Anda di halaman 1dari 16

EKSISTENSI ALAM MINANG DALAM LUKISAN

SENIMAN SUMATERA BARAT

Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa


erizal@isi-padangpanjang.ac.id
Prodi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain
ISI Padangpanjang
Artikel diterima: 22 Oktober 2018 Artikel direvisi: 12 November 2018 Artikel disetujui: 19 November 2018

ABSTRACT

This study aims to record painting artists in West Sumatra who have worked with the
Minangkabau concept. The method used refers to qualitative research methodology, namely
observation, interviews and literature. Then for the research report, the collected data is presented
based on citation data such as words / sentences and data in the form of interview scripts, field notes,
photos, videos, personal documents or other official documents. The theory used refers to the opini
of Kartodirjo, Becker, and Dwi Marianto.
The presence of painting artists who raised the theme of Minangkabau nature such as: Kamal
Guci, Afianto Arifin, Evalyna Dianita, Idran Wakidi, Yazid. Painting artists who work with this
Minangkabau concept still exist to maintain their style of work, and not a few of art appreciators like
or collect the work of the artist. It can be concluded that the presence of artists like this is very helpful
in preserving the art of painting in West Sumatra which has been pioneered long time ago by painters
like Wakidi and M.Syafei.

Keywords: Minangkabau, Concept, Painting, West Sumatra.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendata seniman lukis di Sumatera Barat yang eksis berkarya
dengan konsep Minangkabau. Metode yang dipakai merujuk pada metodologi penelitian kualitatif,
yaitu pengamatan, wawancara dan kepustakaan. Kemudian untuk laporan penelitian, data-data yang
terhimpun disajikan berdasarkan kutipan data baik berupa kata/kalimat maupun data berupa naskah
wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi ataupun dokumen resmi lainnya. Teori
yang digunakan merujuk kepada pendapat Kartodirjo, Becker, dan Dwi Marianto.
Kehadiran seniman lukis yang mengangkat tema alam Minangkabau seperti: Kamal Guci,
Afianto Arifin, Evalyna Dianita, Idran Wakidi, Yazid. Seniman lukis yang berkarya dengan konsep
Minangkabau ini masih eksis mempertahankan corak karya mereka, dan tidak sedikit para penikmat
seni menyukai atau mengoleksi karya seniman tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kehadiran
seniman seperti ini sangat membantu dalam dalam pelestarian seni lukis di Sumatera Barat yang
sudah dirintis jauh hari oleh pelukis Wakidi dan M.Syafei.

Kata Kunci: Minangkabau, Konsep, Seni Lukis, Sumatera Barat.

55
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018

PENDAHULUAN Padangpanjang. Ketiga kota ini merupakan


Perjalanan seni lukis di Sumatera Barat tempat bermukimnya seniman yang masih eksis
dimulai dari berdirinya Kweekschool (Sekolah berkarya.
Pendidikan Guru) tahun 1837 di Bukittinggi. Mencermati karya-karya seniman lukis
Dari sekolah ini lahir seniman lukis bernama di Sumatera Barat kebanyakan memiliki ke-
Wakidi yang dikenal sebagai salah seorang cenderungan menggunakan gaya-gaya kon-
pelukis Indonesia pada masa Mooi Indie. Di temporer yang sangat digemari oleh seniman
samping sebagai seniman, Wakidi dikenal lukis di daerah lain, dan masih ada seniman
sebagai guru di INS Kayu Tanam, selain itu yang mempertahankan seni tradisi Sumatera
Wakidi dikenal orang lewat karya-karya lukis Barat seperti: karya lukis Afianto Arifin, Kamal
yang dibuatnya bernuansa Minangkabau, Guci, Evalina Dianita, Idran Wakidi dan lain-
walaupun Wakidi bukan kelahiran Sumatera lain. Seniman yang berkarya dengan tema
Barat namun kelahiran Palembang tapi Wakidi nuansa Minangkabau tidak kalah pamor jika
identik dengan pelukis alam Minang jelita dibandingkan dengan seniman yang menggu-
(cantik). Pengaruh Wakidi terhadap perkem- nakan tema kontemporer. Karya-karya yang
bangan seni lukis di Sumatera Barat sangat bernuansa alam Minangkabau memiliki pasar
kental sekali, dari didikan Wakidi inilah banyak tersendiri salah satunya sebagai buah tangan
muncul seniman yang terkenal di kancah seni di bagi wisatawan yang berkunjung ke Sumatera
Indonesia seperti Oesman Efendi, Mara Kama, Barat, dan pada instansi pemerintah banyak
Zaini, Ipe Makruf, Arby Samah, Mukhtar Apin, juga terdapat karya dengan tema ini, serta
hingga tokoh-tokoh muda saat ini. Banyaknya kurator seni pun banyak mengoleksi karya
alumni didikan Wakidi yang berkiprah di dengan nuansa Minangkabau. Dapat disimpul-
Sumatera Barat berdampak pada berdirinya kan bahwa kehadiran seniman di Sumatera
sekolah-sekolah seni di antaranya IKIP Barat yang konsisten berkarya dengan tema
PADANG sekarang berganti nama menjadi nuansa Minangkabau ini kalau betul hidup
Universitas Negeri Padang, SMSR (SMKN 4) sebagai seniman lukis tentu akan memberikan
Padang, dan ASKI sekarang bernama ISI peluang hidup yang menjanjikan, dan juga
Padangpanjang, serta diikuti hadirnya sejumlah membantu pelestarian budaya lewat karya-
sanggar dan galeri-galeri kecil yang bertebaran karya yang dihadirkan. Kalau seniman betul-
di Sumatera Barat, dari sinilah lahir banyak betul mau hidup sebagai seniman, tetap wajar
seniman berbakat baik yang berkiprah di dalam dan jujur mengikuti perkembagan gerak jiwa
maupun di luar Sumatera Barat. seninya, tentu dengan sendirinya pada suatu
Di Sumatera Barat banyak seniman saat akan membedakan dirinya dengan
yang eksis berkarya seni salah satu faktor yang seniman-seniman lain, dan tentu pula kelom-
mendukung adalah kehadiran Taman Budaya pok seniman di mana dia jadi salah seorang
yang menjadi tempat berkumpul bagi seniman anggotanya akan mempunyai warna tersendiri
dan sebagai tempat pergelaran seni serta ajang dari kelompok seniman dari daerah lain.
pameran. Kota Padang melalui Taman Budaya Masih ada seniman di Sumatera Barat
sudah beberapa kali mengadakan kompetisi yang konsisten berkarya lukis dengan
seni lukis yang salah satunya “BIENAL mengedepankan konsep alam dan budaya
Sumatera Barat” banyak seniman yang Minangkabau, karya-karya seniman ini
berpartisipasi dalam event ini baik seniman memvisualkan panorama alam di Sumatera
Sumatera Barat yang berdomisi di Yogyakarta, Barat, rumah gadang, wanita dan laki-laki dan
Bandung, Jakarta, Jambi, Medan dan kota-kota perempuan memakai pakaian adat, surau,
lain di luar Sumatera Barat. Kiprah kompetisi pedati, sungai, gunung, sawah, dan lain-lain.
seni lukis di Sumatera Barat masih didominasi Masing-masing seniman memiliki ciri khas
seniman dari kota Padang, Bukittinggi, tersendiri dari penggarapan karyanya dan itu

56
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...

