Anda di halaman 1dari 4

Nama : Luh Ayu Anisa Dewi

Soal Kasus

1. Seorang Pasien Laki-laki dengan keluhan nyeri pada tengkuk, sakit kepala, dengan
dada terasa nyeri ketika batuk, dan mengalami edema pada wajah dan kaki. Diketahui
Suhu tubuh: 37,8 ‘ Celcius. Dari hasil pemeriksaan data lab pasien jumlah leukosit
15.000. CrS: 1,7 mg/dl, Ureum 50 mg/dl, TD pasien: 150/95 mmHG.
Pasien di diagnose: hipertensi.
Obat yang diberikan kepada pasien adalah:
Captopril 7,5 mg 2x sehari
Ranitidin tablet 150 mg 3x sehari
Chrorperaminimaleat 16 mg 3x sehari
Dexamethason 0,9 mg 3x sehari

Pertanyaan:
a. Apakah terdapat DRP (drug related problem) pada pengobatan pasien di atas?
Jelaskan beserta alasan obat yang tepat untuk pasien!
b. Jelaskan efek samping masing2 obat dan interaksi yang mungkin terjadi pada
pengobatan. !

Jawaban :
a. DRP (drug related problem) pada pasien
Efektivitas pengobatan dan lainnya

P1.1 Tidak ada efek dari terapi obat (penggunaan obat Ranitidin tablet 150 mg,
Chlorpenaminmaleat 16 mg dan Dexamethasone 0,9 mg tidak dapat mengobati diagnose pada
pasien sehingga obat harus di hentikan)

P1.3 Gejala atau indikasi yang tidak diobati (pasien mengalami edema pada wajah dan kaki,
serta hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien, leukosit pada pasien tinggi, kreatinin dan
kadar ureum pada pasien mengalami peningkatan, sehingga harus diberikan terapi untuk
menurunkan kadar leukosit, kreatinin serta ureum pasien)

P3.2 Pengobatan yang tidak diperlukan (penggunaan obat Ranitidin tablet 150 mg,
Chlorpenaminmaleat 16 mg dan Dexamethasone 0,9 mg tidak diperlukan)

Pemilihan obat

C1.3 Tidak ada indikasi untuk obat (tidak ada indikasi untuk obat Ranitidin tablet 150 mg,
Chlorpenaminmaleat 16 mg dan Dexamethasone 0,9 mg pada pasien)

Pemilihan dosis

C3.1 Dosis obat terlalu rendah (penggunaan obat Captopril 7,5 mg 3 x sehari pada pasien yang
memiliki Tekanan Darah 150/95 mmHG tergolong dosis yang sangat rendah)
C3.2 Dosis obat terlalu tinggi (dosis obat Chlorpenaminmaleat 16 mg 3 x sehari dan
Dexamethasone 0,9 mg 3 x sehari untuk pasien tersebut memiliki dosis yang terlalu tinggi)

Sehingga didapatkan Rencana Intervensi

I3.1 Obat diubah menjadi (Captopril 7,5 mg 3 x sehari diganti dengan Captopril 12,5 mg 3 x
sehari serta dikombinasi dengan penggunaan obat diuretik furosemide 40 mg 1 x sehari pada
pagi hari untuk mengobati keluhan edema pada wajah dan kaki, pasien diberikan antibiotik
Ciprofloxacin 500 mg 2 x sehari selama 5 hari untuk mengobati infeksi ginjal serta Paracetamol
500 mg 3 x sehari untuk demam dan nyeri pada pasien)

I3.5 Obat dihentikan (penggunaan obat Ranitidin tablet 150 mg, Chlorpenaminmaleat 16 mg
dan Dexamethasone 0,9 mg diberhentikan)

Dilihat dari DRP diatas maka dapat disimpulkan obat yang dikonsumsi oleh pasien sebelumnya
yaitu Captopril 7,5 mg 3 x sehari, Ranitidin 150 mg 3 x sehari, Chlorpenaminmaleat 16 mg 3 x
sehari dan Dexamethason 0,9 mg 3 x sehari diganti menggunakan obat Captopril 12,5 mg 3 x
sehari serta dikombinasi dengan penggunaan obat diuretik Furosemide 40 mg 1 x sehari pada
pagi hari untuk mengobati keluhan edema pada wajah dan kaki, pasien diberikan antibiotik
Ciprofloxacin 500 mg 2 x sehari selama 5 hari untuk mengobati infeksi ginjal serta Paracetamol
500 mg 3 x sehari untuk demam dan nyeri pada pasien.

