Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 2

DISAJIKAN OLEH:
BENEDICTUS BAYU CATUR MURTI (126221055)
DARA AYU ANDANI (126221058)
FARID FAUZAN RUSYDI (126221112)
MEILISA TRI NUGRAHA (126221115)

Case 35. DELUXE CORPORATION ; Financial


Flexibility
1
Gambaran Umum Perusahaan
 Deluxe Corporation adalah perusahaan yang memproduksi kertas cek
cetak terbesar di Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1915. Pada
tahun 1965 melaksanakan perdagangan public dan pada tahun 1980 go
public dan diperdagangkan di NYSE.

 Pada akhir 2002, Rajat Singh managing director Hudson Bancrop


melakukan penilaian kebijakan keuangan, pada awal tahun, Deluxe tidak
memiliki utang jangka panjang dan perusahaan tidak memiliki obligasi
lebih dari 10 tahun. Secara simultan, perusahaan telah melakukan program
agresif repurchase (buyback) sahamnya dan hampir selesai. Sejauh ini
program ini sukses, investor menyambut baik dan harga saham perusahaan
berada pada level tertinggi dalam hampir 10 tahun.

 Deluxe adalah market leader dalam industry cek cetak sebesar 49%.
Penjualan dan pendapatannya tumbuh, namun telah mengalami
penurunaan. Perusahaan berjuang melawan gelombang perubahan
teknologi yang ganas. Sejak datangnya metode pembayaran online dan
meningkatnya popularitas kartu debit dan kredit, konsumen pengguna
kertas cek terus menurun.
Issue Pada Kasus Ini 2

 Permintaan akan kertas cek terus menurun . Respon atas kondisi tersebut, perusahaan
melakukan restrukturisasi besar dengan merasionalisasi operasinya dengan
pengurangan tenaga kerja dan mendivestasi beberapa usaha non-inti. dalam
lingkungan operasi yang menantang ini, Singh meyakinkan bahwa Deluxe perlu
fleksibilitas keuangan lanjutan untuk memelihara inti bisnisnya.

 Pada tahun 2000, Deluxe melakukan strategi perubahan besar dengan melakukan
spin-off pada anak perusahaan yang berhubungan dengan teknologi, efund (penyedia
produk pembayaran elektronik pada industry ritail dan keuangan) dan iDLX
Technology Partners (penyedia jasa konsultasi berhubungan dengan teknologi untuk
perusahaan jasa keuangan).

 Dengan melakukan spin off ini, perusahan focus pada core bisnisnya. Setelah spin off
Deluxe memiliki tiga unit utama bisnis. Pertama, Financial sevices menjual cek pada
konsumen melalui institusi keuangan, dengan rekan institusional biasanya dengan
kontak supplier selama 3 sampai 5 tahun. Direct Chechs menjual pada konsumen
melalui surat dan internet. Dan terakhir, The Business Services penjualan segmen cek,
form dan produk terkait melalui institusi keuangan dan langsung kepada bisnis kecil.
LANJUTAN... 3

 The Business Services adalah paling menjanjikan untuk Deluxe, karena perusahaan
dapat melakukan bundle atau cross sell berbagai produk dan jasa pada sector small
business yang sedang berkembang. Sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan
jumlah produk dan jasa yang dijual per konsumen. Lebih lanjut, ada beberapa
wilayah perusahaan yang aktif di sector ini yang potensial dapat menjadi partner
strategis Deluxe.
 Dari waktu ke waktu, Deluxe membutuhkan pendanaan untuk kegiatan working
capital, capital asset purchase, possible acquisitions, repayment of outstanding debts,
dividend payment dan repurchasing securities perusahan. Untuk memenuhi
kebutuhan keuangan jangka pendek itu, Deluxe dapat mengunakan instrument utang
jangka pendek seperti Commercial paper, Line of credit dan medium term notes.
Namun untuk jangka panjang Deluxe nampaknya memerlukan pembiayaan utang
jangka panjang untuk investasi yang besar sesuai tantangan bisnis kedepan yang
memungkinkan investasi dalam sector teknologi.

 Key Issues : Fleksibilitas keuangan terkait dengan penentuan rating bond dan
kebijakan repurchase saham yang dilakukan Deluxe.
Analysis
 Sebagai market leader dalam industry cek cetak bisa menjadi gambaran bahwasannya Deluxe memiliki 4

cashflow in yang bagus terbukti dari pertumbuhan pendapatannya. Namun ancaman teknologi kedepan
secara nyata mengancam permintaan cek kertas ini terbukti bahwa compound annual rate sales growth jatuh
pada -4% dari tahun 1998-2001 yang menandakan bahwa industry cek kertas telah mature. Untuk
meresponnya, kebijakan spin off dan restrukturisasi perusahaan disambut positif investor, ditandai dengan
naiknya harga saham. Serta ditambah kebijakan repurchase stock perusahaan untuk mempertahankan harga
saham.