menjadi identitas tersendiri dan mudah dikenali as menunjukkan secara pasti apa yang akan
karyanya oleh para penikmat seperti karya dikerjakan dalam hubungan dengan masing-
Wakidi dan pengikutnya. Dari sinilah muncul masing aspek dalam eksistensi seniman ter-
ketertarikan mengangkat seniman yang konsis- sebut. Sebagai lokasi dalam penelitian ini
ten mengangkat alam Minangkabau dalam berada dalam ruang lingkup Sumatera Barat
karyanya pada sebuah penelitian. Dasar meliputi: Bukittinggi, Payakumbuh, Padang.
ketertarikan ini disebabkan oleh keunikan karya Subjek penelitian ini adalah Seniman
masing-masing seniman yang berbeda-beda. yang masih eksis menghasilkan karya lukisan di
Dan juga masih konsistenya seniman berkarya Sumatera Barat yang mengedepankan nuansa
di Sumatera Barat memakai konsep Minangkabau dalam karyanya. Adapun yang
Minangkabau tanpa dipengaruhi oleh seni lukis menjadi objek penelitian ini mencakup karya-
kontemporer yang membuming pada saat ini. karya yang dihasilkan oleh seniman, serta
Indikasi semacam inilah yang kemudian akan informasi lain yang terkait dengan penelitian.
ditelusuri dimulai mendata seniman yang eksis Dalam upaya menentukan populasi dan
berkarya dengan konsep Minangkabau yang pengambilan sampel dalam penelitian ini, maka
meliputi kota-kota di Sumatera Barat seperti: dikumpulkan semaksimal mungkin data-data
Padang, Padangpanjang, Bukittinggi hingga meskipun dalam bentuk foto atau foto repro-
kota/daerah lain di Sumateran Barat. Dengan duksi. Hal ini terkait pembahasan terhadap
dilaksanakannya penelitian ini menjadi cacatan pembacaan karya-karya tersebut. Selain itu,
tersendiri bagi penulis dan seni rupa di beberapa narasumber juga ditentukan untuk
Sumatera Barat khususnya. Dilatar belakangi dimintai keterangan mengenai seniman lukis
oleh fenomena tersebut sehingga menjadi daya yang masih eksis berkarya seni di Sumatera
tarik sendiri untuk memecahkan teka-teki Barat. Mereka dijadikan sebagai narasumber
eksistensi mereka dan mengetahui bagaimana dipilih secara terstruktur. Adapun populasi
pengakuan masyarakat seni rupa di Sumatera dalam penelitian ini adalah seniman yang
Barat atas keberadaan dan eksistensi seniman berkarya seni lukis di berbagai kota/daerah di
tersebut. Sumatera Barat yang mengangkat nuansa
Penelitian ini bertujuan ingin men- Minangkabau dalam karyanya. Dari populasi
jawab rumusan masalah yang telah diuraikan yang telah tersedia, sebagai sampel mewakili
tersebut, penelitian ini juga bertujuan: setiap seniman diwakili oleh dua buah karya.
Menambah perbendaharaan tentang seniman Narasumber yang dijadikan sebagai sampel
lukis di Sumatera Barat. Ingin mengetahui ditetapkan sesuai dengan kebutuhan.
seniman yang eksis berkarya dengan konsep Teknik pengumpulan data dilakukan
Minang-kabau dan dampaknya terhadap melalui observasi, studi kepustakaan, studi
perkembangan seni di Sumatera Barat. dokumen, data yang dibutuhkan dalam pene-
Menambah spirit dan motivasi bagi seniman litian ini dikumpulkan melalui:
muda di Sumatera Barat dalam menghasilkan Metode Kepustakaan, baik data primer
karya yang berkualitas. Dengan terlaksananya maupun data sekunder (untuk meleng-
penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan kapi atau memperkuat data primer)
pembanding untuk penelitian selanjutnya. ditelusuri dengan metode kepustakaan,
Desain penelitian ini dapat juga diar- yaitu pelacakan sumber melalui buku-
tikan sebagai “rancangan penelitian”. Meren- buku, arsip, dokumen, koran, majalah,
canakan itu mencakup komponen-komponen catalog pameran, brosur, dan sejenis-
penelitian yang diperlukan. Sehubungan de- nya yang relevan dengan permasalahan
ngan hal ini, mendefenisikan rancangan yang dikaji.
penelitian sebagai suatu usaha merencanakan
kemungkinan-kemungkinan tertentu secara lu-

57
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018

Metode Observasi, dilakukan untuk menggali HASIL DAN PEMBAHASAN


data kebentukan atau data yang bersifat A. Karya Seniman dengan Tema Alam
tekstual melalui pengamatan lansung ke Minangkabau
tempat di mana seniman masih eksis Pandangan masyarakat Minangkabau
berkarya seni dengan mengangkat terhadap falsafah "Alam Takambang Jadi
nuansa Minangkabau dalam karya Guru" menjadikan orang Minangkabau belajar
lukisnya diberbagai daerah di Sumatera dari alam dan lingkungannya, demikian juga
Barat. Alat bantu yang diperlukan be- halnya seniman lukis yang menjadikan falsa-
rupa kamera video (Hp) atau kamera fah Alam Takambang Jadi Guru sebagai
fotografi. sumber inspirasinya dalam berkarya seni.
Ketertarikan seniman di Sumatera Barat meng-
Metode Wawancara, dilakukan secara angkat alam dan budaya Sumatera Barat ke
langsung terhadap informan yang dalam karyanya didasari dari beragam ide yang
dianggap relevan dan diyakini bisa bisa dituangkan menjadi karya di antaranya:
memberikan keterangan yang dibu- Rumah Gadang. Dijadikannya rumah
tuhkan. Maksudnya adalah meng- gadang sebagai ide penciptaan karya didasari
adakan komunikasi secara langsung oleh bangunannya yang megah, unik, karena
antara peneliti dengan yang diteliti objek rumah gadang sangat banyak yang bisa
untuk mendapatkan keterangan-ketera- diekspos dan dijadikan ide seperti: kemegahan
ngan atau data-data yang diperoleh bentuknya, bentuk bangunan yang biasa-biasa
secara akurat. Instrumen yang diguna- saja, rumah gadang yang sedang dipugar,
kan selain peneliti sendiri adalah kame- rumah gadang yang sudah tua (terabaikan).
ra digital sebagai pedoman wawancara Selain rumah gadang terdapat juga objek Surau
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan (tempat ibadah selain masjid). Bagi seniman,
secara garis besar yang dikembangkan kehadiran surau sangat menarik untuk dijadikan
pada saat wawancara. objek dalam berkarya hal itu didasari oleh
fungsi surau dahulunya berfungsi sebagai
Analisis data dalam penelitian ini tempat beribadah atau shalat tetapi sejak dari
meliputi berbagai tahapan. Pertama iden- dulu sudah menjadi tempat/pusat kegiatan
tifikasi data, mengumpulkan data verbal masyarakat selain tempat sholat juga sebagai
maupun data visual, baik yang diperoleh tempat untuk mengaji, penulisan dan
melalui studi pustaka, observasi, wawancara penyalinan kitap, diskusi keagamaan atau
maupun rekaman, dilanjutkan dengan tahapan musyawarah, belajar adat, tempat berlatih ilmu
kedua, klasifikasi data yaitu memilih atau beladiri. Selain itu surau berfungsi sebagai
mengelompokkan data penelitian yang telah tempat tinggal dan belajar bagi anak laki-laki
diidentifikasi sesuai dengan jenis dan sifat data. yang belum menikah.
Tahap ketiga adalah seleksi data, yaitu Alam (panorama). Sumatera Barat
menyisihkan data yang kurang relevan dan memiliki alam yang indah yang didukung oleh
tidak berkontribusi atas kebutuhan data pada perbukitan dan gunung, danau, sawah, sungai
pokok bahasan. Tahapan keempat dilakukan yang asri yang dijadikan objek oleh seniman
analisis data sesuai dengan teori-teori yang dalam berkarya. Di Sumatera Barat terdapat
sudah ditetapkan sebelumnya, baik mengguna- tempat-tempat wisata yang menarik seperti:
Ngarai Sianok, Lembah Harau, Jam Gadang,
kan analisis tekstual maupun kontekstual yang
Pantai Malin Kundang, Danau Singkarak,
kemudian selanjutnya diungkapkan dalam ben-
Danau Maninjau, Danau di Atas dan di Bawah,
tuk karya tulis.
Air Terjun Lembah Anai, dan lain-lain. Dari

