Anda di halaman 1dari 12

LOGBOOK

KASUS TUTOR 2

KEPERAWATAN DASAR II

Dosen Pengampu :

Ners. Yuliana, S.Kep,. M.Kep

Di Susun Oleh :

Nama : Khayla Dzahabiya

Nim : G1B120065

PRODI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TH 2021/2022
SKENARIO

Seorang laki-laki berusa 70 tahun di rawat di RS dengan artritis rheumatoid dan hipertensi.
Pasien baru saja mendapat obat aspirin dan furosemid. Setelah 1 jam pemberian obat, pasien
mengeluhkan vertigo, kepala pusing, mual dan muntah.

LO

Jelaskan pendidikan kesehatan apakah yang harus perawat berikan terkait efek samping terapi
obat.

STEP I

1. Furosemide
adalah obat golongan diuretik yang bermanfaat untuk mengeluarkan kelebihan cairan dari
dalam tubuh melalui urine. Obat ini sering digunakan untuk mengatasi edema
(penumpukan cairan di dalam tubuh), obat ini juga bisa sebagai obat hipertensi (tekanan
darah tinggi).
2. Vertigo
menurut definisi dari International Classification of Vestibular Disorders adalah adanya
sensasi bergerak berputar dari kepala atau tubuh ketika tidak terjadi pergerakan atau
adanya gangguan sensasi bergerak pada pergerakan normal di kepala. Dalam bahasa
awam, vertigo sering dikeluhkan sebagai “pusing berputar”, atau “pusing tujuh keliling”
atau “keliyengan”.
3. Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifat sistemik alias berlangsung
terus-menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan
melalui proses yang cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk
periode tertentu akan menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang disebut
hipertensi (Lingga, 2012)
4. Aspirin
Aspirin : atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah obat turunan dari salisilat yang sering
digunakan sebagai analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun demam), dan anti-
inflamasi (mengobati peradangan)
5. Artritis Rheumatoid
Menurut American College of Rheumatology (2012), rheumatoid arthritis adalah
penyakit kronis (jangka panjang) yang menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan
serta keterbatasan gerak dan fungsi banyak sendi. Kerusakan sendi pada (RA) dimulai
pada beberapa minggu setelah gejala ditimbulkan.

STEP II

1. Adakah hubungan antara hipertensi dengan vertigo yang di keluhkan paisen ?


2. Bagaimana penangan pada pasien yang menghidap artritis rheumatoid dan hipertensi?
3. Kenapa pasien mengalami vertigo, mual, muntah, setelah mengkonsumsi obat aspirin dan
furosemid? Apakah ada kandungan berbahaya di dalam obat tersebut?
4. Apakah ada kandungan di dalam obat aspirin dan obat furosemid yang tidak boleh
digabungkan dalam mengkonsumsinya?
5. Coba jelaskan peranan perawat dalam pemberian obat dan hak pasien dalam pemberian
obat. Apakah pada kasus diatas sudah tepat pelaksaannya jika tidak di jelaskan?

STEP III

1. Vertigo adalah serangan pusing dengan sensasi seperti berputar, bergoyang, atau
melayang. Vertigo terjadi pada 20% orang yang mengalami darah tinggi. Meski
demikian, vertigo tidak berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. Vertigo paling
sering disebabkan oleh gangguan pada bagian dalam telinga yang mengatur
keseimbangan tubuh. Pada kondisi ini, pusing dirasakan memberat dengan perubahan
posisi atau ketika pasien berada dalam posisi tertentu. Serangan vertigo dapat muncul
ketika pasien dengan darah tinggi yang tidak kontrol secara rutin atau mengonsumsi obat
dengan baik sesuai anjuran dokter.
2. Penanganan pada Arthritis rheumatoid bisa dilakukan dengan terapi farmakologi,
rehabilitasi dan pembedahan bila diperlukan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas,
mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut (Kapita
Selekta,2014).
a. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Obat ini Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat
inflamasi. NSAID yang dapat diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen,
naproksen, piroksikam, dikofenak, dan sebagainya. Namun NSAID tidak
melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan tulang dari proses destruksi.
b. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses
destruksi oleh Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu:
hidroksiklorokuin, metotreksat, sulfasalazine, garam emas, penisilamin,
dan asatioprin. DMARD dapat diberikan tunggal maupun kombinasi
(Putra dkk,2013).
c. Kortikosteroid Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison
7,5mg/hari, untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek
DMARD yang baru muncul setelah 4-16 minggu.
d. Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Caranya dapat dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui
pemakaian tongkat, pemasangan bidai, latihan, dan sebagainya. Setelah
nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan fisioterapi.
e. Pembedahan Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang
diharapkan, maka dapat dipertimbangkan pembedahan yang bersifat ortopedi,
contohnya sinovektomi, arthrodesis, total hip replacement, dan sebagainya.
(Kapita Selekta, 2014)
Penanganan hipertensi bisa dilakukan dengan merubah gaya hidup yang meliputi
mengatur pola makan, mengurangi stress, mengatur pola aktivitas, menghindari
alkohol, rokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol.
3. Pasien mengalami muntah, mual, dan vertigo dikarenakan efek samping dari dua buah
obat tersebut yaitu aspirin dan furosemide, Nah adapun efek samping yang umum terjadi
akibat konsumsi aspirin antara lain adalah perut mulas, sakit maag, dan mudah
mengalami perdarahan, seperti mimisan, lebam, dan perdarahan yang sulit berhenti
apabila terluka.
Penggunaan furosemide berpotensi menyebabkan sejumlah efek samping, antara
lain:
• Pusing
• Vertigo
• Mual dan muntah
• Diare
• Penglihatan buram
• Sembelit
Maka dari itulah pasien dapat mengalami muntah mual dan vertigo.