 Kebijakan repurchase saham telah dilakukan Deluxe . Repurchase Stock ialah strategi keuangan yang
biasanya dilakukan suatu perusahaan untuk melindungi modal perusahaan dan perubahan struktur modal.
Repurchase saham, berarti membeli kembali (buyback) saham perusahaan yang telah listing dibursa oleh
perusahaan itu sendiri dan disimpan diperusahaan sebagai saham treasury di neraca. Kegiatan buyback
berimplikasi berkurangnya jumlah saham beredar sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan dilihat dari
Earning Per Share (EPS) dan harga saham akan naik karena investor menganggap perusahaan dalam kondisi
baik. Selain dari EPS yang naik kenaikan harga saham juga dapat karena jumlah supply saham berkurang
dan demand saham masih tinggi. Implikasi lain dari buyback adalah memperbesar kekuasaan atau suara
dalam RUPS, sehingga kendali perusahaan untuk menentukan kebijakan pada RUPS menjadi lebih besar
karena memiliki jumlah saham yang bertambah dari aksi buy back.
Analysis
 dengan penambahan utang dapat meningkatkan bobot cost of capital. Bondholder memiliki hak prioritas 5

relative atas cashflow perusahaan dibanding shareholder. Klaim “tetap” bondholder atas perusahaan
menyebabkan klaim “sisa” shareholder menjadi tak pasti. Selain itu berhutang terdapat resiko kebangkrutan,
yang mana shareholder ikut menanggung akibat ini, maka meminta jaminan atas ini sehingga cost of capital
naik. Kebangkrutan menyebabkan pengeluaran biaya yang besar, secara langsung adanya biaya legal,
perusahaan melakukan “fire” sale untuk menutup kerugian.

 Ada dua efek manajerial atas hutang dan resiko kebangkrutan berakibat Agency Cost. Pertama, utang
menyebabkan manajer menjadi efisien dalam bekerja. Dalam keadaan normal tanpa utang, manajer
cenderung boros dalam membelanjakan cash flow perusahaan. Dengan utang manajer menjadi efisien dan
berhati-hati dalam membelanjakan cash flownya agar resiko bangkrut minimal. Kedua, manajer menjadi
takut dan menghindari resiko atas proyek meski NPV-nya positif dengan biaya berasal dari hutang. Dari
kacamata investor ini tidak baik terutama yang menghendaki high return maka high risk pula pilihan
proyeknya, sehingga dapat memaksa manajer untuk mengambil proyek itu. Namun dari kacamata manajer
yang reputasi dan keberlangsungan perusahaan saling terikat satu sama lain, keputusan atas proyek itu tidak
akan diambil. Permasalahan ini sering disebut sebagai under investment problem.
6
STRATEGI ALTERNATIF

 PENENTUAN STRUKTUR KAPITAL YANG OPTIMAL BAGI DELUXE .


STRATEGI ALTERNATIF
7
 PERHITUNGAN SIMULASI PILIHAN RASIO UTANG, RATING BOND, COST OF CAPITAL (WACC)
DAN NILAI
PERUSAHAAN SECARA DETAIL DAPAT DILIHAT PADA LAMPIRAN 1. BERIKUT TABLE
SUMMARY
PERHITUNGANNYA.
Lampiran 1
8
Lanjutan... 9
10
Lanjutan...
 Untuk perhitungan menentukan struktur capital yang optimal dengan pilihan bond
rating, diasumsikan bahwa bond rating setara dengan resiko default dan pemilihan debt ratio
yang akan dipakai dalam struktur modal. Semakin besar debt rasio atas modal, maka makin
besar resiko default. Rating bond mewakili tingkat resiko default, rating AAA mewakili resiko
default paling kecil dan rating B mewakili resiko default paling besar.

Dari table II dapat disimpulkan bahwa struktur modal deluxe yang optimal yaitu 40%
hutang dan 60% equity. Perusahaan akan melakukan utang dengan cost of capital yang paling
rendah yaitu 9.84% ternyata memperoleh nilai perusahaan (firm value)yang tertinggi yaitu $
6.485 milyar. Dengan perusahaan yang low cost dalam operasi investasi kapitalnya akan
memberikan nilai kapital perusahaan yang besar.
10
Lanjutan...
 Selanjutnya untuk menjalankan kebijakan struktur modal diatas, maka perusahaan harus
melakukan rekapitalsasi modalnya untuk menyesuaikan komposisi modal.

Deluxe akan mengeluarkan hutang dan menggunakan kebijakan repurchase stock. Ketika deluxe
mengumumkan rencana rekapitalisasi modal, investor akan menyadari bahwa nilai perusahaan
akan lebih tinggi. Oleh karenanya harga saham akan naik ketika rencana diumumkan, meskipun
pembelian kembali belum terjadi.

Kebijakan repurchase sebelumnya telah dilakukan. Pertama pada tahun 1999 sebesar 12,5% atau
10 juta lembar saham. Kemudian pada awal tahun 2001, deluxe kembali melakukan repurchase
sebanyak kuriang lebih 19% atau 14 juta lembar saham dan terahir pada tahun 2002 sebanyak
11.3 juta lembar saham.
Lanjutan...
11
KESIMPULAN 12

• Dari table III dapat disimpulkan bahwa perusahaan akan melanjutkan kebijakan
repurchase dalam rangka untuk merubah struktur modalnya pada komposisi 40%
hutang dan 60% Equity. Adapun untuk kebijakan repurchase selanjutnya,
perusahaan dapat membeli kembali saham maksimal sebanyak 17,88 juta lembar
per saham dan menyisakan outstanding share di pasar modal sebanyak 26,82 juta
lembar saham. Dengan mengambil kebijakan tersebut, harga saham Deluxe
diperkirakan naik maksimal pada $145,08 per lembar

Dengan komposisi capital structure pada posisi 40% hutang dan 60% equitas
dengan rating bond A- Deluxe dapat mengelola keuangnya secara fleksibel
dengan dua sumber pendanaan melalui long debt dan equitynya. Komposisi ini
dapat digunakan dalam pendanaan perusahaan di masa mendatang sehingga
menghasilkan value perusahaan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai