehi-
Guci mengesankan dupan serta tingkah
perkampungan alam laku masyarakat di-
Minangkabau yang sekitar lingkungan-
begitu sepi, rumah nya.
gadang yang telah tua Kondisi buda-
dan setengah hancur, ya sekarang ini sangat
surau yang telah tua dikahawatirkan oleh
dan roboh, kincir Kamal Guci, apa
yang terabaikan. yang dirasakannya
Namun ada sebagian hanya bisa dituang-
lukisan Kamal Guci kan dalam bentuk
berbentuk rumah Gambar 2. "Antara Surau dan Lapau", 160 x 120 cm, Oil karya seni lukis
on Canvas, 2018.
gadang yang berdiri berupa simbol yang
Sumber: Dokumentasi Ibrahim.
kokoh, surau tidak menggambarkan ke-
roboh dan suasana perkampungan begitu ramai lakuan masyarakat Minangkabau yang sudah
itu menggambarkan keadaan Minangkabau mulai mengesampingkan nilai-nilai kebudaya-
pada tempo (masa) dahulu. annya sendiri. Fenomena-fenomena sosial
Alam Minangkabau dalam tema lukisan dalam Pandangan Kamal Guci tentang budaya
Kamal Guci bukanlah alam Minangkabau, pada saat sekarang ini sangat dikhawatirkanya,
melainkan hanya sebagai penanda suatu lukisan hal ini diekspresikannya dalam bentuk-bentuk
dan itu adalah alam Minangkabau yang indah rumah gadang dengan kondisi kurang terawat
dengan bentaran alamnya. Kamal Guci yang dan tidak berpenghuni, serta ditumbuhi oleh
konsisten melukis, menghadirkan suasa-na tum-buhan liar. Kamal Guci merepresentasikan
alam Minangkabau serta rumah gadang, dan bentuk sebuah rumah gadang, surau, kincir
perkampungan Minangkabau dari tempo dulu serta alam Minangkabau tetapi, Kamal Guci
sampai keadaan Minangkabau sekarang ini, bukan berbicara persoalan bentuk melainkan
dengan mengunakan teknik pointelis dalam manifestasi tentang perilaku manusia yang
penggarapan karyanya. Kecenderungan Kamal diangkat ke dalam karya seni lukis. Bentuk
Guci membuat karya merupakan ungkapan merupakan sesuatu yang diamati oleh Kamal
kegelisahannya menyikapi persoalan yang ada Guci, sesuatu yang memiliki makna, dan
60
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...
61
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018
dengan pemandangan alam yang akan dilu- ciri-ciri, plastis, tenang, dingin, sabar. Dalam
kiskan dan membawa serta kanvas langsung ke berkarya Idran membawa suasana tenang, sabar
alam bebas. Idran berusaha menghadirkan dalam mencampur warna, dan tidak mudah
realitas keindahan pemandangan alam tersebut terpengaruh perkembangan seni lukis kontem-
seobjektif mungkin walaupun dengan sedikit porer di Indonesia meski sudah banyak seniman
pendekatan subjektif seperti melakukan peru- yang beralih dari lukisan naturalis namun Idran
bahan gelap-terang, pewarnaan dan sedikit tetap konsisten dengan tema naturalis yang
penggeseran pada objek yang dilukiskan seba- diangkat dalam karya seninya. Kecenderungan
gai kebutuhan untuk menghadirkan peng- penggunaan warna pada karya Idran adalah
gambaran eksotika alam yang lebih maksimal. warna-warna lembut seperti merah, kuning,
Dalam berkarya Idran jarang menggunakan biru atau campuran dari warna tersebut
perspektif burung, atau pengambilan obyek dari ditambah putih sehingga membuat lebih terang,
atas sehingga horizon terletak pada sepertiga ke dan cerah. Idran jarang sekali menggunakan
atas bidang gambar, intinya Idran ingin menam- warna keras seperti hitam dan warna tersebut
pilkan obyek-obyek yang dipilihnya kehadapan tidak terlalu menonjol dalam lukisannya dan
publik dalam keadaan normal sesuai dengan pemilihan warna yang dilakukan dalam melukis
posisi memandang. berdasarkan pada kondisi pada saat tersebut
Pada kebanyakan tema pemandangan seperti pada pagi, siang maupun sore hari.
