Anda di halaman 1dari 28

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

RESUME SKENARIO 2

BLOK 3 DISPENSING DAN COMPOUNDING

NAMA : RAFIKA FIRDA UMAMY HATIBIE

STAMBUK : 15120190152

KELOMPOK : 9

TUTOR : ISKANDAR ZULKARNAIN, S.FARM., M.SI., APT

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
Step 5

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan efek samping


obat berdasarkan skenario
Jawab :
Menurut Drugs.com
a. Nitrokaf retard
Efek samping : Sakit kepala ringan (umumnya), Nyeri lengan,
punggung, atau rahang, penglihatan kabur, nyeri dada atau
ketidaknyamanan, sesak dada atau berat, kebingungan, pusing,
pingsan, atau pusing ketika bangun tiba-tiba dari posisi,
berbaring atau duduk, pingsan, detak jantung yang cepat atau
tidak teratur, mual, berkeringat, kelelahan atau kelemahan yang
tidak biasa
b. Aspilets
Efek samping : Nyeri perut atau perut, kram, atau terbakar
hitam, bangku kering, urin berdarah atau keruh, perubahan
kesadaran, nyeri dada atau ketidaknyamanan, kebingungan,
sembelit, kejang, parah atau berlanjut, urin gelap, penurunan
frekuensi atau jumlah urin, diare, sulit bernafas, kantuk, pingsan
bernafas cepat, merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi,
demam, kelelahan dan kelemahan umum, frekuensi buang air
kecil atau jumlah urin yang sangat menurun, sakit kepala, mulas
rasa haus meningkat, gangguan pencernaan
c. Simvastatin 20 mg
Efek samping : pingsan, detak jantung yang cepat atau tidak
teratur , Nyeri kandung kemih, urin berdarah atau keruh,
penglihatan kabur, sakit atau sakit tubuh, panas dingin, batuk,
Urin berwarna gelap, sulit, terbakar, atau sakit saat berkemih,
kesulitan bernafas, kesulitan dengan bergerak, mulut kering,
telinga tersumbat, demam, kulit kering, sering ingin buang air
d. Farsorbid 5 mg
Efek samping : Bibir, kuku, atau telapak tangan yang berwarna
kebiruan. urin gelap, kesulitan bernafas, pusing atau pusing,
demam, sakit kepala, kulit pucat, detak jantung yang cepat,
sakit tenggorokaN, pendarahan atau memar yang tidak biasa,
kelelahan atau kelemahan yang tidak biasa, Nyeri lengan,
punggung, atau rahang, penglihatan kabur, nyeri dada , sesak
dada atau berat, kebingungan, pusing, pingsan, atau pusing
ketika bangun tiba-tiba dari posisi berbaring atau duduk pingsan
e. Ramipril 5 mg
Efek samping : Lebih umum Penglihatan kabur, kebingungan,
pusing, pingsan, atau pusing ketika bangun tiba-tiba dari posisi
berbaring atau duduk, berkeringat, kelelahan atau kelemahan
yang tidak biasa, Kurang umum Nyeri lengan, punggung, atau
rahang, nyeri dada atau ketidaknyamanan, sesak dada atau
berat, panas dingin, urin keruh, berkeringat dingin, diare.
f. Herbesser 200 mg
Efek samping : sakit atau nyeri, batuk, kekeringan atau sakit
tenggorokan, demam, suara serak, hidung meler, kelenjar lunak
atau bengkak di leher, kesulitan menelan,perubahan suara
g. Glucophage XR
Efek samping : batuk atau suara serak, nafsu makan menurun,
diare, bernapas cepat atau dangkal, demam atau kedinginan,
perasaan tidak nyaman secara umum, sakit punggung bagian
bawah atau samping, nyeri otot atau kram, buang air kecil yang
menyakitkan atau sulit, kantuk.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan solusi
duplikasi pada resep berdasarkan scenario
Jawab :
Menurut jurnal Analisis Hubungan Polifarmasi Dan Interaksi
Obat Pada Pasien Rawat Jalan Yang Mendapat Obat Hipertensi
Di Rsp. Dr. Ario Wirawan Periode Januari-Maret 2019
Polifarmasi obat dibagi menjadi 3 tipe yaitu, duplikasi,
opposition dan alteration. Duplikasi yaitu ketika dua obat dengan
efek yang sama diberikan secara bersamaan, maka dapat
meningkatkan resiko terjadinya efek samping Opposition adalah
ketika dua obat dengan efek yang berlawanan diberikan secara
bersamaan dapat berinteraksi yang mengakibatkan menurunkan
efektivitas salah satu obat atau keduanya. Alteration yaitu
terjadinya perubahan dari fungsi atau performa absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi suatu obat akibat obat yang lain.
Menurut jurnal IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS
(DRPs) PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI
INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO
Duplikasi kelompok terapi merupakan adanya beberapa
produk obat digunakan untuk kondisi yang hanya membutuhkan
terapi obat tunggal (Cipolle et al., 2015). Duplikasi kelompok terapi
ditentukan dengan adanya dua atau lebih obat dalam satu
kelompok terapi yang sama. Akan tetapi, beberapa kelompok terapi
yang merupakan pengobatan standar, dipertimbangkan sebagai
pengobatan yang rasional.
Menurut jurnal ANALISA POLA PERESEPAN BERDASARKAN
PERESEPAN ELEKTRONIK DI PUSKESMAS GUNUNG KIDUL.
Duplikasi obat dalam penelitian ini adalah adanya pemberian
atau penggunaan dua atau lebih obat untuk indikasi yang sama
padahal tidak atau belum diperlukannya kombinasi. Pada diagnosa
penyakit hipertensi esensial beberapa resep menggunakan lebih
dari 1 macam obat antihipertensi. Apabila dari golongan yang
berbeda ini masih dianggap wajar karena biasanya terapi hipertensi
untuk pasien yang memiliki tekanan darah cukup tinggi perlu terapi
kombinasi untuk tetap mengontrol tekanan darahnya.

Menurut jurnal kajian potensi interaki obat pada pasien gagal


jantung dengan gangguan fungsi ginjal di Instalasi Rumah
rawat inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2009-2013
Penelitian observasi di New Heaven tahun 2003
menunjukkan hasil bahwa hipertensi diketahui sebagai komorbid
dari 60% penderita gagal jantung. Hipertensi dapat menjadi resiko
terjadinya gagal jantung. Peningkatan tekanan darah sistemik
meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel
kiri, sehingga terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan
kekuatan kontraksi yang menyebabkan kebutuhan oksigen di
miokardium akan meningkat. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan beban kerja jantung yang pada akhirnya
menyebabkan angina dan infark miokardium.
Beberapa obat yang diresepkan antara lain golongan
inotropik positif (digoksin), Angiotensin Converting Enzyme
Inhibito/ACEI (captopril, lisinopril, ramipril), diuretik (spironolakton,
furosemid), betabloker (bisoprolol, metoprolol, carvedilol), Calcium
Channel Bloker/CCB (amlodipin, diltiazem), Nitrat (ISDN,
nitrogliserin), antikoagulan (heparin,warfarin, enoksaparin),
antiplatelet (aspirin, clopidogrel), penghambat faktor Xa
(fondaparinux), antiaritmia (amiodaron), dan HMG-CoA reductase
inhibitor (simvastatin, pravastatin, atorvastatin).
Terkait skenario, terdapat obat yang diresepkan terjadi
duplikasi. Yaitu Farsorbid (ISDN) dan Nitrokaf retard (Nitrogliserin)
yang dimana kedua obat ini merupakan obat dengan golongan
yang sama yaitu golongan NITRAT.
SOLUSI ATAU PERAN APOTEKER :
Menurut jurnal Analisis Hubungan Polifarmasi Dan Interaksi
Obat Pada Pasien Rawat Jalan Yang Mendapat Obat Hipertensi
Di Rsp. Dr. Ario Wirawan Periode Januari-Maret 2019
Duplikasi merupakan salah satu dari bagian polifarmasi yang
dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya interaksi obat dan
efek samping obat, dengan mengetahui mekanisme interaksi obat,
farmasis dapat menentukan langkah yang tepat dalam pengatasan
masalah tersebut. Farmasis dapat menentukan suatu jenis interaksi
obat dapat mengatasinya sendiri, atau memerlukan diskusi dengan
dokter. Langkah pertama dalam penatalaksanaan interaksi obat
adalah waspada terhadap pasien yang memperoleh obat-obat yang
mungkin dapat berinteraksi dengan obat lain terutama apabila
diketahui interaksi obat menunjukkan signifikansi level pertama.
Beberapa alternatif penatalaksanaan interaksi obat adalah
menghindari kombinasi obat dengan memilih obat pengganti yang
tidak berinteraksi, penyesuaian dosis obat, pemantauan pasien
atau meneruskan pengobatan seperti sebelumnya jika kombinasi
obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang
optimal atau bila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis.
Untuk menghindari kemungkinan interaksi obat farmasis dapat
secara aktif memberikan informasi kepada pasien seperti
penggunaan obat yang secara tepat. Melalui pelayanan informasi
obat farmasis memegang peranan besar dalam mencegah
timbulnya dampak negatif interaksi obat yang tidak hanya
mempengaruhi kemanfaatan dan kemanjuran obat namun lebih
jauh dapat mempengaruhi rasa aman serta meningkatkan biaya
yang harus dikeluarkan pasien.
SOLUSI APOTEKER TERKAIT SKENARIO :
Jadi pada resep terdapat duplikasi obat yaitu :
1. Nitrokaf retard dan Farsobid 5 mg (angina pectoris)
2. Ramipril 5 mg dan Herbesser 200 mg (Hipertensi)
Solusinya apoteker harus menghubungi dokter sipenulis resep
untuk berdiskusi dengan memberikan saran :
A. Mengurangi obat yang terdapat pada resep dengan melihat
interaksi yang terjadi.
Menurut Drugs.com
1. a. farsobid memiliki interaksi dengan :
 obat rampiril (moderate : menurunkan tekanan darah)
b. nitrokaf memiliki interaksi dengan :
 obat aspilets (minor: tidak diperlukan perubahan)
 ramipril (moderate : menurunkan tekanan darah)
 herbesser (moderate : menurunkan tekanan darah).
Untuk obat Farsorbid (ISDN) dan Nitrokaf retard
(Nitrogliserin) merupakan obat dengan golongan yang sama
yaitu golongan NITRAT, yang artinya kedua obat tersebut
memiliki mekanisme yang sama. Jadi kita bisa memlih salah
satunya saja yaitu obat farsobid, dengan alasan Farsobid
memilki interaksi lebih sedikit dibandingkan nitrokaf. Apabila
kita memilih nitrokaf, ketika digunakan bersamaan dengan
rampiril dan herbesser maka tekanan darah pasien akan sangat
menurun, sehingga pasien akan lemas bahkan bisa
menyebabkan pingsan.
2. a. Ramipril memiliki interaksi dengan
 nitrokaf (moderat : menurunkan tekanan darah)
 aspilets (moderate : menurunkan efek dari ramipril untuk
menurunkan tekanan darah)
 farsobid (moderate : menurunkan tekanan darah).
b. herbesser memiliki interaksi dengan
 nitrokaf (moderate : menurunkan tekanan darah)
 aspirin (moderate : pendarahan)
 Simvastatin (mayor :rhabdomiolysis)
herbesser dan ramipril memiliki indikasi yang sama yaitu
untuk hipertensi, kita bisa memilih salah satunya saja yaitu
ramipril, dengan alasan ketika ramipril digunakan bersamaan
dengan aspilets maka menyebabkan penurunan efektivitas dari
obat ramipril artinya penurunan tekanan darah pasien tidak
berkurang secara maksimal. Ketika ramipril digunakan
bersamaan dengan farsobid dapat menurunkan tekanan darah,
sehingga kemungkinan dapat terjadi keseimbangan tekanan
darah. Sedangkan untuk herbesser ketika digunakan
bersamaan dengan simvastatin (interaksi mayor) dapat
menyebabkan rhabdomylolysis yang menyebabkan kerusakan
ginjal dan kematian selain itu juga dengan aspilets dapat
menyebabkan pendarahan.
B. Aturan pakai
Menyarankan ke dokter untuk mengatur jam minum obat,
sehingga dapat meminimalisir interaksi yang terjadi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan interaksi obat
pada skenario, serta interaksi dengan makanan dan cara
mengatasinya
Jawab :
INTERKASI OBAT
MENURUT JURNAL Analisis Hubungan Polifarmasi Dan Interaksi
Obat Pada Pasien Rawat Jalan Yang Mendapat Obat Hipertensi Di
Rsp. Dr. Ario Wirawan Periode Januari-Maret 2019 dan Drugs.com
1. Nitrokaf retard
a. aspilet (minor),
Interaksi minor adalah interaksi yang masih dalam tolerir
karena jika ditemukan dalam lembar resep maka dalam
terapi tidak diperlukan adanya perubahan. Namun Aspirin
dapat meningkatkan efek nitrogliserin. Mekanisme ini tidak
diketahui tetapi dapat dimediasi melalui sistem
prostaglandin.
b. ramipril (moderate)
interaksi moderate adalah interaksi yang mungkin terjadi dalam
terapi dan memerlukan perhatian medis. Menggunakan
nitrogliserin dan ramipril secara bersamaan dapat
menurunkan tekanan darah dan memperlambat detak
jantung. Ini dapat menyebabkan sakit kepala yang
berdenyut-denyut, sulit atau lambat bernapas, pusing,
pingsan, dan detak jantung tidak teratur.
c. diltiazem (herbesser ) morderate
interaksi moderate adalah interaksi yang mungkin terjadi dalam
terapi dan memerlukan perhatian medis. Menggunakan
dilTIAZem bersama dengan nitrogliserin dapat menurunkan
tekanan darah Anda. Ini dapat menyebabkan pusing atau
perasaan seperti Anda mungkin pingsan, terutama ketika
bangun dari posisi duduk atau berbaring.
2. Aspilets
a. Nitrokaf retard (minor),
Interaksi minor adalah interaksi yang masih dalam tolerir
karena jika ditemukan dalam lembar resep maka dalam
terapi tidak diperlukan adanya perubahan. Namun Aspirin
dapat meningkatkan efek nitrogliserin. Mekanisme ini tidak
diketahui tetapi dapat dimediasi melalui sistem
prostaglandin.
b. ramipril (moderate)
interaksi moderate adalah interaksi yang mungkin terjadi dalam
terapi dan memerlukan perhatian medis. penggunaan aspilets
dengan ramipril secara bersamaan dapat menurunkan efek
vasodilator dari obat ramipril sebagai inhibitor ACE.
c. Herbesser 200 (diltiazem) (moderate)
interaksi moderate adalah interaksi yang mungkin terjadi dalam
terapi dan memerlukan perhatian medis. Kombinasi ini dapat
menyebabkan pendarahan yang tidak biasa atau memar,
sakit kepala, pusing, atau lemah.
3. Simvastatin 20 mg
a. diltiazem (mayor)
interaksi mayor adalah interaksi antar obat yang dapat
menimbulkan konsekuensi klinis hingga kematian.
Menggabungkan obat-obatan ini dapat secara signifikan
meningkatkan kadar simvastatin dalam darah. Ini dapat
meningkatkan risiko efek samping seperti kerusakan hati
dan kondisi yang jarang namun serius yang disebut
rhabdomyolysis yang melibatkan kerusakan jaringan otot
rangka. Dalam beberapa kasus, rhabdomyolysis dapat
menyebabkan kerusakan ginjal dan bahkan kematian.
4. Farsobid 5 mg
a. ramipril (moderate)
interaksi moderate adalah interaksi yang mungkin terjadi dalam
terapi dan memerlukan perhatian medis. Menggunakan
isosorbide dinitrate dan ramipril bersama-sama dapat
menurunkan tekanan darah dan memperlambat detak
jantung Anda. Ini dapat menyebabkan sakit kepala yang
berdenyut-denyut, sulit atau lambat bernapas, pusing,
pingsan, dan detak jantung tidak teratur.
5. Ramipril 5 mg
a. Nitrokaf retard (nitrogliceryn) (moderate),
interaksi moderate adalah interaksi yang mungkin terjadi dalam
terapi dan memerlukan perhatian medis. Menggunakan
nitrogliserin dan ramipril secara bersamaan dapat
menurunkan tekanan darah dan memperlambat detak
jantung. Ini dapat menyebabkan sakit kepala yang
berdenyut-denyut, sulit atau lambat bernapas, pusing,
pingsan, dan detak jantung tidak teratur.
b. Aspilet (moderate),
interaksi moderate adalah interaksi yang mungkin terjadi dalam
terapi dan memerlukan perhatian medis. penggunaan aspilets
dengan ramipril secara bersamaan dapat menurunkan efek
vasodilator dari obat ramipril sebagai inhibitor ACE.
c. farsobid 5 mg(moderate)
interaksi moderate adalah interaksi yang mungkin terjadi dalam
terapi dan memerlukan perhatian medis. Menggunakan
isosorbide dinitrate dan ramipril bersama-sama dapat
menurunkan tekanan darah dan memperlambat detak
jantung Anda. Ini dapat menyebabkan sakit kepala yang
berdenyut-denyut, sulit atau lambat bernapas, pusing,
pingsan, dan detak jantung tidak teratur.
6. Herbesser 200 mg
a. nitroglycerin (moderate)
interaksi moderate adalah interaksi yang mungkin terjadi dalam
terapi dan memerlukan perhatian medis. Menggunakan
dilTIAZem bersama dengan nitrogliserin dapat menurunkan
tekanan darah Anda. Ini dapat menyebabkan pusing atau
perasaan seperti Anda mungkin pingsan, terutama ketika
bangun dari posisi duduk atau berbaring.
b. aspirin (moderate)
interaksi moderate adalah interaksi yang mungkin terjadi dalam
terapi dan memerlukan perhatian medis. Kombinasi ini dapat
menyebabkan pendarahan yang tidak biasa atau memar,
sakit kepala, pusing, atau lemah.
c. Herbesser dan simvastatin (interaksi mayor) hindari
penggunaan simvastatin dengan herbesser (diltiazem)
Karena diltiazem secara signifikan dapat meningkatkan
kadar simvastatin dalam darah dan memicu efek samping,
misalnya kerusakan hati dan walaupun jarang dapat
memicu kondisi rhabdomylolysis yang menyebabkan
kerusakan jaringan otot rangka. Dalam beberapa kasus,
rhabdomylolysis dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan
kematian.
INTERKASI OBAT DENGAN MAKANAN
1. Herbesser (diltiazem)
a. Alkohol
Menurunkan tekanan darah Anda dan meningkatkan efek
diltiazem. Efeknya mungkin mengalami pusing, sakit kepala
ringan, pingsan, atau detak jantung yang cepat jika
mengonsumsi alkohol dengan diltiazem secara bersamaan.
b. Jus jeruk bali
Meningkatkan efek dari diltiazem
2. Ramipril direkomendasikan bahwa jika mengonsumsi ramipril,
harus disarankan untuk menghindari asupan diet kalium yang
cukup tinggi atau tinggi. Ini dapat menyebabkan kadar kalium yang
tinggi dalam darah Anda. Jangan menggunakan pengganti garam
atau suplemen kalium saat mengonsumsi ramipril.
3. Simvastatin dengan jus jeruk bali secara signifikan dapat
meningkatkan kadar simvastatin dalam darah. Ini dapat
meningkatkan risiko efek samping seperti kerusakan hati dan
kondisi yang jarang namun serius yang disebut rhabdomyolysis
yang melibatkan kerusakan jaringan otot rangka. Dalam beberapa
kasus, rhabdomyolysis dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan
bahkan kematian.
4. Glucophage XR (Metformin) dengan alkohol dapat mempotensiasi
efek metformin pada metabolisme laktat dan meningkatkan risiko
asidosis laktat. Selain itu, alkohol dapat menyebabkan hipoglikemia
atau hiperglikemia pada pasien diabetes.
PERAN APOTEKER
Menurut jurnal PERAN SERTA PROFESI FARMASI DALAM
PERMASALAHAN YANG TERKAIT DENGAN TERAPI OBAT
TUBERKULOSIS PADA ANAK, 2003
Untuk mengatasi permasalahan interaksi obat, farmasis berperan
untuk menyampaikan adanya interaksi obat kepada dokter penuiis
resep terutama untuk obat herbesser dengan simvastatin memiliki
inetraksi mayor dan interaksi obat lainnya yang memilki interaksi
moderate pada resep. sehingga dapat dilakukan penyesuaian aturan
minum obat bagi pasien. Kemudian memberikan penyuluhan kepada
pasien mengenai waktu minum obat yang tepat serta menghindari
konsumsi makanan yang berkontraindikasi dengan obat yang
dikonsumsi.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang
pemberian informasi obat pada resep
Jawab :
Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR
PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,
rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi,
terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Menurut KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi:
cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi.
PEMBERIAN INFORMASI OBAT BERDASARKAN SKENARIO
MENURUT A to Z, drugs.com dan DIH
1. Nitrokaf Retard

Indikasi Pencegahan dan terapi jangka panjang


angina pectoris (DIH)
Bentuk sediaan Kapsul

Aturan pakai 2 x sehari 1 kapsul (tiap 12 jam) (resep)


(Oral: 2,5-9 mg 2-4 kali / hari (hingga 26
mg 4 kali / hari) (DIH)
Cara pemakaian secara oral atau diminum (DIH)
Interaksi Jangan dikonsumsi bersamaan dengan
obat herbesser, aspilets dan ramipril
(drugs.com)

Efek samping Wajah / leher panas dan kemerahan, sakit


kepala, gangguan saluran cerna, hipotensi
ortostatik, denyut nadi cepat (drus.com)
2. Aspilets

Indikasi Infark miokard (DIH)


Bentuk sediaan tablet

Aturan pakai 1 x sehari 1 tablet (tiap 24 jam) pada


saat makan (resep)
(Oral 75 mg-162 mg sehari) (DIH)
Cara pemakaian Oral atau diminum
Interaksi Jangan dikonsumsi bersamaan dengan
obat nitokaf retard, ramipril dan
herbesser(drugs.com)

Efek samping ulkus peptikum, gangguan saluran cerna,


pusing (drugs.com)
3. Simvastatin

Indikasi menurunkan kadar kolesterol total, dan


LDL pada pasien dengan
hiperkolesterolemia (A to Z)
Bentuk sediaan Tablet (A to Z)

Aturan pakai 1 x sehari 1 tablet (tiap 24 jam) malam


hari (resep)
(5 hingga 40 mg / hari di malam hari)
(A to Z)
Cara pemakaian Oral atau diminum
Interaksi Jangan dikonsumsi bersamaan dengan
obat nitokaf retard, ramipril dan
herbesser.

Hindari konsumsi jus grapefruit secara


berlebihan (> 1 liter/hari) (drugs.com)

Efek samping Sakit kepala, rabdomiolisis (drugs.com)


4. Farsobid 5 mg
Indikasi Terapi dan profilaksis angina pectoris
(A to Z)
Bentuk sediaan Tablet sublingual (A to Z)

Aturan pakai 1 x sehari 1 tablet (tiap 24 jam) berikan


pada saat perut kosong ½ sebelum makan
(resep)
(SL (tablet sublingual) 2,5 hingga 5 mg)
(A to Z)
Cara pemakaian letakkan dibawah lidah
Interaksi Jangan dikonsumsi bersamaan dengan
obat ramipril (drugs.com)

Efek samping Mual, sakit kepala (drugs.com)

5. Ramipril 5 mg
Indikasi Hipertensi (A to Z)
Bentuk sediaan Tablet

Aturan pakai 1 x sehari 1 tablet (tiap 24 jam) berikan


dengan atau tanpa makan (resep)
(Hipertensi: Oral: 2,5-5 mg sekali sehari,
maksimum: 20 mg / hari) (A to Z)
Cara pemakaian Oral atau diminum
Interaksi Jangan dikonsumsi bersamaan dengan
obat nitrokaf, aspilets dan farsobid

Hindari makan atau minuman yang tinggi


kalium (drugs.com)

Efek samping gangguan ginjal, gangguan kulit,


gangguan saluran cerna (drugs.com)
6. Herbesser 200 mg
Indikasi Hipertensi (DIH)
Bentuk sediaan Kapsul

Aturan pakai 1 x sehari 1 tablet (tiap 24 jam) (resep)


(Kapsul Awal: 180-240 mg sekali sehari;
hari) (DIH)
Cara pemakaian Oral atau diminum
Interaksi Jangan dikonsumsi bersamaan dengan
obat nitrokaf dan aspilets (drugs.com)

Efek samping Mual, sakit kepala, bradikardia


(drugs.com)

7. Glucophage XR
Indikasi Terapi untuk DM tipe 2, khususnya pada
pasien dengan kelebihan berat badan
dengan kadar glukosa dara yang tidak
bisa dikendalikan (A to Z)
Bentuk sediaan Tablet

Aturan pakai 1 x sehari 1 tablet (tiap 24 jam) diminum


saat makan malam (resep)
(Dosis awal: PO 500 mg dengan makan
malam, (maks, 2000 mg sekali sehari)
(A to Z)
Cara pemakaian Oral atau diminum secara utuh
Interaksi Jangan dikonsumsi bersamaan dengan
obat nitrokaf dan aspilets (drugs.com)

Efek samping Pusing, sakit kepala, gangguan gigi


(drugs.com)

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai


polifarmasi pada resep dan cara mengatasinya
Jawab :
Menurut jurnal tinjauan etika terhadap praktik polifarmasi
dalam layanan kedokteran, 2020
Polifarmasi merupakan praktik medis yang potensial merugikan
pasien baik dari segi keselamatan (patient safety) maupun dari segi
biaya pengobatan. Polifarmasi didefinisikan sebagai penggunaan
obat yang banyak (umumnya lebih dari lima obat) di saat yang
bersamaan oleh seorang individu. Pemberian obat ini bersifat lebih
dari kebutuhan rasionalnya terkait dengan diagnosis yang diberikan
oleh dokter. Dalam konteks ini, terdapat obat-obatan yang dapat
dikurangi tanpa memengaruhi efek terapeutik yang diharapkan.
Obat-obatan tersebut juga bila ditinjau dari segi biaya masih dapat
disesuaikan alternatif pilihan dengan biaya yang lebih murah.
Selain itu, risiko efek samping dan interaksi antar obat menjadi
perhatian khusus mengingat dapat berdampak fatal.
Polifarmasi pada resep berdasarkan skenario :
1. R/ Nitrokaf retard
2. R/ Aspilets
3. R/ Simvastatin 20 mg
4. R/ Farsobid 5 mg
5. R/ Ramipril 5 mg
6. R/ Herbesser 200 mg
7. R/ Glucophage XR
Dimana pada resep tersebut terdapat lebih dari 5 obat yang
digunakan secara bersamaan, sehingga kemungkinan dapat
menimbulkan interaksi obat dan efek samping.

Solusi seorang Apoteker


Menurut Jurnal Potensi Interaksi Obat-Obat pada Resep

Polifarmasi: Studi Retrospektif pada Salah Satu


Apotek di Kota Bandung, 2016
Penerapan pharmaceutical care oleh seorang apoteker
penting untuk mencegah dan mengatasi terjadinya interaksi obat
baik aktual maupun potensial dengan cara memonitor kejadian
interaksi obat sehingga dapat cepat terdeteksi dan diambil tindakan
yang sesuai, misalnya menyesuaikan dosis, saat mengonsumsi
obat diberi jarak antara obat yang satu dengan obat yang lainnya
(interaksi moderat) dan mengganti salah satu obat yang dapat
menyebabkan terjadinya interaksi mayor dengan berkoordinasi
terlebih dahulu dengan dokter yang bersangkutan.
Menurut jurnal identifikasi Medication Error pada resep pasien
poli interna di instalasi farmasi rumah sakit bhayangkara Tk. III
Manado, 2019
Berdasarkan observasi peneliti terhadap tenaga kefarmasian
tentang penulisan resep yang tidak jelas ataupun tentang
penggantian obat, tenaga farmasi selalu mengkonfirmasikan
kembali kepada dokter sebelum resep tersebut disiapkan dan
diberikan kepada pasien.
Terkait skenario :
Menyarankan ke dokter untuk memilih salah satu obat yang memilki
indikasi yang sama :
 untuk nitrokaf dan farsobid, kita dapat memilih obat farsobid
dengan alasan obat tersebut memiliki interaksi obat yang lebih
sedikit pada obat lainnya yang terdapat pada resep
dibandingkan nitrokaf.
 Untuk ramipril dan herbesser, kita dapat memilih obat ramipril
dengan alasan obat tersebut memilki interkasi obat yang
bersifat moderate dibandingkan obat herbesser memiliki
interaksi mayor.
 Penyesuaian aturan pakai atau jam minum bagi pasien untuk
meminimalisir terjadinya interkasi obat pada resep.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai
tepat indikasi sesuai dengan dosis
Jawab :
Menurut DIH dan A to Z
a. Nitrokaf retard (Nitroglycerin) (TEPAT)
Literatur DIH: Pencegahan dan terapi jangka panjang angina
pectoris, Dewasa : (Oral: 2,5-9 mg 2-4 kali / hari (hingga 26 mg
4 kali / hari)
Skenario : Pencegahan dan terapi jangka panjang angina
pectoris, Dewasa : 2,5 mg 1 kaps 2 x sehari