4. Biasa aspirin dan furosemid di gabungkan saat pemberian obat nya, Interaksi Obat
Aspirin dengan Obat Lainnya Aspirin berpotensi menimbulkan interaksi jika dikonsumsi
bersamaan dengan jenis obat tertentu. Interaksi antar obat ini bisa menyebabkan
perubahan efek pada aspirin, bahkan meningkatkan risiko munculnya efek samping.
Berikut ini adalah efek interaksi obat yang dapat terjadi bila aspirin dikonsumsi bersama
obat lain:Mengganggu fungsi ginjal dan mengurangi efektivitas obat penurun tekanan
darah, bila digunakan dengan obat antihipertensi golongan ACE inhibitor, seperti
ramipril.
5. Menurut saya peran perawat dalam pemberian obat pada kasus belum tepat
pelaksanaannya, karena si pasien mengalami mual, muntah vertigo. Jadi peran perawat
harus mengetahui ada efek samping apa pada obat. Ada beberapa Peran Perawat dalam
Pemberian Obat :
1) Peran Dalam Mendukung Keefektifitasan Obat
Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek
terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi
efek obat dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat.
Pemberian obat tidak boleh dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya
kesehatan tidak dapat terlaksana dengan pemberian obat saja. Pemberian obat
harus dikaitkan dengan tindakan perawatan. Laporan langsung yang disampaikan
oleh pasien dapat digunakan pada berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting
untuk bertanya langsung kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang
diberikan.
2) Peran perawat dalam mengobservasi efek samping dan alergi obat
Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien
terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat, untuk melakukan hal ini,
perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan
efek samping yang dapat terjadi. Beberapa efek samping obat khususnya yang
menimbulkan keracunan memerlukan tindakan segera misalnya dengan
memberikan obat-obatan emergensi, menghentikan obat yang diberikan dan
secepatnya memberitahu dokter. Perawat harus memberitahu pasien yang
memakai/ minum obat di rumah mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping
obat yang harus dilaporkan pada dokter atau perawat. Setiap pasien mempunyai
ketahanan yang berbeda terhadap obat. Beberapa pasien dapat mengalami alergi
terhadap obat-obat tertentu. Perawat mempunyai peran penting untuk mencegah
terjadinya alergi pada pasien akibat pemberian obat. Data tentang alergi harus
diperoleh sewaktu perawat melakukan pengumpulan data riwayat kesehatan.
3) Peran Perawat dalam Menyimpan (Pengelolaan obat) , Menyiapkan, dan,
mencatat.
Pengelolaan obat yaitu mengatur penyediaan, penyimpanan, pemakaian,
dan pemeliharaan obat - obatan yang diperlukan untuk kebutuhan pasien di
ruangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
a) Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat

Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan


informasi ( Informed concent ) , yang berdasarkan pengetahuan individu
yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan.

b) Hak Klien untuk Menolak Pengobatan

Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Tanggung jawab


perawat untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan dan
mengambil langkah – langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien
mau menerima pengobatan . Jika suatu pengobatan ditolak , penolakan ini
harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat
primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini
dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut
juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan
laboratorium , misalnya pada pemberian sinsulin.
STEP IV

Tn. X 70Thn

Dirawat di Rs dgn penyakit

artritis rheumatoid dan hipertensi

Diberikan obat aspirin dan furosemid

Setelah 1 jam pemberian obat

pasien mengeluhkan vertigo,

kepala pusing, mual & muntah

Konsep terapi obat

Farmako- Farmako- Indikasi dan kontra Cara mengatasi


Farmakologi
dinamik kinetik indikasi obat reaksi obat
STEP V

LO
Jelaskan pendidikan kesehatan apakah yang harus perawat berikan terkait efek samping terapi
obat?