alam, Idran memakai warna-warna lembut
dengan menangkap kualitas cahaya yang keba- 5. YAZID
nyakan diambil pada sore hari. Dalam proses Yazid merupakan seniman kelahiran
memilih dan mengaduk warna, Idran meng- Bukittinggi 30 Februari 1949. Pendidikan seni
gunakan warna biru, merah, kuning dan putih. yang diperoleh Yazid ketika menempuh pen-
Warna tersebut kemudian diaduk sesuai objek didikan Sekolah Tingkat Pertama di daerah
yang akan diwarnai. Pada intinya setiap warna Bukittinggi yang mana Wakidi adalah guru seni
yang terdapat dalam karya Idran merupakan rupanya, di sekolah ini Yazid hanya diperkenal-
gabungan dari unsur merah, biru, kuning dan kan tentang teknik dasar menggambar. Selain
putih. Dengan tiga warna pokok ditambah disekolah Yazid juga belajar langsung di
dengan warna putih tersebut, kemudian Idran sanggar yang didirikan oleh Wakidi yang
membuat gradasi warna sesuai dengan suasana merangkap sebagai tempat tinggalnya, di
yang akan dimunculkannya di atas kanvas. sanggar ini Yazid
Gabungan dari warna tersebut menampilkan melukis langsung de-
suatu ciri khas warna kemerahan dengan sapuan ngan Wakidi dengan
kuas yang halus dan lembut. Idran cenderung belajar membuat ob-
menggunakan warna lembut pada karyanya jek alam. Dari sang-
untuk mengingatkan dirinya alam ini sangat gar inilah Yazid mu-
indah tidak seharusnya cenderung mengguna- lai berkarya dengan
kan warna gelap karena akan memberikan objek naturalis sam-
kesan kusam yang berlainan dengan keindahan pai sekarang ini.
alam menurut pandangannya. Warna gelap Yazid meru-
pada karya Idran hanya digunakan untuk pakan pelukis natu-
mempertegas dari suatu objek. Sebab warna ralis di Sumatera
yang cerah sering diidentikan dengan sesuatu Barat, jika dihitung
yang indah dibandingkan dengan warna gelap. jumlah karya yang
Penggunaan warna lembut dalam sudah dihasilkan Gambar 9. Potret diri
Yazid.
karyanya Idran termasuk tipe orang flegmatis, Yazid melebihi Sumber: Dokumentasi:
yaitu banyak flegma dalam tubuhnya dengan seribu buah karya Ibrahim.
66
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...
lukis, karya-karya yang sudah dihasilkan Yazid lam berkarya Yazid jarang menggunakan pers-
rata-rata bernuansa naturalis. Naturalis adalah pektif burung, atau pengambilan obyek dari
karya seni rupa yang teknik penerapannya atas sehingga horizon terletak pada sepertiga ke
berpedoman pada peniruan alam untuk atas bidang gambar, intinya Idran ingin me-
menghasilkan karya seni. Dalam karya seni nampilkan obyek-obyek yang dipilihnya
rupa aliran naturalisme seniman terikat pada kehadapan publik dalam keadaan normal sesuai
proporsi, anatomi, pres-pektif, dan teknik dengan posisi memandang.
pewarnaan untuk meng-hasilkan kemiripan Dalam Berkarya Yazid menggunakan
lukisan sesuai dengan obyek yang dilihat mata. warna-warna panas namun terkesan lembut
Karya seni rupa yang beraliran naturalisme dengan menangkap kualitas cahaya yang keba-
berarti karya seni rupa yang menggambarkan nyakan diambil pada sore hari. Dalam proses
sesuatu yang masih asli atau alami. Lukisan- memilih dan mengaduk warna, Yazid meng-
lukisan beraliran natural-isme lebih banyak gunakan warna-warna yang yang menjadi
menghasilkan gambar-gambar alam seperti identitasnya seperti halnya warna-warna pada
gunung, pedesaan, pantai, dan pemandangan karya Wakidi yang cendrung mengikuti warna
alam yang ada di bumi. Karya seni rupa aliran pada saat berkarya. Pada intinya setiap warna
naturalisme juga dapat berbentuk lukisan ten- yang terdapat dalam karya Yazid merupakan
tang orang-orang yang gabungan dari unsur
masih asli dengan tradi- merah, biru, kuning dan
sinya sendiri, misalnya putih. Dengan tiga warna
