DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
I. LATAR BELAKANG
Flatbush Shipyards Inc. merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam industry perkapalan.
Pada tanggal 5 Februari 1959, Donald Padgett presdir dari perusahaan Flatbush menyampaikan
pada dewan direksi bahwa perusahaan telah tersebut baru saja menerima kontrak senilai $ 97 juta
dari angkatan laut AS untuk desain dan pembangunan tiga kapal perang rudal. Kontrak pesanan
ini ditangguhkan oleh perusahaan, dan saat ini total nilai untu pesanan ini adalah $ 190 juta,
pesanan ini telah dijamin oleh perusahaan akan selesai dalam kurun waktu 2.5 tahun. Mengingat
adanya penangguhan pesanan ini, Padgett meyakini bahwa laba pemegang saham pada
tahun1959 akan berkisar antara $14 sampai $15 per saham, dan mungkin akan melebihi $16 per
saham pada tahun 1960. Menurutnya, adanya peningkatan pendapatan akan menjadi factor
penting dalam kepustusan tingkat pembayaran viden kuartalan. Untuk membahas hal ini akan
dilakukan disksui dalam rapat dewan direksi dengan beberapa topic pembahasan, sebagai
berikut:
III. PEMBAHASAN
Berdasarkan kasus ini, perusahaan perlu memilih diantara tiga keputusan terkait
kebijakan dividen yang diambil perusahaan. Setiap keputusan, dipengaruhi oleh factor-
faktor yang berbeda, berikut factor-factor tersebut:
Dari ketiga teori ini, teori bird in the hand lah yang paling sesuai dengan
kondisi perusahaan Flatbush. Hal ini disampaikan dalam kasus bahwa ketika
perusahaan menetapkan dividen per saham kuartal perusahaan pada tingkat $1.20,
harga pasar saham perusahaan yang awalnya sebesar $78 per saham, turun sampai
titik $69 per saham. Maka dari itu keputusan yang untuk memotong nilain
dividen per saham perusahaan bukanlah hal yang tepat jika dilihat berdasarkan
teori bird in the hand.
Akan tetapi, keputusan perusahaan untuk meningkatkan dividen per share kuartal
perusahaan, juga bukan keputusan yang tepat. Seperti pendapat Mr.Padgett bahwa
perusahaan akan meningkatkan DPS kuartal perusahaan di tahun 1959 pada
tingkat $1.80 sampai $2, adanya rencana peningkatan ini disebabkan oleh adanya
peningkatan pendapat (adanya pesanan baru sebesar $162 juta) di tahun tersebut.
Menurut saya peningkatan ini cukup besar, mengingat kondisi penjualan
perusahaan yang sangat berfluktuasi (dapat dilihat pada exhibit 1) akan sulit bagi
perusahaan. Bila kondisi penjualan perusahaan di tahun-tahun berikutnya setelah
peningkatan ini terjadi, dan perusahaan gagal mempertahankan nilai DPS ini
maka ini akan menunjukkan sinyal yang buruk pada investor terhadap kondisi
perusahaan.
Maka dari itu saya sedikit lebih setuju dengan pendapat Mr.Davis untuk
menstabilkan nilai dividen per saham, dan meningkatkannya ketika perusahaan
dirasa mampu mempertahankan pendapat perusahaan dalam jangka panjang,
dengan jumlah peningkatan 3-5%.
Diketahui:
- Earning After Tax tahun 1958 = $ 2.230.000
- Common stock = 245.000 lembar
- DPS per tahun (tahun 1958) = $5.00
- EPS per tahun (tahun 1958) = $9.10
Penyelesaian:
𝐷𝑃𝑆 $5.00
- DPR = = = 0.549 = 54.9%
𝐸𝑃𝑆 $9.10
Hal ini menunjukkan 54.9% dari earning After tax akan dialokasikan ke laba
ditahan dan 45.1% sisanya dialokasikan untuk dividen.
- Laba ditahan = 0.549 × $ 2.230.000 = $ 1.225.274,72
- Total dividen = 0.451 × $2.230.000 = $ 1.004.725,27
- DPS yang optimal untuk tahun 1958
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 $1.004.725,27
= = = $ 4.10
𝑐𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 245,000
$4.10
- DPS kuartal = = $1.03 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑢𝑎𝑟𝑡𝑎𝑙
4
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa dps optimal yang harus
dibagikan oleh perusahaan dalam setiap kuartalnya adalah $1.03, nilai ini lebih
rendah dibandinkan nilai dps yang diterapkan perusahaan saat ini yaitu $1.30. Jika
perusahan menurunkan Dividen per saham kuartal pada tingkat $1.03 ini akan
memberikan respon yang kurang baik bagi investor dan nilai pasar saham
perusahaan. Maka dari itu solusi terbaik bagi perusahaan adalah untuk tidak
merubah nilai DPS, baik meningkatkan maupun memotong nilai DPS.
Perusahaan tidak perlu meningkatkan, sehingga perusahaan tidak perlu dana
tambahan untuk dividen perusahaan dan perusahaan tidak perlu memotong
nilai dividen , sehingga kemakmuran para investor tetap terjamin dan nilai pasar
saham juga tidak ikut menurun. Perusahaan hanya perlu menstabilkan kondisi
dividen saat ini, dan meningkatkan DPS ketika peningkatan pendapatan
perusahaan dirasa cukup mampu untuk bertahan dalam jangka panjang.