58
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...

dahulunya alam Minangkabau sudah banyak 1. KAMAL GUCI


dijadikan objek bagi seniman baik lokal Kamal Guci lahir di dusun Sarang
maupun seniman luar seperti Wakidi pada masa Gagak, kenagarian Pakandangan, kecamatan
Moii Indie. Enam Lingkung, kabupatan Padang Pariaman,
Selain itu juga banyak yang bisa Sumatera Barat 13 Oktober 1960. Bakat seni
dijadikan objek oleh seniman lukis seperti rupa Kamal Guci sudah terbaca semenjak kecil,
keberadaan kincir yang dulu dipakai oleh untuk memperdalam
masyarakat di Minangkabau sebagai tempat ilmu seni rupanya ia
menumbuk padi, kerbau yang merupakan menempuh pendidi-
hewan yang identik dengan Minangkabau, kan di SISRI yang
selain itu kendaraan tempo dulu bagi sekarang bernama
masyarakat di Sumatera Barat yaitu pedati SMKN 4 Padang
yang sangat menarik dijadikan objek dalam mengambil minat
lukisan. lukis lulus pada tahun
Kehadiran seniman lukis di Sumatera 1984. Setamat SISRI
Kamal Guci memilih
Barat yang konsisten berkarya dengan meng-
merantau dan ber-
angkat budaya dan alam Minangkabau dalam
gabung dengan seni-
karyanya tentu menjadi tantangan tersendiri
Gambar 1. Potret diri man ancol. Pada
dalam bersaing dengan seni kontemporer yang Kamal Guci. tahun 1991 Kamal
sedang buming di kalangan seniman Sumatera Sumber: Dokumentasi
Ibrahim. Guci memutuskan
Barat. Apresiasi yang setinggi-tingginya layak
pulang ke kampung
diberikan kepada seniman yang konsisten
halamannya dan mulai mempelajari sejarah
berkarya dengan selalu mengangkat alam
budaya Minangkabau dengan para pemuka
Minangkabau dalam karyanya, banyak seni- adat. Kamal Guci sudah 27 tahun
man yang terpengaruh dengan rayuan seni berkecimpung dalam dunia lukis dan sudah
kontemporer yang sangat memberi keuntungan banyak melahirkan karya-karya yang sangat
besar di pasar kolektor seni. Bagi mereka yang fenomenal.
konsisten bukan berarti karya mereka tidak Kamal Guci merupakan seorang
diterima pasar, mereka memiliki pasar tersen- seniman yang memiliki pandangan (gagasan
diri seperti kolektor seni, lembaga peme- atau ide) terhadap budaya alam Minangkabau
rintahan maupun swasta, wisatawan, maupun yang sangat kental, hal tersebut terlihat dari
perorangan. Seniman-seniman yang berkarya karya-karyanya yang selalu menggambarkan
dengan alam Minangkabau tidak banyak keadaan alam Minangkabau dan keadaan
jumlahnya jika dibandingkan dengan seniman rumah gadang dari tempo dulu sampai keadaan
yang berkarya dengan tema kontemporer, rumah gadang sekarang ini. Menurut Djelantik
namun berkat kesabaran dan konsistensinya (2004:52) gagasan atau ide dimaksudkan hasil
seniman ini tetap aktif berkarya dan mengikuti pemikiran atau konsep, pendapat atau panda-
berbagai event pameran baik yang sifatnya ngan tentang sesuatu. Dalam kesenian tidak ada
bersama maupun tunggal, selain itu mereka suatu cerita yang tidak mengandung bobot,
juga diundang sebagai narasumber pada ke- yakni idea atau gagasan yang perlu disampai-
giatan-kegiatan seni rupa. Adapun seniman- kan kepada penikmatnya. Bagaimanapun
seniman yang aktif berkarya dengan meng- sederhana ceritanya tentu ada bobotnya, pada
angkat alam Minangkabau ke dalam karyanya umumnya bukan cerita semata yang diutama-
antara lain: 1) Kamal Guci. 2) Afianto Arifin. kan tetapi bobot serta makna dari cerita yang
3) Evelina Dianita. 4) Idran Wakidi. 5) Yazid. lebih ditonjolkan.

59
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018

Mencermati tema dalam karya Kamal di Minangkabau, fokus karyanya hanya pada
Guci pada dasarnya mengangkat budaya alam alam dan budaya bukan kepada manusianya.
Minangkabau sebagai ide penciptan karyanya. Kamal Guci yang dilahirkan dan dibesarkan di
Subject mater atau tema pokok ialah ransangan Ranah Minang bukan suatu hal yang sulit lagi
cipta seniman dalam usahanya untuk mencip- untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan
takan bentuk-bentuk yang menyenangkan. sekitanya walau sudah lima tahun berkiprah
Bentuk yang menyenangkan adalah bentuk berkarya di Taman Mini Jaya Ancol. Norma-
yang dapat memberikan konsumsi batin manu- norma yang sudah melekat dalam diri Kamal
sia secara utuh, dan perasaan keindahan dapat Guci dan ditanamkan semenjak kecil suatu
menangkap harmoni bentuk yang disajikan kekhawatiran saat sekarang ini menyikapi
serta mampu merasakan lewat sensitivitasnya fenomena-fenomena yang terjadi dikalangan
(Dharsono, 2007:31). Hamparan alam Minang- masyarakat khususnya di Minangkabau pada
kabau dalam tema lukisan Kamal Guci menun- saat sekarang. Norma-norma yang telah
jukkan kehidupan orang Minangkabau pada mengalami perubahan terhadap masyarakat
masa dulu dengan dihadirkannya suasana per- sekarang menggugah Kamal Guci untuk
kampungan; ada rumah gadang, surau, kincir mengekspresikannya kedalam sebuah karya
beserta penduduk. seni dengan cara
Dalam lukisan Kamal memperhatikan kehi-
Guci mengesankan dupan serta tingkah
perkampungan alam laku masyarakat di-
Minangkabau yang sekitar lingkungan-
begitu sepi, rumah nya.
gadang yang telah tua Kondisi buda-
dan setengah hancur, ya sekarang ini sangat
surau yang telah tua dikahawatirkan oleh
dan roboh, kincir Kamal Guci, apa
yang terabaikan. yang dirasakannya
Namun ada sebagian hanya bisa dituang-
lukisan Kamal Guci kan dalam bentuk
berbentuk rumah Gambar 2. "Antara Surau dan Lapau", 160 x 120 cm, Oil karya seni lukis
on Canvas, 2018.
gadang yang berdiri berupa simbol yang
Sumber: Dokumentasi Ibrahim.
kokoh, surau tidak menggambarkan ke-
roboh dan suasana perkampungan begitu ramai lakuan masyarakat Minangkabau yang sudah
itu menggambarkan keadaan Minangkabau mulai mengesampingkan nilai-nilai kebudaya-
pada tempo (masa) dahulu. annya sendiri. Fenomena-fenomena sosial
Alam Minangkabau dalam tema lukisan dalam Pandangan Kamal Guci tentang budaya
Kamal Guci bukanlah alam Minangkabau, pada saat sekarang ini sangat dikhawatirkanya,
melainkan hanya sebagai penanda suatu lukisan hal ini diekspresikannya dalam bentuk-bentuk
dan itu adalah alam Minangkabau yang indah rumah gadang dengan kondisi kurang terawat
dengan bentaran alamnya. Kamal Guci yang dan tidak berpenghuni, serta ditumbuhi oleh
konsisten melukis, menghadirkan suasa-na tum-buhan liar. Kamal Guci merepresentasikan
alam Minangkabau serta rumah gadang, dan bentuk sebuah rumah gadang, surau, kincir
perkampungan Minangkabau dari tempo dulu serta alam Minangkabau tetapi, Kamal Guci
sampai keadaan Minangkabau sekarang ini, bukan berbicara persoalan bentuk melainkan
dengan mengunakan teknik pointelis dalam manifestasi tentang perilaku manusia yang
penggarapan karyanya. Kecenderungan Kamal diangkat ke dalam karya seni lukis. Bentuk
Guci membuat karya merupakan ungkapan merupakan sesuatu yang diamati oleh Kamal
kegelisahannya menyikapi persoalan yang ada Guci, sesuatu yang memiliki makna, dan
60
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...