lukisan tentang keindah- pokok ditambah dengan
an Ngarai Sianok, Lem- warna putih tersebut,
bah Arau dan lain-lain. kemudian Yazid mem-
Dalam berkarya, Yazid buat gradasi warna sesuai
tetap berpegang teguh dengan suasana yang
terhadap nilai tradisi, akan dimunculkannya di
bahkan hingga sekarang atas kanvas. Gabungan
Yazid terus konsisten Gambar 10. Lukisan Yazid, “Ngarai”, 100 x 150 dari warna tersebut me-
mengangkat tema alam cm, Cat minyak on canvas, 2006. nampilkan suatu ciri khas
Minang dengan gaya Sumber: Dokumentasi: Ibrahim. warna kemerahan de-
naturalisnya. ngan sapuan kuas yang halus dan lembut. Yazid
Yazid sangat selektif terhadap obyek cenderung menggunakan warna lembut pada
pemandangan alam yang akan dilukis, artinya karyanya untuk mengingatkan dirinya alam ini
tidak semua pemandangan yang menarik belum sangat indah tidak seharusnya cenderung
tentu cocok dipindahkan ke kanvasnya. Dalam menggunakan warna gelap karena akan
proses berkaryanya, Yazid melakukan obser- memberikan kesan kusam yang berlainan
vasi dengan melakukan pendekatan langsung dengan keindahan alam menurut pandangan-
dengan pemandangan alam yang akan dilu- nya. Warna gelap pada karya Yazid hanya
kiskan dan membawa serta kanvas langsung ke digunakan untuk mempertegas dari suatu objek.
alam bebas. Yazid berusaha menghadirkan Sebab warna yang cerah sering diidentikan
realitas keindahan pemandangan alam tersebut dengan sesuatu yang indah dibandingkan
seobjektif mungkin walaupun dengan sedikit dengan warna gelap. Perjalanan berkesenian
pendekatan subjektif seperti melakukan peru- Yazid bukan tanpa hambatan, perjuangan
bahan gelap-terang, pewarnaan dan sedikit Yazid semenjak mulai menekuni dunia seni
penggeseran pada objek yang dilukiskan seba- lukis sudah mengalami kendala dari kedua
gai kebutuhan untuk menghadirkan penggam- orang tuanya yang tidak menyetujui dirinya
baran eksotika alam yang lebih maksimal. Da- menjadi seorang seniman lukis, namun Yazid
67
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018
tetap teguh pada pendirianya, dan keinginan- dengan tema alam Minangkabau, namun di
nya itu dijalaninya dengan diam-diam belajar balik semua itu ada seniman di Sumaterta Barat
melukis di sanggar Wakidi. Selama belajar yang konsisten berkarya dengan konsep alam
dengan Wakidi Yazid sembunyi-sembunyi Minangkabau walaupun seni lukis kontemporer
berkarya dengan mengontrak sebuah ruangan sangat cepat berkembang. Adapun nama seni-
kecil yang dijadikannya studio melukis. Selama man di Sumatera Barat yang eksis berkarya
belajar di sanggar Wakidi, Yazid diperkenalkan dengan konsep Minangkabau seperti:
melukis dengan konsep alam atau naturalis, dari A. Kamal Guci
belajar ini Yazid tekun melukis diberbagai Kamal Guci merupakan seniman di
objek yang dianggapnya menarik untuk dilukis Sumatera Barat yang produktif dan konsis-
dan sampai sekarang sudah seribu buah karya ten berkarya dengan tema budaya dan alam
sudah dihasilkan Yazid dan hampir semua Minagkabau. Karya-karya Kamal Guci
karyanya itu dikoleksi baik kolektor, instansi identik dengan objek rumah gadang, surau,
pemerintah, maupun khalayak umum. Di dan pohon beringin. Kecenderungan Kamal
kalangan seniman di Sumatera Barat Yazid Guci berkarya dengan tema alam dan
merupakan seniman yang tertutup tidak seperti budaya Minangkabau merupakan bentuk
seniman lain yang aktif berkumpul dan keperihatinan terhadap nilai-nilai yang ada
berdiskusi tentang perkembangan seni lukis, dalam kehidupan masyarakat yang sudah
bagi Yazid berkarya dan berkarya hanya itu jauh berubah dan ditinggalkan karena
yang dilakukannya. Dalam berpameran Yazid pengaruh budaya luar.