b. Aspilets (TEPAT)
Literatur DIH : Infark miokard, Dewasa : 75 mg-162 mg sehari
Skenario: Infark miokard, Dewasa : 1 tab 1 x sehari
c. Simvastatin 20 mg (TEPAT)
Literatur (A to Z) : Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL
pada hiperkolesterolemia primer dan sekunder, meningkatkan
HDL, Dewasa : 5 hingga 40 mg / hari di malam hari
Skenario: Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada
hiperkolesterolemia primer dan sekunder, meningkatkan HDL,
Dewasa : 20 mg, 1 tab 1 x sehari
d. Farsobid 5 mg (TEPAT)
Literatur (A to Z) : Terapi dan profilaksis angina pektoris,
Dewasa : SL (tablet sublingual) 2,5 hingga 5 mg
Skenario: Terapi dan profilaksis angina pektoris, Dewasa : 5
mg tab sublingual 1 x sehari 1 tab.
e. Ramipril 5 mg (TEPAT)
Literatur (A to Z) : Hipertensi, Dewasa : Oral: 2,5-5 mg sekali
sehari, maksimum: 20 mg / hari
Skenario: Hipertensi, Dewasa : 5 mg 1 x sehari 1 tab
f. Herbesser 200 mg (TEPAT)
Literatur (DIH) : Hipertensi, Dewasa : Kapsul Awal: 180-240 mg
sekali seharI, Tablet : 180-240 mg sekali sehari;
Skenario: Hipertensi, Dewasa : 200 mg 1 x sehari 1 kaps
g. Glucophage XR (TEPAT)
Literatur (A to Z) : Sebagai tambahan diet terhadap diet dan
olahraga atau digunakan bersama sulfonilureabuntuk
memperbaiki control gula darah pada pasien DM tipe 2,
Dewasa : Dosis awal: PO 500 mg dengan makan malam,
(maks, 2000 mg sekali sehari)
Skenario: Sebagai tambahan diet terhadap diet dan olahraga
atau digunakan bersama sulfonilureabuntuk memperbaiki
control gula darah pada pasien DM tipe 2, Dewasa : 500 mg 1
x sehari 1 tab
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara
penulisan salinan resep yang benar
Jawab :
Menurut PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAWASAN
PENGELOLAAN OBAT, BAHAN OBAT, NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DI FASILITAS
PELAYANAN KEFARMASIAN
Salinan resep adalah salinan yang dibuat dan ditandatangani
oleh apoteker menggunakan blanko salinan resep dan bukan
berupa fotokopi dari resep asli. Salinan resep selain memuat
semua keterangan yang terdapat dalam resep asli, harus memuat
pula:
a. Nama, alamat, dan nomor surat izin sarana;
b. Nama dan nomor Surat Izin Praktek Apoteker;
c. Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan;
tanda nedet atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan;
d. Nomor resep dan tanggal pembuatan;
e. Stempel sarana.
Menurut RESEP DAN SALINAN RESEP, 2016
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi atau
dokter hewan kepada seorang apoteker untuk menyiapkan dan/atau
membuat, meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien. Resep harus
ditulis dengan jelas dan lengkap. Jika resep tidak jelas atau tidak lengkap,
apoteker harus menanyakannya kepada dokter penulis resep tersebut.
Resep yang lengkap memuat hal-hal berikut:
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio)
4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio)
5. Cara pembuatan untuk obat racikan
6. Aturan pemakian obat yang tertulis (signatura)
7. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku (subscriptio)
8. Nama pasien dan umur pasien, untuk pasien dewasa dapat
menggunakan singkatan Tn (tuan, untuk pasien pria) atau Ny
(nyonya, untuk pasien wanita)
9. Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis
maksimum.
Salinan Resep pada skenario :
Prof. DR. Dr. Sabar, Sp.PD
SIP : 123/45.6.78/DS-BCD/IX/2019
Praktek :Jl. S. Saddang 8, Telp. (0411)123456
Makassar, 28 maret 2020