sesuatu yang berfungsi secara struktural pada 2. AFIANTO ARIFIN


objek-objek yang menjadi rangsang cipta Afianto Arifin yang lebih dikenal
Kamal Guci dalam melukis. Berbagai karak- dengan nama Ahmad Arifin merupakan seni-
teristik bentuk yang diciptakan Kamal Guci man lukis kelahiran Bukittinggi 22 Desember
pada karyanya memiliki suatu rangam sumber 1943. Afianto Arifin yang akrab dipanggil
yang luas, beberapa diantaranya langsung Arifin merupakan seniman yang memiliki
digambar dari alam atau dunia buatan manusia. keahlian melukis yang dipelajari secara
Pada karya Kamal Guci ada bentuk representasi otodidak, otodidak sendiri berasal dari bahasa
rumah gadang, surau, kincir, pedati serta Yunani, autodidaktos yang artinya “belajar sen-
suasana alam Minangkabau yang damai, diri”, merupakan orang yang tanpa bantuan
tentram dan kondisi alam Minang yang sudah guru bisa mendapat-
hampir hancur. Namun, dari keseluruhan karya- kan banyak pengeta-
karya Kamal Guci yang menjadi menarik yaitu, huan dan dasar empi-
memiliki karakteristik bentuk yang artistik dan ris yang besar dalam
menghadirkan dua perbedaan suasana yang bidang tertentu. Kata
sangat kontrofersi. “otodidak” sering
Dalam karya Kamal Guci dapat dilihat berkonotasi negatif,
garis putus-putus, garis yang spontan baik karena sering dinis-
berupa vertikal maupun berupa horizontal batkan pada orang
terlihat pada bentuk bangunan rumah gadang, yang tidak terdidik
pedati, kincir, dan surau. Garis putus-putus Gambar 3. Potret diri
dalam intelektual.
yang dihadirkan Kamal Guci secara psikolo- Afianto Arifin. Terlahir sebagai
gis, garis itu bermakna keragu-raguan seorang Sumber: Dokumentasi seniman otodidak
Ibrahim.
seniman dalam menyikapi persoalan yang membuat Arifin
diangkat menjadi tema dalam menggarap memiliki pandangan sendiri dalam berkarya,
sebuah karya. Garis spontan pada karya berupa bagi Arifin berkarya tidak harus di lapangan.
ketegasan seorang Kamal Guci dalam menyi- Motivasi melukis yang dimiliki Arifin
kapi perubahan sosial budaya pada masyarakat merupakan hasil pengamatan yang dilakukan
sekarang ini, bagaimana Kamal Guci menegas- sendiri terhadap beberapa pelukis murid
kan bahwa perubahan kebudayaan yang terjadi Wakidi masa itu. Arifin merasa mampu
tidak memberi sifat positif terhadap perkem- menyaingi beberapa pelukis tersebut dan mulai
bangan budaya tradisional hal tersebut terlihat belajar sendiri. Melalui proses pengamatannya
pada karya-karya yang telah dihasilkannya. terhadap alam dan manusia, Arifin mencoba
Secara psikologis, keraguan serta ketegasan menginterpretasikan sendiri bentuk alam dan
Kamal Guci berdasarkan garis putus-putus dan manusianya sendiri ke bidang kanvas melalui
garis spontan dalam karyanya adalah sebuah olah rasa dan olah fikir, hasil karya yang
persoalan yang diangkat kepermukaan dalam dihasilkan ternyata mampu memiliki kekhasan
menyikapi fenomena sosial yang terjadi dika- teknik dan keunikan bentuknya sendiri,
langan masyarakat pada saat sekarang ini. Garis menurut sebagian penikmat seni lukisan Arifin
putus-putus pada lukisan Kamal Guci meru- memiliki ciri khas dan teknik tersendiri
pakan sebuah karakteristik yang membedakan dibanding dengan seniman lukis lainnya di
dengan perupa lain yang juga berkarya dengan Sumatera Barat. Arifin juga merupakan pribadi
tema yang sama di Minangkabau, makna garis yang tidak terlalu suka melihat pameran dan
putus-putus bepola vertikal dapat diperluas, tidak terlalu sering mengikuti event pameran.
tergantung pada konteks yang mengandung
kemuliaan, menolak perubahan, kekal abadi
dan sebagainya.

