Anda di halaman 1dari 8

RUANG LINGKUP PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3) DALAM KEPERAWATAN

Karima karimapiliang07@gmail.com

Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kegiatan yang dirancang untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Perawat berisiko terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat pekerjaan. Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling besar
jumlahnya dan paling lama kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan
pekerjaannya, namun banyak perawat yang tidak menyadari terhadap risiko yang
mengancam dirinya, melupakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Rumah sakit
juga merupakan tempat kerja yang berpotensi tinggi terhadap terjadinya kecelakaan
kerja. Karena terdapat banyak bahan mudah terbakar, gas medis, radiasi pengion, dan
bahan kimia. Membutuhkan perhatian serius terhadap keselamatan pasien, staf dan
umum. Untuk mengendalikan, meminimalisasi dan meniadakannya bahaya di rumah
sakit dapat dilakukan melalui K3RS. Sistem Manajemen K3RS ini merupakan sesuatu
yang baru dan menjadi sasaran penilaian akreditasi rumah sakit. Selain itu Sistem
Manajemen K3 merupakan faktor yang secara tidak langsung berhubungan dengan
pasien, tetapi memegang peran penting dalam pelayanan rumah sakit.

Pelaksanaan Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa ataupun kerugian materi bagi
pekerja atau perusahaan. Tetapi berdampak luas pada lingkungan dan masyarakat
luas. Perilaku perawat juga merupakan peranan penting dalam mengakibatkan suatu
kecelakaan, sehingga cara yang efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan adalah
dengan menghindari terjadinya perilaku tidak aman. Pelaksanaan keselamatan pasien
di Indonesia masih belum optimal, terbukti dari banyaknya kasus mal praktik yang
dilaporkan oleh media massa. Keselamatan pasien dilaksanakan demi tercapainya 6
tujuan antara lain: ketepatan identifikasi pasien; peningkatan komunikasi yang efektif;
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; keamanan tindakan bedah;
pencegahan risiko infeksi; dan pencegahan risiko pasien jatuh. Perawat juga
merupakan bagian dari suatu tim, yang didalamnya terdapat berbagai profesional lain
seperti dokter. Luasnya peran perawat memungkinkannya terjadinya risiko kesalahan
pelayanan. Hal-hal tersebut menempatkan peran perawat sebagai komponen penting
dalam pelaporan kesalahan pelayanan dalam pengembangan program keselamatan
pasien di rumah sakit. Oleh karena itu perlu digali berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi perawat dalam melaporkan kesalahan pelayanan. Kesalahan praktek
keperawatan dapat terjadi dalam tahap pengkajian keperawatan,

Metode

Metode yang digunakan dalam pembahasan ini yaitu menggunakan metode tersearch
yang memberikan penjelasan dengan menggunakan analisis dari berbagai sumber
seperti buku, jurnal, e-book dan membandingkan beberapa jurnal yang berhubungan
dengan ruang lingkup pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
keperawatan.

Hasil

Hasil dari penelusuran ini bahwa ruang lingkup pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam keperawatan sangat luas, di dalamnya terdapat perlindungan
teknis yaitu perlindungan terhadap tenaga kerja/pekerja agar selamat dari bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan, dan sebagai usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus
diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (Triwibowo & Pusphandani,
2013). Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus tetap berada di
semua lini kegiatan, baik di sektor formal maupun non formal, karena potensi
ancaman bahaya kecelakaan dan kesehatan kerja selalu akan mengancam di mana pun
kita berada. Banyak yang bisa kita jadikan sebagai contoh, seperti sektor industri
manufaktur berbagai limbah padat maupun cair, pencemaran udara oleh partikel,
bahan kimia, suara bising penggunaan mesin-mesin semuanya berpotensi
mengganggu kesehatan para pekerjanya. Juga seperti kejadian pasien jatuh, perawat
sendiri yang tertusuk jarum. Dengan itu di dalam sebuah tempat kerja khususnya
Rumah Sakit harus terdapat manajemen K3RS. Keselamatan dan kesehatan kerja RS
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan RS, khususnya
dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi sumber daya manusia (SDM) RS, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, dan masyarakat sekitar RS. K3 termasuk sebagai salah
satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi RS, di samping standar
pelayanan lainnya. Seorang manajer senior atau direktur bertanggung jawab untuk
menjalankan RS dan mematuhi Undang-Undang dan peraturan yang berlaku. Para
pimpinan RS ditetapkan dan secara kolekif bertanggung jawab untuk menentukan
misi RS dan membuat rencana dan kebijakan. Tanggung jawab dan akuntabilitas
(badan) pengelola digambarkan di dalam peraturan internal (bylaws), kebijakan dan
prosedur, atau dokumen serupa yang menjadi pedoman bagaimana tanggung jawab
dan akuntabilitas dilaksanakan. Dalam pengaturan RS satu atau lebih individu yang
kompeten mengatur tiap departemen / unit atau pelayanan di RS. Hal ini dapat
digambarkan pada struktur organisasi, kebijakan, maupun prosedur yang berada di RS
tersebut. Oleh karena itu para manajer memiliki kaitan langsung dengan kesehatan
dan keselamatan kerja karena mereka memiliki kendali dan boleh memberikan
instruksi. Instruksi kerja pada RS ini terdapat dua instruksi yaitu instruksi tertulis
yang berupa jobdesk di masing-masing unit yang berada di RS dan lembar disposisi
mapun surat tugas keluar, sedangkan untuk instruksi kerja tidak tertulisnya berupa
perintah secara langsung maupun instruksi yang dikirimkan dengan menggunakan
handphone. RS dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
suportif bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Secara fasilitas yang terkait
tentang K3 yang diberikan RS sudah baik, akan tetapi fasilitas yang diberikan belum
lengkap, fasilitas diberikan sesuai dengan anggaran RS tentang K3.

Pembahasan

 Pengertian Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan kerja (Health) adalah suatu keadaan seorang pekerja yang terbebas dari
gangguan fisik dan mental sebagai akibat pengaruh interaksi pekerjaan dan
lingkungannya (Kuswana,2014). Kesehatan kerja adalah spesialis ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-
penyakit umum (Santoso,2012).

Keselamatan kerja (Safety) suatu keadaan yang aman dan selamat dari penderitaan
dan kerusakan serta kerugian di tempat kerja, baik pada saat memakai alat, bahan,
mesin-mesin dalam proses pengolahan, teknik pengepakan, penyimpanan, maupun
menjaga dan mengamankan tempat serta lingkungan kerja (Kuswana, 2014).
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosi terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan, serta
menyangkut berbagai unsur dan pihak (Sucipto, 2014). Menurut Ridley dan John
(1983), mengartikan K3 adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar tempat kerja tersebut (Triwibowo & Pusphandani, 2013).

UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

“Keselamatan Kerja yang diatur dalam undang-undang ini mencakup semua tempat
kerja.”

“Syarat Keselamatan Kerja wajib dipatuhi untuk mengendalikan kecelakaan dan


penyakit akibat kerja.”

 Tujuan

Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi pekerja dari kecelakaan akibat
kerja. Sutrisni dan Ruswandi (2007) mengemukakan bahwa tujuan keselamatan kerja
dan kesehatan kerja adalah untuk tercapainya kesehatan dan keselamatan seseorang
saat bekerja dan setelah bekerja (Gayatri,2014).

 Ruang Lingkup K3

Ruang lingkup K3 sangat luas, di dalamnya termasuk perlindungan teknis yaitu


perlindungan terhadap tenaga kerja/pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan, dan sebagai usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus diterapkan
dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (Triwibowo & Pusphandani, 2013).

Ruang lingkup K3 Rumah Sakit yaitu :

1) Keselamatan terhadap faktor Penyebab penyakit


2) Keselamatan terhadap pemakaian peralatan medik dan non medik
3) Keselamatan terhadap bahan berbahaya
4) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran
5) Keselamatan terhadap bencana

 Konsep K3

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu
faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang
menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada
jenis, bentuk dan lingkungan di mana pekerjaan itu dilaksanakan. Kesehatan,
keselamatan dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja/pekerja
agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat
kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering
digunakan/dimasuki oleh tenaga kerja/pekerja yang di dalamnya terdapat 3 unsur,
yaitu: adanya suatu usaha; adanya sumber bahaya; adanya tenaga kerja/pekerja yang
bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu
(Triwibowo & Pusphandani, 2013).

A. Wawan (2011) mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini
terjadi setelah orang mengadaan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Menurut Notoatmodjo (2005),
perilaku didasari .pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan,
yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan dan sosial budaya. Faktor-faktor
tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan tidak serta merta timbul begitu saja,
namun banyak faktor yang melatar belakangi. Pendidikan yang tinggi, akan membuka
wawasan, cara berpikir serta cara pandang yang baik. Ragam pekerjaa, juga membuat
orang akan memiliki pengalaman yang kemudian dapat menambah pengetahuan.

Kecelakaan kerja dapat diakibatkan karena rendahnya pengetahuan pekerja tentang


suatu teknik keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja. Beberapa faktor
yang dapat berpengaruh yaitu faktor pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan, dan
sosial. Hal itu dikarenakan faktor tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang tentang suatu objek atau subjek (A. Wawan dkk., 2011). Sikap juga
membantu untuk mencapai tujuan sebagai predisposisi tindakan atau perilaku.
Apabila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka
orang akan bersikap positip terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika objek sikap
menghambat dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, maka orang akan
bersikap negatip terhadap objek sikap.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden atas suatu objek.
Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,
kemudian dinyatakan dengan pendapat responden. Melalui sikap, maka akan
memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata yang mungkin
dilakukan individu/karyawan dalam kehidupan sosialnya (A. Wawan 2011). Menurut
A. Wawan (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah :
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh budaya,
media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional.
Para pekerja hendaknya diberitahu tentang prinsip-prinsip dan praktek kesehatan kerja
serta sifat-sifat bahaya kesehatan yang mungkin terjadi di tempat kerja, dan
hendaknya didorong untuk menerima kebisaaan-kebisaaan yang mengurangi risiko
kesehatan (Suma’mur, 2006).

Penutup

Berdasarkan research dari beberapa referensi, bahwa untuk meningkatkan ruang


lingkup pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit, dalam
melaksanakan kegiatan K3 harus ada komitmen dari pengelola, perlu dilaksanakan
peningkatan kemampuan dan penyegaran bagi sumber daya manusia di Rumah Sakit.
Pengetahuan karyawan RS tentang pengertian serta manfaat K3RS sudah cukup baik,
akan tetapi pengetahuan karyawan RS belum mengetahui semua peraturan yang
digunakan RS, struktur organisasi K3 belum ada karena belum terbentuk, namun
pihak manajemen RS sudah mempunyai orang yang menangani masalah itu yaitu
HRD dan Direktur RS.

Daftar Pustaka

Cahyono, S.B. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik


Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius

Imran. (2020). Analisis Pengaruh Pendidikan dan Latihan, Motivasi,, Kepuasan Kerja
Terhadap Perawat Pada RS Ibu dan Anak Eria Bunda-Pekanbaru. Ensiklopedia of
Journal. 2 (3): 117-122.

Ivana, A., Widjasena, B., Jayanti, S. (2014). Analisa Komitmen Manajemen RS


terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada Rumah Sakit Prima Medika
Pemalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2(1) : 53-41

Hanifa, N.D., Respati, T., Susanti, Y. (2017). Hubungan Pengetahuan dengan Upaya
Penerapan K3 Pada Perawat. Bandung Meeting On Global Medicine (BaMGMH). 1
(1) : 144-149.

Maharani, D.P., Wahyuningsih, B., Jayanti, S. (2017). Pengetahuan, Sikap, Kebijakan


K3 Dengan Penggunaa Pelindung Diri di Bagian Ring spinning Unit 1. Jurnal of
Health Education. 2 (1) : 33-38

Mantiri, E., Pinontoan, O.R., Mandey, S. (2020). Faktor Psikologi Dan Perilaku
Dengan Penerapan Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine. 1 (3) : 19-27.

MN, Syaigoel H. (2012). Paradigma Baru Manajemen Occupational Health Nursing


Dalam Pembelajaran Community of Nursing. Jurnal Keperawatan. 3 (2) : 230-245.

Rejeki, Sri. (2016). Kesehatan dan Kesempatan Kerja. Jakarta Selatan : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Simamora, R. H. (2018). Buku ajar keselamatan pasien melalui timbang terima pasien
berbasis komunikasi efektif: SBAR. Medan: USUpress.

Simamora, R. H. (2019). Buku ajar pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Inspirasi


Indonesia.

Sukesi,I., Soeharto., S.Ahsan . (2015). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengann


Kinerja Perawat Melaksanakan Keselamatan Pasien. Ejournal.umm.ac.id 6 (1) : 34-
42.

Tukatman, Sulistiawati, Purwaningsih, Nursalam. (2015). Analisis Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Perawat Dalam Penanganan Pasien Di Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kabupaten Kolaka. Jurnal Ners. 10(2) : 343-347

Anda mungkin juga menyukai