tidak terlalu aktif hanya sesekali karya muncul,
menurut Yazid bukan keinginannya untuk B. Afianto Arifin
menutup diri namun di masa berkaryanya
Afianto Arifin merupakan seniman yang
banyak karyanya kejar tayang maksudnya
konsisten berkarya dengan tema Minang-
setiap selesai melukis karyanya dibeli orang
kabau hal tersebut dibuktikan dari awal
dan kesempatan itu tidak disia-siakan Yazid
berkarya lukis sampai sekarang tidak
untuk terus melukis demi menghidupi anak-
menyurutkan hasratnya untuk pindah ke
anak dan istrinya. Menjadi seniman lukis
seni kontemporer. Arifin merupakan seni-
apalagi di Sumatera Barat ibarat "Seni Adalah
man naturalis yang berkarya hanya di
Penderitaan" maksudnya adalah pekerjaan seni
studio, Arifin hanya mengandalkan imaji-
adalah akibat kebutuhan yang tidak dapat
nasinya berkarya tentang alam Minang-
dipaksa-paksa dan sudah terlaksana akan mem-
kabau. Karya yang sudah dihasilkan Arifin
beri kebahagiaan pada pembuatnya. Setiap
dari awal berkarya sampai sekarang ini
makhluk hidup memiliki naluri hidup untuk
sudah berjumlah di atas seribu karya.
bertahan diri terhadap kesulitan serta penin-
dasan, semakin kuat pribadinya, semakin besar
C. Evalyna Dianita
juga daya kesenimannya. Pernyataan dan ini
Evalyna Dianita merupakan putri dari
sesuai dengan kehidupan Yazid sebagai
seniman lukis Afianto Arifin. Dalam ber-
seorang seniman lukis di Sumatera Barat.
karya Evalyna dipengaruhi oleh karya-karya
ayahnya. Karakteristik lukisan Evalyna lebih
SIMPULAN
menonjolkan figur wanita. Dalam berkese-
Alam Sumatera Barat kaya dengan
nian Evalyna aktif mengikuti berbagai event
beragam keindahan yang menawarkan untuk
pameran bail lokal maupun nasional. Jika
dilihat, panorama alam yang eksotik membuat
dihitung karya yang sudah dihasilkan
seniman mengabdikannya pada karya seni
Evalyna sudah mencapai tujuh ratus karya
lukis. Tidak semua seniman di Sumatera Barat
lukis. Di Sumatera Barat Evalyna meru-
memiliki keinginan untuk membuat karya
68
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...
pakan seniman lukis wanita yang paling lukisannya, pada tahap akhir atau finishing
produktif menghasilkan karya. karya baru dikerjakan di studionya dan
itulah yang membedakan Yazid dengan
D. Idran Wakidi seniman lain yang berkarya dengan konsep
Idran Wakidi merupakan anak Wakidi Minangkabau hanya mengandalkan imaji-
yang merupakan seniman lukis pada masa nasi. Dalam berpameran Yazid tidak terlalu
Moii Indie. Karya lukisan Idran mengang- aktif mengikuti berbagai ajang pameran seni
kat ide tentang alam Minangkabau dengan rupa atau seni lukis, namun Yazid memiliki
penggarapan karya menggunakan warna pasar tersendiri untuk karyanya. Hampir
yang sejuk. Dari awal berkarya Idran tetap keseluruhan karya Yazid sudah dikoleksi
konsisten berkarya menggunakan gaya natu- oleh kolektor maupun penikmat seni.
ralis. Dalam berkarya Idran membuat Selama aktif berkarya seni lukis, Yazid
langsung objek di lokasi yang dinginkan dan sudah membuat lebih seribu buah karya.
untuk finishing baru dikerjakan di studio.
DAFTAR PUSTAKA
E. Yazid Prasisko, Yongky, Gigih. 2016. Seni
Yazid merupakan seniman lukis natu- Nirmanusia. Bantul: LADANG KATA.
ralis di Sumatera Barat yang memiliki latar Siregar, TH, Amirudin dan Supriyanto, Enin.
belakang non akademis atau otodidak. Ed. 2008. Seni Rupa Modern Indonesia
Pengenalan seni diperoleh Yazid ketika Esai-Esai Pilihan. Jakarta: NALAR.
belajar di sanggar yang didirikan oleh Yahya. 2016. Manajemen Seni Rupa. Jakarta:
Wakidi dan karya-karya lukisan Yazid KENCANA.
memiliki kemiripan dengan karya Wakidi Yangni, Stanslaus. 2012. Estetika Seni Rupa
Dalam berkarya Yazid terjun langsung ke dari Khaos ke Khaosmos. Yogyakarta:
lokasi yang dijadikan objek ke dalam ERUPSI AKADEMIA.
69
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018
70