61
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018

Setelah menamatkan pendidikannya di terintegrasi merupakan kemampuan yang harus


sekolah teknik menengah (STM) Padang, dimiliki oleh seorang seniman berupa
Arifin mendapat kesempatan beasiswa pendi- kemampuan teknis, keahlian membaca situasi
dikan dari pemerintah Belanda untuk melan- sosial dan alat konseptual yang diperlukan
jutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi di untuk memudahkan dalam menciptakan seni
Moscow, Rusia. dan memungkinkan
Menjelang keberang- karya seni muncul
katan ke Rusia, secara efisien dan
tepatnya pada tahun mudah, serta kemam-
1963 terjadi pergo- puan menggunakan
lakan dan pemberon- material yang ter-
takan di Jakarta oleh sedia untuk meng-
kelompok yang dike- hasilkan karya yang
nal dengan nama dalam ukuran, ben-
Partai Komunis tuk, desain, warna,
Indonesia (PKI). dan isi, sesuai dengan
Melihat situasi poli- ruang yang tersedia
tik yang sedang me- dan dengan kemam-
manas dan kemung- puan masyarakat un-
kinan yang akan Gambar 4. Karya lukisan Afianto Arifin, “Di Pancuran tuk merespon secara
III”, 71 x 88 cm, Oil on Canvas.
terjadi, maka kepu- Sumber: Reproduksi Ibrahim. tepat. Arifin menang-
tusan untuk kuliah kap fenomena kebu-
pun dibatalkannya dan akhirnya Arifin memu- dayaan di Minangkabau sebagai salah satu poin
tuskan merantau ke Jakarta tepatnya di Pasar penting dalam penciptaan
Seni, Ancol pada tahun 1965. karya seni lukisnya. Karya-karya Arifin
Ribuan karya telah dihasilkan dari merupakan karya seni fantasi, yakni ber-
tangan Afianto Arifin. Terhitung dari semen- dasarkan pengamatannya terhadap alam dan
jak pertama kali mulai menapaki jalur berke- kehidupan manusia di sekitarnya yang dilukis
senian, 4 buah lukisan per bulan terus dihasil- di studio berdasarkan kekuatan imajinasinya
kannya. Melihat ketekunan Arifin berkarya sendiri. Setiap karya Arifin ingin me-
lukis selama ini, tidak mengherankan jika nyampaikan kekhawatirannya tentang budaya
Arifin pernah menjadi ‘kiblat’ dalam seni rupa. asli di masyarakat yang mulai luntur, Arifin
Secara spontan gaya seni lukis perupa masa itu seolah ingin mengajak masyarakat untuk me-
cenderung mengikuti gaya lukis Arifin. lestarikan kembali nilai-nilai di masyarakat
Pengaruhnya tidak hanya di sekitar Bukittinggi yang sudah hilang akibat masuknya pengaruh
namun meluas hingga ke Padang. Pada tahun zaman serba instan seperti sekarang ini melalui
1988-1995 banyak bermunculan perupa muda karya lukisnya.
yang meniru gaya lukis Arifin. Bahkan pelukis Lukisan di atas menceritakan aktivitas
besar Minang sekarang yang terkenal di Pulau para perempuan Minangkabau yang meman-
Jawa seperti Rudi Mantovani, Zulfa Hendra, faatkan alam sebagai pemenuhan kebutuhan
Besriza dan beberapa nama pelukis lainnya mereka akan air. Lukisan ini seakan mem-
adalah pelukis yang tak lepas pengaruhnya dari berikan pesan bahwa lingkungan alam yang
gaya lukis Arifin. terjaga kelestarian dan keseimbangannya akan
Arifin tetap berpegang teguh terhadap memberi manfaat positif bagi sumber
nilai tradisi, bahkan hingga sekarang, Arifin kehidupan manusia. Karya Arifin identik
terus konsisten mengangkat tema kehidupan dengan naturalis dengan imajinasi yang kuat
masyarakat Minangkabau dengan gaya natura- mengedepankan pesona Minangkabau tempo
lisnya. Menurut Becker (1984), profesional dulu. Karya Di Pacuran III ini digarap dengan
62
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...

goresan khas Arifin dengan sedikit terkesan terjadi karena se-tiap


kasar namun sisi kelembutan pada karyanya Evalyna melukis
tetap muncul dari warna yang dihadirkan. selalu diarahkan oleh
Kecenderungan Arifin berkarya dengan kon- sang ayah dan selalu
sep alam dan budaya Sumatera Barat telah mengedepankan te-
mengangkat pamornya sebagai seorang pelukis ma tentang nuansa
naturalis di Sumatera Barat, namun dalam Minangkabau.
berkarya Arifin hanya sekilas mencermati Evelyna me-
objek yang akan dilukisnya, untuk urusan rupakan seorang pe-
melukis Arifin hanya mengandalkan imajinasi- lukis studio dan
nya berkarya melalui pengamatan yang dila- umumnya karya–
kukan sebelumnya. Dalam membaca karya- karya Evelyna meru-
karya Arifin sangat mudah mengenalnya dari pakan karya seni
segi goresan, warna itulah yang membeda- Gambar 5. Foto diri fantasi, yakni berda-
Evalyna Dianita.
kannya dengan seniman lain di Sumatera Barat Sumber: Dokumentasi sarkan pengamatan
yang berkarya dengan konsep nuansa Ibrahim. terhadap alam dan
Minangkabau. kehidupan wanita
Mencermati perjalanan berkesenian Minangkabau yang dilukis Evelyna di studio
Afianto Arifin dari awal berkarya sampai berdasarkan kekuatan imajinasinya. Bentuk
sekarang ini, tidak semua seniman di Sumatera fantasi atau temuan atau pengembangan itu
Barat mampu bertahan 100% persen menjadi kemudian menjadi renungan seniman bersang-
seniman, bagi Arifin berkarya dengan tema kutan sehingga karya-karya yang diciptakan
budaya alam Minangkabau merupakan prinsip cenderung tergolong gaya fantasi. Menurutnya,
dalam melukis. Arifin tetap teguh berpegang karena seni fantasi menimbulkan kedua proses
pada nilai tradisi, bahkan hingga sekarang mental yakni logis dan irasional, maka seni
Arifin terus konsisten mengangkat tema kehi- tersebut tidak menyajikan aturan umum
dupan alam dan masyarakat minang dengan kwalitas visual. Karya-karya fantastis mungkin
gaya naturalisnya. Arifin menangkap setiap akurat secara objektif atau distorsi secara
fenomena kebudayaan disetiap waktu sebagai subjektif. Oleh karena itu, seni fantastis bisa
salah satu poin penting dalam penciptaan karya saja terkait dengan ilmu pengetahuan atau dunia
lukis, hal ini dijadikan sebagai batu loncatan motologi. Sebagai contoh karya Evalyna yang
untuk terus mempertahankan eksis-tensi seni menggunakan gaya fantasi yaitu:
rupa Indonesia bahkan ke arena lebih luas dan Mencermati karya lukis Evelyna
mengembangkannya di kancah internasional. Dianita jika dibandingkan dengan karya ayah-
nya sama-sama denan gaya naturalis hanya saja
3. EVALYNA DIA NITA Evelyna lebih dominan menonjolkan figur
Evelyna Dianita merupakan pelukis wanita dan juga dengan pewarnaannya yang
wanita di Sumatera Barat kelahiran Bukittinggi lembut sehingga muncul kesan feminimnya,
pada tanggal 13 Juli 1966. Evelyna mulai selain itu garapan karya Evalyna lebih halus
mengenal seni lukis pada tahun 1980. Evelyna dan detail finishingnya hal itu yang membe-
merupakan putri dari seniman lukis Afianto dakan karya Evelyna dengan ayahnya. Evelyna
Arifin yang merupakan pelukis senior di juga sering mengadakan pameran bersama
Sumatera Barat. Dari kecil Evalyna sering berkelaborasi dengan Afianto Arifin dan
melihat ayahnya melukis dan dari situ muncul beberapa seniman lukis seperti Harisman Tojes,
keinginan mencoba-coba membuat karya, Hamzah, Kamal Guci, Minda Sari, Rosmida,
lama-kelamaan muncul keinginan untuk terus Ibrahim, Nasrul dan lain-lain. Dalam setiap
berkarya dan karya yang dihasilkan tidak jauh pameran yang diikuti Evelyna selalu konsisten
beda dengan karya ayahnya dan itu lum-rah menghadirkan konsep sisi feminim yaitu wanita
63
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018

dan budaya keseharian Minangkabau terdahulu bersangkutan sehingga karya-karya yang


seperti potret wanita serta alam Minangkabau. diciptakan cenderung tergolong gaya fantasi.
Mencermati perjalanan berkesenian Mencermati perjalanan berkesenian
Evelyna yang selalu menonjolkan Evelyna yang selalu menonjolkan
alam, tradisi dan wanita di alam, tradisi dan wanita di
Sumatra Barat, keha-diran Sumatra Barat. Dalam
Evelyna Dianita dalam kancah berkesenian, Evelyna telah ba-
seni lukis di Sumatera Barat tentu nyak menghasilkan karya lukis
memberi nilai positif terhadap serta sering mengikuti berbagai
seniman lukis wanita, Hal itu event pameran seni baik yang
sangat memotivasi gene-rasi sifatnya kelompok maupun ber-
muda yang ingin berkecim-pung sama. Kehadiran Evelyna Dianita
dalam dunia seni lukis. Karya- dalam kancah seni lukis di
karya yang dihadirkan sa-ngat Sumatera Barat tentu memberi
disukai sehingga kehadiran karya nilai positif terhadap seniman
Evelyna di tengah sengit-nya lukis wanita, Hal itu sangat me-
persaingan kesenian khusus-nya Gambar 6. Karya : Evelyna
motivasi generasi muda yang
seni lukis di Sumatera Barat Dianita, Judul “ Manumbuak ingin berkecimpung dalam dunia
mampu menarik perhatian Padi”, 80 x 100 cm, Cat seni lukis. Karya-karya yang
minyak dan kanvas, 2008.
masyarakat dan juga penikmat Sumber: Dokumentasi Ibrahim dihadirkan sangat disukai sehing-
seni, sehingga dapat ga kehadiran karya Evelyna di
mengharumkan namanya dalam dunia seni tengah sengitnya persaingan kesenian
lukis serta layak ditempatkan dalam posisi khususnya seni lukis di Sumatera Barat mampu
seniman lukis wanita yang produktif menarik perhatian masyarakat dan juga
menghasilkan karya seni lukis di kampung penikmat seni, sehingga dapat mengharumkan
halaman Sumatera Barat. namanya dalam dunia seni lukis serta layak
Evelyna merupakan seorang pelukis ditempatkan dalam posisi seniman lukis wanita
studio dan umumnya karya-karya Evelyna yang produktif meng-hasilkan karya seni lukis
merupakan karya seni fantasi, yakni ber- di kampung halaman Sumatera Barat.
dasarkan pengamatan terhadap alam dan
kehidupan wanita Minangkabau yang dilukis 4. IDRAN WAKIDI
Evelyna di studio berdasarkan kekuatan imaji- "Alam Ciptaan Allah SWT Merupakan
nasinya. Seni fantasi memberi peluang bagi Sumber Inspirasi Untuk Berkarya"
seniman untuk keluar dari aturan-aturan seni (konsep berkarya Idran Wakidi)
yang telah diwariskan, termasuk aturan atau
pedoman dalam seni klasik yang telah mapan, Idran Wakidi yang biasa dipanggil Idran
untuk menciptakan bentuk-bentuk atau ide-ide lahir pada tanggal 04 Mei 1954 di Bukittinggi.
sesuai dengan yang diimpikan. Kemungkinan Mencermati kesuksesan Idran dalam dunia seni
lahirnya bentuk-bentuk fantasi itu bisa berawal lukis tidak lepas dari tangan dingin sang ayah
dari kehendak sang seniman melakukan eks- yaitu Wakidi yang selalu mengajarkan Idran
perimen, pengaruh seniman lain, kecenderung- untuk terus berkarya dan terus mengasah
an umum perkembangan seni rupa, keinginan bakatnya. Dalam proses berkesenian Idran
untuk mengembangkan atau memberontak tidak menempuh pendidikan di sekolah seni,
pakem-pakem seni yang telah mapan, ataupun pendidikan tentang seni ditempuh Idran se-
temuan yang bersifat sekunder karena pengaruh waktu menempuh pendidikan di perguruan
penggunaan media atau teknik baru. Bentuk
fantasi atau temuan atau pengembangan itu
kemudian menjadi renungan seniman
64
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...

tinggi di IKIP yang rupa yang beraliran naturalisme berarti karya


sekarang dikenal de- seni rupa yang menggambarkan sesuatu yang
ngan UNP (Universi- masih asli atau alami. Lukisan-lukisan beraliran
tas Negeri Padang). naturalisme lebih banyak menghasilkan gam-
Berkat kete- bar-gambar alam seperti gunung, pedesaan,
kunannya dan kon- pantai, dan pemandangan alam yang ada di
sistensi yang ditun- bumi. Karya seni rupa aliran naturalisme juga
jukannya dalam seni dapat berbentuk lukisan tentang orang-orang
lukis Idran menjelma yang masih asli dengan tradisinya sendiri,
menjadi seniman ter- misalnya lukisan tentang orang desa atau anak-
kenal di Sumatera anak yang sedang bermain di alam bebas.
Gambar 7. Potret diri Barat dengan karya Karya-karya lukis naturalis yang dibuat Idran
Idran Wakidi. beraliran Moii Indie selalu menggunakan warna-warna lembut
Sumber: Dokumentasi
Ibrahim. sekaligus sebagai pe- berbeda dengan seniman lukis naturalis lain di
nerus Wakidi di Sumatera Barat yang berkarya dengan tema
Sumatera Barat. Tidak hanya itu, Idran menjadi alam Minangkabau menghadirkan intesitas
tenaga pengajar (dosen) di Universitas Negeri warna yang kuat dan cerah, sehingga warna
Padang yang mengajar seni lukis. Selama pada karya Idran memiliki ciri khas tersendiri,
menjadi dosen di Universitas Negeri Padang ini bisa dilihat dari karya yang berjudul
Idran aktif menghasilkan karya lukis, minimal “Panorama Payakumbuh”.
satu bulan selalu selesai satu karya. Jika Pada karya di samping terlihat sekali
dihitung karya yang sudah dihasilkan Idran dari bahwa karya yang dibuat hadir dengan warna
tahun 1975 sampai 2018 kurang lebih sudah yang sejuk yang terdiri dari warna hijau muda
700 karya. selama berkesenian, Idran sudah dan coklat muda dan itu mengingatkan orang
sering mengikuti pameran baik yang sifatnya akan karya-karya Wakidi yang sangat khas dan
bersama maupun pameran tunggal diantaranya itu menegaskan bahwa Idran memiliki kekuatan
di Padang, Medan, Jambi, Jakarta, Solo dan dalam mengolah warna yang identik dengan
Lainnya, dan pameran tersebut terhitung dari dirinya dan kalau dicermati ada perbedaan
tahun 1978 sampai sekarang. antara garapan karya Wakidi dengan karya
Idran meru- Idran. Karya-karya
pakan pelukis natu- Idran banyak meng-
ralis di Sumatera ambil tema Natural-
Barat yang konsisten isme yang mengede-
berkarya dari awal pankan pemandang-
mulai melukis sam- an atau panorama
pai sekarang ini. alam Sumatera Barat.
Naturalis adalah Idran juga dikenal
karya seni rupa yang sangat selektif terha-
teknik penerapannya dap obyek peman-
berpedoman pada pe- dangan alam yang
niruan alam untuk akan dilukis, artinya
menghasilkan karya Gambar 8. “Panorama Payakumbuh”, 200 x 140 cm, Cat tidak semua peman-
seni. Dalam karya minyak on canvas, 2000. dangan yang menarik
Sumber: Dokumentasi Ibrahim.
seni rupa aliran belum tentu cocok
naturalisme seniman terikat pada proporsi, dipindahkan ke kanvasnya. Dalam proses
anatomi, prespektif, dan teknik pewarnaan berkaryanya, Idran melakukan observasi
untuk menghasilkan kemiripan lukisan sesuai dengan melakukan pendekatan langsung
dengan obyek yang dilihat mata. Karya seni
65
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018

dengan pemandangan alam yang akan dilu- ciri-ciri, plastis, tenang, dingin, sabar. Dalam
kiskan dan membawa serta kanvas langsung ke berkarya Idran membawa suasana tenang, sabar
alam bebas. Idran berusaha menghadirkan dalam mencampur warna, dan tidak mudah
realitas keindahan pemandangan alam tersebut terpengaruh perkembangan seni lukis kontem-
seobjektif mungkin walaupun dengan sedikit porer di Indonesia meski sudah banyak seniman
pendekatan subjektif seperti melakukan peru- yang beralih dari lukisan naturalis namun Idran
bahan gelap-terang, pewarnaan dan sedikit tetap konsisten dengan tema naturalis yang
penggeseran pada objek yang dilukiskan seba- diangkat dalam karya seninya. Kecenderungan
gai kebutuhan untuk menghadirkan peng- penggunaan warna pada karya Idran adalah
gambaran eksotika alam yang lebih maksimal. warna-warna lembut seperti merah, kuning,
Dalam berkarya Idran jarang menggunakan biru atau campuran dari warna tersebut
perspektif burung, atau pengambilan obyek dari ditambah putih sehingga membuat lebih terang,
atas sehingga horizon terletak pada sepertiga ke dan cerah. Idran jarang sekali menggunakan
atas bidang gambar, intinya Idran ingin menam- warna keras seperti hitam dan warna tersebut
pilkan obyek-obyek yang dipilihnya kehadapan tidak terlalu menonjol dalam lukisannya dan
publik dalam keadaan normal sesuai dengan pemilihan warna yang dilakukan dalam melukis
posisi memandang. berdasarkan pada kondisi pada saat tersebut
Pada kebanyakan tema pemandangan seperti pada pagi, siang maupun sore hari.
alam, Idran memakai warna-warna lembut
dengan menangkap kualitas cahaya yang keba- 5. YAZID
nyakan diambil pada sore hari. Dalam proses Yazid merupakan seniman kelahiran
memilih dan mengaduk warna, Idran meng- Bukittinggi 30 Februari 1949. Pendidikan seni
gunakan warna biru, merah, kuning dan putih. yang diperoleh Yazid ketika menempuh pen-
Warna tersebut kemudian diaduk sesuai objek didikan Sekolah Tingkat Pertama di daerah
yang akan diwarnai. Pada intinya setiap warna Bukittinggi yang mana Wakidi adalah guru seni
yang terdapat dalam karya Idran merupakan rupanya, di sekolah ini Yazid hanya diperkenal-
gabungan dari unsur merah, biru, kuning dan kan tentang teknik dasar menggambar. Selain
putih. Dengan tiga warna pokok ditambah disekolah Yazid juga belajar langsung di
dengan warna putih tersebut, kemudian Idran sanggar yang didirikan oleh Wakidi yang
membuat gradasi warna sesuai dengan suasana merangkap sebagai tempat tinggalnya, di
yang akan dimunculkannya di atas kanvas. sanggar ini Yazid
Gabungan dari warna tersebut menampilkan melukis langsung de-
suatu ciri khas warna kemerahan dengan sapuan ngan Wakidi dengan
kuas yang halus dan lembut. Idran cenderung belajar membuat ob-
menggunakan warna lembut pada karyanya jek alam. Dari sang-
untuk mengingatkan dirinya alam ini sangat gar inilah Yazid mu-
indah tidak seharusnya cenderung mengguna- lai berkarya dengan
kan warna gelap karena akan memberikan objek naturalis sam-
kesan kusam yang berlainan dengan keindahan pai sekarang ini.
alam menurut pandangannya. Warna gelap Yazid meru-
pada karya Idran hanya digunakan untuk pakan pelukis natu-
mempertegas dari suatu objek. Sebab warna ralis di Sumatera
yang cerah sering diidentikan dengan sesuatu Barat, jika dihitung
yang indah dibandingkan dengan warna gelap. jumlah karya yang
Penggunaan warna lembut dalam sudah dihasilkan Gambar 9. Potret diri
Yazid.
karyanya Idran termasuk tipe orang flegmatis, Yazid melebihi Sumber: Dokumentasi:
yaitu banyak flegma dalam tubuhnya dengan seribu buah karya Ibrahim.

66
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...

lukis, karya-karya yang sudah dihasilkan Yazid lam berkarya Yazid jarang menggunakan pers-
rata-rata bernuansa naturalis. Naturalis adalah pektif burung, atau pengambilan obyek dari
karya seni rupa yang teknik penerapannya atas sehingga horizon terletak pada sepertiga ke
berpedoman pada peniruan alam untuk atas bidang gambar, intinya Idran ingin me-
menghasilkan karya seni. Dalam karya seni nampilkan obyek-obyek yang dipilihnya
rupa aliran naturalisme seniman terikat pada kehadapan publik dalam keadaan normal sesuai
proporsi, anatomi, pres-pektif, dan teknik dengan posisi memandang.
pewarnaan untuk meng-hasilkan kemiripan Dalam Berkarya Yazid menggunakan
lukisan sesuai dengan obyek yang dilihat mata. warna-warna panas namun terkesan lembut
Karya seni rupa yang beraliran naturalisme dengan menangkap kualitas cahaya yang keba-
berarti karya seni rupa yang menggambarkan nyakan diambil pada sore hari. Dalam proses
sesuatu yang masih asli atau alami. Lukisan- memilih dan mengaduk warna, Yazid meng-
lukisan beraliran natural-isme lebih banyak gunakan warna-warna yang yang menjadi
menghasilkan gambar-gambar alam seperti identitasnya seperti halnya warna-warna pada
gunung, pedesaan, pantai, dan pemandangan karya Wakidi yang cendrung mengikuti warna
alam yang ada di bumi. Karya seni rupa aliran pada saat berkarya. Pada intinya setiap warna
naturalisme juga dapat berbentuk lukisan ten- yang terdapat dalam karya Yazid merupakan
tang orang-orang yang gabungan dari unsur
masih asli dengan tradi- merah, biru, kuning dan
sinya sendiri, misalnya putih. Dengan tiga warna
lukisan tentang keindah- pokok ditambah dengan
an Ngarai Sianok, Lem- warna putih tersebut,
bah Arau dan lain-lain. kemudian Yazid mem-
Dalam berkarya, Yazid buat gradasi warna sesuai
tetap berpegang teguh dengan suasana yang
terhadap nilai tradisi, akan dimunculkannya di
bahkan hingga sekarang atas kanvas. Gabungan
Yazid terus konsisten Gambar 10. Lukisan Yazid, “Ngarai”, 100 x 150 dari warna tersebut me-
mengangkat tema alam cm, Cat minyak on canvas, 2006. nampilkan suatu ciri khas
Minang dengan gaya Sumber: Dokumentasi: Ibrahim. warna kemerahan de-
naturalisnya. ngan sapuan kuas yang halus dan lembut. Yazid
Yazid sangat selektif terhadap obyek cenderung menggunakan warna lembut pada
pemandangan alam yang akan dilukis, artinya karyanya untuk mengingatkan dirinya alam ini
tidak semua pemandangan yang menarik belum sangat indah tidak seharusnya cenderung
tentu cocok dipindahkan ke kanvasnya. Dalam menggunakan warna gelap karena akan
proses berkaryanya, Yazid melakukan obser- memberikan kesan kusam yang berlainan
vasi dengan melakukan pendekatan langsung dengan keindahan alam menurut pandangan-
dengan pemandangan alam yang akan dilu- nya. Warna gelap pada karya Yazid hanya
kiskan dan membawa serta kanvas langsung ke digunakan untuk mempertegas dari suatu objek.
alam bebas. Yazid berusaha menghadirkan Sebab warna yang cerah sering diidentikan
realitas keindahan pemandangan alam tersebut dengan sesuatu yang indah dibandingkan
seobjektif mungkin walaupun dengan sedikit dengan warna gelap. Perjalanan berkesenian
pendekatan subjektif seperti melakukan peru- Yazid bukan tanpa hambatan, perjuangan
bahan gelap-terang, pewarnaan dan sedikit Yazid semenjak mulai menekuni dunia seni
penggeseran pada objek yang dilukiskan seba- lukis sudah mengalami kendala dari kedua
gai kebutuhan untuk menghadirkan penggam- orang tuanya yang tidak menyetujui dirinya
baran eksotika alam yang lebih maksimal. Da- menjadi seorang seniman lukis, namun Yazid