b. Efek samping masing-masing obat dan interaksi yang mungkin terjadi pada pengobatan
- Efek samping dari penggunaan Captopril : Pusing atau kepala terasa ringan seperti
melayang; Rasa logam atau asin di mulut, rasa makanan jadi berkurang; Denyut
jantung cepat atau jantung berdebar; Tubuh terasa sangat lelah; kemerahan dan
ensasi hangat di wajah, leher, atau dada (flushing); Batuk kering; Ruam atau gatal;
Rasa panas, kesemutan, atau malah mati rasa di tangan atau kaki.
- Efek samping dari penggunaan Furosemide : Hipotensi ortostatik, dizziness,
gangguan keseimbangan elektrolit, seperti hyponatremia, hipokalemia, atau
hipokloremia, tinnitus, dan fotosensitivitas. Efek samping yang dapat timbul pada
sistem saraf pusat, antara lain paresthesia, nyeri kepala, pusing, vertigo, pandangan
buram, dan xanthopsia. Pada pasien dengan penurunan fungsi hepar dapat timbul
ensefalopati hepatik, pankreatitis, ikterus intrahepatik, peningkatan kadar enzim
hati, anoreksia, iritasi oral dan lambung, kram, diare, konstipasi, serta mual dan
muntah.
- Efek samping dari penggunaan Ciprofloxacin : Efek samping dalam intensitas
ringan seperti mual, muntah-muntah, pusing, mengantuk, penglihatan buram,
mudah marah, merasa gugup atau cemas, insomnia, mimpi buruk. Efek samping
serius seperti kerusakan hati, yang ditandai dengan sakit perut, kehilangan nafsu
makan, urine berwarna gelap, serta kulit atau mata yang menguning; masalah
psikologis, yang ditandai dengan rasa gelisah, depresi, kesulitan untuk tidur,
berhalusinasi, bahkan memiliki pikiran untuk bunuh diri; infeksi usus, yang ditandai
dengan diare berat, feses berdarah, kram perut, dan demam; robek atau
pembengkakan pada tendon otot, yang ditandai dengan nyeri atau bengkak pada
tendon tumit kaki, pergelangan kaki, lutut, tangan, ibu jari, bahu, juga siku; reaksi
alergi berat, yang ditandai dengan ruam parah, kesulitan bernapas atau menelan,
pembengkakan pada bibir, lidah, atau wajah, serta peningkatan detak jantung;
masalah pada saraf lengan, kaki, atau tangan, yang ditandai dengan rasa sakit,
sensasi terbakar, rasa geli, mati rasa, dan rasa lemah di sekujur tubuh; pada
pengidap diabetes dan lansia, keduanya dapat mengalami penurunan kadar gula
darah yang ditandai dengan pusing, kebingungan, berkeringat, gemetar, pingsan,
bahkan koma.
- Efek samping penggunaan Paracetamol : efek samping yang dapat terjadi berupa
reaksi alergi seperti; gatal-gatal, sulit bernapas, pembengkakan pada wajah, bibir,
lidah atau tenggorokan. Efek samping serius berupa; demam yang disertai mual,
sakit perut, dan kehilangan nafsu makan; urine berwarna gelap; tinja tampak seperti
tanah liat atau berwarna gelap; mengalami penyakit kuning atau kulit dan mata
terlihat menguning. Efek samping yang jarang terjadi yaitu; ruam, kelainan darah,
kerusakan hati dan ginjal (jika mengkonsumsi dalam dosis yang lebih tinggi dari
yang direkomendasikan).

Interaksi yang terjadi antara Captopril dengan Furosemide terjadi karena adanya mekanisme
terhambatnya produksi angiotensin II oleh ACEi sehingga mengakibatkan berkurangnya efek
loop diuretic dan penurunan fungsi ginjal. Berdasarkan penelitian Agustin (2020) interaksi
minor yang didapat sebanyak 36,17% atau 17 potensi interaksi yang dapat menimbulkan efek
samping yang tidak signifikan dan tidak mempengaruhi hasil terapi. Secara klinis interaksi
minor tidak terlalu berbahaya jika digunakan dan tetap harus dilakukan pemantauan saat
digunakan.
Contoh obat NSAID

Berdasarkan cara kerjanya, NSAID dibagi lagi menjadi dua golongan, yaitu non-selective COX
inhibitor dan COX-2 inhibitor.

Non-selective COX inhibitor

NSAID golongan ini mengurangi produksi prostaglandin dengan cara menghambat enzim
COX-1 dan COX-2. Cara kerja ini dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping pada
lambung, seperti gastritis atau tukak lambung, hal ini karena fungsi utama COX-1 adalah
menghasilkan prostaglandin yang berguna untuk melindungi lambung. Obat NSAID yang
termasuk ke dalam non-selective COX inhibitor yaitu; Ibuprofen, Aspirin, Naproxen,
Diclofenac, Indomethacin, Asam mefenamat, Piroxicam, Meloxicam, Ketoprofen,
Dexketoprofen, Nabumetone, Ketorolac, Etodolac.

COX-2 Inhibitor

COX-2 inhibitor bekerja secara spesifik dengan menghambat enzim COX-2 yang
menghasilkan prostaglandin Ketika ada infeksi atau cedera. Dengan cara kerjanya, NSAID
golongan COX-2 inhibitor relatif lebih aman terhadap lambung, meskipun risiko terjadinya
efek samping masih ada. Jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan NSAID atau
OAINS yaitu; Celecoxib, Etoricoxib, Parecoxib.

Anda mungkin juga menyukai