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil untuk
diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan
efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama
dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih
proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan
bersama dengan tenaga kesehatan lain. Selain efek yang diharapkan, perawat juga harus
memonitor efek samping obat dan reaksi-reaksi lain yang kurang baik setelah minum obat.
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah
satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses
pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan
memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu
harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang
kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan,
muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual,
pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat,
harus dipertimbangkan. Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat,
bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping,
lama kerja, dan program dokter.
STEP VI

 Farmakologi
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari obat-obatan dan pengaruhnya pada
makhluk hidup. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, Farmakos yang berarti obat, dan
Logos yang berarti ilmu.
Farmasi adalah bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu
kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab memastikan efektivitas dan
keamanan penggunaan obat. Profesional bidang farmasi disebut farmasis atau apoteker.
Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis
pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak,
geriatrik, inefisiensi ginjal dan hepar. Farmakologi Terapi atau sering disebut
farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat untuk tujuan terapi.

 Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah bagian dari ilmu farmakologi yang mempelajari efek
biokimia dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme
kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dalam sel, dan
mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi.
Farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu
sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia terhadap berbagai organ
tubuh, serta mekanisme kerja obatobatan di dalam tubuh manusia. Farmakodinamik juga
sering disebut dengan aksi atau efek obat.
Mencakup :
- Mula, puncak dan lama kerja
- Indeks terapeutik dan batasan
- Kadar puncak dan terendah
- Dosis pembebanan
- Efek samping
- Uji klinik
 Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari penyerapan (absorbsi) obat, penyebaran
(distribusi) obat, mekanisme kerja (metabolisme) obat, dan pengeluaran (ekskresi) obat.
Dengan kata lain, Farmakokinetik adalah mempelajari pengaruh tubuh terhadap suatu
obat.

 Indikasi dan Kontra Indikasi Obat


Indikasi merupakan alasan untuk menggunakan pengobatan tertentu. Sedangkan
kontraindikasi artinya kondisi obat itu tidak boleh dikonsumsi atau digunakan untuk
penderita penyakit tertentu. Dalam menyatakan indikasi suatu obat (penggunaan terapi)
perlu dinyatakan kondisi patologik spesifik dimana obat itu digunakan. Sebagai contoh
aksi proksimat alucol adalah mengurangi keasaman lambung karena alucol adalah suatu
antasid, jadi indikasi untuk Alucol adalah mengobati Hiperaditas lambung atau sebagai
tambahan untuk mengobati borok lambung.
Kontra indikasi yaitu keadaan yang berlawanan terhadap pengguanaan terapi obat.
Misalnya pada penggunaan kemicetine (ada pasien sangat peka terhadap Kemicetine),
dan pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat.

 Cara Mengatasi Reaksi Obat


Cara yang paling efektif untuk mengatasi alergi obat tentu saja adalah dengan
berhenti mengonsumsi atau menghindari obat-obatan yang menyebabkan alergi. Tapi,
kita juga bisa mengonsumsi antihistamin untuk menghambat reaksi sistem imun yang
diaktifkan oleh tubuh saat terjadi reaksi alergi. Selain itu, obat kortikosteroid juga
berguna untuk mengatasi peradangan akibat reaksi alergi yang lebih serius.
Bagi yang pernah mengalami anafilaksis atau reaksi alergi obat yang parah
sebelumnya, dokter biasanya akan meresepkan suntikan epinefrin. Sementara pengidap
dengan riwayat alergi yang berat dianjurkan untuk selalu menyediakan epipen, yaitu
epinefrin dalam bentuk suntikan sekali pakai, untuk berjaga-jaga apabila reaksi alergi
tersebut kambuh lagi.
Pengidap yang mengalami reaksi alergi obat yang sudah parah juga dianjurkan untuk
dirawat di rumah sakit agar bisa mendapatkan bantuan pernapasan dan penstabilan
tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA
Yasmin, A., dan Joyce, L.K. (1996). Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta Indonesia: EGC

Dwi, F.Y. (2010). Efek Samping Obat. Jakarta: Hilal Ahmar

Stockley, I. H. (2008). Drug Interaction: A Source Book of Adverse Interactions, their Mechanisms,
Clinical Importance and Management, 8th ed. London: Pharmaceutical Press,

Anugrah & Petter. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Gadjah Mada University Press.

Ganiswara, S.G. (2016). Farmakologi dan Terapi Ed.6. Jakarta Indonesia: Gaya Baru Hardjasaputra, P.,
Budipranoto, G., Sembiring, Kamil, Insan. (2002). Data Obat di Indonesia. Jakarta Indonesia: Grafidian
Medipress.

https://www.halodoc.com/artikel/begini-cara-atasi-kasus-alergi-obat

https://www.alodokter.com/cara-mengatasi-alergi-obat-dengantepat#:~:text=Jika%20gejala%20yang
%20muncul%20tergolong,ruam%2C%20serta% 20konsumsi%20obat%20antihistamin

Anda mungkin juga menyukai