67
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018

tetap teguh pada pendirianya, dan keinginan- dengan tema alam Minangkabau, namun di
nya itu dijalaninya dengan diam-diam belajar balik semua itu ada seniman di Sumaterta Barat
melukis di sanggar Wakidi. Selama belajar yang konsisten berkarya dengan konsep alam
dengan Wakidi Yazid sembunyi-sembunyi Minangkabau walaupun seni lukis kontemporer
berkarya dengan mengontrak sebuah ruangan sangat cepat berkembang. Adapun nama seni-
kecil yang dijadikannya studio melukis. Selama man di Sumatera Barat yang eksis berkarya
belajar di sanggar Wakidi, Yazid diperkenalkan dengan konsep Minangkabau seperti:
melukis dengan konsep alam atau naturalis, dari A. Kamal Guci
belajar ini Yazid tekun melukis diberbagai Kamal Guci merupakan seniman di
objek yang dianggapnya menarik untuk dilukis Sumatera Barat yang produktif dan konsis-
dan sampai sekarang sudah seribu buah karya ten berkarya dengan tema budaya dan alam
sudah dihasilkan Yazid dan hampir semua Minagkabau. Karya-karya Kamal Guci
karyanya itu dikoleksi baik kolektor, instansi identik dengan objek rumah gadang, surau,
pemerintah, maupun khalayak umum. Di dan pohon beringin. Kecenderungan Kamal
kalangan seniman di Sumatera Barat Yazid Guci berkarya dengan tema alam dan
merupakan seniman yang tertutup tidak seperti budaya Minangkabau merupakan bentuk
seniman lain yang aktif berkumpul dan keperihatinan terhadap nilai-nilai yang ada
berdiskusi tentang perkembangan seni lukis, dalam kehidupan masyarakat yang sudah
bagi Yazid berkarya dan berkarya hanya itu jauh berubah dan ditinggalkan karena
yang dilakukannya. Dalam berpameran Yazid pengaruh budaya luar.
tidak terlalu aktif hanya sesekali karya muncul,
menurut Yazid bukan keinginannya untuk B. Afianto Arifin
menutup diri namun di masa berkaryanya
Afianto Arifin merupakan seniman yang
banyak karyanya kejar tayang maksudnya
konsisten berkarya dengan tema Minang-
setiap selesai melukis karyanya dibeli orang
kabau hal tersebut dibuktikan dari awal
dan kesempatan itu tidak disia-siakan Yazid
berkarya lukis sampai sekarang tidak
untuk terus melukis demi menghidupi anak-
menyurutkan hasratnya untuk pindah ke
anak dan istrinya. Menjadi seniman lukis
seni kontemporer. Arifin merupakan seni-
apalagi di Sumatera Barat ibarat "Seni Adalah
man naturalis yang berkarya hanya di
Penderitaan" maksudnya adalah pekerjaan seni
studio, Arifin hanya mengandalkan imaji-
adalah akibat kebutuhan yang tidak dapat
nasinya berkarya tentang alam Minang-
dipaksa-paksa dan sudah terlaksana akan mem-
kabau. Karya yang sudah dihasilkan Arifin
beri kebahagiaan pada pembuatnya. Setiap
dari awal berkarya sampai sekarang ini
makhluk hidup memiliki naluri hidup untuk
sudah berjumlah di atas seribu karya.
bertahan diri terhadap kesulitan serta penin-
dasan, semakin kuat pribadinya, semakin besar
C. Evalyna Dianita
juga daya kesenimannya. Pernyataan dan ini
Evalyna Dianita merupakan putri dari
sesuai dengan kehidupan Yazid sebagai
seniman lukis Afianto Arifin. Dalam ber-
seorang seniman lukis di Sumatera Barat.
karya Evalyna dipengaruhi oleh karya-karya
ayahnya. Karakteristik lukisan Evalyna lebih
SIMPULAN
menonjolkan figur wanita. Dalam berkese-
Alam Sumatera Barat kaya dengan
nian Evalyna aktif mengikuti berbagai event
beragam keindahan yang menawarkan untuk
pameran bail lokal maupun nasional. Jika
dilihat, panorama alam yang eksotik membuat
dihitung karya yang sudah dihasilkan
seniman mengabdikannya pada karya seni
Evalyna sudah mencapai tujuh ratus karya
lukis. Tidak semua seniman di Sumatera Barat
lukis. Di Sumatera Barat Evalyna meru-
memiliki keinginan untuk membuat karya

68
Erizal, Ibrahim, Satriyadi, Khairun Nisa, Eksistensi Alam Minang ...

pakan seniman lukis wanita yang paling lukisannya, pada tahap akhir atau finishing
produktif menghasilkan karya. karya baru dikerjakan di studionya dan
itulah yang membedakan Yazid dengan
D. Idran Wakidi seniman lain yang berkarya dengan konsep
Idran Wakidi merupakan anak Wakidi Minangkabau hanya mengandalkan imaji-
yang merupakan seniman lukis pada masa nasi. Dalam berpameran Yazid tidak terlalu
Moii Indie. Karya lukisan Idran mengang- aktif mengikuti berbagai ajang pameran seni
kat ide tentang alam Minangkabau dengan rupa atau seni lukis, namun Yazid memiliki
penggarapan karya menggunakan warna pasar tersendiri untuk karyanya. Hampir
yang sejuk. Dari awal berkarya Idran tetap keseluruhan karya Yazid sudah dikoleksi
konsisten berkarya menggunakan gaya natu- oleh kolektor maupun penikmat seni.
ralis. Dalam berkarya Idran membuat Selama aktif berkarya seni lukis, Yazid
langsung objek di lokasi yang dinginkan dan sudah membuat lebih seribu buah karya.
untuk finishing baru dikerjakan di studio.
DAFTAR PUSTAKA
E. Yazid Prasisko, Yongky, Gigih. 2016. Seni
Yazid merupakan seniman lukis natu- Nirmanusia. Bantul: LADANG KATA.
ralis di Sumatera Barat yang memiliki latar Siregar, TH, Amirudin dan Supriyanto, Enin.
belakang non akademis atau otodidak. Ed. 2008. Seni Rupa Modern Indonesia
Pengenalan seni diperoleh Yazid ketika Esai-Esai Pilihan. Jakarta: NALAR.
belajar di sanggar yang didirikan oleh Yahya. 2016. Manajemen Seni Rupa. Jakarta:
Wakidi dan karya-karya lukisan Yazid KENCANA.
memiliki kemiripan dengan karya Wakidi Yangni, Stanslaus. 2012. Estetika Seni Rupa
Dalam berkarya Yazid terjun langsung ke dari Khaos ke Khaosmos. Yogyakarta:
lokasi yang dijadikan objek ke dalam ERUPSI AKADEMIA.

69
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018

70

Anda mungkin juga menyukai