R/ Nitrokaf Retard No. LX


S 2 dd I
det VII
R/ Aspilets No XXX
S I dd I
det VII
R/ Simvastatin 20 mg No XXX
S I dd I
det VII
R/ Farsobid 5 mg No XXX
S I dd I
det VII
R/ Ramipril 5 mg No XXX
S I dd I
R/ Herbesser 200 mg No XXX det VII
S I dd I
det VII
R/ Glucophage XR No XXX
S I dd I det VII

PCC
Paraf dan Stempel Apoteker

Pro : Abdul Rahim


Umur : 64 Tahun
Alamat : Jl. G.Bawakaraeng No. 5 (0852xxxxxxxx)
8. Mahasiswa mampu memahami tentang interpretasi resep
berdasarkan skenario.
Jawab :
Menurut MODUL 001: PELAYANAN RESEP, 2018
1. Aturan pakai (diawali dengan signa/s)
a. s.d.d / 1.d.d = semel de die ( 1x sehari)
b. b.d.d / 2.d.d = bis de die (2x sehari)
c. t.d.d / 3.d.d = ter de die (3x sehari)
2. Takaran/jumlah/satuan
a. C = cochlear (sendok makan, 15 ml)
b. Cp = cochlear pultis (sendok bubur, 8 ml)
c. cth = cochlear theae (sendok teh, 5 ml)
d. gtt = guttae (tetes)
3. Perintah pembuatan
a. m.f = misce fac (campur, buatlah)
b. d.i.d = da in dimidio (berikan setengahnya)
c. dtd = da tales doses (berikan dengan takaran sebanyak itu)
d. s = signa (tandai)
e. q.s = quantum satis (secukupnya)
f. aa = anna (masing-masing)
g. add = adde (tambahkan)
h. iter = iteratio (pengulangan)
i. R/ = recipe (ambillah)
j. ad = ad (sampai)
k. pro = pronum (untuk)
l. pcc = pro copy conform (sesuai dengan aslinya)
m. det = detur (sudah diberikan)
n. nedet = ne detur (belum diberikan)
4. Keterangan waktu
a. a.c = ante coenam (sebelum makan) Aturan pakai (diawali
dengan signa/s)
b. p.c = post coenam (setelah makan)
c. d.c = durante coena (sewaktu makan)
d. m.et.v = mane et vespere (pagi dan malam)
e. o.m = omni mane (tiap pagi)
f. o.n = omni nicte (tiap malam)
5. Keterangan tempat penggunaan
a. ad.aur = ad aurem (pada telinga)
b. Oc = oculus (mata)
c. o.d = oculus dexter (mata kanan)
d. o.s = oculus sinister (mata kiri)
e. u.e = usus externus
f. u.p = usus propius (dipakai sendiri)
g. u.v = usus veterinarius (pemakaian untuk hewan)
6. Istilah bahan obat atau bentuk sediaan
a. collut = colutio (obat cuci mulut)
b. collun = collunarium (obat semprot hidung)
c. cream = cremor (krim)
d. epith = epithema (obat kompres)
e. extr. = extractum (ekstrak)
f. garg = gargarisma (obat kumur)
g. gtt = guttae (obat tetes)
h. gtt aur = guttae aericulares (obat tetes telinga)
i. gtt ophth = guttae ophthalmicae (obat tetes mata)
j. supp = suppositorium (supositoria)
k. tint = tinctura
l. troch = trochiscus (tablet hisap)
m. ungt = unguentum (salep)
n. oculent = oculenta (salep mata)
Interprestasi resep pada skenario :
1. Dalam resep diminta ambilah Nitrokaf Retard sebanyak 15.
Aturan pakai tandai 2 x sehari 1 kapsul.
2. Dalam resep diminta ambilah Aspilets sebnayak 30. Aturan
pakai tandai 1 x sehari 1 tablet.
3. Dalam resep diminta ambillah simvastatin 20 mg sebanyak 30.
Aturan pakai tandai 1 x sehari 1 tablet.
4. Dalam resep diminta ambilah farsobid 5 mg sebanyak 30.
Aturan pakai tandai 1 x sehari 1 tablet.
5. Dalam resep diminta ambilah ramipril 5 mg sebanyak 30. Aturan
pakai tandai 1 x sehari 1 tablet.
6. Dalam resep diminta ambilah herbesser 200 mg sebnayak 30.
Aturan pakai tandai 1 x sehari 1 kapsul.
7. Dalam resep diminta ambilah Glucophage XR sebanyak 30.
Aturan pakai tandai 1 x sehari 1 tablet.
DAFTAR PUSTAKA

A to Z Drugs Facts

Abdul Khodir Jaelani, Findy Hindratni, 2017, Gambaran Skrining Resep


Pasien Rawat Jalan, Diii Kebidanan, Akademi Kebidanan Indragiri,
Pekanbaru Riau.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina


Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
Rl,2006, Pedoman Pelayanan Kefarmasian Dl Puskesmas

Drug Information Handbook 17th Edition, American.

Febrianti,Y, Bondan Ardiningtyas, Esti Asadina, 2018, Kajian


Administratif, Farmasetis, Dan Klinis Resep Obat Batuk Anak Di
Apotek Kota Yogyakarta, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada

Https://Www.Drugs.Com/Drug_Interaction.Html

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1027/Menkes/Sk/Ix/2004, Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek, Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Maalangen, Tiansi Veren , Gayatri Citraningtyas1 Dan Weny I. Wiyono,


2019, Identifikasi Medication Error Pada Resep Pasien Poli
Interna Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Tk. Iii
Manado, Fmipa Unsrat, Manado
Oktaviani, Zakiyah, dkk, 2019, Analisa Pola Peresepan Berdasarkan
Peresepan Elektronik Di Puskesmas Gunung Kidul, Universitas
Gadjah Mada.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran, Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73, 2016,


Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

Perulian Namitar, Dkk, 2019, Analisis Hubungan Polifarmasi Dan Interaksi


Obat Pada Pasien Rawat Jalan Yang Mendapat Obat Hipertensi
Di Rsp. Dr. Ario Wirawan Periode Januari-Maret 2019, Fakultas
Farmasi, Universas Gadjah Mada.
Prabandari1, Sari, 2018, Gambaran Manajemen Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek Permata Kota Tegal, Program Studi Diii
Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Samsudin, 2006, Ilmu Resep, Buku Kedoktean EGC, Jakarta.

Setiabudy, R, Dkk, 2020, Tinjauan Etika Terhadap Praktik Polifarmasi


Dalam Layanan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

Sinjai, Joshua, Dkk, 2018, IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS


(Drps) PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI
INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO, Universitas Manado.

Sulistyowatiningsih, Endang, Dkk, 2016, Potensi Interaki Obat Pada


Pasien Gagal Jantung Dengan Gangguan Fungsi Ginjal Di
Instalasi Rumah Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
Periode 2009-2013, Universitas Indonesia.

Thenry Bayang, Andi , Syahrir Pasinringi, Sangkala, Faktor Penyebab


Medication Error Di Rsud Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng,
Fisip, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Widyaningsih, W, 2018’ Modul 001: Pelayanan Resep”, Kementerian


Pendidikan Dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi Dan
Pendidikan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai